Presipitasi (hujan) merupakan salah satu komponen hidrologi yang paling penting. Hujan
adalah peristiwa jatuhnya cairan (air) dari atmosfer ke permukaan bumi. Hujan merupakan
salah satu komponen input dalam suatu proses dan menjadi faktor pengontrol yang mudah
diamati dalam siklus hidrologi pada suatu kawasan (DAS). Peran hujan sangat menentukan
proses yang akan terjadi dalam suatu kawasan dalam kerangka satu sistem hidrologi dan
mempengaruhi proses yang terjadi didalamnya. Mahasiswa akan belajar tentang bagaimana
proses terjadinya hujan, faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya, bagaimana
karakteristik hujannya dan mempelajari cara menghitung rata-rata hujan pada sutau kawasan
dengan berbagai model penghitungan rata-rata hujan.
Pengertian
Presipitasi adalah peristiwa jatuhnya cairan (dapat berbentuk cair atau beku) dari atmosphere
ke permukaan bumi. Presipitasi cair dapat berupa hujan dan embun dan presipitasi beku dapat
berupa salju dan hujan es. Dalam uraian selanjutnya yang dimaksud dengan presipitasi adalah
hanya yang berupa hujan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya presipitasi diantara lain berupa :
2. Faktor-faktor meteorologis
3. Lokasi daerah
Jenis-jenis hujan
Berdasarkan terjadinya, hujan dibedakan menjadi
Hujan siklonal, yaitu hujan yang terjadi karena udara panas yang naik disertai dengan
angin berputar.
Hujan zenithal, yaitu hujan yang sering terjadi di daerah sekitar ekuator, akibat
pertemuan Angin Pasat Timur Laut dengan Angin Pasat Tenggara. Kemudian angin
tersebut naik dan membentuk gumpalan-gumpalan awan di sekitar ekuator yang
berakibat awan menjadi jenuh dan turunlah hujan.
Hujan orografis, yaitu hujan yang terjadi karena angin yang mengandung uap air yang
bergerak horisontal. Angin tersebut naik menuju pegunungan, suhu udara menjadi
dingin sehingga terjadi kondensasi. Terjadilah hujan di sekitar pegunungan.
Hujan frontal, yaitu hujan yang terjadi apabila massa udara yang dingin bertemu
dengan massa udara yang panas. Tempat pertemuan antara kedua massa itu disebut
bidang front. Karena lebih berat massa udara dingin lebih berada di bawah. Di sekitar
bidang front inilah sering terjadi hujan lebat yang disebut hujan frontal.
Hujan muson, yaitu hujan yang terjadi karena Angin Musim (Angin Muson).
Penyebab terjadinya Angin Muson adalah karena adanya pergerakan semu
tahunanMatahari antara Garis Balik Utara dan Garis Balik Selatan. Di Indonesia,
secara teoritis hujan muson terjadi bulan Oktober sampai April. Sementara di kawasan
Asia Timur terjadi bulan Mei sampai Agustus.
Dengan segala kekurangan dan kelebihannya, alat pengukur hujan ada 2 macam yaitu alat
pengukur hujan manual dan alat pengukur hujan otomatik.Beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi pada saat menempatkan alat pengukur hujan yaitu :
1. Harus diletakkan di tempat yang bebas halangan atau pada jarak 4 kali tinggi obyek
penghalang.
2. Alat harus tegak lurus dan tinggi permukaan penakar antara 90-120 cm di atas
permukaan tanah.
Kepadatan minimum jaringan hujan berikut ini telah direkomendasi guna maksud-maksud
hidro meteorologis umum (Linsley, et-al, 1982) :
1. Untuk daerah datar, beriklim sedang, mediteranean dan zona tropis 600 - 900 km2
untuk setiap stasiun
3. Untuk pulau-pulau dengan pegunungan kecil dengan hujan yang beraturan, 25 km2
untuk setiap stasiun.
4. Untuk zone-zone kering dan kutub, 1500-10.000 km2 untuk setiap stasiun.
Hasil pengukuran data hujan dari masing-masing alat pengukuran hujan adalah merupakan
data hujan suatu titik (point rainfall). Padahal untuk kepentingan analisis yang diperlukan
adalah data hujan suatu wilayah (areal rainfall). Ada beberapa cara untuk mendapatkan data
hujan wilayah yaitu :
3. Cara isohiet
Cara ini merupakan cara yang paling sederhana yaitu hanya dengan membagi rata
pengukuran pada semua stasiun hujan dengan jumlah stasiun dalam wilayah tersebut. Sesuai
dengan kesederhanaannya maka cara ini hanya disarankan digunakan untuk wilayah yang
relatif mendatar dan memiliki sifat hujan yang relatif homogen dan tidak terlalu kasar.
Cara ini selain memperhatikan tebal hujan dan jumlah stasiun, juga memperkirakan luas
wilayah yang diwakili oleh masing-masing stasiun untuk digunakan sebagai salah satu faktor
dalam menghitung hujan rata-rata daerah yang bersangkutan. Poligon dibuat dengan cara
menghubungkan garis-garis berat diagonal terpendek dari para stasiun hujan yang ada.
