Anda di halaman 1dari 19

IDA 102 (MAN AND RELIGION)

KEJADIAN MANUSIA MENURUT PANDANGAN ISLAM

NAMA PELAJAR : SARAH NASTHIA HENDRICK NO MATRIK : 2013306785 NAMA PELAJAR : SHEREEN ANAK LITAN NO MATRIK : 2013930929 NAMA PENSYARAH : USTAZAH NORAJILA

PENGENALAN
Di atas permukaan bumi ini, terlalu banyak kejadian yang berlaku terutamanya terhadap manusia. Tidak kira kejadian yang berlaku ialah kejadian yang baik mahupun kejadian yang buruk. Setiap kejadian yang berlaku di permukaan bumi ini berlaku atas perintah dan rancangan Tuhan. Oleh sebab itu, kita sebagai manusia yang sentiasa taat akan perintah Tuhan, haruslah tabah dalam mengatasi segala cabaran yang diberikan oleh Tuhan kepada kita sebagai hambanya. Setiap kejadian yang berlaku pasti ada hikmahnya. Dalam tajuk ini, kita akan mengetahui dengan lebih lanjut mengenai kejadian manusia menurut pandangan Islam. Pelbagai perspektif daripada pandangan kalangan orang Islam terhadap kejadian yang berlaku di atas permukaan bumi ini.

Manusia sempurna menurut pandangan al-Quran

Al-Marhum Dr.Muhammad Hussein Haikal berkata :Penulis-penulis di berbagai


zaman dan bangsa sering menggambarkan manusia yang sempurna.Penyair-penyair,penulispenulis,failasuf-failasuf dan dramatis-dramatis telah menggambarkannya dari sejak dulu hingga ke hari ini.Tetapi tiada satu gambaran yang serupa dengan gambaran yang dibentangkan di dalam Surat al-Isra,diturunkan kepada Rasulullah s.a.w dengan mengandungi hikmat bertujuan mengajar manusia tentang beberapa perkara yang wajib ada pada diri mereka.Allah berfirman : Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya janganlah kamu sembah selain dariNya, dan buatlah baik kepada kedua ibu-bapa. Dan kalau salah seorang dari keduanya atau kedua-duanya di sisimu tiba ke umur tua, maka jangan engkau berkata kepada mereka cis dan jangan engkau tengking mereka dan katakanlah kepada mereka kata-kata yang baik.Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan kasih sayang dan katakanlah : Tuhanku,rahmatilah keduanya sebagaimana mereka mendidikku waktu kecilku. Tuhan kamu lebih mengetahui apa yang ada dalam dirimu,sekiranya kamu menjadi orang yang saleh, maka Dia ialah Pengampun terhadap orang-orang yang kembali semula kepadaNya.Dan berikanlah kepada kerabat akan haknya dan orang miskin, juga ibnu-sabil dan janganlah engkau membazir, sesungguhnya orang-orang yang membazir itu kawan-kawan syaitan, dan syaitan itu pula terlalu mengingkari terhadapTuhannya. Dan kalau engkau berpaling daripada mereka kerana mencari rahmat Tuhanmu yang engkau harapkan, maka katakanlah kepada mereka kata-kata yang mudah. Dan janganlah engkau jadikan tanganmu terbelenggu ke lehermu (lokek) dan jangan pula terlalu membentangkannya (boros) supaya engkau tidak tercela dan sengsara. Sesungguhnya Tuhanmu memberi rezeki kepada mereka dan kamu juga, sesungguhnya membunuh mereka ialah suatu kesalahan besar. Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu ialah suatu kekejian dan jalan yang buruk. Dan janganlah kamu bunuh seorang manusia yang dilarang Allah membunuhnya melainkan dengan hak, dan siapa yang dibunuh dengan kezaliman , maka Kami telah berikan bagi warisnya kekuasaan untuk menuntut bela, tetapi janganlah ia berlebih-lebihan pada membunuhnya,sesungguhnya dia mendapat pertolongan. Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang baik hingga ia tiba ke umur dewasa , dan bersetialah pada perjanjian, sesungguhnya perjanjian itu ialah suatu tanggungjawab.Dan cukupkanlah dalam sukatan apabila kamu menyukat dan timbanglah dengan timbangan yang betul, itu lebih baik dan elok kesudahannya. Dan janganlah engkau turut apa yang engkau tidak ketahui, sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati semua ini akan menerima pertanyaan. Dan janganlah engkau berjalan di bumi dengan sombong,sesungguhnya engkau tidak akan menembus bumi Allah dan tidak akan sampai setinggi gunung. Semua itu keburukkannya di sisi Tuhanmu adalah dibenci. (al-Isra : 23-38)

