Anda di halaman 1dari 14

TEKNIK IRIGASI Nama Dosen : 1. Dr. Ir.

Prastowo,
M.Eng
2. Dr. Ir. Roh Santoso
Budi Waspodo, M.T
3. Sutoyoo, S.TP, M.Si

Hari/ Praktikum : Selasa/ Siang


Kelompok : 3 (Tiga)

PERENCANAAN EMBUNG UNTUK PERTANIAN


DI DAERAH IRIGASI LEUWISADENG, BOGOR, JAWA BARAT

Disusun oleh :

Kelompok 3 – Selasa Siang

1. Emir Aulia (F44160023)


2. Fazrina Andriani S L (F44160051)
3. Rahmat Genta Qinanda (F44160070)
4. Ayu Sartika Imia Manik (F44160096)

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2019
PENDAHULUAN
Air merupakan elemen yang sangat mempengaruhi kehidupan di alam. Semua
makhluk hidup sangat memerlukan air dalam perkembangan dan pertumbuhannya.
Siklus hidrologi yang terjadi menyebabkan jumlah volume air yang ada di dunia ini
adalah tetap. Akan tetapi, dipandang dari aspek ruang dan waktu distribusi air
secara alamiah tidaklah ideal. Sebagai contoh, dalam usaha sumber air baku. Jika
tidak ada usaha pengendalian air pada musim hujan, maka akan meyebabkan
terjadinya erosi dan banjir sedang pada musim kemarau akan kekeringan dan
kesulitan mendapatkan sumber air baku. Hal tersebut di atas merupakan salah satu
permasalahan yang timbul dalam usaha pengembangan dan pengendalian sumber
daya air. Permasalahan tersebut perlu secepatnya diatasi. Untuk itu diperlukan suatu
manajemen yang baik terhadap pengembangan dan pengelolaan sumber daya air
agar potensi bencana yang disebabkan oleh air tersebut dapat dicegah. Pengelolaan
sumber daya air yang baik akan berdampak pada kelestarian dan keseimbangan
lingkungan hidup baik sekarang maupun akan datang. Kegiatan-kegiatan yang
dapat dilakukan dengan membuat sistem teknis seperti penghijauan, perkuatan
tebing, bendung, bendungan, embung, dan sebagainya maupun dengan sistem non
teknis seperti membuat perundang-undangan.
Desa Leuwisadeng berada di Kecamatan Leuwisadeng, Kabupaten Bogor Jawa
Barat. Lokasi desa ini berada di daerah perbukitan dan dapat dijangkaudengan
kendaraan roda 2 dan roda 4. Di desa ini, mayoritas penduduknya mencari nafkah
dengan bercocok tanam. Komoditas utama di desa Leuwisadeng disumbangkan dari
bidang pertanian dan perkebunan. Di sektor pertanian, didominasi dengan tanaman
padi sedangkan untuk perkebunan, warga banyak menanam pohon manggis dan
durian. Lokasi lahan pertanian warga berada di lereng-lereng bukit dan untuk
irigasi, menggunakan sistem tadah hujan. Di desa ini terdapat sungai yang akan
dimanfaatkan untuk pengairasn lahan warga agar produksi pertanian dan
perkebunan warga meningkat. Pemanfaatan air sungai dengan cara membangun
bangunan hidrolika untuk menunjang irigasi.
Praktikum ini bertujuan melakukan perencanaan embung untuk pertanian di desa
Leuwisadeng. Perencanaan diharapkan dapat dilaksanakan untuk meningkatkan
efisiensi kebutuhan air lahan pertanian sehingga meningkatkan produktivitas hasil
pertanian daerah Leuwisadeng.

