Anda di halaman 1dari 20

ASPEK PENYALIRAN

TAMBANG

KELOMPOK 2:
1. IBNU HARIS MUNANDAR (4520046007)
2. MUH AMRI H.R (4520046041)
3. M U H A M M A D N U R A R D I A N S YA H S . P (4520046044)
4. ANDI MUHAMMAD IRHAM (4520046068)
5. A A N TA N D I B U A (4520046054)
6. K E V I N S A M P E PA D A N G (4520046048)
7. H A N D I K A WA H Y U P R ATA M A (4520046063)
8. A N D R E AV I O N O (4520046055)
ASPEK PENYALIRAN TAMBANG
Sistem penyaliran tambang adalah suatu usaha yang di terapkan pada daerah penambangan untuk mencegah
mengeringkan, uatau mengeluarkan air yang masuk kedaerah .upaya ini di maksudkan untuk mencegah terganggungnya
aktifitas penambbangan akibat adannya air dalam jumlah yang berlebihan, terutama pada musim hijan. Selain itu
sisstem penyaliran ini juga di maksudkan ini untuk memperlambatkan kerusakan alat serta memmpertahan kan kondisi
kerja yang aman, sehingga alat mekanis yang di gunakan pada daera tersebut memiliki jangka waktu yang lama.
Air dalam jumlah tertentu diperlukan untuk aktivitas-aktivitas yang lainya ,diantaranya: mengurangi konsentrasi debu dijalan
tambang atau crushing plant, sebagai media pemisahan dan pencucian dalam pengolahan bahan galian,keperluan sehari-hari
diperkantoran,perumahan.Mesilhat cakupan masalah dan manfaat air tanah cukup luas ditambah kemajuan teknologi investigasi air
tanah saat ini cukup memadai, maka manajemen air harus diperhitungkan di dalam perencanaan tambang.
Hal inilah yang melatarbelakangi pentingnya untuk memperhatikan mengenai aspek penyaliran tambang dikarenakan keseluruhan
aspek ini yang akan dijadikan sebagai bahan untuk menganalisa seperti stabilitas lereng dan lainya.
ASPEK HIDROLOGI
Hidrologi adalah ilmu tentang seluk beluk air di bumi, kejadiannya, peredarannya dan distribusinya, sifat
alam dan kimianya, serta reaksinya terhadap lingkungan dan hubungan dengan kehidupan" (Federal Council
for Science and Technology, USA, 1959 dalam Varshney, Varshney, 1977).

CURAH HUJAN
Curah hujan adalah ketinggian air hujan yang jatuh pada tempat yang datar dengan asumsi tidak menguap, tidak meresap
dan tidak mengalir. Tingkat hujan yang diukur dalam satuan 1 (satu) mm adalah air hujan setinggi 1 (satu) mm yang jatuh
(tertampung) pada tempat yang datar seluas 1 meter persegi dengan asumsi tidak ada yang menguap, mengalir dan meresap).
Ada 2 jenis penakar hujan yaitu penakar hujan rekam (recording) dan penakar hujan non rekam (non recording).
1. Ombrometer Manual
Pengukuran curah hujan secara manual ini dilakukan dengan mengukur volume air secara berkala dalam jangka
waktu tertentu untuk memperoleh hasil curah hujan suatu wilayah. Ombrometer manual dibagi menjadi dua jenis
yaitu: A. Ombrometer Biasa Ombrometer ini terbuat dari bahan sederhana yaitu seng dengan tinggi 60 cm dan pipa
paralon dengan tinggi 100 cm.
2. Ombrometer Otomatis
Ombrometer otomatis memiliki cara kerja yang sudah beroperasi dengan mekanisme otomatis dalam
pencatatannya. Kelebihan ombrometer ini hasil perhitungan yang diperoleh lebih akurat dibandingkan ombrometer
manual. Selain itu, alat ini juga sanggup mengukur kondisi curah hujan tinggi maupun rendah dan melakukan
pencatatan dalam waktu tertentu
CURAH HUJAN

Jenis-jenis Curah

Hujan Menurut Tjasyono, Indonesia secara umum dapat dibagi menjadi 3 pola iklim utama dengan melihat pola curah hujan selama setahun. Tiga wilayah iklim
Indonesia yaitu wilayah A (monsun), wilayah B (ekuatorial) garis dan titik, wilayah C (lokal).

