Farmakologi Kelompok 8
Farmakologi Kelompok 8
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 8:
1. Elsa Hartisia (039STYC22)
2. Ayuwinarti(018STYC22)
3. Fathul Azmi Muzakkar(049STYC22)
4. Desatul Hasana(028STYC22)
5. Hairunnisa(059STYC22)
6. Alisa Dwi Pratista(008STYC22)
B. Rumusan masalah
1. Apa definisi dosis?
2. Apa saja macam-macam dosis?
3. Apa saja Macam-macam rute pemberian obat
4. Factor-faktor apa saja yang mempengaruhi dosis?
5. Bagaimana cara menghitung dosis?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dosis
2. Untuk mengetahui macam-macam dosis
3. Untuk mengetahui macam macam rute pemberian obat
4. Untuk mengetahui factor-faktor apa saja yang mempengaruhi dosis
5. Untuk mengetahui bagaimana cara menghitung dosis
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi dosis
Menurut Farmakope Indonesia edisi III (1979) pengertian dosis kecuali dinyatakan
lain adalah dosis maksimum dewasa untuk pemakaian lewat mulut, injeksi, sub kutis dan
rektal. Dosis obat yang harus diberikan kepada pasien untuk menghasilkan efek yang
diharapkan tergantung banyak faktor, antara lain umur, berat badan, luas permukaan
tubuh, jenis kelamin, kondisi penyakit, dan kondisi daya tahan tubuh pasien. Obat-obat
tertentu memerlukan dosis permulaan (initial dose) atau dosis awal (loading dose) yang
lebih tinggi dari dosis pemeliharaan (maintenance dose). Dengan memberikan dosis
permulaan yang lebih tinggi dari dosis pemeliharaan, kadar obat dalam darah yang
diharapkan dapat tercapai lebih awal.
Definisi dosis (takaran) suatu obat ialah banyaknya suatu obat yang dapat
dipergunakan atau diberikan kepada seorang penderita baik untuk dipakai sebagai obat
dalam maupun luar ( Anonim, 2003 ).
Kecuali bila dinyatakan lain maka yang dimaksud dengan dosis obat ialah sejumlah
obat yang memberikan efek terapeutik pada penderita dewasa; juga disebut dosis lazim
atau dosis medicinalis atau dosis terapeutik terutama obat yang tergolong racun ada
kemungkinan terjadi keracunan, dinyatakan sebagai dosis toxica. Dosis toksik ini dapat
sampai mengakibatkan kematian, disebut sebagai dosis letalis (Joenoes, 2004).
B. Macam-macam dosis
1. Dosis terapi adalah dosis yang diberikan dalam keadaan biasa dan dapat
menyembuhkan si sakit.
2. Dosis maksimum adalah dosis yang terbesar yangdapat diberikan kepada orang
dewasa untuk pemakaian sekali dan sehari tanpa membahayakan. (Anonim, 2003).
3. Dosis minimum, takaran obat terkecil yang diberikan yang masih dapat
menyembuhkan dan tidak menimbulkan resistensi pada penderita.
4. Dosis toksik, takaran obat dalam keadaan biasa yang dapat menyebabkan
keracunan pada penderita.
5. Dosis letal, takaran obat dalam keadaan biasa yang dapat menyebabkan kematian
pada penderita. Dosis letal terdiri dari L.D 50 dan L.D 100. L.D 50 yaitu takaran yang
menyebabkan kematian pada 50% hewan uji. Sedangkan L.D 100 adalah takaran
yang menyebabkan kematian pada 100% hewan uji
Dosis obat yang diberikan kepada penderita dipengaruhi oleh beberapa faktor: faktor
obat, cara pemberian obat tersebut dan penderita. Terutama faktor penderita seringkali
kompleks sekali, karena perbedaan individual terhadap respon obat tidak selalu
diprakirakan (Joenoes, 2004).
b. Parenteral
Secara parenteral obat dapat diberikan melalui beberapa jalur yaitu :
- Injeksi subkutan
- Injeksi intramuskular
- Injeksi intravena
Rute ini memungkinkan obat mencapai target organnya lebih cepat. Selain itu
tingkat ketersediaan senyawa aktif dalam sirkulasi darah lebih tinggi bila
dibandingkan
dengan obat yang diberikan secara enteral. Hal ini karena obat yang diberikan secara
parenteral tidak mengalami “first hepatic pass”. Sifat ini memberikan keuntungan dari
aspek kecepatan terjadinya efek terapi obat. Dari aspek dosis, maka obat yang
diberikan secara parenteral dosis yang dibutuhkan lebih rendah bila dibandingkan
dengan dosis obat yang diberikan secara oral.
c. Topikal/lokal
Beberapa jalur pemberian obat yang termasuk rute topikal adalah :
- Transdermal, bentuk sediaan obat yang dapat diaplikasikan secara transdermal
meliputi cream, ointment, gel, lotion dan patch.
