Anda di halaman 1dari 8

MODUL 1 SESI 5

TUGAS KELOMPOK MODUL 1

Celine (01051220008)
Dennis Irawan Taweranusa (01051200114)
Gabriel Van Daffa Fatiha (01051220172)
Ghaniya Raisa Watanata (01051220011)
Tommy Winata Sutomo (01051220022)

STUDI KASUS MENINJAU PENGUBURAN DALAM AGAMA ISLAM

Introduction

Kematian merupakan hal yang pasti dalam kehidupan makhluk yang bernyawa.
Manusia sebagai makhluk yang bernyawa juga pasti akan mengalami kematian. Tiada
makhluk yang ada di dunia ini kekal dan hidup selamanya, selain Tuhan yang Maha Esa itu
sendiri yang abadi.1 Dalam Islam, metafisis utama mengacu pada realitas tertinggi atau
sumber eksistensi tertinggi, yaitu Allah. Allah dianggap sebagai satu-satunya Tuhan dalam
Islam yang diyakini sebagai pencipta alam semesta dan segala isinya.2 Teologi Islam
menekankan keesaan Allah dan kedaulatan mutlak-Nya atas seluruh aspek keberadaan. Prime
Reality agama Islam mengacu pada keyakinan bahwa penghakiman datang setelah kematian
di mana takdir kekal adalah Jannah (surga) atau Jahannam (Neraka). Umat Islam meyakini
adanya akhirat, dimana setiap individu akan dimintai pertanggungjawaban atas perbuatannya
di dunia ini. Keyakinan ini erat kaitannya dengan konsep realitas prima, yaitu Allah SWT
yang akan menilai dan menentukan nasib setiap individu berdasarkan perbuatannya. Konsep
penguburan dalam Islam erat kaitannya dengan keyakinan terhadap realitas yang prima,
karena penguburan adalah praktik keagamaan dan budaya yang mencerminkan keyakinan
akan akhirat dan Hari Kebangkitan.
Sebagaimana dijelaskan dalam Kitab Suci Umat Islam, yaitu Al-Quran yang mana
merupakan firman Allah SWT, pada Surat Ali-Imran Ayat 185, yang artinya menjelaskan

1
Achmad Mufid A.R., Risalah Kematian, Merawat Jenazah, Tahlil, Tawasul, Ta’ziyah, dan Ziara Kubur,
Cetakan Pertama (Jakarta: PT Total Media, 2007, hal. 1.
2
Islam: Funeral & Burial Customs. eCondolence.com. (n.d.).
https://www.econdolence.com/learning-center/religion-and-culture/islam/islam-funeral--burial-customs
bahwa “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.” Ayat tersebut menekankan janji Allah
SWT pada firmannya bahwa tiap-tiap yang berjiwa pasti akan merasakan kematian.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Penguburan diartikan sebagai proses atau cara,
mengubur mayat, bangkai, dan sebagainya. Kata “kubur” berarti lubang dalam tanah tempat
menyimpan mayat atau bisa juga bermakna tempat pemakaman jenazah.3 Adapun dalam
Kamus Al-Munawwir, istilah jenazah diartikan sebagai seseorang yang telah meninggal dan
diletakkan dalam usungan.4 Penguburan dalam Islam mempunyai arti penting karena
merupakan bagian suci dan integral dari iman Islam. Praktik pemakaman Islam berakar pada
ajaran Alquran dan Hadits, yang memberikan panduan tentang bagaimana umat Islam harus
mempersiapkan dan menguburkan orang yang mereka cintai yang telah meninggal.