1. Curah Hujan Pola Monsunal (Wilayah A)

Curah hujan pola monsun dicirikan oleh tipe curah hujan yang bersifat unimodial (satu puncak musim hujan) dimana pada bulan Juni, Juli dan Agustus terjadi musim
kering. Sedangkan untuk bulan Desember, Januari dan Februari merupakan bulan basah. Sisa enam bulan lainnya merupakan periode peralihan atau pancaroba (tiga
bulan peralihan musim kemarau ke musim hujan dan tiga bulan peralihan musim hujan ke musim kemarau). Daerah dengan pola monsun (wilayah A) ini didominasi
oleh Sumatera bagian Selatan, Kalimantan Tengah dan Selatan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara dan sebagian Papua.

2. Curah Hujan Pola Ekuatorial (Wilayah B)

Curah hujan pola ekuatorial dicirikan oleh tipe tingkat rata-rata hujan tahunan dengan bentuk bimodial (dua puncak hujan) yang biasanya terjadi sekitar bulan Maret
dan Oktober atau pada saat terjadi ekinoks. Daerah dengan pola ekuatorial (wilayah B) ini meliputi pulau Sumatra bagian tengah dan Utara serta pulau Kalimantan
bagian Utara.

3. Curah Hujan Pola Lokal (Wilayah C) Curah hujan pola lokal dicirikan oleh bentuk pola hujan unimodial (satu puncak hujan), tetapi bentuknya
berlainan dengan tipe hujan monsun. Daerah dengan pola lokal (wilayah C) hanya meliputi daerah Maluku, Sulawesi dan sebagian Papua
PETA INTENSITAS CURAH HUJAN INDONESIA
HUJAN

Macam-macam Hujan Berdasarkan Ukuran Butirannya Berdasarkan ukuran butirannya, klasifikasi hujan dibedakan menjadi empat yaitu:

1. Hujan Gerimis (Drizzle)

Hujan gerimis merupakan butiran air dan halus yang turun dari langit disebut dengan gerimis dengan jumlah sedikit. Bahkan, hujan gerimis disebut ringan yang umumnya
memiliki diameter kurang dari 0,5 mm. Gerimis disebabkan oleh awan stratus kecil dan awan stratocumulus yang memiliki ketinggian 2.000 hingga 7.000 kaki di atas permukaan
laut.

2. Hujan Salju (Snow)

Salju adalah kristal-kristal kecil air yang menjadi es dan memiliki temperatur di bawah titik beku. Hujan salju berbentuk padat dan berasal dari awan nimbostratus. Nimbostratus
merupakan awan dengan ketinggian sedang yang berada pada daerah dingin (wilayah di atas garis ekuator).

3. Hujan Batu Es

Hujan batu es merupakan bongkahan-bongkahan es yang turun dari awan yang memiliki temperatur dibawah 0° derajat celcius yang terjadi pada cuaca panas. Jenis hujan ini
termasuk hujan lokal yang jarang terjadi dan biasanya terjadi kurang lebih 10 menit. Penyebabnya adalah adanya pengembunan mendadak. Seluruh wilayah di dunia dapat
mengalami hujan batu es, termasuk wilayah tropis. Ukuran hujan es sekitar 6 cm per bongkahan. Hujan es berasal dari awan cumulonimbus yang bertumpuk secara vertikal
hingga mencapai ketinggian 30.000 kaki atau lebih.

