Oleh :
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia dan rahmat-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini dibuat
dalam rangka memenuhi tugas akhir semester dalam mata kuliah Hukum Adat.
Makalah ini membahas tentang proses pewarisan dalam hukum adat . kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan di masa
yang akan datang.
i
DAFTAR ISI
Halaman
Cover ……………………………………………………………………………………………………
Kata Pengantar ………………………………………………………………………………………… i
Daftar Isi ………………………………………………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN .……………………………………………………………………………. 1
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………………………………….. 1
1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………………………………………. 1
1.3 Tujuan Masalah ……………………………………………………………………………………. 1
BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………………………………... 2
2.1. Pengertian Jenazah ………………………………………………………………………………... 2
2.2 Memandikan Jenazah ……………………………………………………………………………… 2
1. Orang yang utama memandikan jenazah …………………………………………………. 3
2. Syarat bagi orang yang memandikan jenazah …………………………………………….. 4
3. Mayat yang wajib di mandikan …………………………………………………………… 5
4. Tata cara memandikan jenazah …………………………………………………………… 5
2.3. Mengkafani Jenazah………………………………………………………………………………...6
1. Hal-hal yang disunnahkan dalam mengkafani jenazah ……………………………………….. 7
2. Tata cara mengkafani jenazah ………………………………………………………………… 7
2.4. Menshalatkan Jenazah …………………………………………………………………………….. 9
1. Orang yang paling utama untuk melaksanakan Shalat Jenazah ………………………………. 9
2. Rukun Shalat Jenazah ………………………………………………………………………....10
3. Tata Cara Melakukan Shalat Jenazah …………………………………………………………10
2.5 Menguburkan Jenazah …………………………………………………………………………......12
BAB III PENUTUP …………………………………………………………………………………..17
3.1 Kesimpulan ………………………………………………………………………………………..17
3,2 Saran ……………………………………………………………………………………………….17
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………………………19
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
Dalam ketentuan hukum Islam jika seorang muslim meninggal dunia maka hukumnya
fardhu kifayah atas orang-orang muslim yang masih hidup untuk menyelenggarakan 4 perkara,
yaitu memandikan, mengkafani, menshalatkan dan menguburkan orang yang telah meninggal
tersebut. Untuk lebih jelasnya 4 persoalan tersebut, pemakalah akan mencoba menguraikan
dalam penjelasan berikut ini.
i
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Jenazah
Kata jenazah diambil dari bahasa Arab (( ذح جنyang berarti tubuh mayat dan kata ذ جنyang berarti
menutupi. Jadi, secara umum kata jenazah memiliki arti tubuh mayat yang tertutup
Penyelenggaraan jenazah adalah fardu kifayah bagi sebagian kaum muslimin, khususnya penduduk
setempat terhadap jenazah muslim/ muslimah. Namun, sebelum penyelenggaraan jenazah itu dimulai,
maka ada beberapa hal yang harus dilakukan terhadap jenazah tersebut, yaitu :
3. Mengatupkan rahangnya atau mengikatnya dari puncak kepala sampai ke dagu supaya
dengan kain.
