Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMIPAAN
ACARA : INSTALASI PERPIPAAN “IRIGASI TETES”

Disusun oleh

Nama : Asfa Asfia Saputra


NIM : 021190006
Fakultas/Jurusan : Teknik Industri / D3 Teknik Kimia
Hari, Tanggal : Kamis, 8 April 2021
Plug/Kelompok : A/1
Asisten Pembimbing : Dwi Yudha, S.T

LABORATORIUM PEMPAAN
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL
“VETERAN” YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2021
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM PEMIPAAN
ACARA : INSTALASI PERPIPAAN “IRIGASI TETES”

Disusun oleh

Nama : Asfa Asfia Saputra


NIM : 021190006
Fakultas/Jurusan : Teknik Industri / D3 Teknik Kimia
Hari, Tanggal : Kamis, 8 April 2021
Plug/Kelompok : A/1
Asisten Pembimbing : Dwi Yudha, S.T

Disetujui Oleh,
Asisten Pembimbing

Dwi Yudha, S.T


KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Pemipaan
tentang Instalasi Perpipaan “Irigasi Tetes” ini dengan baik.

Saya berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan terlibat
dalam proses pembuatan laporan praktikum ini, terkhusus kepada :

1. Susanti Rina Nugraheni, S.T., M.Eng. selaku dosen pengampu praktikum


pemipaan.

2. Asisten pembimbing yang telah memberikan arahan selama praktikum


berlangsung.

3. Rekan kelompok praktikum atas kerja sama yang baik selama praktikum
berlangsung.
Laporan ini saya susun untuk melengkapi tugas Praktikum Pemipaan
semester genap D3 Teknik Kimia Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta. Semoga dengan dibuatnya laporan ini dapat berguna untuk kita
semua.

Laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,saya sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaannya.

Yogyakarta, 8 April 2021

Praktikan

Asfa Asfia Saputra


BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Musim penghujan relatif pendek bila dibanding musim kemarau, keadaan saat
ini sangat mempengaruhi teknologi konservasi tanah dan diperlukan teknik
penggunaan air bagi tanaman yang tepat. Pemberian irigasi yang tidak tepat
menjadi penyebab utama rendahnya produktifitas tanaman. Hal ini terlihat jelas
dari sebagian besar tanaman yang mati akibat terjadinya pembusukan akar yang
disebabkan kelebihan air atau kematian tanaman karena kekurangan air, karena
pemberian irigasi sistem tradisional yang diterapkan petani memberikan air tanpa
adanya takaran yang sesuai dengan kebutuhan tanaman. Oleh karena itu,
diperlukan pemberian irigasi tetes yang terkontrol pada tanaman untuk
meningkatkan produksi tanaman.
Pengelolaan sumber daya air dan pemanfaatan yang tepat merupakan
faktoryang paling penting dalam menentukan keberhasilanusaha untuk
meningkatkan produksi tanaman, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.
Kandungan airdalam tanahmerupakan salah satu hal yang penting pada produksi
tanaman.Keberhasilan sistem penanaman akan tercapai apabila diatur jumlah dan
waktu pemberian airnya. Kelebihan dan kekurangan air juga akan menghambat
pertumbuhan dan mempengaruhi produksi tanaman.Air di dalam
pertumbuhantanaman diperlukan sebagai media transportasi hara dari dalam tanah
ke seluruh bagian tanaman. (Rohmad, 2017)
Secara umum pengelolaan irigasi bertujuan untuk memaksimalkan produksi
hasil tanaman dalam hubungannya dengan efisiensi, biaya operasi dankemudahan
operasional. Irigasi tetes menjadi salah satu pilihan dalam metode pemberian air
irigasi, karena memiliki efisiensi yang paling tinggi. Sistem irigasi tetes bisa
digunakan untuk hampir semua jenis tanaman seperti tanaman sayur-sayuran,
buah-buahan, tanaman merambat dan tanaman lain yang mempunyainilai
ekonomis yang tinggi. (Rohmad, 2017)
Teknik Irigasi Tetes (media pipa paralon PVC dan selang infus) dilakukan
agar produksi tanaman semakin meningkat dan tingkat kematian tanaman semakin
berkurang. Pemberian air pada tanaman harus memperhatikan kebutuhan air pada
tanaman tersebut, apabila air yang diberikan pada tanaman tersebut berlebihan,
maka tanaman tersebut akan layu dan mati. Hingga awal abad 20, pengembangan
irigasi berkelanjutan merupakan bagian dari pengembangan kemanusiaan.