TINJAUAN PUSTAKA
Perencanaan embung memerlukan bidang-bidang ilmu pengetahuan lain yang
dapat mendukung untuk memperoleh hasil perencanaan konstruksi embung yang
handal dan komprehensif dan bangunan multiguna. Ilmu geologi, hidrologi,
hidrolika dan mekanika tanah merupakan beberapa ilmu yang akan digunakan
dalam perencanaan embung ini yang saling berhubungan. Dasar teori ini
dimaksudkan untuk memaparkan secara singkat mengenai dasar-dasar teori
perencanaan embung yang akan digunakan dalam perhitungan konstruksi dan
bangunan pelengkapnya. Dalam perhitungan dan perencanaan embung, ada
beberapa acuan yang harus dipertimbangkan untuk mengambil suatu keputusan.
Untuk melengkapi perencanaan embung ini, maka digunakan beberapa standar
antara lain : Tata Cara Penghitungan Struktur Beton SK SNI T-15-1991-03,
Penentuan Beban Gempa pada Bangunan Pengairan, 1999/2000, Panduan
Perencanaan Bendungan Urugan, Juli 1999, Peraturan Muatan Indonesia 1970 serta
beberapa standar lainnya.
Ketersediaan air adalah jumlah air (debit) yang diperkirakan terus menerus ada
di suatu lokasi (bendung atau bangunan air lainnya) di sungai dengan jumlah
tertentu dan dalam jangka waktu (periode) tertentu (Direktorat Irigasi 1980). Untuk
keperluan irigasi, debit minimum sungai untuk kemungkinan terpenuhi ditetapkan
sebesar 80% (Bambang Triatmodjo 2008). Debit adalah suatu koefisien yang
menyatakan banyaknya air yang mengalir dari suatu sumber persatu-satuan waktu,
biasanya diukur dalam satuan m³ per detik (Soemarto 1993).
Daya dukung tanah secara garis besar dapat didefinisikan sebagai tahanan geser
tanah untuk melawan penurunan akibat pembebanan, yaitu tahanan geser yang
dapat dikerahkan oleh tanah di sepanjang bidang gesernya (Hary Christady H,
1996). Sedangkan daya dukung ultimit (qult) didefinisikan sebagai tekanan terkecil
yang dapat menyebabkan keruntuhan geser pada tanah pendukung tepat di bawah
dan di sekeliling pondasi (R.F Craig, 1991).
Berat jenis partikel, ρs, adalah perbandingan antara massa total fase padat tanah
Ms dan volume fase padat Vs. Massa bahan organik dan anorganik diperhitungkan
sebagai massa padatan tanah dalam penentuan berat jenis partikel tanah. Berat jenis
partikel mempunyai satuan Mg m-3 atau g cm-3 . Penentuan berat jenis partikel
penting apabila diperlukan ketelitian pendugaan ruang pori total. Berat jenis
partikel berhubungan langsung dengan berat volume tanah, volume udara tanah,
serta kecepatan sedimentasi partikel di dalam zat cair. Penentuan tekstur tanah
dengan metode sedimentasi, perhitungan-perhitungan perpindahan partikel oleh
angin dan air memerlukan data berat jenis partikel. Untuk tanah mineral, ρs sering
diasumsikan sekitar 2,65 g cm-3 (Hillel, 1982). Akan tetapi, sebenarnya berat jenis
partikel tanah sangat bervariasi tergantung kepada komposisi mineral tanah
tersebut.
Penentuan di Desa Leuwisadeng dengan penempatan bending berada di elevasi
tertinggi aliran sungai (311 mdpl) dan letak reservoir berada di elevasi tertinggi
lahan pertanian (310 mdpl). Bangunan penangkap mata air berada di elevasi
tertinggi lahan (315 mdpl) yang berada di dekap sumber mata air. Berdasarkan
definisi yang dikeluarkan oleh WMO bahwa lama penyinaran matahari (LPM)
didefinisikan sebagai kekuatan insolasi ang melebihi batas 120 W/m2 (WMO
2008).