4. Hujan Deras (Rain)

Hujan deras merupakan curahan air yang memiliki butiran kurang lebih 7 milimeter dan berasal dari awan yang memiliki temperatur di atas 0°.
HUJAN
Berdasarkan Proses Terjadinya Hujan dapat diklasifikasikan berdasarkan proses terjadinya, antara lain yaitu:

1. Hujan Siklonal

Hujan siklonal adalah hujan yang terjadi akibat naiknya udara panas dari permukaan bumi disertai adanya angin yang berputar-putar pada titik tertentu.

2. Hujan Zenithal

Hujan zenithal adalah hujan yang diakibatkan pertemuan angin pasat tenggara dan angin pasat timur. Hujan jenis ini juga umumnya hanya terjadi di sekitar
khatulistiwa.

3. Hujan Orografis

Hujan orografis adalah hujan yang terjadi akibat pergerakan awan ke arah horizontal yang dibawa angin. Angin membawa awan mencapai suatu daerah pegunungan
dan mengalami kondensasi karena suhu dingin yang ada di sekitarnya.

4. Hujan Frontal

Hujan frontal adalah hujan yang terjadi akibat pertemuan massa udara dingin dengan massa udara panas. Pertemuan kedua udara tersebut terjadi pada sebuah
tempat yang bernama “bidang front”. Pertemuan ini mengakibatkan massa udara dingin berada di bawah dan menstimulasi terjadinya hujan di sekitar bidang front.

5. Hujan Muson

Hujan muson adalah hujan yang diakibatkan pengaruh angin muson. Angin muson sendiri terjadi akibat pengaruh gerak semu tahunan matahari terhadap
katulistiwa bumi. 6. Hujan Buatan Hujan buatan adalah hujan yang terjadi akibat campur tangan manusia dalam memanipulasi keadaan fisik atmosfer lokal, tepatnya
dengan memanfaatkan proses tumbukan dan penggabungan dalam pembentukan awan.
AIR TANAH
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 mengenai Sumber Daya Air yang mendefinisikan air tanah
sebagai air yang terdapat di lapisan batuan di bawah permukaan tanah. Menurut Asdak di tahun 2002, Air tanah
adalah segala bentuk aliran air hujan yang mengalir dibawah permukaan tanah sebagai akibat dari gaya gravitasi
bumi, struktur perlapisan geologi, dan beda potensi kelembaban tanah

Air tanah dengan ciri- ciri mulai dari bagian atas dan bawah lapisannya yang memiliki kandungan air yang dibatasi
oleh lapisan kedap, Lapisan yang mengandung air kemudian terletak di daerah siklinal dari suatu formasi yang
berada di daerah lipatan Air tanah, dapat memancar jika mendapatkan tekanan pada daerah siklinal yang cukup kuat,
dan jika tekanan yang ada tidak cukup kuat maka air dapat mengalir naik. Air tanah permukaan sendiri mengandung
banyak manfaat dan sering dimanfaatkan oleh manusia dalam berbagai hal, seperti pertanian dan pengairan.
AIR TANAH
Jenis Air tanah
Air tanah kemudian dapat digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu air tanah yang berdasarkan kepada letaknya di permukaan tanah dan berdasarkan kepada darimana ia berasal.
Air tanah berdasarkan letaknya sendiri kemudian dibagi kembali menjadi 2 jenis, yaitu Air Tanah Freatik dan Air Tanah Dalam (Artesis).
 Air Tanah Freatik sebagai air tanah pada permukaan yang dangkal dimana letaknya tidak jauh dari permukaan tanah dan berada diatas lapisan kedap air contohnya ada
pada air sumur.
 Air Tanah Dalam atau disebut juga sebagai Artesis merupakan air tanah yang terletak di antara lapisan akuifer dan batuan kedap air, contohnya ada pada pada sumur
artesis. Air Artesis juga disebut dengan air tanah dalam, karena dapat ditemukan pada kedalaman 30 -80 meter dari permukaan tanah. Air tanah ini juga dapat diminum
atau dikonsumsi secara langsung karena sudah mengalami penyaringan secara sempurna dan terbebas dari kuman ataupun bakteri. Biasanya jenis air tanah artesis sering
digunakan untuk mengatasi kekeringan meskipun pada musim kemarau panjang. Hal ini dikarenakan air tanah artesis sebagai kandungan dari beragam air tanah dengan
debit air yang stabil, meskipun dalam membangun sumur artesis ini juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit sebab diperlukan suatu pompa air khusus berkapasitas
besar, bahkan air tanah ini juga memiliki kemampuan untuk keluar sendiri jika tekanan airnya cukup besar, dan membentuk sumur artesis.
sementara air tanah berdasarkan asalnya kemudian dibagi menjadi 3 jenis, yaitu Air Tanah Meteorit (Vados), Air Tanah Baru (Juvenil), dan Air Konat.
 Air Tanah Meteorit (Vados) merupakan air tanah yang berasal dari proses presipitasi (hujan) awan yang tercampur dengan debu meteorit dan kemudian mengalami
kondensasi.
 Air Tanah Baru (Juvenil) merupakan air tanah yang berasal dari dalam bumi karena tekanan intrusi magma, contohnya adalah pada geyser atau sumber air panas.
Air Konat merupakan air tanah yang terkurung pada lapisan batuan purba
AIR TANAH
Faktor yang mempengaruhi kualitas air tanah
 