Demikianlah ayat-ayat tersebut mengandungi aneka pergaulan yang baik dan petunjuk untuk rukun damai yang sempurna. Ia bermula dengan mentauhidkan menolong Allah kemudian dikaitkan dengan sikap ihsan kepada kedua ibu-bapa, menolong saudara mara kemudian pihak yang berhajat umumnya, menyuruh menjauhkan zina dan membunuh orang tanpa hak, memesan mengenai anak yatim dan tentang hartanya, menggesa supaya benar di dalam timbangan, kemudian tiba di kemuncaknya ketika meningatkan manusia bahawa dia akan ditanya tentang apa yang didengar, dilihat dan difahaminya. Manusia mesti tidak menyalah-gunakan kurniaan-kurniaan Allah ini, dan mengingatkan juga kepada manusia tentang kelemahan dan kekurangannya, manusia mestilah merendah diri dan tidak bertakabbur. Tidak syak lagi siapa-siapa yang mematuhi ajaran-ajaran ini pasti menjadi manusia yang sempurna atau hampir kepada kesempurnaan.

Kewajiban Manusia
Manusia yang berada di muka bumi ini, mempunyai kewajiban 3 macam pokok bila hendak menuju kebahagiaan dan keberhasilan yang sejati : 1. Kewajiban manusia terhadap dirinya sendiri iaitu, menjaga kebersihan dan kesihatannya, mengatur waktu makan, menghemat dan mengatur waktu untuk belajar dan lain-lainnya. Kewajiban social iaitu, kewajiban manusia terhadap alam lingkungan dan masyarakatnya. Antara lain ialah berbuat baik kepada orang lain/sesama manusia, menjaga alam lingkungan agar subur dan penuh dengan tumbuh-tumbuhan sebagai bahan makanan dirinya (manusia) dan lain-lainnya. Kewajiban melakukan agama iaitu, kewajiban manusia terhadap Tuhannya sebagai Penciptanya, kewajiban melakukan perintah seperti bersembahyang, berpuasa, berzakat, menunaikan haji dan kewajiban menjauhi semua larangan seperti menjauhi perbuatan mencuri, zina, perampasan terhadap hak orang lain, berbuat zalim, menyekutukan Tuhan dan sebagainya. Pendek kata, menjalankan seluruh kewajiban dan menjauhi segala larangan yang telah termaktub dalam Al-Quran dan sunnah Rasulilah SAW sebagai konsep Islam. Sebetulnya, manusia diberi kebebasan oleh Allah SWT untuk mencari nafkah dan fasilitas hidup seluas-luasnya demi tercapainya hidup di dunia dan di akhirat. Manusia hidup yang dilengkapi dengan segala fasilitas yang menghidupinya itu merupakan suatu sunnah Allah SWT. Ertinya sesuatu yang harus terjadi, dengan kata lain : bahawa sudahlah pasti dan sewajarnya Allah menciptankan makhluk bersama dengan kebutuhan atau perkara yang menghidupinya dan sejarah tentang kejadian-kejadian dahulu pasti akan terjadi pula sekarang. Satu contoh : Allah SWT menetapkan hukum wajib zakat kepada manusia. Hal itu tidak mungkin terjadi bila yang dizakatkan itu tidak ada. Demikianlah menurut kenyataan hidup ini. Manusia tidak mungkin hidup tanpa air, tanpa nasi, tanpa buah-buahan dan lain-lainnya.

2.

3.

