Anda di halaman 1dari 7

JURNAL BETA (BIOSISTEM DAN TEKNIK PERTANIAN

Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian


Universitas Udayana
http://ojs.unud.ac.id/index.php/beta
Volume 10, Nomor 1, bulan April, 2022

Pengaruh Pemberian Aerasi Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Selada (Lactuca sativa L.) Pada
Sistem Hidroponik Rakit Apung (Floating Raft Hydroponic System)

The Effect of Aeration on The Growth and Production of Lettuce (Lactuca sativa L.) in The Floating
Raft Hydroponic System

Ni Kadek Sri Arini Dharmayanti, Sumiyati*, Ni Luh Yulianti


Program Studi Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Udayana,
Badung, Bali
*Email: sumiyati@unud.ac.id

Abstrak
Sistem hidroponik rakit apung adalah suatu cara untuk budidaya dengan konsep pengontrolan media tumbuh
bagi tanaman. Dalam penerapan sistem hidroponik ini ada beberapa kendala, salah satunya oksigen pada lingkungan
hidroponik ini harus terus tercukupi, sebab apabila kekurangan oksigen akan menimbulkan berbagai penyakit salah
satunya ialah busuk akar dikarenakan oksigen terlarut didalam air. Masalah ini dapat diatasi dengan memberikan
aerasi ke dalam sistem hidroponik. Tujuan dilaksanakan studi ini yaitu guna menganalisa pengaruh pemberian aerasi
terhadap budidaya selada dan guna memperoleh kapasitas aerator yang menghasilkan pertumbuhan terbaik pada
sistem hidroponik rakit apung. Dalam studi ini menerapkan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 4 perlakuan
yaitu hidroponik tanpa aerasi sebagai kontrolnya (P0), kelompok 1 diberi aerasi dengan debit aliran laju udaranya 700
liter perjam (P1), kelompok 2 diberikan aerasi dengan debit aliran laju udaranya 1500 liter perjam (P2), serta kelompok
3 diberikan aerasi dengan debit aliran laju udaranya 2000 liter perjam (P3). Setiap perlakuan dengan 4 kali
pengulangan. Sampel yang digunakan berjumlah 80. Hasil studi mengindikasikan bahwasannya (P3) mempengaruhi
perubahan oksigen terlarut, jumlah helai daun, lebar helai daun, panjang akar, berat segar tajuk, berat kering tajuk
dan warna helai daun. Perlakuan paling baik yaitu dengan pemberian aerasi yang debit alirannya 2000 liter perjam.
Nilai rerata oksigen terlarutnya yakni 8,36 mg/L, jumlah daunnya 17.6 helai, lebar helai daun 8.22 cm, panjang
akarnya 29.70 cm, berat segar tajuknya 207.12 gr, berat kering tajuknya 4.96 gr, serta warna helai daun bernilai 48.31.
Perlakuan pemberian aerasi dengan kapasitas aerator 2000 liter/jam dapat memberikan pengaruh terhadap
pertumbuhan dan produksi terbaik dibandingkan perlakuan lainnya.

Kata kunci: Aerasi, Hidroponik, Selada, Sistem Hidroponik Rakit Apung

Abstract

The floating raft hydroponic system is a method for cultivation with the concept of controlling the growing
media for plants. In the application of this hydroponic system there are several obstacles, one of them is the oxygen
in the hydroponic environment must continue to be fulfilled, because if there is a lack of oxygen it will cause various
diseases, one of them is root rot due to dissolved oxygen in the water. This problem can be overcome by providing
aeration into this hydroponic system. The purpose of this study is to analyze the effect of aeration on lettuce cultivation
and to obtain the aerator capacity that produces the best growth in the floating raft hydroponic system. In this study
applied a Randomized Block Design (RAK) with 4 treatments, namely hydroponics without aeration as the control
(P0), group 1 was given aeration with an air flow rate of 700 liters per hour (P1), group 2 was given aeration with a
flow rate of 1500 liters of air. per hour (P2), and group 3 was given aeration with an air flow rate of 2000 liters per
hour (P3). Each treatment with 4 repetitions. The samples used were 80. The results of the study indicate that (P3)
affects changes in dissolved oxygen, number of leaves, leaf width, root length, crown fresh weight, canopy dry weight
and leaf color. The best treatment is by providing aeration with a flow rate of 2000 liters per hour. The average value
of dissolved oxygen was 8.36 mg/L, the number of leaves was 17.6, the width of the leaf was 8.22 cm, the length of
the root was 29.70 cm, the fresh mass of the crown was 207.12 g, the dry weight of the crown was 4.96 g, and the
color of the leaves was 48.31. The aeration treatment with an aerator capacity of 2000 liters/hour can give the best
effect on growth and production compared to other treatments.

