Prastowo,
M.Eng
2. Dr. Ir. Roh Santoso
Budi Waspodo, M.T
3. Sutoyoo, S.TP, M.Si
Disusun oleh :
TINJAUAN PUSTAKA
Perencanaan embung memerlukan bidang-bidang ilmu pengetahuan lain yang
dapat mendukung untuk memperoleh hasil perencanaan konstruksi embung yang
handal dan komprehensif dan bangunan multiguna. Ilmu geologi, hidrologi,
hidrolika dan mekanika tanah merupakan beberapa ilmu yang akan digunakan
dalam perencanaan embung ini yang saling berhubungan. Dasar teori ini
dimaksudkan untuk memaparkan secara singkat mengenai dasar-dasar teori
perencanaan embung yang akan digunakan dalam perhitungan konstruksi dan
bangunan pelengkapnya. Dalam perhitungan dan perencanaan embung, ada
beberapa acuan yang harus dipertimbangkan untuk mengambil suatu keputusan.
Untuk melengkapi perencanaan embung ini, maka digunakan beberapa standar
antara lain : Tata Cara Penghitungan Struktur Beton SK SNI T-15-1991-03,
Penentuan Beban Gempa pada Bangunan Pengairan, 1999/2000, Panduan
Perencanaan Bendungan Urugan, Juli 1999, Peraturan Muatan Indonesia 1970 serta
beberapa standar lainnya.
Ketersediaan air adalah jumlah air (debit) yang diperkirakan terus menerus ada
di suatu lokasi (bendung atau bangunan air lainnya) di sungai dengan jumlah
tertentu dan dalam jangka waktu (periode) tertentu (Direktorat Irigasi 1980). Untuk
keperluan irigasi, debit minimum sungai untuk kemungkinan terpenuhi ditetapkan
sebesar 80% (Bambang Triatmodjo 2008). Debit adalah suatu koefisien yang
menyatakan banyaknya air yang mengalir dari suatu sumber persatu-satuan waktu,
biasanya diukur dalam satuan m³ per detik (Soemarto 1993).
Daya dukung tanah secara garis besar dapat didefinisikan sebagai tahanan geser
tanah untuk melawan penurunan akibat pembebanan, yaitu tahanan geser yang
dapat dikerahkan oleh tanah di sepanjang bidang gesernya (Hary Christady H,
1996). Sedangkan daya dukung ultimit (qult) didefinisikan sebagai tekanan terkecil
yang dapat menyebabkan keruntuhan geser pada tanah pendukung tepat di bawah
dan di sekeliling pondasi (R.F Craig, 1991).
Berat jenis partikel, ρs, adalah perbandingan antara massa total fase padat tanah
Ms dan volume fase padat Vs. Massa bahan organik dan anorganik diperhitungkan
sebagai massa padatan tanah dalam penentuan berat jenis partikel tanah. Berat jenis
partikel mempunyai satuan Mg m-3 atau g cm-3 . Penentuan berat jenis partikel
penting apabila diperlukan ketelitian pendugaan ruang pori total. Berat jenis
partikel berhubungan langsung dengan berat volume tanah, volume udara tanah,
serta kecepatan sedimentasi partikel di dalam zat cair. Penentuan tekstur tanah
dengan metode sedimentasi, perhitungan-perhitungan perpindahan partikel oleh
angin dan air memerlukan data berat jenis partikel. Untuk tanah mineral, ρs sering
diasumsikan sekitar 2,65 g cm-3 (Hillel, 1982). Akan tetapi, sebenarnya berat jenis
partikel tanah sangat bervariasi tergantung kepada komposisi mineral tanah
tersebut.
Penentuan di Desa Leuwisadeng dengan penempatan bending berada di elevasi
tertinggi aliran sungai (311 mdpl) dan letak reservoir berada di elevasi tertinggi
lahan pertanian (310 mdpl). Bangunan penangkap mata air berada di elevasi
tertinggi lahan (315 mdpl) yang berada di dekap sumber mata air. Berdasarkan
definisi yang dikeluarkan oleh WMO bahwa lama penyinaran matahari (LPM)
didefinisikan sebagai kekuatan insolasi ang melebihi batas 120 W/m2 (WMO
2008).
METODOLOGI
Praktikum Teknik Irigasi mengenai perancangan embung untuk keperluan
pertanian dilaksanakan pada hari Selasa, 9 April 2019 pada pukul 10.30-12.30 di
Lab Komputer Departeman Teknik Sipil dan Lingkungan. Praktikum diawali
dengan pencarian data yang dibutuhkan guna merancang embung, dan dilanjutkan
dengan proses perhitungan dimensi serta simulasi embung yang telah dirancang.
Tahapan pelaksanaan praktikum perencanaan embung dapat dilihat melalui
diagram alir yang disajikan pada Gambar 1.