Menurut syari’at Islam, fardu kifayah dalam menyelenggarakan jenazah ada empat macam, yaitu :
1. Memandikan Jenazah
2. Mengkafani Jenazah
3. Mensalatkan Jenazah
4. Menguburkan Jenazah ii
2.2 Memandikan Jenazah
Setiap orang muslim yang meninggal dunia harus dimandikan, dikafani dan dishalatkan terlebih
dahulu sebelum dikuburkan terkecuali bagi orang-orang yang mati syahid. Hukum memandikan jenazah
orang muslim menurut jumhur ulama adalah fardhu kifayah. Artinya, kewajiban ini dibebankan kepada
seluruh mukallaf di tempat itu, tetapi jika telah dilakukan oleh sebagian orang maka gugurlah kewajiban
seluruh mukallaf. Adapun dalil yang menjelaskan kewajiban memandikan jenazah ini terdapat dalam
Artinya : “Dari Ibnu Abbas, bahwasanya Nabi SAW telah bersabda tentang orang yang jatuh dari
kendaraannya lalu mati, “mandikanlah ia dengan air dan daun bidara.” (H.R Bukhari dan Muslim)
Adapun beberapa hal penting yang berkaitan dengan memandikan jenazah yang perlu diperhatikan
yaitu :
laki adalah orang yang diwasiatkannya, kemudian bapak, kakek, keluarga terdekat,
b. Untuk mayat perempuan Orang yang utama memandikan mayat perempuan adalah
c. Untuk mayat anak laki-laki dan anak perempuan Untuk mayat anak laki-laki boleh
d. Jika seorang perempuan meninggal sedangkan yang masih hidup semuanya hanya
laki-laki dan dia tidak mempunyai suami, atau sebaliknya seorang laki-laki
meninggal sementara yang masih hidup hanya perempuan saja dan dia tidak
mempunyai istri, maka mayat tersebut tidak dimandikan tetapi cukup ditayamumkan
oleh salah seorang dari mereka dengan memakai lapis tangan.[3] Hal ini berdasarkan
Artinya : “Jika seorang perempuan meninggal di tempat laki-laki dan tidak ada perempuan lain atau
laki-laki meninggal di tempat perempuan-perempuan dan tidak ada laki-laki selainnya maka kedua
mayat itu ditayamumkan, lalu dikuburkan, karena kedudukannya sama seperti tidak mendapat air.” (H.R
b. Bukan bayi yang keguguran dan jika lahir dalam keadaan sudah meninggal tidak
dimandikan
a. Perlu diingat, sebelum mayat dimandikan siapkan terlebih dahulu segala sesuatu yang
2) Air Secukupnya.
b. Ambil kain penutup dan gantikan kain basahan sehingga aurat utamanya tidak kelihatan.
e. Ganti sarung tangan yang baru, lalu bersihkan seluruh badannya dan tekan perutnya
perlahan-lahan
g. Masukan jari tangan yang telah di balut dengan kain basah ke mulut jenazah, gosok
i. Mandikan jenazah dengan air sabun dan air mandinya yang terakhir dicampur dengan
wangi-wangian
j. Perlakukan jenazah dengan lembut ketika membalik dan menggosok anggota tubuhnya
k. Memandikan jenazah satu kali jika dapat membasuh ke seluruh tubuhnya itulah yang
l. Jika keluar dari jenazah najis setelah dimandikan dan mengenai badannya wajib di buang
dan di mandikan lagi. Jika keluar najis di atas kafan tidak perlu di ulangi mandinya,
m. Bagi jenazah wanita, sanggul rambut nya harus di lepaskan dan di biarkan menyulur
kebelakang, setelah di siram dan di bersihkan lalu di keringkan dengan handuk dan di
kepang
n. Selesai mandi, sebelum di kafani berilah wangi-wangian yang tidak mengandung alcohol
menutupi tubuhnya walau hanya sehelai kain. Hukum mengkafani jenazah muslim dan bukan mati syahid
ها جر نا سع ر سو هلل ا ل صلى هلل ا عليه و سلم كلتمس و جه هلل ا فو قع ا جرنا ع لى هلال فمنا من ما ت لم يأ كل من ا جر ه شأ منهم
ذا غطينا بها ر جليه حر أ ر, د ذا غطينا بها أ ر سه خر جت ر جال ا و ه,مصعب‹ ا بن عمير قتل يو ا م حد فلم ن جد ما لكفنه ال ا بر ا ة
ج سه فأ مر نا ا لنبي صلى هلل ا عليه و سلم ن ا نغطي أ ر سه ن ا و نجعل ع لى ر جليه من ذ ال ا خر )رواه ا لبخا ر ى
Artinya : “Kami hijrah bersama Rasulullah SAW dengan mengharapkan keridhaan Allah SWT, maka
tentulah akan kami terima pahalanya dari Allah, karena diantara kami ada yang meninggal sebelum
memperoleh hasil duniawi sedikit pun juga. Misalnya, Mash’ab bin Umair dia tewas terbunuh diperang
Uhud dan tidak ada buat kain kafannya kecuali selembar kain burdah. Jika kepalanya ditutup, akan
terbukalah kakinya dan jika kakinya tertutup, maka 7 tersembul kepalanya. Maka Nabi SAW menyuruh
kami untuk menutupi kepalanya dan menaruh rumput izhir pada kedua kakinya.” (H.R Bukhari)
a. Kain kafan yang digunakan hendaknya kain kafan yang bagus, bersih dan menutupi
c. Jumlah kain kafan untuk mayat laki-laki hendaknya 3 lapis, sedangkan bagi mayat
perempuan 5 lapis.