Keywords: Aerations, Hydroponic, Lettuce, Floating Raft Hydroponic System

124
PENDAHULUAN Oksigen berperan penting dalam proses budidaya
secara hidroponik. Ketika dinding sel akar
Produk hortikultura terutama sayuran adalah salah tanaman tidak dapat berfungsi dengan baik akan
satu hasil pertanian yang dapat mendukung mengakibatkan kekurangan oksigen pada tanaman
terpenuhinya kebutuhan pangan Indonesia sehingga tanaman akan mudah mengalami
(Milatu, 2019). Sayuran memiliki berbagai kelayuan karena tidak terdapat oksigen pada
manfaat yang dapat memenuhi kebutuhan gizi tiap larutan nutrisi. Oksigen dapat ditambahkan ke
individu, sebab pada setiap tanaman sayuran dalam larutan dengan cara penggelembungan
mengandung sumber gizi, seperti vitamin, mineral, udara, misalnya penggunaan pompa air gelembung
dan serat. Produk pertanian khususnya dari seperti yang ada pada aquarium, pembaruan
hortikultura berperan penting untuk meningkatkan larutan nutrisi, pembersihan dan pencabutan akar
perekonomian Indonesia. Oleh sebab itu, jenis tanaman yang dinilai menggangu, serta pemberian
tanaman hortikultura perlu diperhatikan karena rongga untuk sirkulasi (Dewi, 2012).
memiliki prospek yang baik karena mampu
mendongkrak perekonomian suatu negara. Ketersediaan zat hara merupakan komponen
Sayuran selada (Lactuca sativa L.) termasuk penting untuk proses pertumbuhan dan
produk hortikultura dengan prospek yang bernilai perkembangan tanaman karena zat hara
apabila dikembangkan dengan baik (Lubis, 2018). merupakan unsur penyusun jaringan pada organ
tanaman baru. Pengayaan oksigen di zona
Sistem hidroponik rakit apung merupakan salah perakaran akan menyebabkan peningkatan kadar
satu teknik budidaya tanaman secara hidroponik, oksigen sehingga memacu terjadinya proses
yang dalam penerapannya dinilai tidak sulit, sebab respirasi. Pertumbuhan dan produksi selada akan
dalam pembuatannya tidak begitu mahal dan mengalami peningkatan apabila adanya
masih sederhana. Sistem hidroponik rakit apung peningkatan tekanan aerasi dan kadar oksigen
atau hidroponik nonsubstrat ialah penggunaan terlarut, sehingga akan mempercepat dalam
media tumbuh berupa air dengan ketebalan pemanenan (Surtinah, 2016). Berdasarkan uraian
tertentu dan tidak ada pengaliran air. Karakteristik tersebut, maka diperlukan penelitian tentang
media tersebut memiliki kekurangan yakni “Pengaruh Pemberian Aerasi Terhadap
sedikitnya pasokan oksigen pada bagian perakaran Pertumbuhan Dan Produksi Selada (Lactuca sativa
sebab minimnya sirkulasi oksigen (Reza, 2014). L.) Pada Sistem Hidroponik Rakit Apung
Berdasarkan pengamatan pendahuluan, diketahui (Floating Ra f t Hydroponic System)”. Adapun
bahwa pada budidaya selada yang menggunakan tujuan dari studi ini yakni guna mengetahui
sistem hidroponik rakit apung terdapat beberapa pengaruh pemberian aerasi terhadap pertumbuhan
kendala dan pemasalahan. Salah satu tanaman selada serta untuk mendapatkan kapasitas
permasalahan yang terjadi yakni penyakit busuk aerator yang menghasilkan produksi selada terbaik
akar yangmana akar terendam secara terus pada sistem hidroponik rakit apung.
menerus pada larutan nutrisi sehingga METODE PENELITIAN
menyebabkan kadar oksigen sangat rendah pada
bagian perakaran (Kisnawati, 2014). Penyakit Tempat dan Waktu
busuk akar pada tanaman selada disebabkan karena Lokasi studi ini dilaksanakan di Greenhouse Kebun
bagian perakaran tanaman terendam dalam larutan Mimba Desa Plaga, Kec. Petang, Kab. Badung, Bali
nutrisi tanpa adanya sirkulasi udara. Salah satu dan di Laboratorium Pengelolaan Sumber Daya
jamur yang dapat menyerang bagian perakaran Alam serta Laboratorium Teknik Pasca Panen
ialah Phytopthora sp, yangmana mengakibatkan Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas
penurunan produksi tanaman hingga 70% Udayana. Studi ini dilakukan Bulan Desember 2020
(Setyowati et al., 2003). Selain itu, perakaran sampai dengan Bulan Pebruari 2021.
tanaman yang terganggu akibat kekurangan
oksigen (deoksigenasi) dapat menyebabkan Alat dan Bahan
penurunan tumbuh dan kembang tanaman Peralatan yang dipakai pada studi ini meliputi
sehingga juga berdampak pada hasil panennya. wadah penyemaian atau tray, bak rakit apung,
pengukur kepekatan larutan (TDS EC meter), pH
Oleh sebab itu diperlukan sebuah cara untuk meter, aerator merk Yamano (700 liter/jam),
memanipulasi ketersediaan oksigen di bagian aerator merk Amara (1500 liter/jam), aerator merk
perakaran dengan memberikan udara ke dalam Hai Long (2000 liter/jam), gergaji kecil, tusuk
larutan hara tanaman melalui pemompaan udara ke gigi, alat pengaduk larutan nutrisi, timbangan
dalamnya (Dewi, 2012). digital, timbangan analitik, mesin oven merk Labo