Kualitas air tanah ditentukan oleh berbagai sifat fisik dan sifat kimia yang terkandung. Berdasarkan sifat fisik, kualitas air dapat diketahui mulai dari warna, bau, rasa,
kekeruhan, kekentalan dan suhu air. Rasa air tanah juga dipengaruhi oleh unsur-unsur garam yang terlarut atau tersuspensi dalam air. Kekentalan air disebabkan oleh partikel yang
terkandung dalam air, dimana semakin banyak kandungan yang ada maka akan semakin kental airnya. Selain itu, keberadaan suhu air yang tinggi akan membuat air kemudian
semakin ecer. Kekeruhan air ini juga turut dipengaruhi oleh kandungan zat yang tidak larut oleh air. Misalnya saja pada partikel lempung, lanau, zat organik dan mikroorganisme.
Suhu air juga dipengaruhi oleh suhu lingkungan, seperti kondisi musim ataupun cuaca yang terjadi saat siang dan malam serta lokasi air tanah. Zat kimia yang terdapat dalam air
tanah juga berpengaruh terhadap kualitas air, antara lain Kesadahan, Zat Padat Terluar (Total Disolve Solid atau TDS), Daya Hantar Listrik (DHL), Keasaman dan Kandungan Ion.
 Kesadahan Air merupakan tingkat kekerasan air yang pada umumnya disebabkan oleh unsur Ca dan Mg. Air tanah dengan beberapa kandungan metal terlarut, seperti Na, Mg,
Ca, dan Fe. Jika air tanah kemudian mengandung komponen logam dengan jumlah tinggi maka kemudian akan menyebabkan air sadah.
 Zat Padat yang Terlarut adalah total zat padat yang terlarut dalam air tanah atau semua zat yang tertinggal setelah air diuapkan pada suhu 103 derajat hingga 105 derajat
Celcius. Air baku yang digunakan pada kebutuhan rumah tangga, dan air minum memiliki batas maksimal kandungan 1.000 mg/l atau disebut dengan baku mutu air kelas I.
Zat-zat terlarut ini diantaranya seperti zat organik lain dalam jumlah kecil, serta gas, dan garam anorganik.
 Daya Hantar Listrik sebagai kemampuan air dalam menghantarkan listrik. Daya hantar ini dipengaruhi oleh kandungan unsur garam dalam air. Dengan semakin tingginya
unsur garam tersebut maka akan semakin tinggi pula daya hantar listrik yang ia miliki. Konduktivitas air kemudian dipengaruhi oleh zat pada terlarut, suhu air dan ion klorida.
 Keasaman Air kemudian dinyatakan dalam pH dengan skala ukur antara 1-14. Air dengan kualitas yang baik adalah yang memiliki kandungan pH netral yaitu pH 7, jika pH air
lebih dari 7 maka akan bersifat basa sementara jika kurang dari 7 maka akan bersifat asam.
 Kandungan Ion baik itu kation dan anion yang terkandung pada air diukur dalam satuan part per million (ppm) atau mg/l. Ion-ion yang terkandung dalam air antara lain Na, K,  
Zn, Cl, SO4, H2SF, NH4, NO3, NO2, CO2, CO3, HCO3, Ca, Mg, Al, Fe, Mn, Cu, KMnO4, SiO2, Cr, Cd, Hg, Co, boron, ion-ion logam yang biasanya jarang dan bersifat
racun antara lain Pb, Sn, As.
AIR PERMUKAAN