METODOLOGI
Praktikum Teknik Irigasi mengenai perancangan embung untuk keperluan
pertanian dilaksanakan pada hari Selasa, 9 April 2019 pada pukul 10.30-12.30 di
Lab Komputer Departeman Teknik Sipil dan Lingkungan. Praktikum diawali
dengan pencarian data yang dibutuhkan guna merancang embung, dan dilanjutkan
dengan proses perhitungan dimensi serta simulasi embung yang telah dirancang.
Tahapan pelaksanaan praktikum perencanaan embung dapat dilihat melalui
diagram alir yang disajikan pada Gambar 1.
Mulai

Pengumpulan data berupa debit sungai bulanan dalam tiga tahun terakhir, nilai
evaporasi air bebas, kebutuhan air irigasi tanaman tomat sesuai penjadwalan pola
tanam, dan elevasi daerah Leuwisadeng, Bogor, Jawa Baart

Perhitungan kapasitas embung yang sesuai dengan debit inflow dan outflow

Perhitungan data simulasi berupa luasan dan kapasitas embung sesuai dengan kontur
pada daerah Leuwisadeng

Perhitungan dan simulasi embung yang direncanakan dengan nilai luasan yang
dibutuhkan untuk menampung air kebutuhan tiap bulan, menentukan kapasitas akhir
embung, limpasan air

Perhitungan elevasi muka air embung yang direncanakan

Penentuan sukses/gagal embung yang dirancang pada D.I Leuwisadeng

Selesai

Gambar 1 Diagram alir perancangan embung D.I Guntur


Adapun perhitungan volume embung berdasarkan elevasi dan luasan daerah ini
dilakukan dengan perhitungan menggunakan rumus :

1
V = × m × (A × A0,5 )................................................................................. (1)
3

Keterangan :
V = Volume embung (juta m3)
m = Perbedaan elevasi (m)
A = Luas area tiap elevasi (juta m2)

HASIL DAN PEMBAHASAN


Desa Leuwisadeng yang digunakan sebagai lokasi penelitian, pada area
persawahannya belum mempunyai satupun bangunan embung (reservoir). Hal ini
dikarenakan proses irigasi didaerah tersebut masih tradisional yakni dengan
langsung meyadap air dari sungai. Kendala sistem tradisional ini adalah jika air
sungai sedang surut, maka air irigasi akan menurun. Pada lahan pertanian di Desa
Leuwiadeng, akan dibangun reservoir untuk menjamin ketersediaan air agar dapat
dipakai sewaktu-waktu.
Pengembangan lokasi embung harus memenuhi persyaratan lokasi dan
persyaratan petani dan kelompok tani seperti ada daerah pertanian lahan kering
yang memerlukan suplesi air irigasi, air tanahnya sangat dalam, bukan lahan
berpasir, Terdapat sumber air yang dapat ditampung baik berupa air hujan, aliran
permukaan dan mata air atau parit atau sungai kecil, Wilayah sebelah atasnya
mempunyai daerah tangkapan air atau wilayah yang mempunyai sumber air untuk
dimasukkan ke embung, seperti mata air, sungai kecil atau parit dan lain
sebagainya.
Langkah dalam menentukan kapasitas embung diperlukan data-data seperti luas
daerah irigasi, evaporasi air bebas, kebutuhan air irigasi, data lengkung kapasitas,
usia guna waduk, dan head loss. Irigasi yang ditinjau pada penelitian ini adalah
daerah irigasi Leuwisadeng dengan luas daerah irigasi sebesar 5 ha.
Sebelum menentukan kapasitas embung diperlukan data inflow dan outflow
daerah irigasi. Data volume waduk dapat dilihat pada Tabel 4 Lampiran 1 Data
perhitungan kapasitas embun. Berdasarkan tabel tersebut didapat pada bulan
Februari, Maret, April periode 1, Mei periode 2, Agustus periode 2, September
periode 1 dan Oktober jumlah air melimpah, sedangkan bulan lainnya jumlah air
mengalami kekurangan. Kekurangan terbesar terjadi pada bulan Agustus periode 1
yaitu sebesar 98,84 m3. Sedangkan volume air yang berkelebihan terjadi pada bulan
Maret periode 2 yaitu sebesar 45,61 m3. Dari hasil tersebut didapat kapasitas
tampungan waduk sebesar 98,8416 juta m3.
Data evaporasi air bebas dapat dilihat pada Tabel 1. Berdasarkan tabel 1 nilai
evaporasi air nilai evaporasi air bebas terbesar terjadi pada bulan September periode
1 yaitu sebesar 4,06 mm/hari.