Manusia adalah makhluk unik dan sebagai karya Tuhan terbesar


Manusia adalah makhluk yang paling unik dan sebagai karya Tuhan terbesar, dalam segi penciptaan melalui proses yang begitu rumit dan unik sekali kerana akan dipersiapkan sebagai pengemban tugas yang amat besar dari Penciptanya, untuk mengatur hidup dan kehidupan manusia. Sejak dahulu agama adalah satu yakni islam yang bererti penyerahan diri secara total dari seorang hamba kepada Maha Tuhannya. Islam disampaikan pada manusia lewat para Nabi dan Rasul-Nya. Islam menyeru manusia untuk beriman dan beramal shaleh(soleh). Iman dan amal shaleh merupakan dua sejoli yang tak terpisahkan, kemudian tercipta adanya kata taqwa. Jadi, taqwa merupakan pembumian antara keduannya tersebut, kerana taqwa adalah melakukan segala perintah dan menghindari segala larangan. Buah taqwa adalah Akhlaqul Karimah, buah Akhlaqul Karimah adalah Muhabbah dan buah Muhabbah adalah Al-Wahdatul Hakikah, Manusia telah mengalami perkembangan dan pertumbuhan yang dahsyat dalam kehadiran di muka bumi ini. Dengan adanya kesempurnaan struktur otaknya manusia mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan hidupnya, bahkan mereka mampu menentang masalah-masalah yang mereka hadapi. Dari kemampuan daya pikirnya mereka berhasil menggali ilmu-ilmu yang dahulu tertutup kabut tebal, yang bermanfaat bagi perkembangan dan kelangsungan generasinya. Kesempurnaan struktur tubuh manusia diterangkan oleh Allah SWT dalam AlQuran.

Penyidangan manusia
Manusia setelah bangkit dari alam Barzah, maka dikumpulkan pada Pahang Mahsyar (tempat berkumpul). Manusia akan dihitung dengan penghitungan yang sangat teliti. Pengadilan dengan keadilan yang sebenarnya. Tidak ada satu kesalahan kecilpun yang lepas dari penghitungan Tuhan, dan tidak ada satu perbuatan baik yang tidak dibalas. Proses penghitungan amalan manusia disebut Hisab. Sehingga akan nampak perbandingan antara amalan baik dan amalan buruknya. Perbandingan amalan baik dan buruk disebut Mizan. Setiap penyebutan kesalahan selalu diiringi dengan saksi. Saksi mereka adalah anggota tubuhnya sendiri dan Malaikat Pengiring. Setelah jelas perkaranya maka hasil pemeriksa tersebut diberikan kepada yang bersangkutan, untuk diketahui apakah hasil pemeriksaan tersebut sesuai dengan jerih payahnya di dunia. Satu pelambang kebaikan adalah apabila hasil pemeriksaan itu diberikan pada tangan kanannya, dan pelambang tidak baik apabila diberikan pada tangan kirinya apalagi lewat punggungnya. Bagi manusia yang mendapat tanda bukti dengan tangan kanan yang bererti hasil pemeriksaannya baik, maka yang bersangkutan berjalan di atas Shirothol Mustaqim iaitu jalan yang menuju Sorga. Dan bagi manusia yang hasil pemeriksaannya jelek mereka tidak dapat melewati Shirothol Mustaqim, tetapi satu jalan yang akan mengantar ke neraka. Setiap balasan Allah yang diberikan kepada manusia sangat adil. Maka jangka waktu dan kedahsyatan siksa neraka adalah sesuai dengan kesalahannya. Sedangkan balasan sorga yang dijanjikan kepada manusia merupakan balasan yang berlipat ganda. Memang sesungguhnya Allah Maha Pengasih dan Penyanyang, Maha Kaya dan Maha Pemurah, Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada Tuhan selain Allah.

Hakikat Manusia
Walaupun manusia telah mengkaji dan mencari-cari dan akan terus mengkaji dan mencari hakikat dirinya, hasil daripada naluri ingin mengetahui yang telah sedia ada dalam dirinya, namun manusia tetap tidak akan mengenal dirinya selama manusia itu tidak mahu menerima hakikat kejadian dirinya seperti yang dikemukakan oleh Maha Penciptanya. Yang mencipta itulah yang mengetahui, maka logiknya ialah bahawa Allah yang mencipta manusia Dialah sahaja yang mengetahui hakikat kejadian diri manusia : Tidakkah Allah yang mencipta sekalian makhluk itu mengetahuinya(segala-galanya)? Sedang Dia amat halus urusan tabir-Nya, lagi amat mendalam pengetahuan-Nya! (Al-Mulk 67:14) Allah yang mencipta manusia, maka Dialah yang mengetahui asal kejadiannya, kelemahankelemahan dan kesempurnaannya, tugas dan risalahnya, kedudukan dan jawatannya, matlamat daripada kewujudan dan falsafah hidupnya, juga mengetahui tentang kepastian daripada kehidupannya yang abadi.Walaupun manusia telah, sedang, dan akan terus mencari untuk mengetahui cirri-ciri tersebut namun pengetahuan mereka jauh sekali daripada kesempurnaan dan ketepatan seperti pengetahuan atau pengenalan yang dikemukakan oleh Maha Pencipta alam semesta dan Maha Pencipta manusia.