Pengertian Air Permukaan Menurut Para Ahli.. Soegianto (2005) Air permukaan adalah air yang berasal dari

air hujan yang jatuh ke permukaan tanah, sebagian menguap dan sebagian lainnya mengalir ke sungai,

saluran air lalu disimpan di dalam danau, waduk dan rawa.. Limbong (2008) Air permukaan adalah air

hujan yang mengalir di permukaan bumi. Jadi, Air permukaan adalah air yang terkumpul di atas tanah yang

dapat dengan mudah dilihat oleh mata. Pada umumnya sumber air yang berasal dari permukaan, merupakan

air yang kurang baik untuk langsung dikonsumsi manusia. Oleh karena itu sumber air yang berasal dari air

permukaan perlu adanya pengolahan terlebih dahulu sebelum dimanfaatkan.


AIR PERMUKAAN
Jenis Air Permukaan

1. Permanen (Perennial)

Air permukaan permanen merupakan perairan di permukaan yang selalu tersedia hampir di sepanjang tahun. Jenis ini biasanya ditemukan dalam
bentuk danau, mata air, sungai, ataupun rawa. Ketika suatu kawasan mengalami musim kemarau, maka permukaan air ini dipertahankan oleh
kontribusi air tanah.

2. Semi-Permanen (Ephemeral)

Air permukaan semi-permanen biasanya berupa perairan yang hanya mampu menampung air selama setahun. Jenis ini berbentuk anak sungai
kecil, lubang air, laguna, atau daerah dataran rendah di beberapa zona kering.

3. Buatan Manusia (man made)

Sesuai dengan namanya, air permukaan buatan manusia disimpan secara khusus dalam struktur buatan. Contohnya adalah bendungan, danau,
rawa, ataupun kolam pengolahan limbah.
AIR PERMUKAAN
Contoh Air Permukaan Permanen

Berdasarkan jenis-jenis yang telah dijelaskan di atas, berikut ini adalah penjelasan mengenai contoh-contoh air permukaan permanen yang ada di lingkungan sekitar, antara lain:

1. Sungai
Seperti yang diketahui, sungai merupakan aliran air alami berupa air tawar yang mengalir menuju samudera, laut, danau, ataupun sungai lain di sekitarnya. Pada beberapa kasus, sungai mengalir
kembali masuk ke tanah dan pada akhirnya menjadi kering diujungnya tanpa melewati genangan air lainnya.Para ahli berpendapat, sungai adalah bagian dari siklus hidrologi. Umumnya, air sungai
berasal dari hujan yang melalui cekungan drainase dari limpasan permukaan ataupun sumber lainnya, seperti mata air, pelepasan air yang tersimpan di dalam es alami, kantong salju, ataupun air tanah.

2. Danau

Danau adalah badan air yang dikelilingi oleh daratan luas di sekitarnya. Jutaan danau tersebar di seluruh permukaan bumi. Danau juga bisa ditemukan di setiap benua dan berbagai jenis lingkungan,
seperti gunung, gurun, dataran tinggi, hingga pantai.Sebagian besar orang bahkan sering mengartikan danau sebagai air yang diisi air. Area ini terlokalisasi dalam cekungan yang dikeliling tanah
terlepas dari outlet lain yang berfungsi untuk mengairi ataupun mengeringkan danau tersebut.Danau selalu terletak di daratan dan tidak menjadi bagian dari lautan. Oleh sebab itu, danau berbeda
dengan laguna, bahkan jauh lebih besar dan dalam ketimbang kolam meski tidak ada definisi resmi ataupun ilmiah tentang jenis air permukaan permanen ini. Perbedaan danau dan sungai cukup
kontras, salah satunya adalah air yang terdapat di danau tidak mengalir seperti air sungai.Danau alami umumnya ditemukan di zona retakan, pegunungan, ataupun kawasan dengan penipisan
berkelanjutan. Sementara danau lainnya ditemukan pada cekungan endorheic atau endorheic basins.