Tabel 1 Nilai evaporasi air bebas


Evaporasi Air
Bulan Periode
Bebas (mm/hr)
1 2,82
Januari
2
1 2,89
Februari
2
1 3,41
Maret
2
1 3,64
April
2
1 3,82
Mei
2
1 3,62
Juni
2
1 3,76
Juli
2
1 4,02
Agustus
2
September 1 4,06
2
1 3,71
Oktober
2
1 3,25
November
2
1 2,84
Desember
2

Sedangkan data kebutuhan air irgasi dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan
tabel 2 kebutuhan air irgasi hanya terjadi pada bulan September, sebesar 221,4
l/dt/Ha pada periode 1 dan 220,2 pada periode 2.

Tabel 2 Kebutuhan air irigasi

Kebutuhan Air
Bulan Periode
Irigasi (l/dt/Ha)

1 0
Januari
2 0
1 0
Februari
2 0
1 0
Maret
2 0
1 0
April
2 0
1 0
Mei
2 0
1 0
Juni
2 0
1 0
Juli
2 0
1 0
Agustus
2 0
Septembe 1 0
r 2 0
1 221,4
Oktober
2 220,2
1 0
November
2 0
1 0
Desember
2 0

Menentukan lokasi penempatan embung yaitu berada pada elevasi terendah pada
aliran sungai tertentu dengan kondisi terapit oleh dua daerah yang lebih tinggi.
Untuk menentukan penemptan lokasi embung diperlukan peta topografi wilayah.
Adapun peta topografi desa Leuwisadeng disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2 Peta topografi desa Leuwisadeng

Berdasarkan peta topografi desa Leuwisadeng yang disajikan pada Gambar 2,


dapat dilihat beda elevasi wilayah di daerah Leuwisadeng. Sebagaimana peta
topografi merupakan peta yang memiliki informasi tentang ketinggian permukaan
tanah pada suatu tempat terhadap permukaan laut, yang digambarkan dengan garis-
garis kontur (Rostianingsih 2004). Nilai elevasi, luas, dan volume daerah embung
yang telah diperoleh melalui peta kontur kemudian ditabulasikan seperti yang
disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Data topografi peta

Luas Volume
Elevasi
(juta m2) (juta m3)

315 0,0035 0,02


311 0,0090 0,05
150 0,0085 0,31
303 0,0008 1,54
298 0,0100 4,00
298 0,0150 10,53
280 0,0010 22,80
150 0,0008 38,00
260 0,0008 60,46
250 0,0007 97,48

Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 3, dapat ditetapkan bahwa embung
ditempatkan pada ketinggian 150 m hingga 315 m. Volume semakin meningkat
seiring bertambahnya ketinggian, dengan volume pada elevasi tertinggi adalah 0,02
juta m3.

Lengkung Kapasitas Waduk


305

300
Elevasi (m)

295
Volume
tampungan
Luas
290 genangan

285

280
0 1000000 2000000 3000000 4000000
Volume (juta m3)
Gambar 3 Lengkung kapasitas waduk