Hakikat kejadian manusia


Menurut al-Quran sebagai kalamuILah yang disampaikan kepada manusia menerusi Rasul dan Nabi-Nya telah menegaskan bahawa manusia dicipta oleh Allah daripada dua unsur iaitu unsur jasmani dan unsur rohani

*Unsur Jasmani Al-Quran telah menceritakan secara terperinci tentang proses kejadian manusia sama ada manusia yang pertama (Adam) ataupun zuriat keturunannya, dari sudut unsure jasmaninya. Tentang proses kejadian Adam al-Quran telah menyebutkan beberapa istilah-istilah: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Daripada air Daripada tanah (al-Turab) Daripada pati tanah Daripada tanah tin yang liat dan sebati Daripada tanah yang panas dan berbatu Daripada tanah yang keras seperti tembikar Daripada tanah bumi

8.

Menjadikan bentuk-rupa Tentang proses kejadian zuriat keturunan Adam pula al-Quran menjelaskan begitu terperinci melalui istilah:

1.

Janin dalam perut ibu kamu

2.

Zuriat keturunannya daripada pati air yang hina

3.

Mencipta kamu berperingkat-peringkat

4.

Menciptakan kamu dalam perut ibu-ibu kamu seperingkat-seperingkat (ciptaan) dalam tiga kegelapan

5.

Nutfah atau air benih

6.

Air mani

7.

Alaqah (tulang)

8.

Mudghah

9.

Tulang

10.

Daging

11.

Satu ciptaan lain (dalam bentuk manusia)

12.

Menyempurnakan penciptaan bentuk rupa manusia

Ringkas dan jelasnya bahawa unsur jasmani manusia dicipta daripada tanah di bumi.Ilmu sains telah membuktikan bahawa terdapat dalam diri manusia unsur-unsur yang juga ada pada bumi.Walaupun penemuan sains itu tidak boleh dianggap hakikat ilmiah yang mutlak sehingga dapat mentafsirkan hakikat al-Quran dengan tepat, namun ia dapat menjelaskan sebahagian daripada hakikat al-Qur'an yang mutlak dan sempurna. Oleh kerana asal kejadian manusia dari sudut unsur jasmani itu ialah daripada tanah maka segala tuntutan-tuntutan dan keperluan hidup yang bersifat jasmani adalah juga daripada tanah.Tuntutan dan keperluan hidup manusia yang bersifat jasmani terkumpul dalam tiga perkara pokok: makanan dan minuman, pakaian dan perhiasan, kediaman dan keamanan. Tidak keterlaluan, kalau dikatakan bahawa fabrik-fabrik dan kilang-kilang industri di dunia ini tidak terkeluar daripada menyediakan tuntutan dan keperluan jasmani manusia sematamata. Manusia yang hanya mengakui unsur jasmaninya sahaja dalam hidupnya, itulah yang disebut manusia kebendaan. Manusia ini tidak lebih daripada benda, bahkan lebih rendah daripada benda, kerana manusia yang selayaknya menjadi tuan kepada benda, yang menguasai benda telah menurun kepada taraf hamba benda yang dikuasai oleh benda. Manusia kebendaan ini adalah manusia yang ingin mahu kekal di dunia. Mereka ini diumpankan oleh al-Quran sebagai anjing yang sentiasa termengah-mengah dalam keadaan yang menjelirkan lidah.Sama ada dihalau atau dibiarkan ia tetap menjelirkan lidah dan termengah-mengah. Islam didatangkan kepada manusia ialah untuk memelihara manusia supaya kekal dalam tahap keinsanan atau kemanusiannya menepati dengan kedudukan yang termaktub dalam perlembagaan Ilahi. Menurut yang telah ditetapkan oleh Islam bahawa unsur jasmani serta tuntutan dan keperluan jasmani atau kebendaan itu hanyalah sebagai jalan atau wasilah kepada unsur rohani. Jasmani atau kebendaan hanyalah alat,atau khadam atau kenderaan untuk mencapai matlamat rohani atau kerohanian.