Discussion

Dalam Islam, hakikat realitas eksternal dunia di sekitar kita dipandang sebagai ciptaan
Allah. Umat ​Muslim percaya bahwa Allah adalah satu-satunya pencipta tertinggi alam
semesta dan segala isinya. Realitas eksternal, termasuk alam dan seluruh makhluk hidup,
dipandang sebagai manifestasi kehendak dan kebijaksanaan ilahi Allah.5 Al-Qur'an
menjelaskan empat aspek manusia yaitu ciptaan fisik, ruh, fitrah, dan cahaya untuk
menjadikan manusia sebagai ciptaan yang istimewa.6 Manusia dianggap sebagai ciptaan
Allah yang diberkahi di antara semua ciptaan-Nya. Manusia dipandang sebagai puncak
ciptaan Allah dan dianugerahi kecerdasan, kehendak bebas, dan tanggung jawab moral.
Islam mengajarkan bahwa setiap individu mempunyai jiwa yang abadi dan
mempertanggungjawabkan perbuatannya di dunia kepada Allah. Umat ​Islam percaya bahwa
tujuan akhir hidup manusia adalah untuk beribadah kepada Allah, mengikuti petunjuk-Nya,
dan berusaha untuk mencapai kedekatan dengan-Nya. Ini termasuk menjalani kehidupan
yang penuh kebenaran, kasih sayang, dan keadilan. Islam memandang manusia dipandang
sebagai ciptaan Allah yang kompleks dengan dimensi fisik dan spiritual. Aspek fisik manusia
dalam Islam meliputi tubuh yang terbuat dari tanah, yang dipandang sebagai wadah
sementara atau tempat tinggal jiwa selama kehidupan duniawi seseorang. Tubuh mengalami
berbagai proses alami seperti pertumbuhan, penuaan, dan akhirnya menghadapi kematian.

