Anda di halaman 1dari 25

Tata Cara Pengurusan Jenazah

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Pelajaran:


TUGAS MANDIRI PRAKTIK
Mata Pelajaran:
EVI APRIYANTI

Oleh :

MOCH GIBRAN AKBAR

KELAS XII PSPT


SMK PASIM PLUS
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia dan rahmat-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini dibuat
dalam rangka memenuhi tugas akhir semester dalam mata kuliah Hukum Adat.
Makalah ini membahas tentang proses pewarisan dalam hukum adat . kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan di masa
yang akan datang.

i
DAFTAR ISI

Halaman
Cover ……………………………………………………………………………………………………
Kata Pengantar ………………………………………………………………………………………… i
Daftar Isi ………………………………………………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN .……………………………………………………………………………. 1
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………………………………….. 1
1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………………………………………. 1
1.3 Tujuan Masalah ……………………………………………………………………………………. 1
BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………………………………... 2
2.1. Pengertian Jenazah ………………………………………………………………………………... 2
2.2 Memandikan Jenazah ……………………………………………………………………………… 2
1. Orang yang utama memandikan jenazah …………………………………………………. 3
2. Syarat bagi orang yang memandikan jenazah …………………………………………….. 4
3. Mayat yang wajib di mandikan …………………………………………………………… 5
4. Tata cara memandikan jenazah …………………………………………………………… 5
2.3. Mengkafani Jenazah………………………………………………………………………………...6
1. Hal-hal yang disunnahkan dalam mengkafani jenazah ……………………………………….. 7
2. Tata cara mengkafani jenazah ………………………………………………………………… 7
2.4. Menshalatkan Jenazah …………………………………………………………………………….. 9
1. Orang yang paling utama untuk melaksanakan Shalat Jenazah ………………………………. 9
2. Rukun Shalat Jenazah ………………………………………………………………………....10
3. Tata Cara Melakukan Shalat Jenazah …………………………………………………………10
2.5 Menguburkan Jenazah …………………………………………………………………………......12
BAB III PENUTUP …………………………………………………………………………………..17
3.1 Kesimpulan ………………………………………………………………………………………..17
3,2 Saran ……………………………………………………………………………………………….17
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………………………19

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Syariat Islam mengajarkan bahwa setiap manusia pasti akan mengalami kematian yang
tidak pernah diketahui kapan waktunya. Sebagai makhluk sebaik-baik ciptaan Allah SWT dan
ditempatkan pada derajat yang tinggi, maka Islam sangat menghormati orang muslim yang telah
meninggal dunia. Oleh sebab itu, menjelang menghadapi kehariban Allah SWT orang yang telah
meninggal dunia mendapatkan perhatian khusus dari muslim lainnya yang masih hidup.

Dalam ketentuan hukum Islam jika seorang muslim meninggal dunia maka hukumnya
fardhu kifayah atas orang-orang muslim yang masih hidup untuk menyelenggarakan 4 perkara,
yaitu memandikan, mengkafani, menshalatkan dan menguburkan orang yang telah meninggal
tersebut. Untuk lebih jelasnya 4 persoalan tersebut, pemakalah akan mencoba menguraikan
dalam penjelasan berikut ini.

1,2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian jenazah?


2. Bagaimana tata cara memandikan jenazah?
3. Bagaimana tata cara mengkafani jenazah?
4. Bagaimana tata cara menshalatkan jenazah?
5. Bagaimana tata cara menguburkan jenazah?

1,3 Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui apa pengertian jenazah


2. Untuk mengetahui bagaimana tata cara memandikan jenazah
3. Untuk mengetahui bagaimana tata cara mengkafani jenazah
4. Untuk mengetahui bagaimana tata cara menshalatkan jenazah
5. Untuk mengetahui bagaimana tata cara menguburkan jenazah

i
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Jenazah

Kata jenazah diambil dari bahasa Arab (‫( ذح جن‬yang berarti tubuh mayat dan kata ‫ ذ جن‬yang berarti

menutupi. Jadi, secara umum kata jenazah memiliki arti tubuh mayat yang tertutup

Penyelenggaraan jenazah adalah fardu kifayah bagi sebagian kaum muslimin, khususnya penduduk

setempat terhadap jenazah muslim/ muslimah. Namun, sebelum penyelenggaraan jenazah itu dimulai,

maka ada beberapa hal yang harus dilakukan terhadap jenazah tersebut, yaitu :

1. Dipejamkan matanya, mendo’akan dan meminta ampunkan atas dosanya.

2. Dilemaskan tangannya untuk disedekapkan di dada dan kakinya diluruskan.

3. Mengatupkan rahangnya atau mengikatnya dari puncak kepala sampai ke dagu supaya

mulutnya tidak menganga/terbuka.