*Unsur Rohani Allah telah meniupkan daripada roh-Nya pada jasmani Adam atau jasmani zuriat keturunannya setelah dijadikan bentuk rupanya sebagai insan, (adalah insan yang serupa bentuk insan kini) Allah telah tidak menceritakan kepada kita tentang cara atau kaifiyat Allah meniupkan daripada roh-Nya itu. Cara atau kaifiyat ini dirahsiakan oleh Allah yang hanya menjadi hak keistimewaan-Nya sahaja sebagai Tuhan Maha Pencipta. Aqidah yang benar dan terjamin selamat ialah bahawa Allah telah meniupkan daripada roh-Nya dengan cara atau kaifiyat yang layak dengan keagungan Allah, dengan kemahasucian Allah, dan dengan kesempurnaan Allah. Kita tidak selayaknya dan tidak seharusnya mempergunakan akal kita atau memaksa akal kita untuk mengkaji dan mencari jawwapannya, kerana Allah yang Maha Pencipta manusia sendiri tidak pun membayangkan keharusan akal untuk mengharunginya. Ini tidak bererti Islam merendahkan daya kemampuan akal manusia, tetapi sebaliknya dengan tindakan ini Islam telah menghorrmati akal manusia dengan meletakkan akal pada batas daerah kemampuan serta menegaskan batas daerah yang di luar kemampuannya. Persoalan bagaimana Allah telah meniupkan daripada roh-Nya adalah persoalan yang di luar daripada kemampuan akal manusia. Daripada nas-nas yang dibentangkan oleh Allah tadi terbukti dengan jelas bahawa manusia dicipta daripada dua unsur. Jasmani yang berpunca daripada urusan ketuhanan, atau dari alam ketinggian dan kekudusan, dari sisi Allah. Cantuman daripada dua unsur yang berbeza dan berlainan tabiat, sumber, dan arah matlamat terciptalah insan atau manusia dengan kekuasaan dan iradah Allah.

Manusia cerdas dan tanggungjawab yang dipikulnya


Pada kesempatan ini mari kita syukuri nikmat yang telah dilimpahkan Allah SWT kepada kita berupa kecerdasan. Kecerdasan ini tidak diberikan oleh-Nya kepada mahkluk yang lain, baik yang hidup mahupun yang tidak bernyawa. Kalau dijabarkan lebih lanjut, dapat kita simpulkan bahwa ruang angkasa, bumi, dan gunung tidak memiliki keinginan bebas yang bagaimanapun sehingga mustahil dapat menerima pekerjaan mengelola sesuatu di bumi. Tetapi manusia diberikan kemampuan berpikir dan bernalar dan oleh kerana itu dapat menerima tugas mengelola. Walaupun dengan kemampuannya itu ia sering tidak tahu membatasi dirinya dan gagal menjalankan tanggungjawabnya itu pada jalan yang benar. Sesungguhnya Aku hendak menjadikan pewaris di atas bumi. (surat al-Baqarah, 2:31) Jadi, untuk mengelola bumi ini Allah SWT telah mengutus manusia sebagai pewarisnya dan untuk keperluan itu manusia telah diberi-Nya kecerdasan melalui kemampuan bernalar berdasarkan akal. Dengan kecerdasan ini manusia harus dapat memburu pengetahuan mengenai selok-belok lingkungan di sekitar tempatnya hidup termasuk hubungan antara sesama manusia, hubungan dengan mahkluk hidup lain dan hubungan dengan lingkungan alam fisik, baik di daratan dan di lautan, di dalam perut bumi mahupun di ruang angkasa. Pemburuan pengetahuan ini agaknya adalah yang dimaksudkan oleh surat al-Baqarah [2]:31 tadi. Kalau manusia memburu pengetahuan, bukanlah ia menemukan pengetahuan tetapi melalui akal yang diberikan Allah SWT manusia belajar dari Allah SWT mengenai semuanya yang ada di mayapada ini. Suatu contoh yang sederhana bagaimana kiranya manusia dapat menggunakan akalnya dapat kita ambil dari cara manusia membawa beban. Kalau seekor semut mancari makan dan menemukan sebutir makanan yang mungkin lebih berat dari tubuhnya sendiri, maka semut itu dengan menggunakan nalurinya akan memindahkan makanan itu secara langsung. Tetapi manusia tidak sudi mengangkat beban secara langsung. Ia memutar akalnya dan menemukan katrol dan bidang miring, sehingga bangunan raksasa seperti Borobudur dan Piramida dapat berdiri.