Perhitungan kapasitas tampungan embung dapat dilihat pada Tabel 4 pada


Lampiran 1. Berdasarkan data tersebut dengan memperhitungkan nilai outflow dan
inflow serta data sebelumnya. Nilai kapasitas total tiap bulan berfluktuasi, hal ini
dikarenakan jumlah kebutuhan air yang berbeda serta nilai outflow dan inflow yang
diterima berbeda. Kapasitas terbesar terjadi pada bulan Desember yaitu sebesar
161,4989 juta m3. Sedangkan kapasitas terkecil terjadi pada bulan September
periode kedua yaitu sebesar 16,5888 juta m3.
Setelah ditentukan kapasitas embung, dicari volume tampungan waduk dan
ditentukan lengkung kapasitas waduk. Data ini dapat dilihat pada Tabel 5 Lampiran
1. Berdasarkan data tersebut, diambil perbedaan tiap ketinggian sebesar 5 m.
Elevasi diambil dari ketinggian 150 m hingga 315 m.
Berdasarkan grafik pada Gambar 3, diperoleh hubungan volume tampungan
dengan elevasi dan volume, yaitu berbanding lurus. Semakin tinggi volume
tampungan semakin tinggi pula nilai elevasi dan volume. Sedangkan luas genangan
semakin menurun apabila elevasi menurun dan volume bertambah.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum, diperoleh data volume waduk yang disajikan pada
Tabel 4 Lampiran 1 bahwa pada bulan Februari, Maret, April periode 1, Mei periode
2, Agustus periode 2, September periode 1 dan Oktober jumlah air melimpah,
sedangkan bulan lainnya jumlah air mengalami kekurangan. Kekurangan terbesar
terjadi pada bulan Agustus periode 1 yaitu sebesar 98,84 m3. Sedangkan volume air
yang berkelebihan terjadi pada bulan Maret periode 2 yaitu sebesar 45,61 m3. Dari
hasil tersebut didapat kapasitas tampungan waduk sebesar 98,8416 juta m3. Nilai
kapasitas total tiap bulan berfluktuasi, hal ini dikarenakan jumlah kebutuhan air
yang berbeda serta nilai outflow dan inflow yang diterima berbeda. Kapasitas
terbesar terjadi pada bulan Desember yaitu sebesar 161,4989 juta m3. Sedangkan
kapasitas terkecil terjadi pada bulan September periode kedua yaitu sebesar 16,5888
juta m3. Berdasarkan grafik pada Gambar 3, diperoleh hubungan volume
tampungan dengan elevasi dan volume, yaitu berbanding lurus. Semakin tinggi
volume tampungan semakin tinggi pula nilai elevasi dan volume. Sedangkan luas
genangan semakin menurun apabila elevasi menurun dan volume bertambah.

Saran
Praktikum sudah baik perlu adanya pemahaman lebih tentang apa yang
dikerjakan dan dibuat dalam praktikum agar hasil yang didapatkan dari praktikum
pun dimengerti oleh praktikan sampai di luar kepala.

Daftar Pustaka
Blake GR. 1986. Methods of Soil Analysis Second ed. (WI): Madison.
Fajri NA. 2007. Evaluasi desain instalasi pengolahan air PDAM Ibukota
Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten. Jurnal Presipitasi. 3(2) : 78-85.
Hardiyatmo, Hary C. 1996. Teknik Fondasi 1. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Hillel D. 1982. Introduction to Soil Physics. New York (US) : Academic Press.
Rostianingsih S, Handoyo I, Gundi K. 2004. Pemodelan peta topografi ke objek
tiga dimensi. Jurnal Informatika. 5(1): 14 – 21.
Saputro H. 2015. Perancangan Jaringan Irigasi Pedesaan Di Desa Leuwisadeng,
Kecamatan Leuwisadeng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. [Skirpsi]. Bogor.
Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Triadmodjo, Bambang. 2006. Hidrologi Terapan. Yogyakarta (ID): Beta offset.
Vesic AS. (1967). Ultimate Loads and Settlements of Deep Foundation on Sand,
Lecture 6 dalam A.S. Vesic (Ed.), Proc. of A Symposium : Bearing Capacity and
Settlement of Foundations. Duke University, Durham, North Carolina.
Lampiran 1 Data Hasil Perhitungan