3
Tim Penyusun Kamus, KBBI (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), h. 301
4
Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), hal. 215.
5
Fahmi, S. Y. (2018). Islam – the outer dimensions. ISBCC. https://isbcc.org/islam-the-outer-dimensions/
6
Shakir, Z. (2018). The human in the qur’an. Renovatio.
https://renovatio.zaytuna.edu/article/the-human-in-the-quran
Kematian adalah fakta yang tidak dapat dihindari. Kematian pasti akan datang, tidak
peduli seberapa tua seseorang, siapa dirinya, atau posisinya di dunia. Dalam islam orang yang
sudah menghadap kematian disebut dengan jenazah. Dalam kamus al - Munawir jenazah
dapat diartikan sebagai seseorang yang sudah meninggal dan di letakan di dalam tumpukan
7
tanah. Jadi secara umum jenazah adalah mayat yang tertutup. Kewajiban kepada jenazah
dalam islam adalah untuk menguburnya ke dalam timbunan tanah. Penguburan dalam Islam
menggarisbawahi keyakinan bahwa manusia pada akhirnya adalah milik Allah dan tunduk
pada kehendak-Nya. Penguburan adalah bentuk tindakan mengembalikan jasad ke bumi
melambangkan kembalinya individu kepada Penciptanya. Umat Islam meyakini bahwa
keadaan jenazah pada saat penguburan dapat mempengaruhi perjalanan jiwa di akhirat.
Dalam Islam, penguburan adalah suatu tindakan yang memiliki hukum dan aturan
yang ditetapkan oleh agama. Hukum-hukum ini penting karena berkaitan dengan cara umat
Islam memperlakukan mayat dan mempersiapkan diri untuk akhirat. Penguburan hukumnya
fardhu kifayah atau wajib bagi umat Muslim, menjalankan proses penguburan yang di
laksanakan melalui beberapa tahap. Pertama, jenazah dibersihkan (ghusl) dengan benar.
Setelah itu, jenazah kemudian dibungkus dalam kain kafan dan diletakkan di dalam liang
kubur.8 Secara umum, jenazah diletakkan di dalam kubur dengan kepala menghadap ke arah
Ka'bah di Mekah, yang dalam Islam disebut sebagai arah kiblat. Ini adalah tindakan yang
menunjukkan ketaatan kepada Allah secara simbolis.
Kelompok juga menyertakan tahapan-tahapan pengurusan jenazah menurut Agama
Islam, antara lain:9
1. Memandikan Jenazah
Memandikan jenazah merupakan tindakan wajib bagi umat muslim,
khususnya terhadap orang yang meninggal, kecuali orang-orang yang mati syahid.
Tujuan dari memandikan jenazah adalah bentuk dari penyucian dari segala bentuk
kotoran (hadast) atau najis yang ada pada jenazah tersebut agar hilang dan bersih.
Berikut merupakan syarat-syarat untuk memandikan jenazah yang terdiri dari:
a. Mayat orang Islam;
b. Ada tubuhnya walaupun sedikit;
c. Mayat tersebut bukan mati syahid.
7
Ahmad Warson Munawir, Kamus al - Munawir, (Surabaya : pustaka progresif, 1997,) hal 215
8
Wikimedia Foundation. (2023, September 13). Islamic view of death. Wikipedia.
https://en.wikipedia.org/wiki/Islamic_view_of_death
9
Kurniawati Burhan, Skripsi: Prosesi Pengurusan Jenazah (Studi Kasus di Desa Waiburak Flores), (Jakarta:
Program Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah: 2019), hal. 10-17.
Adapun ketentuan-ketentuan lain mengenai pemandian jenazah, antara lain:
a. Memandikan dengan air murni yang tidak dicampur dengan apapun, setelah
itu dicampur dengan sedikit air murni dan sedikit daun bidara;
b. Diwajibkan untuk menyegerakan dalam memandikan jenazah. Artinya, tidak
perlu menunggu kedatangan kerabat keluarga, atau teman-teman jenazah
lainnya, khawatir jika terlalu lama, badan jenazah akan berbau dan rusak;
c. Terkait orang yang memandikannya disyariatkan adalah orang Muslim,
berakal, sudah cakap dalam umur atau baligh, serta mengetahui
masalah-masalah yang terkait dengan mandi jenazah; dan
d. Jika jenazah meninggal dalam keadaan syahid, misalnya dalam keadaan
perang, keadaan mencari nafkah, mencari ilmu, meninggal di pesawat atau di
kapal laut.
2. Mengkafani Jenazah
Setelah jenazah selesai dimandikan dengan ketentuan dan syarat yang telah
dijelaskan di atas, maka langkah selanjutnya adalah mengkafani jenazah. Kegiatan
mengkafankan jenazah ada baiknya dilakukan oleh orang yang terdekat. Tujuan
mengkafani adalah agar menutupi pandangan mata orang lain dan sebagai
penghormatan terakhir kepada jenazah. Karena aurat yang ditutup merupakan
kewajiban dalam Agama Islam baik orang tersebut masih hidup, maupun sudah
menjadi jenazah. Dalam mengkafani jenazah, ketentuan kain kafannya adalah
setidak-tidaknya melapisi kain yang menutupi seluruh badan jenazah, baik jenazah
laki-laki maupun perempuan. Menurut Sulaiman, terdapat ketentuan mengenai jumlah
lapisan dalam kegiatan mengkafankan jenazah, yaitu untuk jenazah laki-laki, kain
kafan yang digunakan sebanyak tiga lapis kain yang menutupi seluruh badannya.
Sedangkan, untuk jenazah perempuan, kain kafan yang digunakan adalah sebanyak
lima lapis kain, yaitu terdiri dari kain basahan atau kain bawah, baju, tutup kepala,
kerudung, dan kain yang menutupi seluruh badannya.10
3. Shalat Jenazah
Tahapan prosesi selanjutnya setelah dilakukan pemandian dan pengkafanan
jenazah, yaitu menyolatkan jenazah. Menyolatkan jenazah bagi Umat Muslim dikenal
dengan Shalat Mayat yang hukumnya adalah fardhu kifayah. Artinya suatu kewajiban
yang dibebankan kepada semua muslim, tetapi jika telah dilaksanakan oleh satu