3. Cara Isohiet
Isohiet adalah garis yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai tinggi hujan yang
sama. Metode ini menggunakan isohiet sebagai garis-garis yang membagi daerah aliran
sungai menjadi daerah-daerah yang diwakili oleh stasiun-stasiun yang bersangkutan, yang
luasnya dipakai sebagai faktor koreksi dalam perhitungan hujan rata-rata.
Hidrologi
PENGERTIAN
Hidro -> air
Logi -> ilmu
Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air.
Jumlah air di bumi adalah 1,4 km3 , 97.5%nya adalah air laut, sedangkan 1.25%nya adalah
es, 0.73%nya adalah air tawar, 0.001%nya adalah uap air.
SIKLUS HIDROLOGI
· NERACA AIR
Neraca air adalah hubungan aliran kedalam dan aliran keluar di suatu daerah tertentu dalam
periode tertentu.
P=D+E+G+M
P = Prespitasi (hujan)
D = Debit
E = Evapotranspirasi
G = Ground ( penambahan suplai air )
M = Moisturizer ( penambahan kelembapan tanah )
DAUR HIDROLOGI
Secara sederhana daur hidrologi dapat dimulai dari evaporasi air laut. Uap yang dihasilkan
dibawa oleh udara yang bergerak. Dalam kondisi yang memungkinkan uap tersebut
terkondensasi membentuk awan, yang pada akhirnya menghasilkan prespitasi. Prespitasi
yang jatuh ke bumi menyebar dengan arah berbeda bedda dalam beberapa cara. Sebagian
besar dari prespitasi tersebut untuk sementara tertahan di tanah dekat tempat ia jatuh dan
akhirnya dikembalikan lagi ke atmosfir oleh evaporasi dan pemeluhan (transpirasi) oleh
tanaman. Sebagian melalui permukaan tanah, menuju sungai dan lainnya menembus masuk
ke tanah menjadi air tanah (groundwater).
Dalam daur hidrologi, perputaran air tidalah selalu merata karena adanya pengaruh
metereologi (suhu, tekanan, atmosfir, angin, dll) dan kondisi topografi.
PRESPITASI
Prepitasi adalah produk dari awan yang turun berbentuk air hujan ataupun salju. Sejauh tidak
menyangkut salju salanjutnya dianggap hujan.
Intensitas curah hujan adalah tinggi air, jumlah hujan, dalam satu satuan waktu misalnya
mm/menit,, mm/jam, mm/hari.
1. Rata-rata aljabar
Cocok untuk kawasan topografi datar. Alat penakar hujan tersebar merata.
P = 1/n (P1 + P2 + … + Pn)
P = curah hujan yang tercatat dinpos penakar hujan.
n = banyaknya penakar curah hujan.
Contoh soal :
Hitung hujan rata-rata dengan metode aljabar
2. Poligon Thiessen
Cocok untuk daerah dengan luas 500-5000 km2. Jumlah penakar hujan terbatas dibanding
luasnya.
Prosedur penetapan metode ini :
1) Lokasi penakar hujan di plot pada peta DAS. Antar pos dibuat garis penghubung.
2) Tarik tegak lurus ditengah tiap garis pernghubung.
3) Ukur luas tiap poligon
4) P =
Contoh Soal :
Jawab :
PA =
3. Metode Ishoyet
Cocok untuk daerah dengan luas > 5000 km2, jumlah penakar hujan retbatas dibanding
luasnya.
Prosedur penerapan metode ini :
1) Plot data kedalaman air hujan untuk tiap pos penakar hujan pada peta.
2) Gambar kontur edalaman air hujan
3) Hitung luas antara 2 garis ishoyet
4) P =
Contoh soal :
Stasiun hujan x tidak berfungsi pada waktu-waktu tertentu dalam suatu bulan dimana terjadi
suatu hujan badai. Total hujan lebat masing-masing pada 3 sta yang mengelilinginya. A=98
mm, B=80 mm, C=1080 mm. jumlah hujan tahunan normal pada Stasion X + 880 mm, A =
1008 mm, B = 842 mm, C = 1080 mm. Hitung hujan lebat Stasion X!
Px = ⅓
Px = ⅓.256,8
Px = 86,2653
· Distribusi Gumbel
QTr = b + Ytr
a=
b=–
Relevansi
Dengan mempelajari proses terjadinya, faktor yang berpengaruh dan karakteristik hujan
mahasiswa memahami berbagai fenomena alam yaitu hujan dan dapat melakukan
penghitungan karakteristik hujan untuk dapat digunakan sebagai suatu data input dari sistem
hidrologi dengan menempatkan stasiun pengukuran hujan yang tepat dan efektif sehingga
mahasiswa mampu melakukan analisis hujan untuk pembangunan kawasan hutan.
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa akan mengerti dan memahami proses terjadinya
hujan, faktor-faktor yang mempengaruhi, mampu memilih lokasi pemasangan stasiun hujan
dan mampu melakukan perhitungan data hujan untuk analisis hidrologi suatu kawasan,
sehingga tujuan proses pembelajaran dapat tercapai.
Elemen-Elemen Hidrologi
Hidrologi
Hidrologi Adalah suatu ilmu yang mempelajari air dibumi, kejadian, sirkulasi dan distribusi, sifat-
sifat kimia dan fisika dan reaksinya dengan lingkungan, termasuk hubungannya dengan mahkluk
hidup. Domain hidrologi mencakup seluruh sejarah keberadaan air di bumi. Hidrologi disebut
sebagai sain karena hidrologi ini diturunkan dari ilmu-ilmu dasar seperti matematika, fisika,
meteorologi dan geologi.