Mulai
Pengumpulan data berupa debit sungai bulanan dalam tiga tahun terakhir, nilai
evaporasi air bebas, kebutuhan air irigasi tanaman tomat sesuai penjadwalan pola
tanam, dan elevasi daerah Leuwisadeng, Bogor, Jawa Baart
Perhitungan kapasitas embung yang sesuai dengan debit inflow dan outflow
Perhitungan data simulasi berupa luasan dan kapasitas embung sesuai dengan kontur
pada daerah Leuwisadeng
Perhitungan dan simulasi embung yang direncanakan dengan nilai luasan yang
dibutuhkan untuk menampung air kebutuhan tiap bulan, menentukan kapasitas akhir
embung, limpasan air
Selesai
1
V = × m × (A × A0,5 )................................................................................. (1)
3
Keterangan :
V = Volume embung (juta m3)
m = Perbedaan elevasi (m)
A = Luas area tiap elevasi (juta m2)
Sedangkan data kebutuhan air irgasi dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan
tabel 2 kebutuhan air irgasi hanya terjadi pada bulan September, sebesar 221,4
l/dt/Ha pada periode 1 dan 220,2 pada periode 2.
Kebutuhan Air
Bulan Periode
Irigasi (l/dt/Ha)
1 0
Januari
2 0
1 0
Februari
2 0
1 0
Maret
2 0
1 0
April
2 0
1 0
Mei
2 0
1 0
Juni
2 0
1 0
Juli
2 0
1 0
Agustus
2 0
Septembe 1 0
r 2 0
1 221,4
Oktober
2 220,2
1 0
November
2 0
1 0
Desember
2 0
Menentukan lokasi penempatan embung yaitu berada pada elevasi terendah pada
aliran sungai tertentu dengan kondisi terapit oleh dua daerah yang lebih tinggi.
Untuk menentukan penemptan lokasi embung diperlukan peta topografi wilayah.
Adapun peta topografi desa Leuwisadeng disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2 Peta topografi desa Leuwisadeng
Luas Volume
Elevasi
(juta m2) (juta m3)
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 3, dapat ditetapkan bahwa embung
ditempatkan pada ketinggian 150 m hingga 315 m. Volume semakin meningkat
seiring bertambahnya ketinggian, dengan volume pada elevasi tertinggi adalah 0,02
juta m3.
300
Elevasi (m)
295
Volume
tampungan
Luas
290 genangan
285
280
0 1000000 2000000 3000000 4000000
Volume (juta m3)
Gambar 3 Lengkung kapasitas waduk
SIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum, diperoleh data volume waduk yang disajikan pada
Tabel 4 Lampiran 1 bahwa pada bulan Februari, Maret, April periode 1, Mei periode
2, Agustus periode 2, September periode 1 dan Oktober jumlah air melimpah,
sedangkan bulan lainnya jumlah air mengalami kekurangan. Kekurangan terbesar
terjadi pada bulan Agustus periode 1 yaitu sebesar 98,84 m3. Sedangkan volume air
yang berkelebihan terjadi pada bulan Maret periode 2 yaitu sebesar 45,61 m3. Dari
hasil tersebut didapat kapasitas tampungan waduk sebesar 98,8416 juta m3. Nilai
kapasitas total tiap bulan berfluktuasi, hal ini dikarenakan jumlah kebutuhan air
yang berbeda serta nilai outflow dan inflow yang diterima berbeda. Kapasitas
terbesar terjadi pada bulan Desember yaitu sebesar 161,4989 juta m3. Sedangkan
kapasitas terkecil terjadi pada bulan September periode kedua yaitu sebesar 16,5888
juta m3. Berdasarkan grafik pada Gambar 3, diperoleh hubungan volume
tampungan dengan elevasi dan volume, yaitu berbanding lurus. Semakin tinggi
volume tampungan semakin tinggi pula nilai elevasi dan volume. Sedangkan luas
genangan semakin menurun apabila elevasi menurun dan volume bertambah.
Saran
Praktikum sudah baik perlu adanya pemahaman lebih tentang apa yang
dikerjakan dan dibuat dalam praktikum agar hasil yang didapatkan dari praktikum
pun dimengerti oleh praktikan sampai di luar kepala.
Daftar Pustaka
Blake GR. 1986. Methods of Soil Analysis Second ed. (WI): Madison.
Fajri NA. 2007. Evaluasi desain instalasi pengolahan air PDAM Ibukota
Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten. Jurnal Presipitasi. 3(2) : 78-85.
Hardiyatmo, Hary C. 1996. Teknik Fondasi 1. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Hillel D. 1982. Introduction to Soil Physics. New York (US) : Academic Press.
Rostianingsih S, Handoyo I, Gundi K. 2004. Pemodelan peta topografi ke objek
tiga dimensi. Jurnal Informatika. 5(1): 14 – 21.
Saputro H. 2015. Perancangan Jaringan Irigasi Pedesaan Di Desa Leuwisadeng,
Kecamatan Leuwisadeng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. [Skirpsi]. Bogor.
Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Triadmodjo, Bambang. 2006. Hidrologi Terapan. Yogyakarta (ID): Beta offset.
Vesic AS. (1967). Ultimate Loads and Settlements of Deep Foundation on Sand,
Lecture 6 dalam A.S. Vesic (Ed.), Proc. of A Symposium : Bearing Capacity and
Settlement of Foundations. Duke University, Durham, North Carolina.
Lampiran 1 Data Hasil Perhitungan