4. Jika memungkinkan jenazah diletakkan membujur ke arah utaradan badannya diselubungi

dengan kain.

5. Menyebarluaskan berita kematiannya kepada kerabat- kerabatnya dan handai tolannya.

6. Lunasilah hutang-hutangnya dengan segera jika ia punya hutang.

7. Segerakanlah fardu kifayahnya. Menurut syari’at Islam, fardu kifayah dalam

menyelenggarakan jenazah ada

Menurut syari’at Islam, fardu kifayah dalam menyelenggarakan jenazah ada empat macam, yaitu :

1. Memandikan Jenazah

2. Mengkafani Jenazah

3. Mensalatkan Jenazah

4. Menguburkan Jenazah ii
2.2 Memandikan Jenazah

Setiap orang muslim yang meninggal dunia harus dimandikan, dikafani dan dishalatkan terlebih

dahulu sebelum dikuburkan terkecuali bagi orang-orang yang mati syahid. Hukum memandikan jenazah

orang muslim menurut jumhur ulama adalah fardhu kifayah. Artinya, kewajiban ini dibebankan kepada

seluruh mukallaf di tempat itu, tetapi jika telah dilakukan oleh sebagian orang maka gugurlah kewajiban

seluruh mukallaf. Adapun dalil yang menjelaskan kewajiban memandikan jenazah ini terdapat dalam

sebuah hadist Rasulullah SAW, yakninya:

‫ فى ا لذ ي سقط عن ا ر حل ته فما‬:‫عن ا بن عبا س ا ن ا لنبي صلى هلل ا عليه و سلم قا ل‬

‫(ت غسلو ه بما و ء سد ر )رواه ا لبخرو مسلم‬

Artinya : “Dari Ibnu Abbas, bahwasanya Nabi SAW telah bersabda tentang orang yang jatuh dari

kendaraannya lalu mati, “mandikanlah ia dengan air dan daun bidara.” (H.R Bukhari dan Muslim)

Adapun beberapa hal penting yang berkaitan dengan memandikan jenazah yang perlu diperhatikan

yaitu :

5. Orang Yang Memandikan Jenazah


a. Untuk mayat laki-laki Orang yang utama memandikan dan mengkafani mayat laki-

laki adalah orang yang diwasiatkannya, kemudian bapak, kakek, keluarga terdekat,

muhrimnya dan istrinya.

b. Untuk mayat perempuan Orang yang utama memandikan mayat perempuan adalah

ibunya, neneknya, keluarga terdekat dari pihak wanita serta suaminya.

c. Untuk mayat anak laki-laki dan anak perempuan Untuk mayat anak laki-laki boleh

perempuan yang memandikannya dan sebaliknya untuk mayat anak perempuan

boleh laki-laki yang memandikannya.

d. Jika seorang perempuan meninggal sedangkan yang masih hidup semuanya hanya

laki-laki dan dia tidak mempunyai suami, atau sebaliknya seorang laki-laki

meninggal sementara yang masih hidup hanya perempuan saja dan dia tidak

mempunyai istri, maka mayat tersebut tidak dimandikan tetapi cukup ditayamumkan

oleh salah seorang dari mereka dengan memakai lapis tangan.[3] Hal ini berdasarkan

sabda Rasulullah SAW, yakninya :

‫ليس معهن ر جل‬ ‫ء‬ ‫النسا‬ ‫مع‬ ‫ذ ما تت ا لمر ة أ مع ا لر جا ل ليس معحم ا مر ة أ غير ها ا و لر جل‬

‫لبيحقى‬ ‫و‬ ‫ا‬ ‫بو داود‬ ‫ه‬ ‫رواه‬ ‫ء‬ ‫غيره فأ نهما ييممان و يد و ن فنا هما بمنز لة من لم يجد ا لما‬

Artinya : “Jika seorang perempuan meninggal di tempat laki-laki dan tidak ada perempuan lain atau

laki-laki meninggal di tempat perempuan-perempuan dan tidak ada laki-laki selainnya maka kedua

mayat itu ditayamumkan, lalu dikuburkan, karena kedudukannya sama seperti tidak mendapat air.” (H.R

Abu Daud dan Baihaqi)

6. Syarat Bagi Orang Yang Memandikan Jenazah


a. Muslim, berakal, dan baligh

b. Berniat memandikan jenazah

c. Jujur dan sholeh

d. Terpercaya, amanah, mengetahui hukum memandikan mayat dan memandikannya

sebagaimana yang diajarkan sunnah serta mampu menutupi aib si mayat

7. Mayat Yang Wajib Untuk Di Mandikan

a. Mayat seorang muslim dan bukan kafir

b. Bukan bayi yang keguguran dan jika lahir dalam keadaan sudah meninggal tidak

dimandikan

c. Ada sebahagian tubuh mayat yang dapat dimandikan

d. Bukan mayat yang mati syahid

8. Tata Cara Memandikan Jenazah

Berikut beberapa cara memandikan jenazah orang muslim, yaitu :

a. Perlu diingat, sebelum mayat dimandikan siapkan terlebih dahulu segala sesuatu yang

dibutuhkan untuk keperluan mandinya, seperti:

1) Tempat memandikan pada ruangan yang tertutup.

2) Air Secukupnya.

3) Sabun, Air kapur barus dan wangi-wangian.

4) Sarung tangan untuk memandikan.

5) Potongan atau gulungan kain kecil-kecil.

6) Kain basahan, handuk, dll.

b. Ambil kain penutup dan gantikan kain basahan sehingga aurat utamanya tidak kelihatan.

c. Mandikan jenazah pada tempat yang tertutup


d. Pakailah sarung tangan dan bersihkan jenazah dari segala kotoran

e. Ganti sarung tangan yang baru, lalu bersihkan seluruh badannya dan tekan perutnya

perlahan-lahan

f. Tinggikan kepala jenazah agar air tidak mengalir kearah kepala

g. Masukan jari tangan yang telah di balut dengan kain basah ke mulut jenazah, gosok

giginya dan bersihkan hidungnya, kemudian wudhukan

h. Siramkan air kesebelah kanan dahulu kemudian kesebelah kiri jenazah

i. Mandikan jenazah dengan air sabun dan air mandinya yang terakhir dicampur dengan

wangi-wangian

j. Perlakukan jenazah dengan lembut ketika membalik dan menggosok anggota tubuhnya

k. Memandikan jenazah satu kali jika dapat membasuh ke seluruh tubuhnya itulah yang

wajib. Disunnahkan mengulanginya beberapa kali dalam bilangan ganjil

l. Jika keluar dari jenazah najis setelah dimandikan dan mengenai badannya wajib di buang

dan di mandikan lagi. Jika keluar najis di atas kafan tidak perlu di ulangi mandinya,

cukup hanya membuang najis itu saja

m. Bagi jenazah wanita, sanggul rambut nya harus di lepaskan dan di biarkan menyulur

kebelakang, setelah di siram dan di bersihkan lalu di keringkan dengan handuk dan di

kepang

n. Selesai mandi, sebelum di kafani berilah wangi-wangian yang tidak mengandung alcohol

2.3 Mengkafani Jenazah


Mengkafani jenazah adalah menutupi atau membungkus jenazah dengan sesuatu yang dapat

menutupi tubuhnya walau hanya sehelai kain. Hukum mengkafani jenazah muslim dan bukan mati syahid

adalah fardhu kifayah. Dalam sebuah hadist diriwayatkan sebagai berikut :

‫ها جر نا سع ر سو هلل ا ل صلى هلل ا عليه و سلم كلتمس و جه هلل ا فو قع ا جرنا ع لى هلال فمنا من ما ت لم يأ كل من ا جر ه شأ منهم‬

‫ ذا غطينا بها ر جليه حر أ ر‬,‫ د ذا غطينا بها أ ر سه خر جت ر جال ا و ه‬,‫مصعب‹ ا بن عمير قتل يو ا م حد فلم ن جد ما لكفنه ال ا بر ا ة‬

‫ج سه فأ مر نا ا لنبي صلى هلل ا عليه و سلم ن ا نغطي أ ر سه ن ا و نجعل ع لى ر جليه من ذ ال ا خر )رواه ا لبخا ر ى‬

Artinya : “Kami hijrah bersama Rasulullah SAW dengan mengharapkan keridhaan Allah SWT, maka

tentulah akan kami terima pahalanya dari Allah, karena diantara kami ada yang meninggal sebelum

memperoleh hasil duniawi sedikit pun juga. Misalnya, Mash’ab bin Umair dia tewas terbunuh diperang

Uhud dan tidak ada buat kain kafannya kecuali selembar kain burdah. Jika kepalanya ditutup, akan

terbukalah kakinya dan jika kakinya tertutup, maka 7 tersembul kepalanya. Maka Nabi SAW menyuruh

kami untuk menutupi kepalanya dan menaruh rumput izhir pada kedua kakinya.” (H.R Bukhari)

1. Hal-hal Yang Disunnahkan dalam Mengakafani Jenazah adalah :

a. Kain kafan yang digunakan hendaknya kain kafan yang bagus, bersih dan menutupi

seluruh tubuh mayat

b. Kain kafan hendaknya berwarna putih.

c. Jumlah kain kafan untuk mayat laki-laki hendaknya 3 lapis, sedangkan bagi mayat

perempuan 5 lapis.

d. Sebelum kain kafan digunakan untuk membungkus atau mengkafani jenazah, kain kafan

hendaknya diberi wangi-wangian terlebih dahulu.

e. Tidak berlebih-lebihan dalam mengkafani jenazah.

2. Tata Cara Mengkafani Jenazah Adalah Sebagai Berikut :

A. Untuk Mayat Laki-Laki


a. Bentangkan kain kafan sehelai demi sehelai, yang paling bawah lebih lebar dan luas

serta setiap lapisan diberi kapur barus.

b. Bentangkan kain kafan sehelai demi sehelai, yang paling bawah lebih lebar dan luas

serta setiap lapisan diberi kapur barus.

c. Tutuplah lubang-lubang (hidung, telinga, mulut, kubul dan dubur) yang mungkin

masih mengeluarkan kotoran dengan kapas.

d. Selimutkan kain kafan sebelah kanan yang paling atas, kemudian ujung lembar

sebelah kiri. Selanjutnya, lakukan seperti ini selembar demi selembar dengan cara

yang lembut.

e. Ikatlah dengan tali yang sudah disiapkan sebelumnya di bawah kain kafan tiga atau

lima ikatan.

f. Jika kain kafan tidak cukup untuk menutupi seluruh badan mayat maka tutuplah

bagian kepalanya dan bagian kakinya yang terbuka boleh ditutup dengan daun kayu,

rumput atau kertas. Jika seandainya tidak ada kain kafan kecuali sekedar menutup

auratnya saja, maka tutuplah dengan apa saja yang ada.

B. Untuk Mayat Perempuan

Kain kafan untuk mayat perempuan terdiri dari 5 lemabar kain putih, yang terdiri dari:

a. Lembar pertama berfungsi untuk menutupi seluruh badan.

b. Lembar kedua berfungsi sebagai kerudung kepala.

c. Lembar ketiga berfungsi sebagai baju kurung.

d. Lembar keempat berfungsi untuk menutup pinggang hingga kaki.

e. Lembar kelima berfungsi untuk menutup pinggul dan paha.

Adapun tata cara mengkafani mayat permepuan yaitu :


a. Susunlah kain kafan yang sudah dipotong-potong untuk masing-masing

bagian dengan tertib. Kemudian, angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup

dengan kain dan letakkan diatas kain kafan sejajar, serta taburi dengan

wangi-wangian atau dengan kapur barus.

b. Tutuplah lubang-lubang yang mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan

kapas.

c. Tutupkan kain pembungkus pada kedua pahanya.

d. Pakaikan sarung.

e. Pakaikan baju kurung.

f. Dandani rambutnya dengan tiga dandanan, lalu julurkan kebelakang.

g. Pakaikan kerudung.

h. Membungkus dengan lembar kain terakhir dengan cara menemukan kedua

ujung kain kiri dan kanan lalu digulungkan kedalam.

i. Ikat dengan tali pengikat yang telah disiapkan.