Ilmu yang ada di dalam hidrologi :
B. Pengukuran Klimatologi
Selain pengukuran hujan, maka pengukuran radiasi matahari, derajat hari, angin, temperatur,
kelembaban udara serta penguapan seringkali dibutuhkan untuk mendapatkan gambaran local
tentang cuaca di suatu daerah. Di dalam suatu stasiun klimatologi sering ditemui alat-alat
pengukur cuaca.
1. Pengukuran Lama Penyinaran Matahari
Dengan alat “Campbell Stokes Recorder”., alat ini dipasang di atas pasangan bata. Alat ini terdiri
dari bola gelas padat dengan diameter 4 inches (=10,1 cm) yang dipasang konsentris di dalam
suatu bidang cekung, berbentuk bola, dengan diameter sedemikian sehingga sinar matahari
difokuskan dengan tajam.
2. Pengukuran Temperatur Udara
Temperatur udara harus diukur 2 meter di atas permukaan tanah/air. Pengamatan/pencatatan
temperatur yang kontinu patut diharapkan, tetapii bila tidak ada maka pencatatan temperatur
dengan interval waktu 1 jam, 2 jam atau 6 jam dapat dianggap cukup
Temperatur rata-rata harian =
a. Pan Evaporasi
Pencatatan evaporasi dari pan sering dilakukan untuk memperkirakan evaporasi permukaan air
bebas (danau dan reservoir). Berbagai jenis/tipe pan evaporasi yang dipakai. Ada yang
mempunyai bentuk segi-empat, ada yang bulat. Beberapa diletakkan seluruhnya di atas tanah,
yang lain ditenggelamkan di tanah, sehingga permukaan air hampir sama dengan muka tanah.
Ada juga pan evaporasi yang diapungkan (terikat) di danau, sungai atau massa air lainnya.
b. Peralatan Pembantu
Peralatan tambahan yang dipakai pada stasiun pan evaporasi adalah :
– Anemograph atau anemometer yang dipasang pada ketinggian 1 sampai 2 meter di atas pan,
untuk menentukan kecepatan angin di atas pan tersebut.
– Alat pengukur presipitasi manual.
– Thermometer atau thermograph air untuk melengkapi data, temperatur air di dalam pan
(temperatur maksimum, minimum dan temperatur yang berlangsung).
– Thermometer/thermograph udara atau hygrothermograph atau psychrometer untuk
mendapatkan data temperatur atau kelembaban udara sesuai dengan yang dikehendaki
• Curah hujan / infiltrasi adalah tinggi genangan air total yang terjadi dalam suatu kurun waktu
tertentu pada suatu bidang datar, dengan anggapan bahwa limpasan permukaan, infiltrasi, dan
evaporasi tidak terjadi. Intentsitas curah hujan adalah tinggi curah hujan yang terjadi pada suatu
kurun waktu di mana air tersebut berkonsentrasi. Analisa merupakan proses pengolahan data
mentah mejadi data yang siap dipakai. Analisa presipitasi ini dilakukan untuk perhitungan
perencanaan atau perhitungan lain dalam rangka memonitor kuantitas air.
Metode analisa frekuensi yang digunakan adalah :
A. Metode Analisa Frekuensi Data Banjir
B. Metode Empiris
C. Pengamatan Lapangan
Curah hujan yang diperlukan untuk penyusunan suatu rancangan pemanfaatan air dan rancangan
pengendalian banjir adalah curah hujan rata-rata di seluruh daerah yang bersangkutan, bukan
curah hujan pada suatu titik tertentu.
Kondisi penakar hujan di suatu pos hujan kadang-kadang tidak dapat bekerja baik, rusak, atau
karena sebab lain sehingga data curah hujan dari pos bersangkutan tidak dapat diperoleh dan atau
tidak dapat diandalkan.
• Penguapan salah satu mata rantai proses dalam siklus hidrologi. Penguapan dapat terjadi di
semua permukaan yang mengandung air (moisture), yaitu permukaan air, permukaan tanah,
permukaan tanaman, permukaan yang tertutup tanaman, meskipun diketahui bahwa penguapan
dari permukaan laut merupakan penguapan yang terbesar, dan merupakan transfer uap air
terbesar antara lautan dan daratan.
Beberapa definisi penguapan yang di dapat dari beberapa pustaka:
1. Penguapan (evaporation) adalah proses perubahan dari zat cair atau padat menjadi gas. Lebih
spesifik dapat didefinisikan bahwa penguapan adalah proses transfer air dari permukaan bumi ke
atmosfir.
2. Transpirasi (transpiration) adalah penguapan air yang terserap tanaman, tidak termasuk
penguapan dari permukaan tanah.
3. Evapotranspirasi (evapotranspiration) adalah penguapan yang terjadi dari permukaan
tanaman.
4. Evapotranspirasi potensial (potential evapotranspiration) adalah evapotranspirasi yang terjadi
apabila kandungan air tidak terbatas.