Tabel 4 Perhitungan Kapasitas Embung


Outflo Outflo Kekuranga Kelebiha
Inflow Inflow Volume
Bula Tangga w w n n
n l
( m3/dt (106 ( m3/dt (106
) m3) ) m3) (106 m3) (106 m3) (106 m3)
[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] [9]
15 20,5 26,568 25 32,400 -5,8320 -5,8320
Jan
30 15,3 21,151 25 34,560 -13,4093 -19,2413
melimpa
14 42,3 54,821 25 32,400 22,4208 h
Feb
melimpa
28 45,1 54,553 25 30,240 24,3130 h
melimpa
15 39 50,544 25 32,400 18,1440 h
Mar
melimpa
30 58 80,179 25 34,560 45,6192 h
melimpa
Apr 15 50,3 65,189 25 32,400 32,7888 h
30 10,9 14,126 25 32,400 -18,2736 -18,2736
15 15 19,440 25 32,400 -12,9600 -31,2336
Mei melimpa
30 44,1 60,964 25 34,560 26,4038 h
15 8,6 11,146 25 32,400 -21,2544 -21,2544
Jun
30 9,4 12,182 25 32,400 -20,2176 -41,4720
15 8,6 11,146 25 32,400 -21,2544 -62,7264
Jul
30 9 12,442 25 34,560 -22,1184 -84,8448
Agus 15 14,2 18,403 25 32,400 -13,9968 -98,8416
t melimpa
30 45,7 63,176 25 34,560 28,6157 h
melimpa
Sep 15 43,2 55,987 25 32,400 23,5872 h
30 12,2 15,811 25 32,400 -16,5888 -16,5888
melimpa
15 55,2 71,539 25 32,400 39,1392 h
Okt
melimpa
30 33 45,619 25 34,560 11,0592 h
15 10,2 13,219 25 32,400 -19,1808 -19,1808
Nov
30 8,4 11,612 25 34,560 -22,9478 -42,1286
15 4,8 6,221 25 32,400 -26,1792 -68,3078
Des
30 7 9,677 25 34,560 -24,8832 -93,1910
Tabel 5 Perhitungan Lengkung Kapasitas Waduk
Selisih Luas Volume
Luas Rata- Volume
dengan Kontur Antar
Elevasi Rata Antar Tampungan
No. Kontur β (daerah Interval
Kontur Waduk
Terendah genangan) Kontur

(m) (m) (m2) (m2) (m3) (m3)


(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1 283 0 1,05 0 0 0 0
2 284 1 1,05 10500 5250 5250 5250
3 285 2 1,05 21000 15750 31500 36750
4 286 3 1,05 31500 26250 52500 89250
5 287 4 1,05 42000 36750 73500 162750
6 288 5 1,05 52500 47250 94500 257250
7 289 6 1,05 63000 57750 115500 372750
8 290 7 1,05 73500 68250 136500 509250
9 291 8 1,05 84000 78750 157500 666750
10 292 9 1,05 94500 89250 178500 845250
11 293 10 1,05 105000 99750 199500 1044750
12 294 11 1,05 115500 110250 220500 1265250
13 295 12 1,05 126000 120750 241500 1506750
14 296 13 1,05 136500 131250 262500 1769250
15 297 14 1,05 147000 141750 283500 2052750
16 298 15 1,05 157500 152250 304500 2357250
17 299 16 1,05 168000 162750 325500 2682750
18 300 17 1,05 178500 173250 346500 3029250
19 301 18 1,05 189000 183750 367500 3396750
20 302 19 1,05 199500 194250 388500 3785250
21 303 20 1,05 210000 204750 409500 4194750
22 304 21 1,05 220500 215250 430500 4625250
23 305 22 1,05 231000 225750 451500 5076750
24 306 23 1,05 241500 236250 472500 5549250
25 307 24 1,05 252000 246750 493500 6042750
26 308 25 1,05 262500 257250 514500 6557250
27 309 26 1,05 273000 267750 267750 6825000
28 310 27 1,05 283500 278250 278250 7103250
29 308 25 1,05 262500 273000 273000 7376250
30 309 26 1,05 273000 267750 267750 7644000
31 310 27 1,05 283500 278250 278250 7922250
32 311 28 1,05 294000 288750 288750 8211000
33 312 29 1,05 304500 299250 299250 8510250
34 313 30 1,05 315000 309750 309750 8820000
35 314 31 1,05 325500 320250 320250 9140250
36 315 32 1,05 336000 330750 330750 9471000
37 316 33 1,05 346500 341250 341250 9812250
38 317 34 1,05 357000 351750 351750 10164000
39 318 35 1,05 367500 362250 362250 10526250
Lampiran 2 Peta Wilayah Desa Leuwisadeng

Gambar 3 Peta peletakan embung desa Leuwisadeng

Anda mungkin juga menyukai