125
dengan model DO 225 dan alat pengukur warna selada dipanen pada hari ke- 28 (HST).
colormeter. Sedangkan bahan yang dipakai antara
lain: benih selada varietas Jonction, rock wool, air Parameter Penelitian
dan nutrisi sayuran AB mix. Parameter yang diamati dalam studi ini yaitu
oksigen terlarut, jumlah helai daun, lebar helai
Rancangan Penelitian daun, panjang akar, berat segar tajuk, berat kering
Rancangan percobaan pada studi ini yakni tajuk dan warna helai daun. Parameter oksigen
Rancangan Acak Kelompok (RAK) dan 4 terlarut diukur menggunakan alat DO Meter
perlakuan dengan pengulangan 4 kali. Adapun dengan pengamatan setiap seminggu sekali.
perlakuan yang diberikan diantaranya hidroponik Penghitungan jumlah helai daun dilakukan pada
tanpa aerasi sebagai kontrolnya (P0), kelompok 1 daun yang membuka secara sempurna yang
diberi aerasi dengan debit aliran laju udaranya 700 diamati tiap semiggu sekali. Parameter lebar helai
liter perjam (P1), kelompok 2 diberikan aerasi daun diukur secara manual menggunakan
dengan debit aliran laju udaranya 1500 liter penggaris pada bagian kiri tepi daun hingga bagian
perjam (P2), serta kelompok 3 diberikan aerasi tepi kanan daun yang diamati setiap seminggu
dengan debit aliran laju udaranya 2000 liter sekali. Parameter berat segar tajuk di ukur
perjam (P3), dengan bak rakit apung yang menggunakan timbangan digital terhadap tanaman
digunakan memiliki ukuran panjang yaitu 2,4 m, yang sudah dipanen tanpa akar diumur 28 HST.
lebar 1,5 m dan tinggi 0,5 m untuk masing-masing Parameter panjang akar diamati pada hari ke 28
perlakuan. Jumlah data pengamatan yang HST yakni saat tanaman sudah siap untuk dipanen
diperoleh sebanyak 80 sampel yang tersusun atas dengan mengukur panjang akar menggunakan
4 perlakuan dengan 4 kali pengulangan yang penggaris pada masing-masing perlakuan.
masing-masing 5 sampel per ulangan. Data yang Parameter warna helai daun dapat di ukur ketika
didapatkan selanjutnya dianalisa dengan sidik tanaman sudah usai dipanen dan diukur
ragam (ANOVA) menggunakan program SPSS25. menggunakan alat colormeter yang
Jika adanya pengaruh terhadap parameternya, diamanaapabila sayuran telah dipanen, lalu di cek
maka diuji BNT (Beda Nyata Terkecil) terhadap untuk warnanya dan dilakukan sekali pada hari ke-
rata-rata perlakuan. 28 HST. Sedangkan parameter berat kering tajuk
dapat diketahui pengeringan menggunakan alat
Pelaksanaan Penelitian oven pada temperatur 500C selama 24 jam
Pelaksanaan penelitian diawali dengan persiapan selanjutnya ditimbang menggunakan timbangan
alat dan bahan serta penyemaian bibit selada analitik.
varietas Jonction. Pada umur 7 hari, bibit selada HASIL DAN PEMBAHASAN
sudah dapat dilakukan transplantasi dengan ciri-
ciri memiliki daun sejati berjumlah 2-4 helai. Oksigen Terlarut
Larutan nutrisi yang diberikan pada instalasi Faktor ini merupakan komponen penting yang harus
adalah nutrisi sayuran AB Mix dengan selalu tersedia pada suatu tempat yang memerlukan
konsentrasi 2,5-liter nutrisi A dan 2,5-liter nutrisi oksigen didalamnya untuk bernapas. Oksigen yang
B yang dilarutkan pada 45-liter air. Dalam ada dalam air berasal dari proses difusi udara bebas
pemberian larutan nutrisi diberikan 700 PPM dan hasil fotosintesis organisme dalam air tersebut
pada minggu pertama, kemudian ditingkatkan (Salmin, 2005). Hasil sidik ragam oksigen terlarut
menjadi 800 PPM pada minggu ke-2 sampai menunjukan bahwa perlakuan P3 memiliki oksigen
minggu ke-4 masa tanam serta pH berkisar antara terlarut tertinggi dari perlakuan lainnya. Hasil rerata
5,8 sampaai dengan 6,3. Proses pemeliharaan oksigen terlarut tersaji dalam Tabel 1.
tanaman yang dilakukan selama proses
pembudidayaan tersebut meliputi penambahan Tabel 1. Data rerata oksigen terlarut
larutan nutrisi dan pengendalian hama serta Oksigen Terlarut (mg/L)
penyakit secara manual. Data kondisi lingkungan Perlakuan Umur Tanaman (HST)
perlakuan adalah oksigen terlarut, data 0 7 14 21 28
pertumbuhan meliputi, jumlah helai daun, lebar P0 2.46 a 2.48 a 2.48 a 2.48 a 2.48 a
P1 4.74 b 4.76 b 4.76 b 4.76 b 4.76 b
helai daun, panjang akar dan warnah helai daun
P2 7.14 c 7.16 c 7.16 c 7.16 c 7.16 c
yang diamati setiap seminggu sekali pada hari ke- P3 8.34 b 8.36 d 8.36 d 8.36 d 8.36 d
0, 7, 14, 21, dan 28 (HST). Sedangkan data Keterangan: Huruf yang beda mengindikasikan
produksi meliputi berat segar tajuk dan berat nilai berbeda nyata (P>0.05).
kering tajuk yang dapat diambil setelah tanaman