Kaum wanita dalam Islam


Islam telah membasmi perbezaan di antara lelaki dan wanita di bidang nilai kemanusiaan bersama. Begitu juga Islam telah menghapuskan perbezaan di antara keduanya di depan undangundang dan hak-hak sivil serta menjadikan kaum wanita sama setaraf dengan kaum lelaki di dalam semua perkara-perkara ini. Berikut kita peturunkan petikan-petikan dari ayat-ayat al-Quran al-Karim yang menegakkan kepercayaann kita ini. Allah berfirman : Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan anak cucu Adam (al-Isra : 70) Untuk lelaki keuntungan dari apa yang diusahakannya, dan untuk wanita keuntungan dari apa yang diusahakannya. (an-Nisa : 32) Untuk lelaki sebahagian dari apa yang ditinggalkan oleh kedua ibubapa dan kerabat dan untuk wanita sebahagian dari apa yang ditinggalkan oleh kedua ibubapa dan kerabat. (an-Nisa : 7) Dan untuk mereka (wanita) hak yang seimbang dengan kewajibannya secara patut. (al-Baqarah : 228) Dan orang-orang Mumin lelaki dan orang-orang Mumin perempuan sebahagian mereka menjadi pemimpin sebahagian lain. (al-Taubah : 71) Dan Tuhanmu telah memerintahkan janganlah kamu sembah selain dariNya dan dengan kedua ibibapa buatlah baik. (an-Nisa : 36) Maka Tuhan manjawab mereka sesungguhnya Aku tidak sesiakan kerja orang yang bekerja di antara kamu, lelaki atau wanita. (ali-Imran : 195) Demikianlah ayat-ayat di atas dan ayat-ayat lain meletakkan kaum lelaki dan kaum wanita di bawah satu hukum dan menghapuskan sama sekali dasar perbezaan di antara keduanya. Bahkan fikiran Islam memberikan isteri bahagian yang sama dengan bahagian suaminya di dalam perjuangan untuk tanah air dan usahanya untuk kehidupan, jika pihak isteri baik pergaulannya dan pandai memelihara diri sewaktu ketiadaan suami. Di dalm suatu riwayat hidup Asma binti Yazid dari golongan kaum Ansar disebutkan bahwa beberapa orang temannya telah menghantarnya menemui Rasul SAW untuk bertanya : Kaum lelaki keluar untuk berjihad dan mengusung jenazah, sementara kami, kaum wanita tinggal di rumah menjaga harta benda dan mendidik anak-anak. Tinggal beberapa masalah yang sering diperkata dan ditimbulkan oleh sesetangah pihak kononnya sebagai cacat-cacat Agama Islam. Mereka menyebarkannya dengan ratapan dan rayuan serta mendakwa memperjuangkan hak-hak wanita yang mereka sangka Islam mencernanya. Di kemuncak masalah-masalah ini ialah poligami, penceraian, penguasaan suami dan mendidik isteri. Islam ialah agama fitrah dan agama semula jadi. Ia mengakui kenyataan dan moral manusia. Kerana itu manusia menyediakan tasyri yang sempurna dan menggesa kaum Muslimin mengikutnya. Tetapi Islam mengaku bahwa sesetengah orang tidak berdaya mencapai mercu kesempurnaan ini dan tidak membiarkan mereka berada di tengah-tengah kesesatan, malah disediakan aturan-aturan lain yang dapat menyesuaikan tabiat mereka yang liar dengan nilai-nilai

moral yang betul. Itulah cara Islam di dalam soal-soal yang dianggap oleh musuh-musuh Islam dan konco-konco mereka sebagai keburukan dan cacat-cacat yang menjadi bahan kecaman mereka terhadap Islam. Fitrah inilah yang menentukan bahwa di dalam beberapa hal. Lelaki mempunyai kelebihan di atas wanita ; umpamanya biasanya dia lebih tinggi dari wanita, rangka tulangnya lebih besar dari rangka wanita, timbangnya lebih berat, otot-ototnya lebih keras , otaknya lebih besar, begitu juga jantungnya, kemudian wanita pula didatangi haid beberapa hari setiap bulan yang berkesan pada jasmaninya. Lelaki dan wanita berkahwin dan mendapatkan anak. Tetapi lelaki tetap seperti itu juga tiada kelihatan apa-apa tanda, sementara wanita pula kesannya nyata kelihatan pada tubuhnya disebabkan perkahwinan dan kandungan. Kaum wanita tidak mampu menyamai kaum lelaki pada sebarang pekerjaan yang mereka sama-sama lakukan, walaupun kerja-kerja itu biasanya dibuat oleh kaum wanita saja, sejak samasama mendirikan rumahtangga. Umpamanya wanita tidak dapat memasak seperti masakan lelaki, tidak pandai membuat pakaian seperti kepandaian lelaki, tidak cekap mencipta alat-alat solekan seperti kecekapan lelaki. Seorang Sarjana Belgium berkata : Kita lihat dunia Barat sejak beberapa lama telah memberi kebebasan kepada kaum wanita di bidang pendidikan dan segala-galanya. Namun demikian tidak muncul terkemuka di kalangan kaum wanita seorang penulis atau penyair atau ahli sejarah atau pujangga agung, bahkan mereka tidak berjaya di lapangan perubatan , guaman dan kerja-kerja di Jabatan Kerajaan. Jika ada yang Berjaya, maka jasmaninya serupa dengan jasmani lelaki dari segi otot-otot dan tenaga. Kaum wanita tidak akan berjaya memegang jawatan-jawatan tinggi tanpa pembantu-pembantu utama dari kalangan kaum lelaki yang mengerjakan segala-segala dan nama baiknya diperoleh wanita. Seorang pembesar Barat telah menulis kepada salah seorang anak perempuannya antara lain berbunyi : Andainya Voltair mendakwa kaum wanita berdaya membuat segala yang dilakukan kaum lelaki, ini sebenarnya adalah untuk memenangi hati sesetengah wanita jelita. Kaum wanita tidak menghasilkan ciptaan-ciptaan yang menjadi kenangan di lapangan kesusteraan seperti karya Elliad dan sebagainya. Mereka tidak mencipta ilmu aljibra, teleskop, pam api dan pembuatan stoking. Tiada seorang sarjana wanita yang layak diletakkan dalam golongan sarjana-sarjana terkemuka. Wanita akan memberontak andainya ia mahukan persamaan dengan kaum lelaki.

Penceraian
Islam membenci perceraian dan tidak menggalakkannya, malah menggesa supaya perhubungan perkahwinan menjadi kekal abadi sebagaimana yang disebut oleh al-Quran dalam firman Allah : Di antara bukti-buktiNya, Dia menciptakan pasangan untuk kamu supaya kamu diam bersama-samanya dan menjadikan kasih-mesra dan rahmat di antara kamu. (ar-Rum : 21) Mereka (perempuan-perempuan) ialah pakaian bagi kamu dan kamu ialah pakaian bagi mereka. (al-Baqarah : 187) Dan sesungguhnya kamu telah bergaul rapat satu sama yang lain dan mereka telah mengambil dari kamu janji yang teguh. (al-Nisa : 21)

Dengan sebab perhubungan yang erat ini, Islam mencela perceraian dan tidak menggalakkannya serta menunjukkan jalan-jalan menyelesaikan perselisihan seberapa yang boleh tanpa bercerai. Dan bergaullah dengan perempuan-perempuan kamu secara patut dan jika kamu kurang suka kepadanya, mungkin kirannya apa yang kamu kurang suka itu, dan Allah jadikan padanya kebaikan yang banyak. (an-Nisa : 19) Dan mereka (perempuan-perempuan) yang kamu takutkan nusyuznya, maka ajarilah mereka, dan pisahkan mereka di tempat tidur, dan pukullah mereka. Sekiranya mereka taatkan kamu, maka janganlah kamu mencari jalan untuk menyakiti mereka. (an-Nisa : 34) Dan sekirannya kamu takut perpecahan di antara keduanya, maka hantarlah seorang hakim dari keluarga suami dan seorang hakim lagi dari keluarga isteri, sekiranya keduanya mahu berdamai maka Allah akan mempersetujukan di antara keduanya. (an-Nisa : 35) Dan sekiranya seorang perempuan takut suaminya bernusyuz atau meninggalkannya, maka tiadalah berat mereka berdamai dan pendamaian itu adalah lebih baik. (an-Nisa : 128) Hadis-hadis pula ialah : Tuhan laknati orang yang banyak berkahwin dan banyak bercerai. Berkahwinlah dan janganlah bercerai kerana perceraian menggegarkan Arasy. Perceraian ialah perkara halal yang paling dibenci di sisi Allah.

Demikianlah sikap Islam terhadap perceraian. Ia membenci dan mencelanya. Ia tidak mengharuskannya kecuali sesudah beberapa percubaan secara meluas mengikut empat peringkat yang ditentukan iaitu nasihat, berjauhan, pukul dan penghakiman untuk berdamai. Islam ialah agama fitrah dan fitrah membuktikan bahwa setiap perkongsian mengalami kegagalan, kasih sayang boleh diikuti dengan kebencian, semua cara-cara yang disebut harus gagal menegakkan keluarga yang bahagia atau keluarga yang biasa sahaja. Kerana itu Islam mengakui kenyataan dan menghalalkan perceraian sebagai satu jalan mengatasi masalah ini apabila perlu. Tuhan berfirman : Maka memeliharanya dengan baik atau melepaskannya dengan baik. (al-Baqarah : 229) Dan janganlah kamu tahan mereka (isteri-isteri) secara menyakitkan kerana hendak mencelakakannya dan siapa yang berbuat demikian maka sesungguhnya dia menzalimi dirinya. (al-Baqarah : 231) Perceraian ialah ubat yang pahit. Tetapi penyakit perpisahan lebih pahit dan lebih keras lagi. Betapa doktor sering memotong anggota seseorang untuk keselamatan manusia itu seluruhnya. Tidak syak lagi perceraian adalah lebih baik dari kedudukan yang tidak menentu, yang banyak berlaku di Barat, apabila perhubungan suami isteri menjadi keruh dan tiada jalan yang dapat mendamaikan mereka menyebabkan masing-masing mencari pasangan dengan sebebas-bebasnya. Yang wanita mencari pasangan lelaki dan yang lelaki mencari pasangan wanita kerana perkahwinan tidak dibenarkan sebelum bercerai dan perceraian sukar diizinkan. Dengan demikian hidup berpasangan tanpa nikah itu merupakan jalan penyelesaian. Sesetengah negeri Barat sedar akan keburukan-keburukan yang lahir dari perbuatan yang sia-sia ini, lalu dipermudahkan cara mendapatkan perceraian.

KESIMPULAN
Kesimpulannya, kejadian manusia menurut pandangan islam terdiri daripada pelbagai aspek yang penting. Aspek pertama ialah dari segi al-Quran. Menurut pandangan al-Quran manusia adalah makhluk yang sempurna. Hal ini kerana, manusia telah dikurniakan oleh Allah, akal yang cerdik dan pandai. Dengan ini, manusia boleh bertindak dan berfikir berlandaskan pertimbangan yang wajar. Manusia juga mampu membezakan baik dan buruk sesuatu tindakan. Memandangkan manusia telah dianugerahkan akal yang sempurna dari-Nya, maka manusia secara tidak langsung mempunyai banyak kewajipan pada duniawi tidak lupa juga kewajipan pada agama. Manusia juga bukan sahaja sempurna menurut pandangan al-Quran, malah manusia juga adalah makhluk unik dan sebagai karya Tuhan terbesar. Oleh itu, manusia hendaklah mengunakan akal dan pemikirannya sebaik-baiknya dalam menempuhi hal-hal duniawi. Selain itu, manusia setelah bangkit dari alam Barzah, akan dikumpulkan di Pahang Mahsyar(tempat berkumpul) dimana, segala perhitungan dibuat ke atas manusia iaitu dari segi kebaikan dan keburukan yang telah dilakukan sepanjang hayat mereka. Ironinya, kejadian manusia menurut pandangan islam mempunyai hakikatnya tersendiri.Menurut al-Quran sebagai kalamuILah yang disampaikan kepada manusia menerusi Rasul dan Nabi-Nya telah menegaskan bahawa manusia dicipta oleh Allah daripada dua unsur iaitu unsur jasmani dan unsur rohani. Malah manusia dikatakan cerdas dalam tanggungjawab yang dipikulnya. Di dunia yang luas dan mempunyai pelbagai cabaran ini, manusia seharusnya pandai mempraktikkan gaya hidup yang baik dan sempurna, agar tidak terjatuh dalam godaan syaitan pula manusia hendaklah sentiasa mendekatkan diri dengan Allah Yang Maha Besar.

SENARAI RUJUKAN
1. Manusia Dan Islam ~ Prof. Dr, Haron Din ~ Prof. Madya Mohd. Sulaiman Hj. Yasin ~ Prof. Madya Hassan Salleh ~ Drs. Sidi Ghazalba Kepercayaan Islam ~ Drs. Muhammad Rofiq Tujuan HIdup Manusia Dalam Pandangan Islam ~ Abdul Mujieb As Agama Islam ~ Prof. Dr. Ahmad Shalaby Manusia Khalifah Di Bumi ~ Haji Andi Hakim Nasoetion

2. 3. 4.

5.

Anda mungkin juga menyukai