Abstrak: Sistem instalasi perpipaan merupakan jalur pipa yang berfungsi untuk mengantarkan atau
mengalirkan suatu fluida dari tempat yang lebih rendah ke tujuan yang diinginkan dengan bantuan
mesin atau pompa. Pada instalasi plambing sering ditemukan tekanan air yang kurang sehingga debit
pengaliran air bersih mengalir dengan debit yang kecil terutama pada lantai teratas dari bangunan
dikarenakan tekanan air bersih yang digunakan dibawah tekanan minimal yang dipersyaratkan. Pada
perancangan sistem plambing ini diperlukan sistem distribusi air bersih yang sesuai dengan jenis
bangunan sehingga tekanan dan debit pengaliran air bersih pada masing-masing lantai dapat
terpenuhi. Praktikum penentuan dimensi dan volume hidrofor (tangki tekan) dilaksanakan pada hari
Jumat, 12 September 2019 pukul 08.00-11.00 WIB di Laboratorium Struktur Departemen Teknik Sipil
dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Alat yang digunakan dalam
paktikum kali ini adalah perangkat lunak Microsoft Excel dan AutoCad serta bahan yang digunakan
dalam prakikum dalam praktikum adalah data primer dan data sekunder perhitungan berdasarkan
hukum Boyle. Volume tangki tekan yang didapat sebesar 1366,78 m3 yang merupakan hasil
perbandingan presentasi volume efektif air dengan air yang harus disimpan dalam tabung. Dimensi
tangki tekan direncanakan dengan perbandingan diameter dengan tinggi sebesar 1:2, sehingga
didapatkan diameter tangki tekan sebesar 0,95 m dan tinggi tangki tekan sebesar 1,91 m.
Kata kunci: Boyle, dimensi, hidrofor, tangki tekan,volume
Abstract : Piping installation system is a pipeline that serves to deliver or flow fluid from lower places
to the destination needed with the help of an engine or pump. In plumbing installation, it is often found
that water pressure is less so that the flow of clean water flowing with a small flow, especially on the
top floor of the building due to the pressure of clean water used under the minimum pressure required.
In the design of this plumbing system a clean water distribution system is needed in accordance with
the type of building so that the pressure and discharge of clean water on each floor can be met. The
practicum for determining the dimensions and volume of hydropore (press tank) was held on Friday,
12 September 2019 at 08.00-11.00 WIB at the Structure Laboratory of the Department of Civil and
Environmental Engineering, Faculty of Agricultural Technology, Bogor Agricultural University. The
tools used in this practice are Microsoft Excel and AutoCad software and the materials used in
pracicum in practicum are primary data and secondary data calculations based on Boyle's law. The
volume of the compressed tank obtained was 1366.78 m3 which is the result of comparing the effective
volume presentation of water with water that must be stored in a tube. Dimension of the pressure tank
is planned with a diameter to height ratio of 1: 2, so that the diameter of the pressure tank is 0.95 m
and the height of the tank is 1.91 m.
Keywords : Boyle, dimension, hidrofor, pressure tank, volume.
PENDAHULUAN
Sistem instalasi perpipaan merupakan jalur pipa yang berfungsi untuk
mengantarkan atau mengalirkan suatu fluida dari tempat yang lebih rendah ke tujuan
yang diinginkan dengan bantuan mesin atau pompa. Sistem perpipaan harus
dilaksanakan sepraktis mungkin dengan minimum bengkokan dan sambungan las
atau brazing, sedapat mungkin dengan flens atau sambungan yang dapat dilepaskan
dan dipisahkan bila perlu sehingga air bersih dapat didistribusikan secara merata ke
seluruh tempat pada gedung tersebut (Rahyono et.al.). Selain perencanaan sistem
elektrikal dan perancangan gedung itu sendiri, dibutuhkan pula perencanaan sistem
mekanikal gedung yang meliputi sistem ventilasi mekanis, sistem proteksi kebakaran
dan sistem plambing yang layak sehingga penghuni dapat merasakan kenyamanan
ketika berada pada sebuah bangunan gedung. Perbedaan tinggi tiap lantai gedung dari
permukaan tanah pada gedung bertingkat tidak sama, ini menyebabkan besar tekanan
air bersih yang keluar dari alat plumbing pada tiap lantai tidak sama. Guna
menghasilkan tekanan dan debit air yang optimal dibutuhkan perancangan instalasi
yang baik (Dermawan et al.2014). Sehingga untuk mengatasi hal tersebut, dibutuhkan
sistem pendistribusian air bersih yang baik untuk menjamin ketersedaan air bersih
bagi konsumen.