I.2 Tujuan
1. Menentukan berbagai jenis pipa dan sambungan dalam rangkaian irigasi
tetes.
2. Menghitung flow rate keluaran total dari sistem irigasi tetes.

I.3 Dasar Teori


Irigasi tetes (trickle irrigation) merupakan sistem irigasi yang pemberian
airnya melalui jalur pipa ekstensif biasanya dengan diameter kecil ke tanah dekat
tanaman. Pada sistem irigasi tetes, pemberian air dilakukan dengan menggunakan
beberapa nozel yang diletakkan di permukaan tanah dekat dengan perakaran
tanaman. Alat pengeluaran air pada pipa disebut emitter (penetes) yang
mengeluarkan air hanya beberapa liter per jam. Dari penetes, air menyebar secara
horizontal dan vertikal oleh gaya kapiler tanah yang diperbesar pada arah gerakan
vertikal oleh gravitasi. Luas daerah yang terbasahi oleh penetes tergantung pada
besarnya aliran, jenis tanah, kelembaban tanah, dan permeabilitas tanah vertikal
dan horizontal.(Hansen et al., 1986)
Pengembangan fisik irigasi (bangunan berikut jaringan irigasi) berada dalam
kedudukan yang sama penting dengan aspek pengelolaan. Irigasi secara umum
didefinisikan sebagai penggunaan air pada tanah untuk keperluan penyediaan
cairan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Pemberian air irigasi dapat
dilakukan dalam 5 cara:
a. Penggenangan (flooding).
b. Menggunakan alur, besar atau kecil.
c. Menggunakan air dibawah permukaan tanah melalui sub irigasi sehingga
menyebabkan permukaan air tanah naik.
d. Penyiraman (sprinkling).
e. Sistem cucuran (trickle).
Salah satu rahasia membuat tanaman subur dan sehat adalah dengan cara
mengalirkan air yang sering sampai ke dalam akar. Sistem irigasi tetes sangat baik
digunakan untuk tanaman bunga, sayuran, semak, dan tanaman rumah kaca,
karena sistemnya yang terus menerus mengalirkan air tetes demi tetes.
Penggunaan sistem ini dapat banyak mengemat waktu dan uang, karena tidak
perlu menyiram air secara berlebihan setiap saat yang hal ini membutuhkan
banyak air dan membuat tanaman menjadi rusak.
Irigasi cucuran atau irigasi tetes (drip) terdiri dari jalur pipa yang ekstensif,
biasanya dengan diameter kecil yang memberikan air yang tersaring langsung ke
tanah dekat dengan tanaman. Alat pengeluaran air pada pipa disebut pemancar
(emitter) yang mengeluarkan air hanya beberapa liter per jam. Air menyebar dari
pemancar secara menyamping dan tegak oleh gaya kapiler tanah yang diperbesar
pada arah gerakan vertikal oleh gravitasi. Daerah yang dibatasi pemancar
tergantung kepada besarnya aliran, jenis tanah, kelembaban tanah, dan
permeabilitas tanah vertikal dan horizontal. (Hansen dkk, 1986)
Pada irigasi tetes hanya zona perakaran tanaman yang diberi air dan dengan
pengelolaan yang tepat kehilangan perlokasi dalam menjadi minimal. Evaporasi
dari tanah bisa lebih rendah karena hanya sebagian dari luasan permukaan tanah
yang basah. Kebutuhan tenaga kerja lebih rendah dan sistem ini dapat
dioperasikan secara otomatis. Pengurangan kehilangan perlokasi dan evaporasi
akan menghasilkan penggunaan air yang ekonomis. Gulma lebih mudah
dikendalikan, terutama pada daerah lahan yang tidak diberi air. Bakteri, hama dan
penyakit lain yang tergantung pada lingkungan lembab dapat dikurangi, karena
bagian tanaman yang ada di atas tanah umumnya kering.
Secara teoritis efisiensi irigasi tetes relatif lebih tinggi dari irigasi yang
lain,karena sistem irigasi tetes hanya memberikan air pada daerah perakaran,
sehinggamengurangi kehilangan air irigasi pada bagian lahan yang tidak efektif
untuk pertumbuhan tanaman. Namun demikian dalam aplikasinya di lapangan,
nilaiefisiensi irigasi tetes yang relatif tinggi ini dapat tercapai bila memenuhi dua
persyaratan (Prastowo dan Liyantono, 2002), yaitu :
1. Jaringan irigasi tetes yang dibangun dapat memberikan air secara seragam.
2. Pengoperasian jaringan irigasi dilakukan dengan jadwal yang tepat.
Tujuan dari irigasi tetes adalah untuk memenuhi kebutuhan air tanamantanpa
harus membasahi keseluruhan lahan, sehingga dapat mereduksi kehilangan air
akibat penguapan yang berlebihan, pemakaian air lebih efisien,
mengurangilimpasan, serta menekan atau mengurangi pertumbuhan gulma
(Hansen, 1986).
BAB II
PELAKSANAAN DAN PERCOBAAN