126
Berdasarkan analisis keragaman, pada Tabel 1 besar kapasitas debit aliran l a j u u d a r a yang
memberikan informasi bahwa kandungan oksigen terlarut dalam larutan nutrisi dapat meningkatkan
terlarut menunjukkan bahwa P3 memberikan pertumbuhan helai daun pada suatu tanaman yang
pengaruh yang signifikan dibandingkan perlakuan mana tanaman akan melakukan proses respirasi
lainnya yakni dengan nilai rata-rata oksigen yang tinggi sehingga hara yang diserap oleh akar
terlarut sebesar 8.36 mg/liter, P0 dengan nilai menjadi lebih banyak dan tanaman akan tumbuh
rerata 2.48 mg/liter, P1 dengan nilai rerata 4.76 dan berkembang lebih cepat yang kemudian
mg/liter dan P2 dengan nilai rerata 7.16 mg/liter. menghasilkan daun-daun sejati. Hal tersebut
Hal ini sejalan dengan pendapat Fauzy et al., diperkuat dengan hasil studi dari Fauzy et al.,
(2013) melaporkan bahwa tanaman selada yang (2013) bahwa tanaman selada akan semakin
media tanamnya memiliki cukup oksigen terlarut, tumbuh dan berkembang seiring dengan
akan lebih baik dengan ciri-ciri panjang akar yang kecukupan jumlah oksigen yang terlarut dalam
lebih menjuntai pada instalansi rakit apung media tumbuh hidroponik yang mengalami
dibandingkan dengan pertumbuhan tanaman yang kenaikan.
media tanamnya tidak diberi oksigen.
Lebar Helai Daun
Jumlah Helai Daun Pengamatan lebar helai daun dilaksanakan secara
Penghitungan jumlah helai daun dilakukan manual menggunakan penggaris dengan
terhadap daun yang sudah membuka sempurna. mengukur bagian tepi kiri daun hingga bagian tepi
Daun merupakan organ tanaman sebagai tempat kanan daun selada. Berlandaskan hasil analisa
berlangsungnya fotosintesis. Jumlah helai daun mengindikasikan bahwa pemberian aerasi
berpengaruh terhadap jumlah cahaya yang diserap berpengaruh signifikan terhadap lebar helai daun
oleh tanaman, jika jumlah cahaya dan mineral yang dihasilkan. Dimana pemberian aerasi P3
tercukupi, maka akan terjadi peningkatan jumlah memberikan pengaruh yang berbeda nyata sejak
cabang maupun daun (Rahmi, 2007). hari ke-7, 14, 21, dan 28 HST pada respon lebar
Berlandaskan hasil analisa mengindikasikan helai daun yang dihasilkan oleh P0, P1 dan P2.
bahwa pemberian aerasi berpengaruh signifikan Hasil pengamatan jumlah helai daun tersaji pada
terhadap jumlah helai daun yang dihasilkan. Tabel 3.
Dimana pemberian aerasi memberikan pengaruh Tabel 3. Nilai rerata lebar helai daun
yang berbeda nyata sejak hari ke-7, 14, 21, dan 28 Lebar Daun (cm)
HST pada respon jumlah helai daun yang Perlakuan Umur Tanaman (HST)
dihasilkan. Hasil pengamatan jumlah helai daun 0 7 14 21 28
tersaji dalam Tabel 2. P0 0.82 a 2.60 a 2.66 a 2.68 a 2.78 a
Tabel 2. Nilai rerata jumlah helai daun P1 0.86 a 4.84 a 4.93 a 5.13 a 5.24 a
Jumlah Daun (helai) P2 0.82 a 7.20 a 7.26 a 7.32 a 7.48 a
Perlakuan Umur Tanaman (HST) P3 0.82 b 8.00 b 8.06 b 8.11 b 8.22 b
0 7 14 21 28 Keterangan: Huruf yang beda mengindikasikan
P0 3.0 a 4.2 a 5.2 a 6.8 a 8.4 a nilai berbeda nyata (P>0.05).
P1 3.0 a 5.0 b 7.0 b 9.0 b 11.4 b
P2 3.0 a 6.8 c 10.8 c 13.0 c 15.8 c Berdasarkan hasil pengamatan pada 28 HST pada
P3 3.0 b 8.0 d 12.0 d 15.0 d 17.6 d kelompok perlakuan 3 (P3) memperoleh rata-rata
Keterangan: Huruf yang beda mengindikasikan lebar helai daun terbesar 8.22 cm yang berbeda
nilai berbeda nyata (P>0.05). nyata terhadap perlakuan lainnya. Kelompok
perlakuan 2 (P2) memperoleh lebar helai daun
Pada tabel 2 memberikan informasi bahwa pada sebesar 7.48 cm yang juga berbeda nyata terhadap
28 HST jumlah helai daun tanaman selada yang kelompok perlakuan 1 (P1) yang memperoleh
terbanyak diperoleh pada kelompok perlakuan 3 lebar helai yaitu 5.24 cm. Sedangkan pada
(P3) dengan jumlah rata-rata helai daun yaitu 17.6 perlakuan tanpa pemberian aerasi (P0)
berbeda nyata terhadap perlakuan P2, P1, dan P0. menghasilkan lebar helai daun paling terendah
Tanaman dengan perlakuan 2 (P2) memperoleh diantara semua perlakuan, yakni 2.78 cm.
nilai 15.8 berbeda nyata terhadap perlakuan
lainnya. Adapun kelompok perlakuan 1 Hasil bagian selada yaitu bagian daun, maka
memperoleh nilai 11.4. Sedangkan pada perlakuan dari itu larutan nutrisi harus mengandung
tanpa pemberian aerasi (P0) memperoleh jumlah oksigen terlarut yang dapat menopang hasil
helai daun paling sedikit yakni 8.4. Selain itu, pada pertumbuhan daun dengan lebar helai yang
tabel tersebut juga menunjukkan bahwa semakin semakin meluas. Hal ini dapat dihubungkan