A. Proses Penguapan
Dengan memperhatikan definisi di atas, maka dapat dipahami bahwa penguapan hanya akan
terjadi apabila terdapat perbedaan tekanan uap air antara permukaan dan udara. Dengan
demikian, apabila kelembaban udara (humidity) mencapai 100%, maka secara teoritik penguapan
akan terhenti dengan sendirinya
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penguapan:
1. Suhu
2. Kelembaban
3. Tekanan Udara
4. Angin
• Infiltras
A. Pengertian Umum
Infiltrasi adalah proses masuknya air ke bawah permukaan tanah dapat dimengerti bahwa
infiltrasi merupakan salah satu komponen penting dari daur hidrologi. Besarnya infiltrasi
merupakan informasi penting sebagai masukan dalam hitungan pengalihragaman hujan menjadi
aliran yang mana jumlah dan laju limpasan permukaan sangat ditentukan oleh factor kehilangan
air akibat proses infiltrasi.
Besarnya infiltrasi dapat dinyatakan dalam kapasitas infiltrasi (infiltration capacity) dan laju
infiltrasi (infiltration rate). laju infiltrasi adalah kondisi permukaan tanah, vegetasi penutup lahan,
karakteristik tanah seperti porositas, konduktivitas hidraulik dan kelengasan tanah (soil moisture).
Apabila kondisi lengas tanah memungkinkan, akibat gaya gravitasi proses infiltrasi di bagian
lapisan bawah akan diteruskan secara vertical ke bawah menuju zona iar tanah. Proses ini disebut
dengan perkolasi (percolation).
B. Pengukuran Infiltrasi
Dalam kaitannya dengan analisis hidrologi, informasi yang diperlukan adalah laju infiltrasi yang
berubah dengan waktu. Untuk mendapatkan data tersebut pengukuran laju infiltrasi pada suatu
tempat tertentu dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu pengukuran langsung di lapangan dan
dengan pendekatan menggunakan analisis hidrograf (Sri Harto, 1993). Cara pertama dapat
dilakukan dengan menggunakan alat berikut:
a. Single ring infiltrometer, c. Rain simulator.
b. Double ring infiltrometer,
• Perkolasi
A. Pengertian
Perkolasi adalah proses mengalirnya air ke bawah secara gravitasi dari suatu lapisan tanah ke
lapisan di bawahnya, sehingga mencapai permukaan air tanah pada lapisan jenuh air. Tes
perkolasi ini bertujuan untuk menentukan besarnya luas medan peresapan yang diperlukan untuk
suatu jenis tanah dari tempat percobaan. Semakin besar daya resap tanah, maka semakin kecil
luas daerah peresapan yang diperlukan untuk sejumlah air tertentu. Mengingat setiap daerah
memiliki jenis tanah yang berbeda maka daya resap tanahnya juga akan berbeda pula.
Perkolasi adalah gerakan air ke bawah dari daerah tak jenuh (antara permukaan tanah sampai ke
permukaan air tanah) ke dalam daerah jenuh (daerah di bawah permukaan air tanah).
Daya Perkolasi adalah laju perkolasi (Pp) yaitu laju perkolasi maksimum yang dimungkinkan
dengan besar yang dipengaruhi oleh kondisi tanah dalam daerah tak jenuh. Perkolasi tidak
mungkin terjadi sebelum daerah tak jenuh mencapai daerah medan.Istilah daya perkolasi tidak
mempunyai arti penting pada kondisi alam karena adanya stagnasi dalam perkolasi sebagai akibat
adanya lapisan-lapisan semi kedap air yang menyebabkan tambahan tampungan sementara di
daerah tak jenuh.
Proses berlangsungnya air masuk ke permukaan tanah kita kenal dengan infiltrasi, sedang
perkolasi adalah proses bergeraknya air melalui profil tanah karena tenaga gravitasi. Air bergerak
ke dalam tanah melalui celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan menuju muka air tanah. Air
dapat bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak secara vertikal atau horizontal dibawah
permukaan tanah hingga air tersebut memasuki kembali sistem air permukaan. Laju infiltrasi
dipengaruhi tekstur dan struktur, kelengasan tanah, kadar materi tersuspensi dalam air juga waktu
Daya Perkolasi adalah laju perkolasi yaitu laju perkolasi maksimum yang dimungkinkan dengan
besar yang dipengaruhi oleh kondisi tanah dalam daerah tak jenuh. Perkolasi tidak mungkin
terjadi sebelum daerah tak jenuh mencapai daerah medan. Istilah daya perkolasi tidak mempunyai
arti penting pada kondisi alam karena adanya stagnasi dalam perkolasi sebagai akibat adanya
lapisan-lapisan semi kedap air yang menyebabkan tambahan tampungan sementara di daerah tak
jenuh.
Perkolasi, disebut juga peresapan air ke dalam tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
tekstur tanah dan permeabilitasnya. Untuk daerah irigasi waduk Gondang termasuk tekstur berat,
jadi perkolasinya berkisar 1 sampai dengan 3 mm/hari. Dengan perhitungan ini nilai perkolasi
diambil sesuai eksisting sebesar 2 mm/hari.
Laju perkolasi sangat tergantung pada sifat-sifat tanah. Data-data mengenai perkolasi akan
diperoleh dari penelitian kemampuan tanah maka diperlukan penyelidikan kelulusan tanah.. Pada
tanah lempung berat dengan karakteristik pengolahan (puddling) yang baik, laju perkolasi dapat
mencapai 1-3 mm/hari. Pada tanah-tanah yang lebih ringan, laju perkolasi bisa lebih tinggi.
Untuk menentukan Iaju perkolasi, perlu diperhitungkan tinggi muka air tanahnya. Perkolasi juga
dapat disimpulkan sebagai gerakan air kebawah dan zone yang jenuh kedalam daerah jenuh
(antara permukaan tanah sampai kepermukaan air tanah).
• Run Off
A. Pengertian
Pengertian dan Definisi Istilah Aliran Runoff dipergunakan untuk menunjukan adanya variasi
proses pengumpulan air mengalir yang akhirnya menghasilkan aliran sungai. Variasi proses aliran
itu adalah sebagai berikut:
1. Air hujan yang langsung pada tubuh perairan sungai adalah air hujan yang pertama langsung
menjadi satu dengan aliran sungai.
2. Aliran di atas permukaan tanah (overland flow) adalah air hujan yang meninggalkan daerah
aliran sungai (DAS) setelah terjadi hujan (badai) atau disebut sebagai bagian air dari aliran sungai
yang terjadi dari hujan neto yang tidak lagi mengalami infiltrasi ke tanah mineral, dan mengalir di
atas permukaan tanah menuju sungai terdekat.
3. Aliran permukaan (surface runoff) adalah sinonim dengan overland flow (b), tetapi lebih
banyak dipergunakan untuk pengukuran air di pemukaan sungai.
4. Aliran langsung di bawah permukaan (sub surface storm flow) bagian aliran sungai yang
dipasok dari sumber air di bawah permukaan tanah, dan sampai di saluran sungai secara
langsung. Proses ini tidak dapat diamati dengan mata, namun menambah debit sungai. Kadang-
kadang dipergunakan kata sinonim, yaitu aliran dalam (interflow), tetapi kata ini sering
dipergunakan untukaliran di bawah permukaan tanah yang tidak berada di atas permukaan air
tanah.
5. Aliran permukaan langsung (direct runoff, strom flow); merupakan total dari ketiga
komponen aliran sungai yaitu curah hujan yang langsung tersalur aliran ke sungai di atas
permukaan tanah (overland flow, surface runoff), dan aliran cepat di bawah permukaan tanah
(sub surface storm flow,interflow) yang umumnya dipergunakan untuk mencirikan banjir akibat
karakteristik DAS.
6. Aliran dasar ( base flow, grand water outflow): keluaran dari equifer air tanah yang
dihasilkan dari air perkolasi vertical melalui profil tanah ke air tanah, dan ditopang oleh aliran
perlahan-lahan dari zona aerasi (zone of aeration) pada daerah miring.
A. Pendahuluan
Keadaan iklim, topografi dan geologi dari suatu Daerah Aliran Sungai (DAS) sudah barang tentu
akan mempengaruhi kondisi hidrologi dari suatu DAS yang bersangkutan. Keadaan topografi,
seperti kondisi tanah, tata guna tanah, waduk, rawa akan mepengaruhi debit sungai suatu DAS.
Keadaan geologi akan mempengaruhi air tanah suatu DAS.
Unsur cuaca atau iklim seperti curah hujan, temperatur udara, kelembaban udara, angin, radiasi
matahari akan mempengaruhi kondisi hidrologi suatu DAS. Curah hujan yang terjadi terus-
menerus dalam beberapa hari dapat menyebabkan banjir, kekurangan curah hujan dapat
menyebabkan kekeringan. Cuaca dapat diartikan sebagai keadaan atmosphere pada suatu saat dan
sifatnya selalu berubah-ubah, sedangkan iklim dapat diartikan sebagai keadaan cuaca rata-rata
dalam periode yang lama, minimal 30 tahun. Iklim akan berbeda dari suatu tempat ke tempat lain
disebabkan antara lain oleh perubahan ketinggian, tempat, garis lintang, arus laut, angin,
pengunungan, badai.
Ilmu yang mempelajari proses-proses di lapisan Troposphere (lapisan bawah atmosphere)
disebut ilmu cuaca atau meteorologi, sedangkan ilmu pengetahuan yang mempelajari hasil proses-
proses cuaca disebut dengan ilmu iklim atau klimatologi. Pengukuran unsur cuaca dan iklim
mutlak harus dilakukan dalam analisis hidrologi suatu DAS.
g. Kerugian
1. Biaya lebih mahal.
2. Kesalahan elektris dan mekanik bisa terjadi.
A. Pendahuluan
Curah hujan adalah tinggi genangan air total yang terjadi dalam suatu kurun waktu tertentu pada
suatu bidang datar, dengan anggapan bahwa limpasan permukaan, infiltrasi, dan evaporasi tidak
terjadi. Intensitas curah hujan adalah tinggi curah hujan yang terjadi pada suatu kurun waktu di
mana air tersebut berkonsentrasi. Analisa merupakan proses pengolahan data mentah mejadi data
yang siap dipakai. Analisa presipitasi ini dilakukan untuk perhitungan perencanaan atau
perhitungan lain dalam rangka memonitor kuantitas air.
5 unsur yang berkaitan dengan data presipitasi adalah :
Ketinggian/jumlah hujan atau Rainfall depth = d.
Lamanya terjadinya hujan atau duration of rainfall = t.
Kederasan hujan atau rainfall intensity = i.
Periode ulang/frekuensi atau Return Period = T.
Luas = A.
Rainfall depth = d = Jumlah presipitasi yang terjadi, dinyatakan sebagai tebal lapisan air di
atas permukaan. Satuannya : (mm) atau (inch).
Duration of rainfall = t = Lamanya presipitasi berlangsung. Satuannya : (menit) atau (jam).
Rainfall intensity = i = Laju presipitasi/kederasan hujan/intensitas hujan .
= Kedalaman atau ketinggian air yang jatuh per 1 satuan waktu.
Satuan : (mm/menit); (mm/jam) atau
Frekuensi = T = Frekuensi kejadian hujan tertentu. Umumnya dinyatakan dengan periode
ulang/Return Period T.
Area = A = Luas/perluasan hujan secara geographic.
Analisa Curah Hujan Terpusat (Point Rainfall)
Data curah hujan yang akan diolah (hasil pencatatan alat pengukur hujan/Rain Gauge) adalah :
– data kasar/data mentah yang tidak dapat langsung dipakai dan harus diolah sesuai dengan
kebutuhan.
– Random variable (satu sama lain tidak saling bergantungan) sehingga proses pengolahannya
menggunakan metoda statistik. Misal :
• Perhitungan harga rata-rata, maximum, minimum dengan standard deviasinya.
• Analisa Regresi.
– Data curah hujan yang akan dihasilkan dapat berupa kumpulan data ;
• Besarnya curah hujan per jam.
• Jumlah hujan per hari dan lamanya.
• Jumlah hujan per bulan
• Jumlah curah hujan per tahun
• Besarnya hujan harian maximum dalam 1 tahun selama periode pengamatan tertentu.
(3.11)
Rumus ini disebut Mononobe dan merupakan sebuah variasi dari rumus (3.9). Rumus (3.8)
sampai (3.10) adalah rumus-rumus intensias curah hujan untuk curah curah hujan jangka pendek.
Rumus (3.11) digunakan untuk menghitung intensitas curah hujan setiap waktu berdasarkan data
curah hujan harian.
Dalam rumus 1 sampai 4 :
I = intensitas curah hujan (mm/jam)
t = lamanya curah hujan (menit), atau untuk (3.11) dalam (jam).
a, b, n, m : tetapan
R24 : curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm).
Kurva frekuensi intensitas – lamanya (frekuensi I-t) adalah diagram persamaan-persamaan
tersebut di atas dengant sebagai absis dan I sebagai ordinat. Kurva ini digunakan untuk
perhitungan limpasan (run-off) dengan rumus rasional dan untuk perhitungan debit puncak
dengan menggunakan intensitas curah hujan yang sebanding dengan waktu pengaliran curah
hujan dari titik paling atas ke titik yang ditinjau di bagian hilir daerah pengaliran itu (waktu tiba =
arrival time). Kurva itu menunjukkan besarnya kemungkinan terjadinya intensitas curah hujan
yang berlaku untuk lamanya curah hujan sembarangan (Lihat contoh pada gambar). Pada gambar
tersebut dapat dilihat bahwa rumus-rumus intensitas curah hujan mempunyai tetapan-tetapan
yang berbeda, yang berhubungan dengan frekuensi kejadiannya. Jadi untuk perhitungan limpasan
(hujan) diperlukan rumus intensitas curah hujan tersendiri sesuai dengan kemungkinan tahun
kejadian yang diperhitungkan.
Umpamanya, dalam gambar di atas, jika diambil intensitas curah hujan yang lamanya 20 menit
dengan kemungkinan 20 tahun, maka harus digunakan kurva :
Intensitas curah hujan I pada titik perpotongan dengan t = 20 menit adalah I = 89 mm/jam.
(3.12)
[Jenis II]
(3.13)
[Jenis III]
(3.14)
di mana [ ] : Jumlah angka-angka dalam tiap suku.
N : Banyaknya data
Cara ini membutuhkan perhitungan dan pekerjaan yang banyak seperti pembacaan dan
penyusunan data curah hujan untuk setiap t pada kertas-kertas pencatat curah hujan otomatis
sepanjang pengamatan yang lalu.
[Contoh perhitungan]
Data curah hujan untuk setiap lamanya curah hujan t menit disusun dengan menggnakan data
curah hujan tahun-tahun yang telah lalu dari sebuah stasiun pengamatan. Kemudian diadakan
perhitungan kemungkinan lebih (perhitungan ini tidak dicantukan di sini). Harga-harga dalam
tabel di bawah ini adalah harga-harga dengan kemungkinan 10 tahun. Dengan harga-harga ini,
maka dihitung harga-harga intensitas curah hujan sesuai dengan rumus (3.8), (3.9) dan (3.10).
Dari hasil-hasil ini dapat ditentukan rumus mana yang paling cocok.
[Penyelesaian]
Pertama-tama ditentukan harga tiap suku dalam rumus-rumus (3.12), (3.13) dan (3.14) dari Tabel
berikut. Perhitungan harga tetapan-tetapan itu adalah sebagai berikut :
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
No t 12.8. Z It I2 I2T log t log I log-log I (log t)2
I
I2
= 3.847
= 24
[Jenis II]
log a =
= 2,50797
= 322
n =
= 0,48
[Jenis III]
a =
= 357
b =
= 0,17
2. Hubungan antara Intensitas hujan lamanya hujan
Berdasarkan penyelidikan Ir. Van Breen (di Indonesia ), hujan harian terkonsentrir selama 4 jam
(Duration Uniform Rainfall) dengan jumlah hujan sebesar 90 % dari jumlah hujan selama 24 jam.
Intensitas hujan untuk mesing-masing stasiun pengamat diperhitungan sebagai berikut :
Ir =
Dengan :
Ir = intensitas hujan (mm/jam)
Xr = tinggi/tebal hujan (mm) nilai maximum.
Sementara ada beberapa designer yang mengambil angka duration Rainfall selama 3 jam. Di
mana pattern hujan dianggap terbagi rata .
Effective Rainfall yang terjadi ditentukan sebesar 40 %, sehingga Rainfall Intensity yang
diperoleh menjadi :
Ir = (mm/jam)
Dalam hal ini duration rainfall yang dipergunakan adalah berdasarkan suatu hujan dengan return
period 5 tahun.
E. Menghitung Data Curah Hujan Yang Hilang
Kondisi penakar hujan di suatu pos hujan kadang-kadang tidak dapat bekerja baik, rusak, atau
karena sebab lain sehingga data curah hujan dari pos bersangkutan tidak dapat diperoleh dan atau
tidak dapat diandalkan.
Apabila terjadi kekosongan data curah hujan dari suatu pos maka pengisian data dapat dilakukan
dengan perhitungan yang menggunakan cara rasional berdasarkan faktor bobot terhadap curah
hujan tahunan, atau menggunakan metoda lain yang telah umum dipakai.
Elemen-Elemen Evaporasi
A. Pendahuluan
Penguapan merupakan salah satu mata rantai proses dalam siklus hidrologi. Penguapan dapat
terjadi di semua permukaan yang mengandung air (moisture), yaitu permukaan air, permukaan
tanah, permukaan tanaman, permukaan yang tertutup tanaman, meskipun diketahui bahwa
penguapan dari permukaan laut merupakan penguapan yang terbesar, dan merupakan transfer
uap air terbesar antara lautan dan daratan. Meskipun penguapan merupakan salah satu unsur
penting dalam hidrologi, akan tetapi tidak semua analisis hidrologi perlu mempertimbangkan
penguapan sebagai salah satu variabelnya. Misalnya, analisis hidrologi yang dilakukan untuk
banjir, variabel penguapan tidak dipandang terlalu penting, sehingga pada umumnya dapat
diabaikan. Sebaliknya, analisis yang dilakukan untuk irigasi, neraca air waduk, variabel penguapan
menjadi sangat penting.
Beberapa definisi penguapan yang di dapat dari beberapa pustaka:
5. Penguapan (evaporation) adalah proses perubahan dari zat cair atau padat menjadi gas. Lebih
spesifik dapat didefinisikan bahwa penguapan adalah proses transfer air dari permukaan bumi ke
atmosfir.
6. Transpirasi (transpiration) adalah penguapan air yang terserap tanaman, tidak termasuk
penguapan dari permukaan tanah.
7. Evapotranspirasi (evapotranspiration) adalah penguapan yang terjadi dari permukaan
tanaman.
8. Evapotranspirasi potensial (potential evapotranspiration) adalah evapotranspirasi yang terjadi
apabila kandungan air tidak terbatas.
B. Proses Penguapan
Dengan memperhatikan definisi di atas, maka dapat dipahami bahwa penguapan hanya akan
terjadi apabila terdapat perbedaan tekanan uap air antara permukaan dan udara. Dengan
demikian, apabila kelembaban udara (humidity) mencapai 100%, maka secara teoritik penguapan
akan terhenti dengan sendirinya. Akan tetapi hal seperti ini sangat jarang terjadi, karena di lapisan
udara yang dekat dengan permukaan, selalu saja terjadi gerakan udara (angin) yang membawa
massa udara yang tidak jenuh, sehingga penguapan dapat berjalan terus. Pada saat yang
bersamaan, perpindahan molekul air ke udara, juga diimbangi oleh adanya perpindahan molekul
udara ke dalam air (condensation). Dengan demikian sebenarnya proses penguapan dan
pengembunan terjadi bersamaan dan terus menerus. Dan laju penguapan adalah laju netto antara
keduanya. Laju penguapan tergantung dan sebanding dengan perbedaan antara tekanan uap air di
permukaan air dan tekanan uap air di udara di atasnya.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penguapan:
1. Suhu. Baik suhu air maupun suhu udara sangat tergantung dari besar kecilnya radiasi
matahari. Oleh sebab itu seharusnya terdapat ketergantungan yang baik antara radiasi matahari
dan suhu dengan penguapan.
2. Kelembaban (humidity). Kelembaban udara sangat tergantung dari suhu, sehingga
sebenarnya pengaruh kelembaban secara tidak langsung juga telah dapat dijelaskan dengan
pengaruh suhu terhadap penguapan.
3. Tekanan Udara (barometer). Pengaruh tekanan udara terhadap laju penguapan belum dapat
sepenuhnya dijelaskan. Perubahan tekanan udara dapat dapat diikuti oleh perubahan elemen
meteorologi lain, seperti angin, suhu (bila ketinggian berubah).
4. Angin. Seperti sudah disebutkan terdahulu, bahwa molekul uap air yang lepas dari massa air
dan masuk ke lapisan udara yang berada di atasnya, akan tercampur dengan molekul uap air yang
terdapat di udara. Dengan demikian, pada keadaan meteorologi tertentu, maka laju penguapan
makin lama makin turun, karena kemampuan udara menampung uap air juga mengecil. Peran
angin untuk memindahkan lapisan udara tersebut dan menggantikan dengan massa udara lain
yang masih lebih mampu menampung uap air, akan menaikkan/ mempertahankan laju
penguapan. Makin tinggi kecepatan angin, maka laju penguapan juga akan bertambah.
Elemen-Elemen Infiltrasi
A. Pengertian Umum
Infiltrasi adalah proses masuknya air ke bawah permukaan tanah. Kalau kita cermati kembali
ilustrasi seperti ditunjukkan pada Gambar 1.1, dapat dimengerti bahwa infiltrasi merupakan salah
satu komponen penting dari daur hidrologi. Besarnya infiltrasi merupakan informasi penting
sebagai masukan dalam hitungan pengalihragaman hujan menjadi aliran yang mana jumlah dan
laju limpasan permukaan sangat ditentukan oleh factor kehilangan air akibat proses infiltrasi.
Besarnya infiltrasi dapat dinyatakan dalam kapasitas infiltrasi (infiltration capacity) dan laju
infiltrasi (infiltration rate). Kapasitas infiltrasi adalah nilai laju infiltrasi maksimum untuk suatu
jenis tanah dengan sifat tertentu, sedangkan laju infiltrasi merupakan kecepatan infiltrasi nyata
yang diukur pada saat tertentu. Beberapa factor yang mempengaruhi besarnya laju infiltrasi
adalah kondisi permukaan tanah, vegetasi penutup lahan, karakteristik tanah seperti porositas,
konduktivitas hidraulik dan kelengasan tanah (soil moisture). Oleh karena itu, laju infiltrasi juga
akan bervariasi secara vertical mengikuti distribusi lapisan tanah. Pada lapisan dengan pori-pori
kecil, gerakan air vertical ke bawah akibat gaya gravitasi akan mendapat hambatan akibat gaya
geser yang lebih besar. Pada lapisan dengan pori-pori besar, pengaruh gaya kapiler yang menarik
butir-butir air ke pori-pori terdekat sangat minim, sehingga pengaruh gaya gravitasi lebih
dominant. Apabila kondisi lengas tanah memungkinkan, akibat gaya gravitasi proses infiltrasi di
bagian lapisan bawah akan diteruskan secara vertical ke bawah menuju zona iar tanah. Proses ini
disebut dengan perkolasi (percolation).
B. Pengukuran Infiltrasi
Dalam kaitannya dengan analisis hidrologi, informasi yang diperlukan adalah laju infiltrasi yang
berubah dengan waktu. Untuk mendapatkan data tersebut pengukuran laju infiltrasi pada suatu
tempat tertentu dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu pengukuran langsung di lapangan dan
dengan pendekatan menggunakan analisis hidrograf (Sri Harto, 1993). Cara pertama dapat
dilakukan dengan menggunakan alat berikut:
c. Single ring infiltrometer,
d. Double ring infiltrometer,
e. Rain simulator.
Penggunaan cara analisis hidrograf dimaksudkan untuk memperkirakan nilai rerata dari laju
infiltrasi yang terjadi selama hujan berlangsung pada suatu DAS tertentu. Memperhatikan ilustrasi
daur hidrologi seperti pada Gambar 1.1, debit sungai yang terjadi pada saat ada hujan
terbentukdari empat komponen aliran, yaitu hujan yang jatuh langsung ke alur sungai (channel
precipitation), aliran permukaan (surface runoff), aliran antara (interflow) dan aliran dasar (base
flow).
Analisa hidrograf debit sungai dapat disederhanakan dengan memisahkan komponen aliran
menjadi dua bagian, yaitu limpasan langsung (direct runoff) yang terdiri dari limpasan permukaan
dan aliran antara serta aliran dasar. Komponen aliran dasar dianggap akibat proses infiltrasi.
Dengan anggapan ini dapat dicari laju infiltrasi konstan selama hujan terjadi yang disebut dengan
indeks phi (phi index). Prosedur penentuan nilai indeks phi dapat dilakukan dengan cara seperti
ditunjukan pada Gambar 4.1
Perlu ditekankan lagi bahwa cara di atas didasari anggapan bahwa laju infiltrasi konstan selama
hujan berlangsung. Untuk keperluan analisis yang menghendaki keluaran akurat cara tersebut
tidak dapat dipergunakan. Beberapa rumus empiris yang mencoba menjelaskan karakteristik
perubahan laju infiltrasi telah banyak dikembangkan. Salah satu rumus yang cukup dikenal adalah
persamaan Horton (1939) sebahai berikut ini:
f(t)= fc + (f0 – fc).e-kt
dengan f(t)= laju infiltrasi pada saat t diukur dari awal percobaan,
fc = laju infiltrasi konstan
f0 = laju infiltrasi pada saat awal pengukuran,
k = konstanta penurunan laju infiltrasi.
Dalam praktek analisis hidrologi untuk perkiraan hidrograf banjir, umumnya cara pertama
dengan pendekatan nilai indeks phi lebih banyak digunakan. Hal ini didasarkan pada
pertimbangan kepraktisan hitungan dan tingkat akurasi yang masih dapat ditolerir.
sa A dan B.