II.1 Alat dan Bahan


A. Alat B. Bahan
1. Tangki air 1. Air

2. Kran
3. Pipa PVC
4. Sedotan plastik
5. Gelas ukur
6. Ember penampung
7. Pipa keluaran

II.2 Rangkaian Alat

Keterangan :
1. Jaringan Pipa Primer ¾
inch
2. Pipa Sekunder ½ inchi
3. Pipa Tersier ½ inchi
4. Selang infus
5. Lahan yang dialiri

Gambar II.2 Rangkaian Alat Irigasi Tetes


II.3 Diagram Alir

Menyiapkan alat dan bahan

Membuat tempat untuk bak penampung air/drum dengan


ketinggian kurang lebih 2 m

Melubangi bak penampung air dengan diameter lubang ¾


inch dengan ketinggian lubang ± 10 cm dari dasar bak
penampung air

Memotong pipa primer ¾ inchi lalu memasang pada bak


penampung air/drum yang sudah dilubangi

Memasang kran air pada pipa paralon ¾/ primer

Menyambung pipa sekunder ½ inchi pada pipa primer ¾


inchi dengan pipa penyambung “Letter T”

Menyambung pipa tersier ½ inchi pada pipa sekunder ½


inchi (pipa yang berada di lahan yang akan dialiri)
dengan menggunakan pipa penyambung “Letter T dan L

Melubangi pada kedua sisi pipa tersier ½ inchi yang


disesuaikan dengan jarak tanam, lalu sambungkan selang
infus pada pipa tersier yang telah dilubangi.

Mengatur debit air yang keluar melalui selang infus


dengan menyetel pada roll pengatur yang ada pada selang
infus.
Menutup ujung pipa tersier ½ inchi dengan menggunakan
“Letter U”