127
dengan karakteristik penyediaan zat hara bagi perkembangan tanaman akan semakin optimal
tanaman, sebab jika kebutuhan zat hara tanaman (Reza, 2014).
tercukupi dan tersikulasi dengan baik, maka
Berat Segar Tajuk
pertumbuhan tanaman khususnya pada daun dapat
Berat segar tajuk yaitu indikator untuk mengetahui
memberikan luas helai yang lebih luas dan
perkembangan tanaman. Adapun yang dimaksud
tentunya tempat untuk melakukan fotosintesispun
dengan berat segar tajuk yaitu berat tanaman tanpa
akan lebih banyak (Gardner et al., 1991).
akar yang menunjukan hasil aktivitas metabolik
Panjang Akar pada tanaman. Berat ini menjadi gambaran hasil
Akar merupakan bagian tanaman yang tumbuh fotosintesis pada proses pertumbuhan dan
kearah bawah. Akar berfungsi sebagai bagian perkembangannya (Nugraha, 2015). Hasil rerata
tanaman yang memosok air dan unsur hara untuk berat segar tajuk tersaji dalam Tabel 5.
mendukung pertumbuhan dan perkembangannya. Tabel 5. Nilai rerata berat segar tajuk per tanaman
Fungsi utama akar yakni sebagai penyedia zat hara Perlakuan Berat Segar Tajuk (g)
dan air untuk mencukupi keperluan dalam proses P0 75.70 a
metabolisme tanaman. P1 149.16 b
P2 176.06 c
Kemampuan tanaman dalam menyerap zat hara
P3 207.12 d
dapat diketahui dari panjang akar pada suatu
tanaman (Azis, 2006). Hasil rerata panjang akar Keterangan: Huruf yang beda mengindikasikan
tersaji dalam tabel 4. nilai berbeda nyata (P>0.05).
Tabel 4. Nilai rerata panjang akar Berdasarkan analisis keragaman pada Tabel 5
Perlakuan Panjang Akar (cm) mengindikasikan perlakuan berpengaruh
P0 9.46 a signifikan terhadap rerata berat segar tajuk.
P1 22.80 b Dimana berdasarkan uji lanjut diketahui bahwa
P2 25.50 c masing-masing perlakuan berpengaruh secara
P3 29.70 d beda nyata pada kelompok P1, P2 dan P3 yang
Keterangan: Huruf yang beda mengindikasikan berbeda sangat nyata dengan kelompok P0. Pada
nilai berbeda nyata (P>0.05). perlakuan P0 (tanpa pemberian aerasi) memiliki
berat segar tajuk terendah yaitu 75.70 gram.
Berlandaskan Tabel 4, hasil analisa
Perlakuan P1 menghasilkan berat segar tajuk
mengindikasikan pemberian aerasi mempengaruhi
149.16 gram. Untuk perlakuan P2 menghasilkan
secara signifikan terhadap panjang akar yang
berat segar tajuk 176.06 gram, sedangkan untuk
dihasilkan. Dimana pemberian aerasi berpengaruh
perlakuan P3 menghasilkan rata-rata berat segar
secara beda nyata pada respon panjang akar, yaitu
tajuk tertinggi dibanding dengan berat segar
pada perlakuan P0 (tanpa pemberian aerasi)
tajuk yang lainnya, yakni sebesar 207.12 gram.
menghasilkan nilai panjang akar yaitu 9.46 cm,
kelompok perlakuan P1 menghasilkan nilai Hal tersebut dikarenakan kandungan air dan zat
panjang akar 22.80 cm, kelompok P2 hara dalam daun tercukupi sehingga berat segar
menghasilkan nilai panjang akar yaitu 25.50 cm tanamannya tinggi. Hasil ini didukung oleh
dan kelompok P3 menghasilkan nilai panjang akar pernyataan Lahadassy et al., (2007), bahwa berat
terpanjang diantara semua perlakuan yaitu dengan basah tanaman dikatakan optimal, jika kebutuhan
panjang 29.70 cm. Panjang akar sebagai indikator oksigen terlarut cukup untuk mendistribusikan
respon akar terhadap air dan zat hara. Data hasil unsur hara dengan baik dan menyeluruh yang
pengukuran panjang akar digunakan sebagai mengakibatkan sel-sel daun akan membesar dan
informasi mengenai kemampuan akar untuk berat segar tajuk yang diperolehpun meningkat.
melakukan penyerapan terhadap air dan unsur hari
Berat Kering Tajuk
yang diperlukan.
Berat kering tajuk yaitu hasil simpanan yang
Jumlah oksigen yang larut didalam air didapatkan dari asimilasi CO2 selama
berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. pertumbuhan dan perkembangan. Selain itu,
Apabila jumlah oksigen yang larut didalam air sebagai indikator jumlah biomassa yang mampu
cukup, maka pengikatan oksigen oleh sistem diserap tanaman (Perwtasari, 2012). Peningkatan
perakaran akan berjalan secara optimal. Semakin berat segar dan simpanan massa kering
tinggi konsentrasi oksigen didalam air, maka diwujudkan dengan pertumbuhan tanaman
dapat meningkatkan proses respirasi, sehingga tersebut. jika terjadi peningkatan mssa kering
jumlah energi yang dibutuhkan oleh tanaman akan tanaman maka pertumbuhan tanaman tersebut
tercukupi, yang mengakibatkan pertumbuhan dan semakin meningkat.

