Anda di halaman 1dari 4

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hidroponik ialah teknik budidaya tanaman melalui pengaplikasian air
menjadi media tumbuhnya tanaman dan untuk memenuhi nutrisi tanaman. Hal
tersebut dilakukan sebab mengalirkan atau menambah air, oksigen dan nutrisi pada
media tersebut dapat menggantikan fungsi tanah sebagai perantara larutan nutrisi
dan pendukung akar tanaman (Roidah, 2014). Memanfaatkan hidroponik, dapat
meminimalisir kehilangan pasca panen, menghasilkan tanaman yang lebih besar
dengan kualitas yang lebih baik, menghemat lahan yang digunakan sebab jarak
antar tanaman lebih minim, serta mutu produk meliputi warna, kebersihan, ukuran
dan rasa lebih terjamin. (Susilo, 2019).
Satu dari beberapa sistem hidroponik yang kerap dikembangkan ialah
hidroponik rakit apung. Hidroponik rakit apung termasuk suatu teknik budidaya
hidroponik yang tergolong mudah dalam menerapkannya, karena bisa diterapkan
oleh hidroponik pemula dan tidak membutuhkan anggaran yang besar dikarenakan
pada sistem ini tanaman cukup diapungkan dengan styrofoam di atas larutan yang
mengandung nutrisi (Wulansari, 2012). Berdasarkan hasil yang telah dilaksanakan
oleh kelompok Tani Budi Rahayu bahwa sistem rakit apung memiliki banyak sekali
keunggulan dan tentunya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Sayuran
yang dihasilkan lebih sehat karena tidak menggunakan pestisida, dan lebih segar.
Tanaman sayuran yang banyak ditanami dalam sistem hidroponik
diantaranya adalah sayuran selada (Lactuca sativa L.). Selada termasuk salah satu
jenis sayur yang bergizi dan kandungannya bermanfaat bagi tubuh manusia. Selada
mengandung banyak vitamin C dan betakaroten yang sangat baik untuk kesehatan
jantung karena dapat mencegah oksidasi kolesterol (Wasonowati, 2012). Tanaman
selada yang kerap dikonsumsi dalam keadaan segar menjadi perhatian utama sebab
berpotensi mengandung sisa sisa pestisida dan mikroorganisme yang berbahaya.
Menurut Irawati dan Widodo (2017) sebelum dialokasikan ke media tanam,
perlu dilakukan persemaian terlebih dahulu pada tumbuhan hidroponik yang akan
ditanam. Umur ke 7-21 hari yakni saat daun telah tumbuh sempurna, saat itulah
tanaman dapat dialihkan pada media tanam hidroponik. Hal ini dikarenakan
pertumbuhan tanaman dapat dipengaruhi oleh umur tanaman saat dipindahkan ke
media tanam. Agar tumbuhan dapat tumbuh dengan optimal, diperlukan bibit
tanaman yang sudah cukup umurnya agar memiliki perakaran yang baik sehingga
bisa berdaptasi pada media tanam. Pentingnya mencermati umur bibit pada
penanaman hidroponik, yakni semakin tua umur bibit maka semakin cepat pula
untuk dipanen dimana hal ini tentunya dapat menghemat pemenuhan kebutuhan
nutrisi dan menghasilkan lebih banyak produk. Begitu juga sebaliknya apabila
semakin muda umur maka semakin lama pula masa panennya dan menghabiskan
lebih banyak nutrisi yang mana hal ini tidak efisien dan memboros media tanam
apabila kebutuhan konsumen meningkat.
Menurut Ahmad (2021), pertumbuhan selada juga dipengaruhi jenis selada,
jenis selada harus sesuai dengan keadaan lingkungan sehingga perkembangan dan
pertumbuhan tanaman lebih optimal sehingga bisa mendapatkan hasil panen yang
lebih baik. Hal ini disebabkan masing masing jenis selada memiliki karakteristik
yang berbeda-beda, dan juga dengan memperhatikan lokasi pembudidayaan dapat
dipilih jenis selada yang sesuai. Beberapa varietas tanaman selada yang kerap
dibudidayakan baik itu pada wilayah dataran tinggi atau rendah diantaranya yakni
selada varietas grand rapids dan bejo sementel. Selada Grand Rapids memiliki ciri-
ciri daun tipis berwarna hijau muda, tidak membentuk krop, dengan bentuk daun
terluar oval bergelombang sedang (Simko dkk., 2013). Bejo sementel merupakan
selada impor asal Belanda memiliki ciri daun tebal dengan tepi berkerut, memiliki
tekstur yang renyah, daun sangat melengkung, potongan besar, dan tahan terhadap
hama (Baslam dkk., 2013).
Hasil penelitian Irawati dan Widodo (2017) menguji dampak usia bibit dan
usia panen pada pertumbuhan dan produksi hidroponik Nutrient Film Technique
(NFT) tanaman selada (Lactuca sativa L.) varietas grand rapids menyatakan
bahwasanya kualitas meliputi tinggi tanaman, berat serta jumlah daun yang lebih
banyak dan unggul pada tanaman selada yang ditanam 21 hari setelah semai (HSS)
dibanding 7 dan 14 HSS dalam sistem hidroponik NFT. Hasil penelitian Mahendra
(2019) menguji dampak umur bibit dan kepadatan penanaman terhadap hasil dan
pertumbuhan tanaman selada (Lactuca sativa L.) dalam metode hidroponik sistem
Deep Flow Technique (DFT) menyatakan bahwasanya umur bibit selada 26 HSS
menghasilkan hasil yang lebih tinggi pada bobot basah tajuk, jumlah daun, tinggi
tanaman dan rasio pucuk akar dibanding dengan pemakaian umur bibit 16 HSS dan
21 HSS tanaman selada dalam hidroponik sistem DFT. Hasil penelitian Wiranata
(2019) menguji respons pertumbuhan beberapa varietas tanaman selada (Lactuca
sativa) kepada jenis nutrisi dalam sistem hidroponik wick menunjukkan
bahwasanya varietas selada krop sebagai perlakuan terbaik, dengan parameter
panjang akar, jumlah helai daun, lebar daun, berat akar basah dan berat berangkas
basah.
Dari penjabaran di atas penulis tertarik untuk melaksanakan riset mengenai
“Pengaruh Umur Bibit dan Varietas Selada (Lactuca sativa L.) Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman pada Budidaya Hidroponik Sistem Rakit
Apung”.