Instalasi irigasi tetes siap digunakan

Gambar II.3 Diagram Alir Irigasi Tetes


BAB III
PEMBAHASAN
III.1 Pembahasan
Pada praktikum kali ini melakukan percobaan tentang Instalasi Perpipaan
“Irigasi Tetes”. Irigasi tetes merupakan sistem yang menggunakan jaringan aliran
dengan memanfaatkan gaya gravitasi. Terdapat beberapa jaringan antara lain
seperti pipa utama, pipa sub utama, dan pipa lateral. Pada ujung pipa lateral
terdapat pemancar (emitter) yang berfungsi untuk mendistribusikan air secara
merata pada tanaman sesuai kebutuhan. Pemancar tersebut terletakkan dekat
dengan perakaran, sehingga tanah pada area perakaran selalu lembab.
Adapun fungsi dari masing masing alat yang digunakan dalam irigasi tetes,
sebagai berikut:
1. Bak penampung/Tangki, untuk menampung air atau nutrisi.
2. Kran, untuk menutup dan membuka jalur air.
3. Pipa Primer, menyaring kotoran dan menyalurkan air dai bak ke pipa
sekunder.
4. Pipa Sekunder, menyalurkan air dan nutrisi dari pipa utama ke pipa
lateral.
5. Pipa Tersier/lateral, untuk menyalurkan air pipa sekunder menuju emiter
atau sebagai empat dipasangnya selang infus.
6. Emiter (selang infus), menyalurkan air dari pipa lateral menuju tanaman.
Sistem irigasi tetes memiliki cara pengontrolan yang baik mulai dari air yang
dialirkan sampai air diserap oleh tanaman. Di sisi lain sistem irigasi tetes juga
mengurangi proses penguapan/evaporasi,hal ini ditunjukkan dengan pengaliran
nutrisi yang dapat langsung diberikan untuk tanaman melalui irigasi tetes tersebut.
Sistem irigasi tetes ini cocok digunakan untuk tanaman yang ditanam secara
berderet yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, sehingga dapat menutupi biaya
penyusutan perangkat irigasi tetes.
Terdapat beberapa manfaat dari sistem irigasi tetes, antara lain :
1. Penghematan air, karena air yang dialirkan untuk menyirami tanaman
sesuai dengan kebutuhan tanaman tersebut.
2. Penghematan waktu, karena penyiraman dengan sistem irigasi tetes
dilakukan secara otomatis.
3. Penggunaan tenga kerja yang berkurang, karena penyiraman tanaman
dilakukan secara bersamaan, atau hanya dengan membuka kran.
4. Biaya tenaga kerja yang semakin sedikit/berkurang untuk dikeluarkan
dalam perawatan tanaman.
Adapun hambatan yang kadang terjadi pada sistem irigasi tetes seperti,
terjadinya penyumbatan pada selang karena adanya kotoran yang mengendap,
media tanam yang digunakan kurang tepat seperti krikil karena meiliki permukaan
yang licin dan kurang menyerap air, sehingga cairan nutrisi tida merata saat akan
diserap oleh akar.
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Pada percobaan instalasi perpipaan “irigasi tetes” yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa :
1. Sistem irigasi tetes tersebut merupakan teknologi yang membantu mengatasi
metode pengairan dalam usahatani. Dimana sistem ini dapat meminimalisir
penggunaan air sesuai kebutuhan serta penghematan biaya tenaga kerja.
2. Pada praktikum ini menjelaskan bagaimana penggunaan irigasi tetes dengan
baik dan sesuai dengan kebutuhan. Sistem irigasi tetes ini lebih tepat
diterapkan pada usahatani komoditas ekonomis dengan skala besar.
3. Perangkat yang digunakan pada sistem irigasi tetes seperti, bak
penampung/tangki, jaringan pipa primer, jaringan pipa sekunder, jaringan
pipa tesier, dan emitter (selang infus).
Daftar Pustaka

Tim Penyusun. 2021. Buku Petunjuk Praktikum Pemipaan. Yogyakarta:


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.
Fitriana Nur, Diah Arianti Forita, & Norma Semipermas Meinarti. 2017. Irigasi
Tetes: Solusi Kekurangan Air pada Musim Kemarau. Diakses dari
https://hortikultura.litbang.pertanian.go.id/Buku_Inovasi/273-277.Nur%20Fit
riana%20Irigasi%20tetes.pdf. Pada 8 April 2021.
Jimmycurug. 2018. Kelebihan dan kekurangan sistem hidroponik irigasi tetes
(Drip). Diakses dari https://jirifarm.com/2018/10/10/kelebihan-dan-kekurang
an-sistem-hidroponik-irigasi-tetes-drip/. Pada 8 April 2021.
Rohmad. 2017. LAPORAN PRAKTIKUMTEKNIK IRIGASI DAN DRAINASE.
Diakses dari https://www.academia.edu/37747898/LAPORAN_PRAKTIKU
M_irigasi_tetes. Pada 10 April 2021.
Lampiran

Gambar 1. Alat dan bahan percobaan Irigasi Tetes

Gambar 2. Mengisi seng penampung Gambar 3. Mengukur debit air pada


hingga penuh interval waktu tertentu

Gambar 4. Mengukur volume yang dihasilkan


g

Anda mungkin juga menyukai