Pada instalasi plambing sering ditemukan tekanan air yang kurang sehingga debit
pengaliran air bersih mengalir dengan debit yang kecil terutama pada lantai teratas
dari bangunan dikarenakan tekanan air bersih yang digunakan dibawah tekanan
minimal yang dipersyaratkan. Pada perancangan sistem plambing ini diperlukan
sistem distribusi air bersih yang sesuai dengan jenis bangunan sehingga tekanan dan
debit pengaliran air bersih pada masing-masing lantai dapat terpenuhi. Oleh karena
itu, praktikum ini bertujuan merencanakan dimensi dan juga volume yang tepat pada
tangki tekan (hidrofor) agar penggunaannya bisa se-efisien mungkin.
TINJAUAN PUSTAKA
Plambing merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam pembangunan
gedung. Oleh karena itu, perencanaan dan perancangan sistem plambing haruslah
dilakukan bersamaan dan sesuai dengan tahapan-tahapan perencanaan dan
perancangan gedung itu sendiri, dengan memperhatikan secara seksama hubungannya
dengan bagian-bagian kontruksi gedung serta dengan peralatan lainnya yang ada pada
gedung tersebut. Adapun fungsi dari instalasi plambing adalah menyediakan air
bersih ke tempat-tempat yang dikehendaki dengan tekanan dan jumlah aliran yang
cukup dan membuang air buangan dari tempat-tempat tertentu tanpa mencemarkan
bagian penting lainnya (Suhardiyanto 2016).
Menurut Morimura dan Noerbambang (1986), terdapat beberapa sistem
penyediaan air bersih, yaitu diantaranya ialah sistem sambungan langsung, sistem
tangki atap, dan sistem tangki tekan (hidrosfor). Sistem sambungan langsung adalah
sistem dimana pipa distribusi dalam gedung disambung langsung dengan pipa utama
penyediaan air bersih. Hal ini menyebabkan terbatasnya tekanan dalam pipa utama
dan dibatasinya ukuran pipa cabang dari pipa utama. Sistem ini sering diterapkan
pada rumah dan gedung skala rendah.
Sistem tangki atap merupakan sistem dimana air ditampung lebih dahulu dalam
tangki bawah (dipasang pada lantai terendah bangunan atau dibawah muka tanah)
kemudian dipompakan ke suatu tangki atas yang biasanya dipasang diatas atap atau
diatas lantai tertinggi bangunan. Sistem tangki atap ini diterapkan dengan alasan-
alasan berikut :
- Selama air digunakan, perubahan tekanan yang terjadi pada alat plambing hampir
tidak terjadi, perubahan tekanan ini hanyalah akibat muka air dalam tangki atap.
- Sistem pompa yang dinaikkan air tangki atap bekerja otomatis dengan cara yang
sangat sederhana sehingga kecil sekali kemungkinan timbulnya kesulitan. Pompa
biasanya dijalankan dan dimatikan oleh alat yang mendeteksi muka dalam tangki
atap.
- Perawatan tangki atap sangat sederhana jika dibandingkan dengan tangki tekan.
Apabila tekanan air dalam pipa utama cukup besar, air dapat langsung dialirkan ke
dalam tangki atap tanpa disimpan dalam tangki bawah dan dipompa. Dalam keadaan
demikian ketinggian lantai atas yang dapat dilayani akan tergantung pada besarnya
tekanan air dalam pipa utama. Hal terpenting dalam sistem tangki atap ini adalah
menentukan letak “tangki atap” tersebut apakah dipasang di dalam langit-langit, atau
di atas atap (misalnya untuk atap dari beton) atau dengan suatu kontruksi menara
yang khusus. Penentuan ini harus didasarkan pada jenis alat plambing yang dipasang
pada lantai tertinggi bangunan dan tekanan kerja yang tinggi. Contoh tangki atap
dapat dlihat pada Gambar 1.
Sistem tangki tekan atau hidrosfor berprinsip yaitu air yang telah ditampung di
tangki bawah, dipompakan ke sebuah tangki tertutup sehingga udara di dalamnya
terkompresi. Air dari tangki kemudian dialirkan ke sistem distribusi bangunan.