3. Rawa

Rawa dikenal sebagai lahan basah yang sekilas tampak seperti hutan belantara. Tak sedikit rawa yang terbentuk di sekitar sungai besar di mana rawa-rawa ini sangat bergantung pada fluktuasi
ketinggian air alami. Sementara itu, ada juga beberapa rawa lain yang muncul di tepi danau besar.Sebagian rawa memiliki tonjolan lahan kering yang ditutupi oleh vegetasi air atau vegetasi yang
memang masih mentolerir genangan periodik atau saturasi tanah.Rawa dikenal memiliki karakteristik air yang bergerak lambat ke arah air yang tergenang. Biasanya, air di dalam rawa berupa air tawar,
air laut, ataupun air payau. Beberapa rawa terbesar dan terpopuler di dunia ditemukan di sepanjang sungai besar, seperti Kongo, Mississippi, dan Sungai Amazon yang mendunia.   
INFILTRASI
Infiltrasi adalah aliran air ke dalam tanah melalui permukaan tanah. Di dalam tanah air mengalir dalam arah lateral, sebagai aliran
antara (interflow) menuju mata air, danau, dan sungai; atau secara vertikal, yang dikenal dengan perkolasi (percolation) menuju air tanah.
Gerak air di dalam tanah melalui pori-pori tanah dipengaruhi oleh gaya gravitasi dan gaya kapiler. Gaya gravitasi menyebabkan aliran
selalu menuju ke tempat yang lebih rendah, sementara gaya kapiler menyebabkan air bergerak ke segala arah. Air kapiler selalu bergerak
dari daerah basah menuju ke daerah yang lebih kering.

Tanah kering mempunyai gaya kapiler lebih besar daripada tanah basah. Gaya tersebut berkurang dengan bertambahnya kelembaban
tanah. Selain itu, gaya kapiler bekerja lebih kuat pada tanah dengan butiran halus seperti lempung daripada tanah berbutir kasar pasir.
Apabila tanah kering, air terinfiltrasi melalui permukaan tanah karena pengaruh gaya gravitasi dan gaya kapiler pada seluruh permukaan.
Setelah tanah menjadi basah, gerak kapiler berkurang karena berkurangnya gaya kapiler. Hal ini menyebabkan penurunan laju infiltrasi.
Sementara aliran kapiler pada lapis permukaan berkurang, aliran karena pengaruh gravitasi berlanjut mengisi pori-pori tanah. Dengan
terisinya pori-pori tanah, laju infiltrasi berkurang secara berangsung-angsur sampai dicapai kondisi konstan; di mana laju infiltrasi sama
dengan laju perkolasi melalui tanah.
INFILTRASI
Pengaruh Penting Infiltrasi

Proses Limpasan

Daya infiltrasi menentukan besarnya air hujan yang dapat diserap ke dalam tanah. Sekali air hujan tersebut masuk ke dalam tanah ia
dapat diuapkan kembali atau mengalir sebagai air tanah. Aliran air tanah sangat lambat . Makin besar daya infiltrasi, maka perbedaan
antara intensitas curah dengan daya infiltrasi menjadi makin kecil. Akibatnya limpasan permukaannya makin kecil sehingga debit
puncaknya juga akan lebih kecil.
Pengisian Lengas Tanah (Soil Moisture) dan Air Tanah