128
Hasil analisa berat kering tajuk menunjukan Selain itu, perbedaan warna juga dapat terjadi
kelompok P3 mempunyai berat kering tajuk dikarenakan pengaruh cuaca dan lama waktu
tertinggi dari kelompok yang lain. Hasil rerata penyinaran yang tidak menentu (Muchtadi, 1989).
berat kering tajuk tersaji dalam Tabel 6. Dalam penelitian ini pengamatan warna dilakukan
dengan alat colorimeter. Hasil analisa
Tabel 6. Nilai rerata berat kering tajuk per
menghasilkan nilai rerata uji warna selada tersaji
tanaman
Perlakuan Berat Kering Tajuk (g)
dalam tabel 7.
P0 2.16 a Tabel 7. Nilai rerata warna helai daun
P1 3.48 b Perlakuan Warna Helai Daun
P2 4.24 c
P3 4.96 d P0 46.27 a
Keterangan: Huruf yang beda mengindikasikan P1 47.28 b
nilai berbeda nyata (P>0.05). P2 48.32 cd
P3 48.31 d
Berlandaskan Tabel 6 hasil analisa Keterangan: Huruf yang beda mengindikasikan
mengindikasikan pemberian aerasi berpengaruh nilai berbeda nyata (P>0.05).
signifikan terhadap berat kering tajuk yang
dihasilkan. Dimana pemberian aerasi berpengaruh Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukan
beda nyata pada respon berat kering tajuk, yaitu bahwa pada 28 HST, peningkatan kondisi yang
pada perlakuan P0 (tanpa pemberian aerasi) ada terhadap warna helai daun tertinggi pada
dengan rata-rata nilai adalah 2.16 gram, kelompok kelompok P2 dengan nilai reratanya 48.32,
P1 dengan rata-rata nilai yaitu 3.48 gram, kelompok P3 menghasilkan rerata 48.31 yang
kelompok P2 dengan rata-rata nilai adalah 4.24 berbeda nyata dengan P1 yang nilai rata-ratanya
gram dan kelompok P3 dengan rata-rata nilai ialah 47.28. Sedangkan perubahan warna paling
terbesar yaitu 4.96 gram. Perbedaan pertumbuhan rendah ada di kelompok P0 dengan nilai reratanya
ini dikaitkan dengan kesamaan dalam hal 46.27, selain itu terjadi penguningan, bercak hitam
kebutuhan nutrisi dan oksigen terlarut yang dan pemembusuk. Daun yang kehilangan warna
diberikan dengan beberapa jenis perlakuan. Hal hijaunya karena adanya penggabungan sintesis
ini menunjukkan bahwa pemberian aerasi dengan dan pembekuan pigmen menjadi warna kuning
debit aliran yang berbeda dapat memberikan hingga kemerahan. Kuning adalah hasil kombinasi
oksigen terlarut untuk mendistribusikan nutrisi warna kuning dengan merah, adapun hijau adalah
dengan efisien yang lebih baik ke tanaman. Selain hasil kombinasi warna hijau dengan putih (Wills
itu, perbedaan hasil berat kering tajuk et al., 1991).
dipenguruhi oleh kuantitas daun sebab daun KESIMPULAN DAN SARAN
adalah tempat akumulasi hasil fotosintesis.
Peningkatan intesitas fotosintesis akan diiringi Kesimpulan
dengan peningkatan hasil fotosintesis yaitu dalam Setelah melaksanakan studi dan analisa data,
bentuk senyawa organik yang selanjutnya penulis menyimpulkan beberapa kesimpulan
diedarkan ke bagian lain, sehingga mempengaruhi berikut:
berat kering tanaman (Telaumbanau, 2016). 1. Perlakuan pemberian aerasi pada budidaya
selada mempengaruhi perubahan nilai oksigen
Warna Helai Daun terlarut, jumlah helai daun, lebar helai daun,
Parameter warna helai daun dapat panjang akar, berat segar tajuk, berat kering
mengindikasikan kemampuan tanaman dalam tajuk dan warna helai daun.
menyerap nutrisi. Warna hijau pada daun berasal 2. Perlakuan paling baik yaitu dengan pemberian
dari zat hijau atau disebut klorofil. Klorofil yaitu aerasi yang debit alirannya 2000-liter perjam.
zat hijau daun, yang fungsinya sebagai tempat Adapun nilai rerata pada perlakuan P3 dengan
untuk fotosintesis. Pembentukan klorofil debit aliran laju udara 2000 liter/jam
dipengaruhi oleh ketersediaan zat hara menghasilkan nilai rerata oksigen terlarutnya
pembentuknya, sehingga semakin hijau warna yakni 8,36 mg/L, jumlah daunnya 17.6 helai,
daun maka serapan unsur hara pada tanaman lebar helai daun 8.22 cm, panjang akarnya
semakin optimal. 29.70 cm, berat segar tajuknya 207.12 gr, berat
kering tajuknya 4.96 gr, serta warna helai daun
bernilai 48.31.