1.2 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini ialah:
1. Mengetahui pengaruh varietas terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman
selada (Lactuca sativa L.) pada hidroponik sistem rakit apung.
2. Mengetahui pengaruh umur bibit terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman
selada (Lactuca sativa L.) pada hidroponik sistem rakit apung.
3. Mengetahui interaksi antara varietas dan umur bibit terhadap pertumbuhan
dan hasil tanaman selada (Lactuca sativa L.) pada hidroponik sistem rakit
apung.

1.3 Hipotesis Penelitian


1. Diduga varietas tanaman akan berpengaruh pada hasil dan pertumbuhan
tanaman selada.
2. Diduga umur bibit akan berpengaruh pada pertumbuhan dan hasil tanaman
selada.
3. Diduga umur bibit 28 HSS dengan varietas selada bejo sementel memberikan
pengaruh yang terbaik pada pertumbuhan dan hasil tanaman selada (Lactuca
sativa L.) pada hidroponik sistem rakit apung.
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan tujuan di atas, maka dapat disimpulkan
manfaat penelitian ini adalah:
1. Bagi peneliti, diharapkan bisa memperkaya wawasan yang selanjutnya dapat
dipelajari lebih lanjut tentang analisis usaha budidaya sayuran hidroponik
sistem rakit apung.
2. Bagi masyarakat, diharapkan dapat memanfaatkan teknologi tepat guna
khususnya dalam bidang pertanian hidroponik sistem rakit apung.

Anda mungkin juga menyukai