Pengisian lengas tanah dan air tanah adalah penting untuk tujuan pertanian. Akar tanaman menembus daerah tidak jenuh dan menyerap
air yang diperlukan untuk evapotranspirasi dari daerahtidak jenuh tadi. Pengukuran lengas tanah menggunakan alat ukur. Pengisian
kembali lengas tanah sama dengan selisih antara infiltrasi dan perkolasi (jika ada). Pada permukaan air tanah yang dangkal dalam
lapisan tanah yang berbutir tidak begitu kasar, pengisian kembali lengas tanah ini dapat pula diperoleh dari kenaikan kapiler air tanah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Infiltrasi
FILTRASI
Laju infiltrasi ditentukan oleh besarnya kapasitas infiltrasi dan laju penyediaan air. Selama intensitas hujan lebih kecil dari kapasitas infiltrasi, maka laju infiltrasi sma dengan intensitas hujan. Jika intensitas hujan melampaui kapasitas infiltrasi, maka terjadilah genangan air dipermukaan
tanah atau aliran permukaan (Arsyad, 2010).
1. Kondisi-kondisi penutup permukaan
– Dengan melindungi tanah dari dampak tetesan hujan dan dengan melindungi pori-pori tanah dari penyumbatan, seresah mendorong laju infiltrasi yang tinggi
– Salju mempengaruhi infiltrasi dengan cara yang sama seperti yang dilakukan seresah.
– Urbanisasi (bangunan, jalan, sistem drainase bawah permukaan) mengurangi infiltrasi.
2. Transmibilitas tanah
– Banyaknya pori yang besar, yang menentukan sebagian dari setruktur tanah, merupakan salah satu
– Infiltrasi beragam secara terbalik dengan lengas tanah.
– Karakteristik-karakteristik air yang berinfiltrasi
– Suhu  air mempunyai banyak pengaruh, tetapi penyebabnya dan sifatnya belum pasti.
– Kualitas air merupakan faktor lain yang mempengaruhi infiltrasi.
3. Kedalaman genangan dan tebal lapisan jenuh

Dapat dipahami pada saat awal turunnya hujan, penyerapan air oleh tanah (laju infiltrasi) terjadi dengan cepat. Sehingga semakin dalam genangan dan tebal lapisan jenuh maka laju infiltrasi semakin berkurang.Dalam gambar di atas, air yang tergenang di atas permukaan tanah
terinfiltrasi ke dalam tanah, yang menyebabkan suatu lapisan di bawah permukaan tanah menjadi jenuh air. Apabila tebal dari lapisan jenuh air adalah L, dapat dianggap bahwa air mengalir ke bawah melalui sejumlah tabung kecil. ALiran melalui lapisan tersebut serupa dengan aliran melalui
pipa. Kedalaman genangan di atas permukaan tanah (D) memberikan tinggi tekanan pada ujung atas tabung, sehingga tinggi tekanan total yang menyebabkan aliran adalah D+L.Tahanan terhadap aliran yang diberikan oleh tanah adalah sebanding dengan tebal lapis jenuh airL. Pada awal
hujan, dimana L adalah kecil dibanding D, tinggi tekanan adalah besar dibanding tahanan terhadap aliran, sehingga air masuk ke dalam tanah dengan cepat. Sejalan dengan waktu, L bertambah panjang sampai melebihi D, sehingga tahanan terhadap aliran semakin besar. Pada kondisi
tersebut kecepatan infiltrasi berkurang. Apabila  L sangat lebih besar daripada D, perubahan L mempunyai pengaruh yang hampir sama dengan gaya tekanan dan hambatan, sehingga laju infiltrasi hampir konstan.