129
Saran https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324
Pemberian aerasi dengan debit aliran laju udara .004
2000-liter perjam sebagai pemberi oksigen terlarut Muchtadi, D. (1989). Petunjuk Laboratorium
terbukti dapat meningkatkan hasil pertumbuhan Evaluasi Nilai Gizi Pangan. Depdikbud Pau
dan produksinya yang lebih baik daripada Pangan Dan Gizi IPB
perlakuan pemberian aerasi yang lain. Peneliti Nugraha, R.U., A.D. Susila. 2015. Sumber sebagai
merekomendasikan penelitian tentang pemberian Hara Pengganti AB mix pada Budidaya
aerasi sebagai pemberi oksigen terlarut pada Sayuran Daun secara Hidroponik. Jurnal
produk hortikultura lainnya dengan konsentrasi Hortikultura Indonesia. Vol 6 (1). 11-19
debit aliran laju udara yang berbeda. Perwtasari, B., M. Tripatmasari, C. Wasonowati.
2012. Pengaruh Media tanam dan Nutrisi
terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
DAFTAR PUSTAKA Pakchoy (Brassica juncea L.) dengan Sistem
Hidroponik. Jurnal Agrovigor. Vol 5 (1). 14-
Azis, A.H., M.Y. Surung., dan Buraerah., 2006. 25
Produktivitas Tanaman Selada pada Berbagai Rahmawati, E., Sains, F., & Teknologi (2018).
Dosis Posidan-HT. Jurnal Agrisistem. 2, 36- Pengaruh Berbagai Jenis Media Tanam dan
42. Konsentrasi Nutrisi Larutan Hidroponik
Dewi, W. A. N. (2012). Pengaruh Macam Larutan Terhadap Pertumbuhan Tanman Mentimun
Nutrisi pada Hidroponik Sistem Rakit Apung Jepang (Cucumis sativus L.). Journal
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Baby Universitas Islam Alauddin, 15, 1–85.
Kailan (Brassica oleraceae var. alboglabra) Rahmi A, Jumiati. 2007. Pengaruh konsentrasi dan
(Vol. 7, Issue 6). waktu penyemprotan pupuk organik cair
Fauzi, R., E.T.S. Putra, E. Ambarwati. 2013. Super ACI terhadap pertumbuhan dan hasil
Pengayaan Oksigen di Zona Perakaran untuk jagung manis. Agritrop 26 (3): 105 - 109.
Meningkatkan Pertumbuhan dan Hasil Selada Reza, F. (2014). Pengayaan Oksigen di Zona
(Lactuca sativa L.) secara Hidroponik. Jurnal Perakaran untuk Meningkatkan Pertumbuhan
Vegetalika. Vol 2 (4). 63-74. dan Hasil Selada (Lactuca sativa L.) Secara
Gardner, Franklin P., R. Brent Pearce dan Roger L. Hidroponik. Journal Vegetalika, 2(4), 63–74.
Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. https://doi.org/10.22146/veg.4006.
Jakarta: Universitas Indonesia. Salmin. 2005. Oksigen terlarut (DO) dan kebutuhan
Krisnawati, D., Triyono, S., & Kadir, M. Z. (2014). oksigen biologi (BOD) sebagai salah satu
Pengaruh Aerasi Terhadap Pertumbuhan indikator untuk menentukan kualitas perairan.
Tanaman Baby Kailan (Brassica oleraceae Oseana 30(3): 21-26.
var. achepala) pada Teknologi Hidroponik Setyowati, N., Bustamam, H., & Derita, M. (2003).
Sistem Terapung di dalam dan di luar Penurunan Penyakit Busuk Akar dan
Greenhouse. Jurnal Teknik Pertanian Pertumbuhan Gulma pada Tanaman Selada
Lampung, 213–222. yang dipupuk Mikroba. Journal Ilmu-Ilmu
Lahadassy. J., A.M Mulyati dan A.H Sanaba. 2007. Pertanian Indonesia, 5(2), 48–57.
Pengaruh Konsentrasi Pupuk Organik Pada Surtinah. (2016). Penambahan Oksigen Pada Media
Daun Selada, Journal Agrisistem, 3 (6) 51- Tanam Hidroponik Terhadap Pertumbuhan
55. Pakcoy (Brassica Rapa). Journal Bibiet,
Lubis, J. (2018). Pengaruh Pertumbuhan dan 1(1),27–35.
Produksi Tanaman Selada (lactuca sativa L) https://doi.org/10.22216/jbbt.v1i1.1249.
Pada Sistem Hidroponik NFT Dengan Telaumbanua, M. Purwantana, B. Sutiarso, L.
Berbagai Konsentrasi Pupuk AB Mix dan Fallah, M A. 2016. Studi Pola Pertumbuhan
Bayfolan. Tanaman Sawi (Brassica rapa var.
Mas’ud, H. (2009). Sistem Hidroponik dengan parachinensis L.) Hidroponik Di Dalam
Nutrisi dan Media Tanam Berbeda Terhadap Greenhouse Terkontrol. Jurnal AGRITECH
Pertumbuhan dan Hasil Selada. Journal 36 (1): 104 -110
Media Litbang Sulteng, 2(2), 131–136. Wills, R.; B. Mcglasson, D. Graham dan D. Joyce.
http://jurnal.untad.ac.id 1991. Postharvest: An Introduction To The
Milatu, R. M. (2019). Pengaruh Pengurangan Physiology And Handling Of Fruit And
Intensitas Radiasi Matahari Terhadap Vegetables.
Pertumbuhan dan Kualitas Selada Merah https://doi.org/10.5860/Choice.28-2733
(Lactuca sativa L.)

130

Anda mungkin juga menyukai