10
H. Sulaiman Rasji, Fiqih Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1994), hal. 168.
orang, maka semua orang dianggap telah melaksanakannya. Tetapi, ada baiknya
setiap muslim yang mendengar dan melihat berita kematian juga ikut menyolatkan.
Karena dengan banyaknya Umat Muslim yang turut menyolatkan seorang jenazah,
maka akan semakin baik bagi jenazah, karena doa yang dipanjatkan dan diharapkan
bagi jenazah adalah yang terbaik serta agar segala dosanya dihapuskan.11 Adapun
syarat-syarat Shalat Mayat, antara lain:
a. Jenazah sudah dimandikan dan dikafankan;
b. Letak jenazah sebelah kiblat dari orang yang menyolatkan, kecuali bila
pelaksanaan shalat dilakukan di atas kuburan; dan
c. Shalat Mayat sama halnya dengan shalat lain, yaitu harus dalam keadaan suci
dari kotoran dan najis, suci tubuh, tempat, dan pakaian, serta harus menutup
aurat dan menghadap kiblat.
4. Mengubur Jenazah
Setelah melakukan prosesi-prosesi sebelumnya, yaitu memandikan,
mengkafankan, dan menyolatkan jenazah, maka kewajiban terakhir adalah mengubur
mayat. Sebelum melakukan penguburan jenazah, liang kubur harus telah
dipersiapkan. Di dalam liang kubur, sekiranya ukuran yang harus dipersiapkan dan
dipastikan adalah dua meter, agar tidak tercium baunya dan tidak dimakan oleh
binatang buas.
Dalam teologi Islam setelah penguburan akan datang tahapan kehidupan selanjutnya
yaitu alam Barzakh. Ketika seseorang meninggal dalam pemahaman umat muslim, ruhnya
terpisah dari tubuh fisiknya dan memasuki keadaan perantara yang disebut Barzakh, di mana
ia menunggu Hari Kebangkitan.12 Setiap umat muslim di dunia ini nantinya akan dimintai
pertanggungjawaban atas apa yang mereka lakukan selama kehidupan ketika mereka
meninggal dunia. Menurut keyakinan Islam, Hari Kebangkitan, atau Yawm al-Qiyamah,
adalah ketika semua makhluk akan dibangkitkan dan dikumpulkan di hadapan Allah untuk
diadili.13 Pada Hari Kebangkitan, semua individu, dari awal umat manusia hingga akhir
zaman, akan dibangkitkan dalam tubuh fisiknya. Kebangkitan ini adalah keyakinan
fundamental dalam Islam dan disebut sebagai “kehidupan kedua”. Ini adalah hari ketika
semua orang akan berdiri di hadapan Allah untuk diadili atas perbuatan mereka.

11
Khawaja Muhammad Islam, Mati Itu Spektakuler, (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2004), hal. 81.
12
BBC. (n.d.). Life after death - key beliefs in Islam - GCSE Religious Studies Revision - AQA - BBC Bitesize.
BBC News. https://www.bbc.co.uk/bitesize/guides/zdxdqhv/revision/5
13
Uzell, J. U. (2022, April 13). Death and funerals in world religions. Religion Media Centre.
https://religionmediacentre.org.uk/factsheets/death-funeral-rituals-in-world-religions/
Pemahaman ini merupakan bagian integral dari praktik penguburan. Penguburan
dipandang sebagai cara yang penuh hormat dan tepat untuk menangani jenazah fisik orang
yang meninggal, karena jiwa telah berangkat ke alam barzakh.14 Praktik penguburan dalam
Islam menggarisbawahi keyakinan akan kedaulatan Allah atashidup dan mati. Hal ini
berfungsi sebagai pengingat akan kekuasaan tertinggi Allah dalam menentukan nasib setiap
individu dan kembalinya mereka kepada-Nya. Penguburan dalam Islam dipandang sebagai
otoritas Allah sebagai sumber utama kehidupan dan kematian. Penguburan dalam Islam
adalah proses yang khidmat dan penuh hormat. Ini melibatkan mencuci dan menyelubungi
tubuh orang yang meninggal, melakukan doa pemakaman, dan menempatkan tubuh di dalam
kubur dengan sangat hati-hati dan bermartabat. Tindakan menguburkan orang yang
meninggal di dalam tanah melambangkan kembalinya jenazah ke alam tempat ia diciptakan.
Tindakan ini mengakui sifat sementara keberadaan manusia dan berfungsi sebagai pengingat
akan kekuasaan dan otoritas Allah sebagai sumber utama kehidupan dan kematian.

Conclusion

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya,


maka dapat ditarik kesimpulan bahwa, realitas eksternal dan seluruh ciptaan dianggap sebagai
manifestasi kehendak allah, Manusia sebagai puncak ciptaan nya, dianugerahi kehendak
bebas, dan tanggung jawab moral. Setiap individu memiliki jiwa abadi dan bertanggung
jawab kepada Allah atas perbuatannya di dunia. Tujuan akhir kehidupan manusia adalah
beribadah kepada Allah, mengikuti petunjuk-Nya, dan mencapai kedekatan dengan-Nya.

Kematian adalah realitas yang tak terhindarkan bagi setiap manusia, mengingatkan
akan sementara dan rapuhnya kehidupan di dunia ini. Proses penguburan dalam Islam adalah
bentuk penghormatan terakhir terhadap individu yang telah meninggal dan merupakan
kewajiban serta tanggung jawab umat Islam untuk dilakukan dengan hormat dan sesuai
dengan ajaran dalam Agama Islam. Umat Islam meyakini bahwa pada saat menguburkan
jenazah dapat mempengaruhi perjalanan jiwa di akhirat. praktik penguburan dalam Islam
memiliki makna mendalam yang mencerminkan keyakinan fundamental dalam agama ini.
Penguburan dipandang sebagai tindakan mengembalikan jasad ke tanah, mengakui sifat

14
Life after death in Islam: The concept and the 14 stages of Afterlife. Zamzam Blogs. (2022, December 12).
https://zamzam.com/blog/life-after-death-in-islam/
sementara keberadaan manusia, dan sebagai pengingat akan kekuasaan Allah sebagai
Pencipta dan Tuhan yang berkuasa atas hidup dan mati.

Kewajiban untuk menguburkan jenazah dalam Islam merupakan bentuk penghormatan


terhadap individu yang telah meninggal dan juga sebagai bentuk tunduk pada kehendak
Allah. Penguburan dipandang sebagai tindakan mengembalikan individu kepada Penciptanya
dan menggarisbawahi keyakinan akan peran penting keadaan jenazah saat penguburan
terhadap perjalanan jiwa di akhirat. Selain itu, pemahaman tentang Barzakh, yaitu keadaan
perantara antara kematian dan Hari Kebangkitan, juga memiliki peran penting dalam praktik
penguburan. Dalam Islam, setelah penguburan, jiwa individu memasuki Barzakh, di mana ia
menunggu Hari Kebangkitan.

Hari Kebangkitan adalah hari di mana semua makhluk akan dibangkitkan dan diadili di
hadapan Allah atas perbuatan mereka selama hidup. Ini adalah keyakinan fundamental dalam
Islam dan menegaskan pentingnya praktik penguburan yang hormat dan benar. Secara
keseluruhan, praktik penguburan dalam Islam mencerminkan keyakinan akan ketundukan
kepada Allah, kehendak-Nya dalam menentukan nasib manusia, serta pengingat akan
keterbatasan kehidupan dunia dan pentingnya persiapan untuk kehidupan di akhirat.
References

Burhan, Kurniawati. Skripsi: Prosesi Pengurusan Jenazah (Studi Kasus di Desa Waiburak
Flores). Jakarta: Program Studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir Fakultas Ushuluddin Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, 2019.

Fahmi, S. Y. (2018). Islam – the outer dimensions. ISBCC.


https://isbcc.org/islam-the-outer-dimensions/

Gatrad, A. R. (1994, August 20). Muslim customs surrounding death, bereavement,


postmortem examinations, and organ transplants. BMJ (Clinical research ed.).
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2542725/

Mufid, Achmad A.R. Risalah Kematian, Merawat Jenazah, Tahlil, Tawasul, Ta’ziyah, dan
Ziara Kubur, Cetakan Pertama. Jakarta: PT Total Media, 2007.

Munawwir, Ahmad Warson. Kamus Al-Munawwir. Surabaya: Pustaka Progressif, 1997.

Shakir, Z. (2018). The human in the qur’an. Renovatio.


https://renovatio.zaytuna.edu/article/the-human-in-the-quran

Susanto, E. (2019). WACANA PENGUBURAN SECARA BERDIRI PERSPEKTIF HUKUM


ISLAM.

Uzell, J. U. (2022, April 13). Death and funerals in world religions. Religion Media Centre.
https://religionmediacentre.org.uk/factsheets/death-funeral-rituals-in-world-religions/

BBC. (n.d.). Life after death - key beliefs in Islam - GCSE Religious Studies Revision - AQA -
BBC Bitesize. BBC News. https://www.bbc.co.uk/bitesize/guides/zdxdqhv/revision/5

Life after death in Islam: The concept and the 14 stages of Afterlife. Zamzam Blogs. (2022,
December 12). https://zamzam.com/blog/life-after-death-in-islam/

Wikipedia Foundation. (2023, September 13). Islamic view of death. Wikipedia.


https://en.wikipedia.org/wiki/Islamic_view_of_death

Anda mungkin juga menyukai