Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH FARMAKOLOGI

DOSIS DAN PERHITUNGAN DOSIS


Dosen Pengampu: Apt. Recta Olivia Umboro., M.Farm

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 8:
1. Elsa Hartisia (039STYC22)
2. Ayuwinarti(018STYC22)
3. Fathul Azmi Muzakkar(049STYC22)
4. Desatul Hasana(028STYC22)
5. Hairunnisa(059STYC22)
6. Alisa Dwi Pratista(008STYC22)

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
2023
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWt. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah
SAW. Berkat limpahan dan Rahmat-Nya penyusun mampu menyelesaikan tugas makalah ini
guna memenuhi tugas mata kuliah Farmakologi.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi.
Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat
bantuan dan support dari anggota kelompok, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi
teratasi.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang kaitan Farmakologi yang
kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi, refrensi, dan berita.
Makalah ini disusun oleh penyusun dengan berbagai rintangan , baik yang diri penyusun maupun
yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah
akhirnya makalah ini dapat terselesaikan tepat waktu.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan
pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa STIKES Yarsi Mataram. Penulis sadar
bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna.

Mataram, 24 Maret 2023


Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………..
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………….
BAB I PENDAUHULUAN………………………………………………………………………..
A. Latar belakang…………………………………………………………………………….
B. Rumusan masalah.………………………………………………………………………...
C. Tujuan……………………………………………………………………………………...
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………………..
A. Definisi dosis……………………………………………………………………………….
B. Macam-macam dosis……………………………………………………………………..
C. Macam-macam rute pemberian obat…………………………………………………….
D. Faktor yang mempengaruhi dosis
………………………………………………………..
E. Perhitungan dosis………………………………………………………………………….
BAB III PENUTUP………………………………………………………………………………..
A. Kesimpulan ………………………………………………………………………………..
B. Saran……………………………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………..
BAB I
PEMBAHASAN
A. Latar belakang
Dosis obat adalah obat yang diberikan pada penderita dalam satuan berat
(gram,milligram,mikrogram) atau satuan isi (milliliter,liter) atau unit-unit lainnya (unit
internasional). Kecuali bila dinyatakan lain maka yang dimaksud dengan dosis obat
adalah sejumlah obat yang memberikan efek terapuetik pada penderita dewasa juga
disebut dosis lazim atau dosis medicinalis atau dosis terapuetik (Nanizar, 2001:46).
Peran perawat dalam pemberian obat dan pengobatan telah berkembang dengan
cepat dan luas seiring dengan perkembangan pelayanan kesehatan. Perawat diharapkan
terampil dan tepat saat melakukan pemberian obat. Tugas perawat tidak sekedar
memberikan pil untuk diminum atau injeksi obat melalui pembuluh darah, namun juga
mengobservasi respon klien terhadap pemberian obat tersebut. Oleh karena itu,
pengetahuan tentang manfaat dan efek samping obat sangat penting untuk dimiliki
perawat.
Perawat memiliki peran yang utama dalam meningkatkan dan mempertahankan
dengan mendorong klien untuk proaktif jika membutuhkan pengobatan. Dengan
demikian, perawat membantu klien membangun pengertian yang benar dan jelas tentang
pengobatan, mengkonsultasikan setiap obat yang dipesankan, dan turut bertanggung
jawab dalam pengambilan keputusan tentang pengobatan bersama tenaga kesehatan
lainnya.

B. Rumusan masalah
1. Apa definisi dosis?
2. Apa saja macam-macam dosis?
3. Apa saja Macam-macam rute pemberian obat
4. Factor-faktor apa saja yang mempengaruhi dosis?
5. Bagaimana cara menghitung dosis?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dosis
2. Untuk mengetahui macam-macam dosis
3. Untuk mengetahui macam macam rute pemberian obat
4. Untuk mengetahui factor-faktor apa saja yang mempengaruhi dosis
5. Untuk mengetahui bagaimana cara menghitung dosis
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi dosis
Menurut Farmakope Indonesia edisi III (1979) pengertian dosis kecuali dinyatakan
lain adalah dosis maksimum dewasa untuk pemakaian lewat mulut, injeksi, sub kutis dan
rektal. Dosis obat yang harus diberikan kepada pasien untuk menghasilkan efek yang
diharapkan tergantung banyak faktor, antara lain umur, berat badan, luas permukaan
tubuh, jenis kelamin, kondisi penyakit, dan kondisi daya tahan tubuh pasien. Obat-obat
tertentu memerlukan dosis permulaan (initial dose) atau dosis awal (loading dose) yang
lebih tinggi dari dosis pemeliharaan (maintenance dose). Dengan memberikan dosis
permulaan yang lebih tinggi dari dosis pemeliharaan, kadar obat dalam darah yang
diharapkan dapat tercapai lebih awal.
Definisi dosis (takaran) suatu obat ialah banyaknya suatu obat yang dapat
dipergunakan atau diberikan kepada seorang penderita baik untuk dipakai sebagai obat
dalam maupun luar ( Anonim, 2003 ).
Kecuali bila dinyatakan lain maka yang dimaksud dengan dosis obat ialah sejumlah
obat yang memberikan efek terapeutik pada penderita dewasa; juga disebut dosis lazim
atau dosis medicinalis atau dosis terapeutik terutama obat yang tergolong racun ada
kemungkinan terjadi keracunan, dinyatakan sebagai dosis toxica. Dosis toksik ini dapat
sampai mengakibatkan kematian, disebut sebagai dosis letalis (Joenoes, 2004).

B. Macam-macam dosis
1. Dosis terapi adalah dosis yang diberikan dalam keadaan biasa dan dapat
menyembuhkan si sakit.
2. Dosis maksimum adalah dosis yang terbesar yangdapat diberikan kepada orang
dewasa untuk pemakaian sekali dan sehari tanpa membahayakan. (Anonim, 2003).
3. Dosis minimum, takaran obat terkecil yang diberikan yang masih dapat
menyembuhkan dan tidak menimbulkan resistensi pada penderita.
4. Dosis toksik, takaran obat dalam keadaan biasa yang dapat menyebabkan
keracunan pada penderita.
5. Dosis letal, takaran obat dalam keadaan biasa yang dapat menyebabkan kematian
pada penderita. Dosis letal terdiri dari L.D 50 dan L.D 100. L.D 50 yaitu takaran yang
menyebabkan kematian pada 50% hewan uji. Sedangkan L.D 100 adalah takaran
yang menyebabkan kematian pada 100% hewan uji
Dosis obat yang diberikan kepada penderita dipengaruhi oleh beberapa faktor: faktor
obat, cara pemberian obat tersebut dan penderita. Terutama faktor penderita seringkali
kompleks sekali, karena perbedaan individual terhadap respon obat tidak selalu
diprakirakan (Joenoes, 2004).

C. Macam-macam rute pemberian obat


Pemberian obat dapat dilakukan melalui beberapa rute. Secara garis besar dikenal
beberapa rute pemberian obat yaitu :
a. Oral
Beberapa bentuk sediaan obat dapat diberikan melalui rute oral, meliputi sediaan
obat yang berbentuk tablet, kaplet, kapsul, puyer, maupun sirup. Obat yang diberikan
melalui jalur ini akan diabsorbsi oleh mukosa sistem gastrointestinal. Tingkat
absorbsi obat dipengaruhi oleh sifat lipofilik molekul, pH dan besarnya partikel
senyawa obat. Senyawa obat yang bersifat lipofilik mempunyai kemampuan untuk
menembus membran sel lebih baik. Senyawa obat yang bersifat basa lemah akan
bersifat lipofilik pada lingkungan yang mempunyai tingkat keasaman tinggi (pH
rendah). Dengan kata lain senyawa obat yang bersifat asam lemah lebih mudah
diabsorbsi di lambung yang mempunyai lingkungan dengan tingkat keasaman tinggi
(pH = 2-3). Senyawa obat yang bersifat basa lemah akan bersifat lipofilik apabila
berada pada lingkungan basa. Oleh karena itu senyawa obat yang merupakan basa
lemah lebih mudah melewati mukosa intestinum yang lingkungannya mempunyai pH
lebih tinggi dibandingkan lambung. Obat dengan ukuran partikel lebih kecil akan
diabsorbsi lebih baik dibandingkan obat dengan ukuran partikel yang lebih besar.
Setelah absorbsi obat terjadi di mukosa gastrointestinal, senyawa aktif obat yang
memasuki sirkulasi enterohepatik. Melalui sirkulasi enterohepatik senyawa obat
memasuki sistem portal hepatik dan sebagian akan dimetabolisme di hepar. Proses
metabolisme obat di hepar sebelum senyawa obat mencapai target organnya di sebut
sebagai “hepatic first pass”. Hal ini merupakan proses eliminasi senyawa aktif
sebelum obat dapat berfungsi pada targetnya. Oleh karena itu obat obat yang
mengalami metabolisme sempurna di hepar sebaiknya tidak diberaikan melalui rute
oral (enteral). Salah satu contoh obat yang dimetabolisme sempurna di hepar adalah
Nitrogliserin (Isosorbid dinitrat).
Jenis-jenis obat oral
- Pil, merupakan jenis obat yang telah dilakukan pencampuran dengan bahan
koefisien dalam bentuk lonjong, bulat.
- Tablet, adalah obat yang dicampur dengan bahan pengikat, kemudian dicetak dan
dipres menjadi bentuk tablet.
- Kapsul, bentuk sediaan padat jenis obat oral ini dibungkus dalam cangkang keras
atau lunak, biasanya terbuat dari gelatin, yang terurai dari saluran pencernaan.
- Spansul, adalah kapsul yang melepaskan obat pada tingkat yang stabil selama
beberapa jam
- Butiran/bubuk, butiran dicampur kedalam air/sedikit makanan lunak seperti
yougurt, sementara bubuk sering kali sudah diukur sebelumnya dalam kemasan
dan dirancang untuk dilarutkan kedalam air
- Sirup, adalah jenis obat cair yang dikonsumsi dengan cara diminum
Rumus obat oral:
Permintaan/ milik x sediaan = jumlah
Atau: P/M x S = J
Ket: P =permintaan, adalah permintaan dokter
M= milik, adalah kekuatan obat
S = sediaan adalah bentuk sediaan obat
J= jumlah, adalah berapa banyak dari persediaan yang diberikan

b. Parenteral
Secara parenteral obat dapat diberikan melalui beberapa jalur yaitu :
- Injeksi subkutan
- Injeksi intramuskular
- Injeksi intravena
Rute ini memungkinkan obat mencapai target organnya lebih cepat. Selain itu
tingkat ketersediaan senyawa aktif dalam sirkulasi darah lebih tinggi bila
dibandingkan
dengan obat yang diberikan secara enteral. Hal ini karena obat yang diberikan secara
parenteral tidak mengalami “first hepatic pass”. Sifat ini memberikan keuntungan dari
aspek kecepatan terjadinya efek terapi obat. Dari aspek dosis, maka obat yang
diberikan secara parenteral dosis yang dibutuhkan lebih rendah bila dibandingkan
dengan dosis obat yang diberikan secara oral.
c. Topikal/lokal
Beberapa jalur pemberian obat yang termasuk rute topikal adalah :
- Transdermal, bentuk sediaan obat yang dapat diaplikasikan secara transdermal
meliputi cream, ointment, gel, lotion dan patch.
- Sublingual, beberapa jenis obat diberikan secara sublingual untuk
menghindari“first hepatic pass”. Contoh : Isosorbid dinitrat.
- Intra occular, obat tetes mata
- Intra auricular, obat tetes telinga
- Intranasal, obat tetes hidung
- Per-rectal, sediaan suppositoria diaplikasikan secara topikal melalui rectum.
- Per-vaginal, sediaan ovula diaplikasikan secara topikal melalui vagina.
- Per-inhalasi, sediaan inhaler diaplikasikan secara topikal untuk mencapai target
obat di saluran
d. Rute lain
Beberapa obat diberikan melalui rute khusus, diantaranya melalui :
- Injeksi intra artikular, pemberian obat dengan cara ini dimaksudkan untuk
mendapatkan konsentrasi obat yang tinggi pada daerah persendian.
- Injeksi intrathecal, obat diinjeksikan pada level lumbal ke-5 agar dapat mencapai
sistem saraf pusat melalui likuor serebrospinalis. Pemberian obat dengan jalur ini
bertujuan untuk menghindarai sawar darah otak (blood brain barier) yang menjadi
barier absorbsi obat-obat tertentu.
- Injeksi epidural, rute epidural biasanya dimanfaatkan pada spinal anestesi. Pada
rute ini obat tidak masuk ke dalam likuor serebrospinalis, tetapi terkonsentrasi
dilapisan duramater, sehingga obat tidak mencapai saraf pusat.
D. Factor yang mempengaruhi dosis
Faktor – faktor yang mempengaruhi dosis obat antara sebagai berikut :
1. Umur
Umur pasien merupakan suatu pertimbangan untuk menentukan dosis obat. Dosis
obat memiliki kekhususan dalam perawatan neonatal (kelahiran baru), pasien
pedriatik dan geriatik.
Dosis yang diperuntukan bagi pediatrik merupakan pecahan dari dosis orang
dewasa. Tergantung pada umur pasien dan secara relative terhadap pasien yang lebih
muda. Pada orang yang berusia di atas 65 tahun lazimnya lebih peka terhadap obat
dan efek sampingnya, karena adanya perubahan-perubahan fisiologis, oleh karena itu
bagi lansia dianjurkan menggunakan dosis yang lebih rendah yakni : 65-74 thn : dosis
biasa-10%, 75-84 thn : dosis biasa-20%, dan 85 thn lebih : dosis biasa-30%.
2. Berat Badan
Dosis lazim secara umum dianggap cocok untuk orang dengan berat badan 70 kg
(150 pound). Rasio antara jumlah obat yang digunakan dan ukuran tubuh
mempengaruhi konsentarsi obat pada tempat kerjanya. Untuk itu dosis obat
memerlukan penyesuaian dari dosis biasa untuk orang dewasa ke dosis yang tidak
lazim, pasien kurus atau gemuk, penentuan dosis obat untuk pasien yang lebih muda,
berdasarkan berat badan lebih tepat diandalkan dari pada yang mendasarkan kepada
umur sepenuhnya.Dosis obat berdasarkan kepada berat badan, dinyatakan dalam
milligram (obat) perkilogram (berat badan).
3. Luas Permukaan Tubuh
Formula yang digunakan adalah formula Haycock yang digunakan untuk
menghitung permukaan badan pada anak-anak, termasuk neonatus dan bayi prematur
Luas permukaan perseorangan bisa ditentukan dari suatu monogram yang membuat
skala tinggi, lebar, dan luas permukaan.
4. Jenis Kelamin
Wanita dipandang lebih mudah terkena efek obat-obatan dari pada laki-laki, dan
dalam beberapa hal perbedaan ini dianggap cukup memerlukan pengurangan dosis.
5. Status Patologi
Efek obat-obatan tertentu dapat dimodifikasikan oleh kondidi patologi pasien dan
harus dipertimbangkan dalam penentuan obat yang akan digunakan dan juga dosisnya
yang tepat. Obat-obat yang memiliki potensi berbahaya tinggi pada suatu situasi
terapentik tertentu hanya boleh dipakai apabila kemungkinan manfaatnya melebihi
kemungkinan resikonya terhadap pasien, dan bila sudah tidak ada lainnya yang cocok
dan kemungkinan keracunannya lebih rendah.

E. Perhitungan dosis
Rumus dasar yang mudah diingat dan lebih sering digunakan dalam perhitungan dosis
obat adalah :

(D x V) / H= A

Keterangan: D = Dosis diinginkan (dosis diperintahkan dokter)


H = dosis ditangan (dosis pada label tempat obat)
V = bentuk obat yang tersedia (tablet, kapsul, cair)

A = jumlah hasil hitungan yang diberikan kepada pasien

1. Berdasarkan umur
a. Rumus young (untuk anak <8 tahun)
DM anak<8th = n/n+12 X Dosis Maksium dewasa
n: umur dalam tahun
b. Rumus dilling (untuk anak besar = 8 tahun)
DM anak >8th =n/20 X Dosis Maksimum dewasa
n: umur dalam tahun
c. Rumus fried (untuk bayi)
DM bay(bulan)= n/150 X Dosis Maksimum dewasa
n: umur dalam bulan

2. Dosis obat berdasarkan berat badan


Ada 4 langkah dalam menghitung dosis obat berdasarkan berat badan, yaitu:
a. Konversikan berat badan pasien menjadi kg
BB(kg) X dosis harian mg/kg/hari= DM mg/hari
b. Hitung dosis dalam mg/kg
c. Bandingkan dosis yang diperintahkan dengan dosis yang direkomendasikan,
lalu hitung berapa dosis yang aman untuk pasien
DM mg/hari : Frekuensi meminum obat berapa kali per hari
d. Hitung dosis dalam yang akan diberikan pada pasien dalam bentuk ml atau mg
Dosis yang dibutuhkan/Dosis sediaan obat X sediaan obat dalam bentuk ml
atau mg

3. Dosis obat berdasarkan luas permukaan tubuh


Cara menghitung luas permukaan tubuh bisa menggunakan rumus:

Luas permukaan (m2) = (Tinggi X Berat) ½ /60


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dosis obat adalah obat yang diberikan pada penderita dalam satuan berat
(gram,milligram,mikrogram) atau satuan isi (milliliter,liter) atau unit-unit lainnya (unit
internasional). Kecuali bila dinyatakan lain maka yang dimaksud dengan dosis obat
adalah sejumlah obat yang memberikan efek terapuetik pada penderita dewasa juga
disebut dosis lazim atau dosis medicinalis atau dosis terapuetik.
Dosis obat yang harus diberikan kepada pasien untuk menghasilkan efek yang
diinginkan tergantung dari banyak faktor, antara lain usia, bobot badan, luas permukaan
tubuh, kelamin, beratnya penyakit dan daya tangkis penderita.
DAFTAR PUSTAKA

Ardhitantri, F. (2008). IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS POTENSIAL KATEGORI


DOSIS PADA PASIEN DI INSTALASI RAWAT JALAN BAGIAN ANAK RUMAH SAKIT ISLAM
SURAKARTA PERIODE JANUARI-JUNI 2007 (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Surakarta).

Mawaddah,U. dan F. Muchtar. 2018. SISTEM PENDIDIKAN KEPUTUSAN UNTUK


MENENTUKAN DOSIS OBAT PADA ANAK MENGGUNAKAN METODE FORWARD
CHAINING (Studi Kasus Di Klinik Dokter Umum Karanggayam-Srengat). Jurnal Ilmiah dan
Teknik Informatika 12 (1).

Pahriyani, A. (2021). COMPOUNDING AND DISPENSING. UNIVERSITAS


MUHAMADIYAH PROF. DR. HAMKA.

Anda mungkin juga menyukai