- Sublingual, beberapa jenis obat diberikan secara sublingual untuk
menghindari“first hepatic pass”. Contoh : Isosorbid dinitrat.
- Intra occular, obat tetes mata
- Intra auricular, obat tetes telinga
- Intranasal, obat tetes hidung
- Per-rectal, sediaan suppositoria diaplikasikan secara topikal melalui rectum.
- Per-vaginal, sediaan ovula diaplikasikan secara topikal melalui vagina.
- Per-inhalasi, sediaan inhaler diaplikasikan secara topikal untuk mencapai target
obat di saluran
d. Rute lain
Beberapa obat diberikan melalui rute khusus, diantaranya melalui :
- Injeksi intra artikular, pemberian obat dengan cara ini dimaksudkan untuk
mendapatkan konsentrasi obat yang tinggi pada daerah persendian.
- Injeksi intrathecal, obat diinjeksikan pada level lumbal ke-5 agar dapat mencapai
sistem saraf pusat melalui likuor serebrospinalis. Pemberian obat dengan jalur ini
bertujuan untuk menghindarai sawar darah otak (blood brain barier) yang menjadi
barier absorbsi obat-obat tertentu.
- Injeksi epidural, rute epidural biasanya dimanfaatkan pada spinal anestesi. Pada
rute ini obat tidak masuk ke dalam likuor serebrospinalis, tetapi terkonsentrasi
dilapisan duramater, sehingga obat tidak mencapai saraf pusat.
D. Factor yang mempengaruhi dosis
Faktor – faktor yang mempengaruhi dosis obat antara sebagai berikut :
1. Umur
Umur pasien merupakan suatu pertimbangan untuk menentukan dosis obat. Dosis
obat memiliki kekhususan dalam perawatan neonatal (kelahiran baru), pasien
pedriatik dan geriatik.
Dosis yang diperuntukan bagi pediatrik merupakan pecahan dari dosis orang
dewasa. Tergantung pada umur pasien dan secara relative terhadap pasien yang lebih
muda. Pada orang yang berusia di atas 65 tahun lazimnya lebih peka terhadap obat
dan efek sampingnya, karena adanya perubahan-perubahan fisiologis, oleh karena itu
bagi lansia dianjurkan menggunakan dosis yang lebih rendah yakni : 65-74 thn : dosis
biasa-10%, 75-84 thn : dosis biasa-20%, dan 85 thn lebih : dosis biasa-30%.
2. Berat Badan
Dosis lazim secara umum dianggap cocok untuk orang dengan berat badan 70 kg
(150 pound). Rasio antara jumlah obat yang digunakan dan ukuran tubuh
mempengaruhi konsentarsi obat pada tempat kerjanya. Untuk itu dosis obat
memerlukan penyesuaian dari dosis biasa untuk orang dewasa ke dosis yang tidak
lazim, pasien kurus atau gemuk, penentuan dosis obat untuk pasien yang lebih muda,
berdasarkan berat badan lebih tepat diandalkan dari pada yang mendasarkan kepada
umur sepenuhnya.Dosis obat berdasarkan kepada berat badan, dinyatakan dalam
milligram (obat) perkilogram (berat badan).
3. Luas Permukaan Tubuh
Formula yang digunakan adalah formula Haycock yang digunakan untuk
menghitung permukaan badan pada anak-anak, termasuk neonatus dan bayi prematur
Luas permukaan perseorangan bisa ditentukan dari suatu monogram yang membuat
skala tinggi, lebar, dan luas permukaan.
4. Jenis Kelamin
Wanita dipandang lebih mudah terkena efek obat-obatan dari pada laki-laki, dan
dalam beberapa hal perbedaan ini dianggap cukup memerlukan pengurangan dosis.
5. Status Patologi
Efek obat-obatan tertentu dapat dimodifikasikan oleh kondidi patologi pasien dan
harus dipertimbangkan dalam penentuan obat yang akan digunakan dan juga dosisnya
yang tepat. Obat-obat yang memiliki potensi berbahaya tinggi pada suatu situasi
terapentik tertentu hanya boleh dipakai apabila kemungkinan manfaatnya melebihi
kemungkinan resikonya terhadap pasien, dan bila sudah tidak ada lainnya yang cocok
dan kemungkinan keracunannya lebih rendah.
E. Perhitungan dosis
Rumus dasar yang mudah diingat dan lebih sering digunakan dalam perhitungan dosis
obat adalah :
(D x V) / H= A
1. Berdasarkan umur
a. Rumus young (untuk anak <8 tahun)
DM anak<8th = n/n+12 X Dosis Maksium dewasa
n: umur dalam tahun
b. Rumus dilling (untuk anak besar = 8 tahun)
DM anak >8th =n/20 X Dosis Maksimum dewasa
n: umur dalam tahun
c. Rumus fried (untuk bayi)
DM bay(bulan)= n/150 X Dosis Maksimum dewasa
n: umur dalam bulan