d. Sebelum kain kafan digunakan untuk membungkus atau mengkafani jenazah, kain kafan
b. Bentangkan kain kafan sehelai demi sehelai, yang paling bawah lebih lebar dan luas
c. Tutuplah lubang-lubang (hidung, telinga, mulut, kubul dan dubur) yang mungkin
d. Selimutkan kain kafan sebelah kanan yang paling atas, kemudian ujung lembar
sebelah kiri. Selanjutnya, lakukan seperti ini selembar demi selembar dengan cara
yang lembut.
e. Ikatlah dengan tali yang sudah disiapkan sebelumnya di bawah kain kafan tiga atau
lima ikatan.
f. Jika kain kafan tidak cukup untuk menutupi seluruh badan mayat maka tutuplah
bagian kepalanya dan bagian kakinya yang terbuka boleh ditutup dengan daun kayu,
rumput atau kertas. Jika seandainya tidak ada kain kafan kecuali sekedar menutup
Kain kafan untuk mayat perempuan terdiri dari 5 lemabar kain putih, yang terdiri dari:
dengan kain dan letakkan diatas kain kafan sejajar, serta taburi dengan
kapas.
d. Pakaikan sarung.
g. Pakaikan kerudung.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan salat jenazah, yaitu :
a. Jenazah diletakkan di arah kiblat( di depan imam apabila berjama’ah atau di depan orang
yang mensalatkannya apabila sendiri). Posisi jenazah, kepalanya sebelah kanan dan kaki
b. Pada jenazah laki- laki imamnya berdiri sejajar dengan dada jenazah, sedangkan apabila
c. Setelah jama’ah salat jenazah siap untuk melaksanakan salat jenazah tersebut, kemudian
bid’ah.
Niat shalat jenazah dilakukan dalam hati serta ikhlas karena Allah SWT. Sebelum
shalat jenazah dilakukan maka kepada imam dan seluruh makmum hendaknya
berwudhu dan menutup aurat. Untuk menyalatkan mayat laki-laki imam berdiri sejajar
dengan kepala si mayat, sedangkan untuk mayat perempuan, imam berdiri di tengah-
“Sengaja aku berniat shalat atas mayat perempuan empat takbir fardhu
2. Takbir 4 kali
Artinya:
Penyayang,
mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan)
ا للهم صل على محمد و على ل ا محمد كما صليت على ا بر ا هيم و على ا ل ا براهيم و با رك على
محمد و على ل ا محمد كما با ر كت على ا بر ا هيم و على ا ل ا بر هيم فى لعا ا لمين ا نك حميد مجيد.
Artinya : “Ya Allah berikanlah kesejahteraan kepada Muhammad dan keluarganya,
ا للحم ا غفر له )ها( ر ا و حمه )ها( و عا فه)ها( ا و عف عنه )ها( ا و كر م نز له )ها( ووسع مد
خله )ها( ا و غسله )ها( و ء بما ثلج و بر نقه و د )ها( من ا لخطا يا كم ينقى ب لثو ا من ا لد نس ا و بد
(له )ها( دا را خيرا من دا ه ر )ها( ا و هال خيرا من ا هله )ها( و ادخله )ها
Artinya : “Ya Allah, ampunilah dia, kasihilah dia, maafkanlah dia dan
dia dengan air embun dan es, sucikanlah dia dari kesalahannya, sebagaimana
sucinya kain putih dari kotoran. Gantikanlah rumahnya dengan rumah yang
yang lebih baik, masukkan ia kedalam syurga, dan jauhkan ia dari siksa kubur
(ا للحم ال تحر منا ا جر ه )ها( وال تفتنا بعد ه )ها( ا و غفر لنا و له )ها
Artinya : “Ya Allah janganlah Engkau tahan untuk kami pahalanya dan
pengiring, boleh berjalan di depan jenazah, di belakangnya, di samping kanan atau kirinya. Semua cara
Para pengiring tidak dibenarkan untuk duduk sebelum jenazah diletakkan, sebab Rasulullah
pengiring, boleh berjalan di depan jenazah, di belakangnya, di samping kanan atau kirinya. Semua cara
ada tuntunannya dalam sunnah Nabi. Para pengiring tidak dibenarkan untuk duduk sebelum jenazah
(HR. Abu Dawud dan dinyatakan shahih oleh Syaikh Al-Albani dalam “Ahkamul Janaaiz” hal. 145)
Lahad adalah liang (membentuk huruf U memanjang) yang dibuat khusus di dasar kubur pada bagian
Syaq adalah liang yang dibuat khusus di dasar kubur pada bagian tengahnya (membentuk huruf U
memanjang).
Langkah-Langkah :
dari arah kaki kuburan lalu diturunkan ke dalam liang kubur secara perlahan. Jika tidak
jasadnya (dalam posisi miring) dan menghadap kiblat sambil dilepas tali-talinya selain
posisi miring) dan menghadap kiblat sambil dilepas tali-talinya selain tali kepala dan
kedua kaki.
Setelah jenazah diletakkan di dalam rongga liang lahad dan tali-tali selain kepala dan
kaki dilepas, maka rongga liang lahad tersebut ditutup dengan batu bata atau papan
Lalu sela-sela batu bata-batu bata itu ditutup dengan tanah liat agar menghalangi
shallallahu ‘alaihi wassalam. Setelah itu ditumpahkan (diuruk) tanah ke atas jenazah
tersebut.
Hendaklah meninggikan makam kira-kira sejengkal sebagai tanda agar tidak dilanggar
Kemudian ditaburi dengan batu kerikil sebagai tanda sebuah makam dan diperciki air,
berdasarkan tuntunan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam (dalam masalah ini
terdapat riwayat-riwayat mursal yang shahih, silakan lihat “Irwa’ul Ghalil” II/206). Lalu
Haram hukumnya menyemen dan membangun kuburan. Demikian pula menulisi batu
nisan. Dan diharamkan juga duduk di atas kuburan, menginjaknya serta bersandar
padanya. Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam telah melarang dari hal
pertanyaan dua malaikat yang disebut dengan fitnah kubur). Karena ketika itu ruhnya
dikembalikan dan ia ditanya di dalam kuburnya. Maka disunnahkan agar setelah selesai
mayit (dan doa ini tidak dilakukan secara berjamaah, tetapi sendiri-sendiri!).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesmpulan
makhluk yang mulia di sisi Allah SWT dan untuk menghormati kemuliannya itu perlu
penyelengaraan jenazah seorang muslim itu hukumnya adalah fardhu kifayah. Artinya,
kewajiban ini dibebankan kepada seluruh mukallaf di tempat itu, tetapi jika telah
1) Memandikan
2) Mengkafani
3) Menshalatkan
4) Menguburkan
Adapun hikmah yang dapat diambil dari tata cara pengurusan jenazah, antara
lain:
setelah mati
3.2 Saran
pemakalah berharap kepada kita semua agar selalu ingat akan kematian dan
mempersiapkan diri untuk menyambut kematian itu. Selain itu, pemakalah juga
berharap agar pembahasan ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita semua
serta dapat mengajarkannya dengan baik ketika telah menjadi seorang guru di masa
Abdul Karim. 2004. Petunjuk Merawat Jenazah Dan Shalat Jenazah.Jakarta: Amzah Abd. Ghoni
Asyukur. 1989. Shalat Dan Merawat Jenazah. Bandung: Sayyidah M. Rizal Qasim. 2000. Pengamalan
Fikih I. Jakarta: Tiga Serangkai Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, Sinar Baru Algensindo Bandung. 1994 Ali
Imran Sinaga, Fiqih Taharah, Ibadah, Muamalah, Cita Pustaka Media Perintis Bandung. 2011 Buku Ajar
Praktik Ibadah, Fakultas Tarbiyah IAIN SU Medan. 2012 Praktikum Ibadah, Fakultas Ushuluddin IAIN
SU Medan. 2012