4. Kelembaban tanah

Semakin lembab kondisi suatu tanah, maka laju infiltrasi akan semakin berkurang karena tanah tersebut semakin dekat dengan keadaan jenuh.Jumlah air tanah mempengaruhi kapasitas infiltrasi. Ketika air jatuh pada tanah kering, permukaan atas dari tanah tersebut menjadi basah, sedang
bagian bawahnya relatif masih kering. Dengan demikian terdapat perbedaan yang besar dari gaya kapiler antara permukaan atas tanah dan yang ada di bawahnya. Karena adanya perbedaan tersebut, maka terjadi gaya kapiler yang bekerja sama dengan gaya berat, sehingga air bergerak ke
bawah (infiltrasi) dengan cepat.Dengan bertambahnya waktu, permukaan bawah tanah menjadi basah, sehingga perbedaan daya kapiler berkurang, sehingga infiltrasi berkurang. Selain itu, ketika tanah menjadi basah koloid yang terdapat dalam tanah akan mengembang dan menutupi pori-
pori tanah, sehingga mengurangi kapasitas infiltrasi pada periode awal hujan.
5. Topografi dan intensitas hujan

Topografi adalah keadaan pemukaan/ kontur tanah, dan intensitas hujan adalah besarnya hujan yang turun dalam satuan waktu. Apabila hujan yang turun besar dan topografi tanah terjal, maka laju infiltrasi kecil. Karena topografi yang terjal akan mengalirkan air dengan cepat sehingga
waktu infiltrasi kurang. Begitu juga sebaliknya, topografi yang landai bahkan datar dapat menghasilkan infiltrasi lebih besar. Kapasitas infiltrasi dapat diukur dengan menggunakan infiltrometer dan analisis hidrograf. Infiltrometer ini dibedakan menjadi dua macam yaitu infiltrometer
genangan dan simulator hujan (rainfall simulators)
Aspek Geologi

Geologi merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang membahas tentang bumi, dalam hal ini juga

berhubungan tentang lingkungan. Ilmu geologi mulai mempelajari tentang geometri (bentuk dan dimensi

bumi), meterial penyusun atau pembentuk bumi (komposisi padat, komposisi cair dan komposisi gas),

kemudian proses-proses yang terjadi (endogen dan eksogen) serta sejarah dari bumi itu sendiri.
GEOMORFOLOGI

Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk permukaan bumi dan perubahan-perubahan
yang terjadi pada bumi itu sendiri. Geomorfologi biasanya diterjemahkan sebagai penelitian lanskap.

Bentang alam adalah fenomena duniawi. Landscapers adalah bebatuan yang telah mengalami peristiwa-
peristiwa tertentu dan hasil interaksi antara peristiwa-peristiwa dari dalam bumi dan yang dari luar bumi.
Prinsip geologi adalah ilmu mempelajari batuan dalam arti yang lebih luas dan proses yang terjadi di sana.

Proses geomorfologi adalah perubahan yang terjadi baik secara fisik maupun kimia dari permukaan bumi.
Penyebab dari proses ini adalah benda-benda alami yang kita kenal sebagai zat geomorfik dalam bentuk air
dan angin. Keduanya adalah tujuan iklan yang didukung oleh gravitasi dan semuanya bekerja bersama
untuk membuat perubahan pada permukaan bumi.
STRATIFIGRAFI
Stratigrafi adalah studi mengenai sejarah, komposisi dan umur relatif serta distribusi perlapisan tanah dan
interpretasi lapisan-lapisan batuan untuk menjelaskan sejarah Bumi. Dari hasil perbandingan atau korelasi
antarlapisan yang berbeda dapat dikembangkan lebih lanjut studi mengenai litologi (litostratigrafi), kandungan 
fosil (biostratigrafi), dan umur relatif maupun absolutnya (kronostratigrafi). stratigrafi kita pelajari untuk
mengetahui luas penyebaran lapisan batuan.
Pada konsep stratigrafi dijelaskan bahwa proses terjadinya pengendapan dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti tektonik, perubahan muka laut, pasokan sedimen, iklim dan geometri fasies sedimen. Hal tersebut
memungkinkan untuk dilakukan pendekatan dalam memahami sejarah pengendapan batuan pada lingkungan
pengendapan. Sehingga pengetahuan mengenai konsep stratigrafi dapat digunakan sebagai parameter untuk
menentukan lingkungan pengendapan
SEKIAN DAN TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai