Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH AGAMA ISLAM

ADAB TERHADAP JENAZAH: TATA CARA MENGAFANI

Dosen pengampu:

H. Sahwan,MM

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 4

1. Eliza Wida Sasmita (037STYC22)


2. Elma Dhea Irwani (038STYC22)
3. Elsa Hartisia (039SYC22)
4. Elya Yuniar Zuswindah (040STYC22)
5. Emi Santri (041STYC22)
6. Erni Widayanti (042STYC22)
7. Esti Asmawati (043STYC22)
8. Eva Yuniani (044STYC22)
9. Evi Dwi Jayanti (045STYC22)
10. Evi Tamala (046STYC22)
11. Ewik Ladi Pratiwi (047STYC22)

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

2022

1
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya serta berbagai upaya, tugas makalah mata kuliah Agama Islam yang membahas
tentang “Adab terhadap jenazah: Tata cara mengafani” dapat diselesaikan tepat waktu.

Dalam membuat makalah ini, kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
karena masih memiliki banyak kekurangan, baik dalam hal isi maupun sistematika dan Teknik
penulisannya. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun
demi kesempurnaan makalah ini. Dan semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi
penulis dan pembaca. Amiiin.

Mataram, 03 desember 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………………………………………2
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………………………………………….3
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………………………………………………….4
A. LATAR BELAKANG…………………………………………………………………………………………………………….4
B. RUMUSAN MASALAH……………………………………………………………………………………………………….5
C. TUJUAN……………………………………………………………………………………………………………………………5

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………………………………………………..6

1.1.DEFINISI MENGAFANI JENAZAH……………………………………………………………………………………….6


1.2.HUKUM MENGAFANI JENAZAH………………………………………………………………………………………..6
1.3.HAL-HAL YANG DIANJURKAN SAAT MENGAFANI JENAZAH……………………………………………….7
1.4. TATA CARA MNGAFANI JENAZAH…………………………………………………………………………………….7

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………………………………………………….9

A. KESIMPULAN……………………………………………………………………………………………………………………9
B. SARAN……………………………………………………………………………………………………………………………..9

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………………………………………10

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Hal yang menyebabkan Mengkafani Jenazah menjadi bidang kajian Agama yang penting tidak
lain karena Perawatan jenazah adalah pengurusan jenazah seorangmuslim/muslimat dengan cara
memandikan, mengkafani, menyalatkan dan menguburannya. Hukum melaksanakan pengurusan
jenazah seorang muslim/muslimat dengan cara-cara tersebut adalah fardu kifayah bagi orang-
orangislam yang masih hidup. Artinya, berdosa jika tidak ada seorangpun yangmengerjakannya.
Karena itu setiap muslim/muslimat hendaknya mempelajari sertamemahami tata cara pengurusan
jenazah dengan sebaik-baiknyaMengkafani jenazah perlu dilakukan karena memiliki hukum yang
sama dengan memandikannya, yakni fardhu kifayah, wajib dikerjakan, tetapi bila sudah ada muslim
lain yang menunaikannya, berarti kewajiban menjadi gugur.Dilansir dari Elbalad, Syekh Ali Jum'ah
menyebut tujuan ditutupnya jenazah dengan kain kafan saat dikuburkan adalah untuk menghormati
orang yang meninggal. Penghormatan bagi jenazah agar auratnya tidak dilihat orang-orang.

Istilah mayyit terkadang terasa tumpang tindih dalam penggunaannya. Namun lazimnya istilah
mayyit diperuntukkan bagi orang mati yang belum mendapatkan perawatan semestinya (Subkhi,
2018) Dalam syariat islam terdapat beberapa perilaku yang diperlakukan terhadap mayyit, yang
disebut dengan tajhizul janazah. Tajhizul janazah artinya merawat seseorang yang telah meninggal.
Apabila sudah tampak tanda- tanda seseorang menghadapi kematian seperti kedua telapak kakinya
suda melemas dan kedua pelipisnya mulai mencekung, maka kita dianjurkan untuk
memperlakukannya dengan sebaik mungkin, seperti menidurkannya pada sisi lambung bagian
kanan, dituntun membaca kalimat tauhid dan dibacakan surat yasin dan ar-ro’dhu, menegukkan air
dan lain sebagainya.

4
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dari mengafani jenazah?
2. Apa hukum mengafani jenazah?
3. Hal-hal apa saja yang dianjurkan saat mengafani jenazah?
4. Bagaimana tata cara mengafani jenazah?
C. TUJUAN
1. Dapat mengetahui definisi dari mengafani jenazah
2. Dapat mengetahui hukum mengafani jenazah
3. Dapat mengetahui hal-hal apa saja yangdianjurkan saat mengafani jenazah
4. Dapat mengetahui tata cara mengafani jenazah

5
BAB II

PEMBAHASAN

1.1 DEFINISI MENGAFANI JENAZAH

Mengkafani jenazah adalah menutupi atau membungkus jenazah dengan sesuatu yang dapat
menutupi tubuhnya walau hanya sehelai kain. Hukum mengkafani jenazah muslim dan bukan mati
syahid adalah fardhu kifayah. Kafan diambilkan dari harta si mayat sendiri jika ia meninggalkan
harta, kalau ia tidak meninggalkan harta, maka kafannya wajib atas orang yang wajib memberi
belanjananya ketika ia hidup. Kalau yang wajib memberi belanja itu tidak pula mampu, hendaklah
diambilkan dari baitul mal, dan diatur menurut hukum agama islam. Jika baitul mal tidak ada atau
tidak teratur, maka wajib atas orang muslim yang mampu. Demikian pula belanja lain- lain yang
bersangkutan dengan keperluan mayat.

Istilah mayyit terkadang terasa tumpang tindih dalam penggunaannya. Namun lazimnya istilah
mayyit diperuntukkan bagi orang mati yang belum mendapatkan perawatan semestinya (Subkhi,
2018) Dalam syariat islam terdapat beberapa perilaku yang diperlakukan terhadap mayyit, yang
disebut dengan tajhizul janazah. Tajhizul janazah artinya merawat seseorang yang telah meninggal.
Apabila sudah tampak tanda- tanda seseorang menghadapi kematian seperti kedua telapak kakinya
suda melemas dan kedua pelipisnya mulai mencekung, maka kita dianjurkan untuk
memperlakukannya dengan sebaik mungkin, seperti menidurkannya pada sisi lambung bagian
kanan, dituntun membaca kalimat tauhid dan dibacakan surat yasin dan ar-ro’dhu, menegukkan air
dan lain sebagainya.

1.2 HUKUM MENGAFANI JENAZAH

Menurut ijmak ulama, mengafani jenazah hukumnya fardhu kifayah dan didahulukan daripada
hutang dan wasiat. Jika kondisi si mayit kaya maka dikafankan dengan menggunakan hartanya. Jika
kondisinya tidak seperti itu maka kafanya ditanggung oleh orang yang wajib menafkahinya, kecuali
suami karena ia tidak wajib mengafani istrinya.

Imam Ibnu Hazm berkata, “Biaya kafan mayit Wanita dan penggalian kuburnya diambilkan dari
hartanya sendiri, tidak ditanggung suaminya. Karena Allah hanya mewajibkan nafkah, pakaian, dan
tempat tinggal atas suami. Menurut Bahasa yang difirmankan Allah kepada kita, kafan tidak
termasuk dalam kategori pakaian dan kuburan tidak termasuk dalam kategori tempat tinggal.”

1.3 HAL-HAL YANG DIANJURKAN SAAT MENGAFANI JENAZAH

1. Berwarna putih
Ibnu Abbas RadiallahhuanHu menceritakan bahwa Rasulullah SAW bersabda:
َ َ‫ْالبَسُوا ِم ْن ثِيَابِ ُك ُم ْالبَي‬
‫اض فَِإنَّهَا خَ ْي ُر ثِيَابِ ُك ْم َو َكفِّنُوا فِيهَا َموْ تَا ُك ْم‬
“Pakailah pakaian putih karena pakaian seperti itu adalah sebaik-baik pakaian kalian dan
kafanilah mayit dengan kain putih pula”. (HR. Abu Daud no. 4061, Ibnu Majah no. 3566 dan An
Nasai no. 5325).

6
2. Mengoleskan minyak wangi tiga kali
Hal ini berdasarkan sabda Nabi SAW:

‫ِإ َذا َج َّمرْ تُ ُم ْال َميِّتَ فَ َج ِّمرُوْ هُ ثَالَثًا‬


“Jika kalian mengoleskan minyak wangi kepada mayit maka oleskanlah sebanyak tiga kali.” (HR
Ahmad no. 14580, dishahihkan Al Albani dalam Ahkamul Janaiz no. 84).

3. Memperbagus pengafanan
Ini berdasarkan sabda Nabi SAW:
ُ‫ا َكفَّنَ َأ َح ُد ُك ْم َأخَاهُ فَ ْلي َُحس ِّْن َكفَنَه‬
“Jika salah seorang dari kalian dipercaya mengurusi kafan saudaranya, hendaklah ia
memperbagusnya.” (HR. Ibnu Majah. Shahih Ibni Majah,1211).

4. Tiga lapisan kain


Aisyah menuturkan:

ٌ‫ْس فِي ِه َّن قَ ِميصٌ َوالَ ِع َما َمة‬ ٍ ‫يض َسحُولِيَّ ٍة ِم ْن ُكرْ س‬
َ ‫ لَي‬،‫ُف‬ ٍ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ُكفِّنَ فِي ثَالَثَ ِة َأ ْث َوا‬
ٍ ِ‫ب يَ َمانِيَ ٍة ب‬ َ ‫َأ َّن َرس‬
َ ِ ‫ُول هَّللا‬
“Sesungguhnya Rasulullah SAW Ketika wafat jasadnya dikafani dengan tiga helai kain yang
sangat putih terbuat dari katun dari negri Yaman dan tidak dikenakan padanya baju dan serban
(tutup kepala).” (HR. Bukhari).

5. Jika memungkinkan kain kafanya adalah kain hibrah


Hal ini berdasarkan sabda Nabi SAW:
ٍ ْ‫َذا تُ ُوفِّ َي َأ َح ُد ُك ْم فَ َو َج َد َش ْيًئا فَ ْليُ َكفَّ ْن فِي ثَو‬
‫ب ِحبَ َر ٍة‬
“Apabila salah seorang diantara kalian meninggaldalam keadaan mempunyai sesuatu (harta)
hendaknya ia dikafani dengan hibrah.” (HR.Abu Dawud).

1.4 TATA CARA MENGAFANI JENAZAH


1. Cara mengafani jenazah laki-laki:
o Dihamparkan sehelai-sehelai dan ditaburkan diatas tiap-tiap lapis itu harum-haruman
seperti kapur barus dan sebagainya.
o Lantas mayat diletakkan diatasnya sesudah diberi kapur barus dan sebagainya. Kedua
tangannya diletakkan diatas dadanya, tangan kanan diatas tangan kiri, atau kedua
tangan itu diluruskan menurut lambungnya (rusuknya).
o Tutuplah lubang-lubang (hidung, telinga, mulut, kubul dan dubur) yang mungkin masih
mengeluarkan kotoran dengan kapas.
o Selimutkan kain kafan sebelah kanan paling atas, kemudian ujung lembar sebelah kiri.
Selanjutnya, lakukan seperti ini selembar demi selmbar dengan cara yang lembut.
o Ikatlah dengan tali yang sudah disiapkan sebelumnya di bawah kain kafan tiga atau lima
ikatan.

2. Cara mengafani jenazah perempuan:

7
o a)Susunlah kain kafan yang sudah dipotong-potong untuk masing-masing bagian dengan
tertib.
o B) Angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan diatas kain
kafan sejajar, serta taaburi dengan wangi-wangian atau kapur barus.
o C) Tutuplah lubang-lubang yang mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan kapas.
o D)Tutupkan kain pembungkus pada kedua pahanya.
o E) Pakaikan sarung.
o F) Pakaikan baju kurung.
o G) Dandani rambutnya dengan tiga dandanan, lalu julurkan kebelakang.
o H) Pakaikan kerudung.
 Membungkus dengan lembar kain terakhir dengan cara menemukan
kedua ujung kain kiri dan kanan lalu digulungkan kedalam.
o J) Ikat dengan tali pengikat yang telah disiapkan (Kemenag, 2014:40).
o Kain kafan yang di gunakan hendaknya kain yang baik maksudnya baik sifatnya dan
o baik cara memakainya, serta terbuat dari bahan yang baik. Sifat-sifatnya telah
diterangkan, yaitu kain yang putih, begitu pula cara memakaikannya dengan baik.
Adapun baik yang tersangkut dengan dasar kain ialah, jangan sampai berlebih-lebihan
memilih dasar kain yang mahal-mahal harganya. Sabda rasulullah saw:
‫ رواه ٔابوداود‬.‫ التغالوافى الكفن فانھ یسلب سریعا‬:‫عن على بن ابى طالب قال رسول هللا صلى الھھ علیھ وسلم‬

Dari ‘ali bin abi thalib: “Berkata Rasulullah saw: Janganlah kamu berlebih-lebihan
memilih kain yang mahal-mahal untu kafan, karena sesungguhnya kafan itu akan
hancur dengan seegera.(Sulaiman,1987:180).

8
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Mengkafani jenazah artinya menutupi atau membungkus jenazah dengan


sesuatu yang dapat menutup tubuhnya walau hanya sehelai kain dan Mengkafani
mayat juga ,berarti membungkus mayat dengan selembar kain atau lebih yang
biasanya berwarna putih, setelah mayat selesai dimandikan dan sebelum
dishalatkan serta dikubur. Hukum mengkafani jenazah atau mayat juga fardlu
kifayah.Hikmah yang dapat diambil dari tata cara pengurusan jenazah, antara lain:
Memperoleh pahala yang besar. Menunjukkan rasa solidaritas yang tinggi diantara
sesama manusia. Membantu meringankan beban keluarga jenazah dan sebagai
ungkapan belasungkawa atas musibah yang dideritanya.

B. SARAN

Dengan adanya pembahasan tentang mengkafani jenazah ini, pemakalah


berharap kepada kita semua agar selalu ingat akan kematian dan mempersiapkan
diri untuk menyambut kematian itu. Selain itu, pemakalah juga berharap agar
pembahasan ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita semua serta
dapat mengajarkannya dengan baik ketika telah menjadi seorang guru di masa yang
akan datang.

9
DAFTAR PUSTAKA

Bahrul Ulum,2022. TATA CARA PERAWATAN JENAZAH (TAJHIZUL JENAZAH).Jurnal


Hukum Ekonomi Syariah

Kristina, 2021. Berapa Lapis Kain untuk Jenazah Perempuan? Ini Jumlah dan Cara
Mengkafaninya detikNews

Rio Saputra, 2018. Makalah mengkafani jenazah Bolo: id.scribd.com

Sa'ad Yusuf, 2011. Buku pintar mengurus jenazah. Kartasura: PT Aqwam Media
profetika.

Siti Aliyah, 2021. Belajar Mengkafani jenazah materi praktik penyelenggaraan


jenazah. Cepiring, Jawa tengah: jurnal.unw.ac.id

10
11

Anda mungkin juga menyukai