2,4 Menshalatkan Jenazah


Menurut ijma ulama hukum penyelenggaraan shalat jenazah adalah fardhu kifayah. Hal ini

berdasarkan sabda Rasulullah SAW, yang berbunyi :

‫(صلو ا على مو تا كم )رواه ابن ما جه‬

Artinya : “Shalatilah orang yang meninggal dunia diantara kamu”

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan salat jenazah, yaitu :

a. Jenazah diletakkan di arah kiblat( di depan imam apabila berjama’ah atau di depan orang

yang mensalatkannya apabila sendiri). Posisi jenazah, kepalanya sebelah kanan dan kaki

sebelah kiri imam.

b. Pada jenazah laki- laki imamnya berdiri sejajar dengan dada jenazah, sedangkan apabila

jenazahnya perempuan, maka imam berdiri sejajar dengan pinggang jenazah.

c. Setelah jama’ah salat jenazah siap untuk melaksanakan salat jenazah tersebut, kemudian

berniatlah di dalam hati untuk melaksanakan salat jenazah.

1. Orang Paling Urama Untuk Melaksanakan Shalat Jenazah Yaitu :


a. Orang yang diwasiatkan si mayat dengan syarat tidak fasik atau tidak ahli

bid’ah.

b. Ulama atau pemimpin terkemuka ditempat itu.

c. Orang tua si mayat dan seterusnya ke atas.

d. Anak-anak si mayat dan seterusnya ke bawah.

e. Anak-anak si mayat dan seterusnya ke bawah.

f. Kaum muslimim seluruhnya.

2. Rukun Shalat Jenazah Ialah :

a. Berniat menshalatkan jenazah

b. Takbir empat kali

c. Berdiri bagi yang kuasa

3. Tata Cara Melakukan Shlat Jenazah Adalah Sebagai Berikut :

1. Niat Shalat Jenazah

Niat shalat jenazah dilakukan dalam hati serta ikhlas karena Allah SWT. Sebelum

shalat jenazah dilakukan maka kepada imam dan seluruh makmum hendaknya

berwudhu dan menutup aurat. Untuk menyalatkan mayat laki-laki imam berdiri sejajar

dengan kepala si mayat, sedangkan untuk mayat perempuan, imam berdiri di tengah-

tengah sejajar pusat si mayat.

Lafal niat shalat jenazah :

a. Untuk mayat laki-laki

‫ ا ما ما تعا هلل لى‬/‫ا صلى على هذ اا لميت ار بع تكبير ت ا فر ض كفا ية مأ مو ما‬


“Sengaja aku berniat shalat atas mayat laki-laki empat takbir fardhu kifayah

menjadi makmun/imam karena Allah ta’ala”

b. Untuk mayat perempuan

‫ ا ما ما تعا هلل لى‬/‫ا صلى على هذ اا لميتة ار بع تكبير ت ا فر ض كفا ية مأ مو ما‬

“Sengaja aku berniat shalat atas mayat perempuan empat takbir fardhu

kifayah menjadi makmun/imam karena Allah ta’ala”

2. Takbir 4 kali

a. Takbir pertama dimulai dengan mengangkat tangan dan membaca Al-Fatihah.

Artinya:

1) Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha

Penyayang,

2) Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam

3) Maha Pemurah lagi Maha Penyayang,

4) Yang menguasai di hari Pembalasan,

5) Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan Hanya kepada Engkaulah

kami meminta pertolongan

6) Tunjukilah kami jalan yang lurus

7) (yaitu) jalan orang-orang yang Telah Engkau beri nikmat kepada

mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan)

mereka yang sesat.

b. Takbir kedua dan membaca shalawat

‫ا للهم صل على محمد و على ل ا محمد كما صليت على ا بر ا هيم و على ا ل ا براهيم و با رك على‬

‫محمد و على ل ا محمد كما با ر كت على ا بر ا هيم و على ا ل ا بر هيم فى لعا ا لمين ا نك حميد مجيد‬.
Artinya : “Ya Allah berikanlah kesejahteraan kepada Muhammad dan keluarganya,

sebagaimana engkau telah memberikan kesejahteraan kepada Ibrahim dan keluarganya.

Berkatilah Muhammad dan keluarganya, sebagaimana engkau telah memberkati

Ibrahim dan keluarganya, sesungguhnya Engkau Maha terpuji lagi bijaksana”

c. Takbir ketiga dan membaca do’a untuk si mayat

‫ا للحم ا غفر له )ها( ر ا و حمه )ها( و عا فه)ها( ا و عف عنه )ها( ا و كر م نز له )ها( ووسع مد‬

‫خله )ها( ا و غسله )ها( و ء بما ثلج و بر نقه و د )ها( من ا لخطا يا كم ينقى ب لثو ا من ا لد نس ا و بد‬

‫(له )ها( دا را خيرا من دا ه ر )ها( ا و هال خيرا من ا هله )ها( و ادخله )ها‬

‫ا لجنة ا و عنذ ه )ها( من عذا ا ب لقبر و عذا ا ب لنا ر‬

Artinya : “Ya Allah, ampunilah dia, kasihilah dia, maafkanlah dia dan

sentosakanlah dia, muliakan tempatnya, lapangkanlah kuburnya, sucikanlah

dia dengan air embun dan es, sucikanlah dia dari kesalahannya, sebagaimana

sucinya kain putih dari kotoran. Gantikanlah rumahnya dengan rumah yang

lebih baik daripada rumahnya, dan gantikan keluarganya dengan keluarga

yang lebih baik, masukkan ia kedalam syurga, dan jauhkan ia dari siksa kubur

dan siksa neraka.”

d. Takbir keempat lalu diam sejenak dam membaca do’a

‫(ا للحم ال تحر منا ا جر ه )ها( وال تفتنا بعد ه )ها( ا و غفر لنا و له )ها‬

Artinya : “Ya Allah janganlah Engkau tahan untuk kami pahalanya dan

janganlah engkau tinggalkan fitnah untuk kami setelah kepergiannya”


2.5 Menguburkan Jenazah

Disunnahkan membawa jenazah dengan usungan jenazah yang di panggul di

atas pundak dari keempat sudut usungan.

Disunnahkan menyegerakan mengusungnya ke pemakaman tanpa harus tergesagesa. Bagi para

pengiring, boleh berjalan di depan jenazah, di belakangnya, di samping kanan atau kirinya. Semua cara

ada tuntunannya dalam sunnah Nabi.

Para pengiring tidak dibenarkan untuk duduk sebelum jenazah diletakkan, sebab Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wassalam telah melarangnya

Disunnahkan menyegerakan mengusungnya ke pemakaman tanpa harus tergesagesa. Bagi para

pengiring, boleh berjalan di depan jenazah, di belakangnya, di samping kanan atau kirinya. Semua cara

ada tuntunannya dalam sunnah Nabi. Para pengiring tidak dibenarkan untuk duduk sebelum jenazah

diletakkan, sebab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam telah melarangnya.


“Liang lahad itu adalah bagi kita (kaum muslimin), sedangkan syaq bagi selain kita (non muslim).”

(HR. Abu Dawud dan dinyatakan shahih oleh Syaikh Al-Albani dalam “Ahkamul Janaaiz” hal. 145)

Lahad adalah liang (membentuk huruf U memanjang) yang dibuat khusus di dasar kubur pada bagian

arah kiblat untuk meletakkan jenazah di dalamnya.

Syaq adalah liang yang dibuat khusus di dasar kubur pada bagian tengahnya (membentuk huruf U

memanjang).

Langkah-Langkah :

 Jenazah siap untuk dikubur. Allahul musta’an

 Jenazah diangkat di atas tangan untuk diletakkan di dalam kubur.


 Jenazah dimasukkan ke dalam kubur. Disunnahkan memasukkan jenazah ke liang lahat

dari arah kaki kuburan lalu diturunkan ke dalam liang kubur secara perlahan. Jika tidak

memungkinkan, boleh menurunkannya dari arah kiblat.

 Petugas yang memasukkan jenazah ke lubang kubur hendaklah mengucapkan:

“BISMILLAHI WA‘ALAMILLATI RASULILLAHI” (Dengan menyebut Asma Allah

dan berjalan di atas millah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam).” ketika

menurunkan jenazah ke lubang kubur. Demikianlah yang dilakukan Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wassalam.

Disunnahkan membaringkan jenazah dengan bertumpu pada sisi kanan

jasadnya (dalam posisi miring) dan menghadap kiblat sambil dilepas tali-talinya selain

tali kepala dan kedua kaki.


 Disunnahkan membaringkan jenazah dengan bertumpu pada sisi kanan jasadnya (dalam

posisi miring) dan menghadap kiblat sambil dilepas tali-talinya selain tali kepala dan

kedua kaki.

 Setelah jenazah diletakkan di dalam rongga liang lahad dan tali-tali selain kepala dan

kaki dilepas, maka rongga liang lahad tersebut ditutup dengan batu bata atau papan

kayu/bambu dari atasnya (agak samping).

 Lalu sela-sela batu bata-batu bata itu ditutup dengan tanah liat agar menghalangi

sesuatu yang masuk sekaligus untuk menguatkannya.