Daerah fluktuasi tekanan tergantung pada tinggi bangunan, misalnya untuk bangunan
2 sampai 3 lantai tekanan air harus mencapai 1,0 kg/cm² sampai 1,5 kg/cm² atau 10
mka sampai 11,5 mka (muka kolam air) (Morimura dan Noerbambang, 1986). Sistem
tangki tekan biasanya dirancang sedemikian rupa agar volume udara tidak lebih dari
30% terhadap volume tangki dan 70% volume tangki berisi air. Jika awalnya tangki
tekan berisi udara bertekanan atmosfer, kemudian diisi air, maka volume aur yang
akan mengalir hanya 10% volume tangki. Untuk mengatasi hal ini, dimasukkan udara
kempa bertekanan lebih besar daripada tekanan atmosfer. Sistem tangki tekan dapat
dilihat pada Gambar 2.
METODOLOGI
Praktikum penentuan dimensi dan volume hidrofor (tangki tekan) dilaksanakan
pada hari Jumat, 12 September 2019 pukul 08.00-11.00 WIB di Laboratorium
Struktur Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian,
Institut Pertanian Bogor. Alat yang digunakan dalam paktikum kali ini adalah
perangkat lunak Microsoft Excel dan AutoCad serta bahan yang digunakan dalam
prakikum dalam praktikum adalah data primer dan data sekunder perhitungan
berdasarkan hukum Boyle. Pelaksanaan praktikum dapat digambarkan pada Gambar
3 di bawah ini.
Mulai
Selesai
Berdasarkan Tabel 1, head pompa yang diperlukan sebesar 37,35 m. besar tekanan
minimum dan maksimum sebesar 3,7 kg/cm2 dan 4,7 kg/cm2. Tekanan air yang
terlalu kecil menyebabkan tidak dapat terpenuhinya kecukupan kebutuhan air,
sedangkan tekanan air yang terlalu besar dapat menimbulkan rasa sakit bagi
pengguna akibat pancaran air yang terlalu keras serta dapat mempercepat kerusakan
peralatan plambing dan menambah kemungkinan timbulnya pukulan air. Pompa
mulai mengisi air pada tangki kosong pada waktu tekanan 3,7 kg/cm2 , sehingga
volume airnya telah mencapai 78,28% dari volume tangki. Sedangkan saat pompa
telah berhenti pada waktu tekanan 4,7kg/cm2, sehingga volume airnya telah mencapai
81,94%. Maka perbandingan volume efektif sebesar 3,66%. Setelah itu dilakukan
perhitungan dimesi tangki tekan. Guna menyimpan air dalam tabung adalah sebesar
50 Liter. Volume tangki tekan yang didapat sebesar 1366,78 m3 yang merupakan
hasil perbandingan presentasi volume efektif air dengan air yang harus disimpan
dalam tabung. Dimensi tangki tekan direncanakan dengan perbandingan diameter
dengan tinggi sebesar 1:2, sehingga didapatkan diameter tangki tekan sebesar 0,95 m
dan tinggi tangki tekan sebesar 1,91 m. Sehingga tangki tekan yang direncanakan
dapat dilihat pada Gambar 4, serta skema plambing yang telah dilengkapi dengan
tangki tekan dapat dilihat pada Gambar 5.
SIMPULAN
Head pompa yang diperlukan sebesar 37,35 m. besar tekanan makasimum dan
minimum sebesar 3,7 kg/cm2 dan 4,7 kg/cm2. Tekanan air yang terlalu kecil
menyebabkan tidak dapat terpenuhinya kecukupan kebutuhan air, sedangkan tekanan
air yang terlalu besar dapat menimulkan rasa sakit bagi pengguna akibat pancaran air
yang terllau keras serta dapat mempercepat kerusukan peralatan plambing dan
menambah kemungkinan timbulnya pukulan air. Volume tangki tekan yang didapat
sebesar 1366,78 m3 yang merupakan hasil perbandingan presentasi volume efektif air
dengan air yang harus disimpan dalam tabung. Dimensi tangki tekan direncanakan
dengan perbandingan diameter dengan tinggi sebesar 1:2, sehingga didapatkan
diameter tangki tekan sebesar 0,95 m dan tinggi tangki tekan sebesar 1,91 m.
DAFTAR PUSTAKA
Dermawan V, Hendrawan AP, Susilo JJ. 2014. Studi perencanaan penyediaan air
bersih pada gedung bertingkat Tunjungan Plasa VI Kota Surabaya. Jurnal
Pegairan. 2(1): 2-8.
Rahyono, Purwantono, Pratama. 2018. Pengaruh tidak normalnya hydrophore tank
terhadap suplai air tawar ke akomodasi di MV. Sinar Banda. Prosiding Seminar
Bidang Teknika Pelayaran volume 9.
Suhardiyanto. 2016. Perancangan sistem plambing instalasi air bersih dan air buangan
pada pembangunan gedung perkantoran bertingkat tujuh lantai. Jurnal Teknik
Mesin. 5(3): 1-8.