 Disunnahkan bagi para pengiring untuk menabur tiga genggaman tanah ke dalam liang

kubur setelah jenazah diletakkan di dalamnya. Demikianlah yang dilakukan Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wassalam. Setelah itu ditumpahkan (diuruk) tanah ke atas jenazah

tersebut.

 Hendaklah meninggikan makam kira-kira sejengkal sebagai tanda agar tidak dilanggar

kehormatannya, dibuat gundukan seperti punuk unta, demikianlah bentuk makam

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam (HR. Bukhari).

 Kemudian ditaburi dengan batu kerikil sebagai tanda sebuah makam dan diperciki air,

berdasarkan tuntunan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wassalam (dalam masalah ini

terdapat riwayat-riwayat mursal yang shahih, silakan lihat “Irwa’ul Ghalil” II/206). Lalu

diletakkan batu pada makam bagian kepalanya agar mudah dikenali.

 Haram hukumnya menyemen dan membangun kuburan. Demikian pula menulisi batu

nisan. Dan diharamkan juga duduk di atas kuburan, menginjaknya serta bersandar

padanya. Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam telah melarang dari hal

tersebut. (HR. Muslim)


 Kemudian pengiring jenazah mendoakan keteguhan bagi si mayit (dalam menjawab

pertanyaan dua malaikat yang disebut dengan fitnah kubur). Karena ketika itu ruhnya

dikembalikan dan ia ditanya di dalam kuburnya. Maka disunnahkan agar setelah selesai

menguburkannya orang-orang itu berhenti sebentar untuk mendoakan kebaikan bagi si

mayit (dan doa ini tidak dilakukan secara berjamaah, tetapi sendiri-sendiri!).

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesmpulan

Sepanjang uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwasanya manusia sebagi

makhluk yang mulia di sisi Allah SWT dan untuk menghormati kemuliannya itu perlu

mendapat perhatian khusus dalam hal penyelenggaraan jenazahnya. Dimana,

penyelengaraan jenazah seorang muslim itu hukumnya adalah fardhu kifayah. Artinya,

kewajiban ini dibebankan kepada seluruh mukallaf di tempat itu, tetapi jika telah

dilakukan oleh sebagian orang maka gugurlah kewajiban seluruh mukallaf.

Adapun 4 perkara yang menjadi kewajiban itu ialah :

1) Memandikan

2) Mengkafani

3) Menshalatkan

4) Menguburkan

Adapun hikmah yang dapat diambil dari tata cara pengurusan jenazah, antara

lain:

1) Memperoleh pahala yang besar

2) Menunjukan rasa solidaritas yang tinggi sesama muslim


3) Membantu meringankan beban keluarga jenazah dan sebagai ungkapan

belasungkawa atas musibah yang di deritanya

4) Mengingatkan dan menyadarkan manusia bahwa setiap manusia akan

mati dan masing-masing supaya mempersiapkan bekal untuk hidup

setelah mati

5) Sebagai bukti bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia,

sehingga apabila salah seorang manusia meninggal dihormati dan diurus

dengan sebaik-baiknya menurut aturan Allah SWT dan RasulNya.

3.2 Saran

Dengan adanya pembahasan tentang tata cara pengurusan jenazah ini,

pemakalah berharap kepada kita semua agar selalu ingat akan kematian dan

mempersiapkan diri untuk menyambut kematian itu. Selain itu, pemakalah juga

berharap agar pembahasan ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita semua

serta dapat mengajarkannya dengan baik ketika telah menjadi seorang guru di masa

yang akan datang


DAFTAR PUSTAKA

Abdul Karim. 2004. Petunjuk Merawat Jenazah Dan Shalat Jenazah.Jakarta: Amzah Abd. Ghoni

Asyukur. 1989. Shalat Dan Merawat Jenazah. Bandung: Sayyidah M. Rizal Qasim. 2000. Pengamalan

Fikih I. Jakarta: Tiga Serangkai Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, Sinar Baru Algensindo Bandung. 1994 Ali

Imran Sinaga, Fiqih Taharah, Ibadah, Muamalah, Cita Pustaka Media Perintis Bandung. 2011 Buku Ajar

Praktik Ibadah, Fakultas Tarbiyah IAIN SU Medan. 2012 Praktikum Ibadah, Fakultas Ushuluddin IAIN

SU Medan. 2012

Anda mungkin juga menyukai