Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PERAWATAN JENAZAH DAN MANASIK HAJI DALAM ISLAM

Dosen Pengampu :
Nadra Ulfah

Disusun Oleh :
Murtini – 21.01.01.0088
Suparni – 21.01.01.0074
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................ 2
BAB I ....................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ................................................................................................... 3
1.1. Latar Belakang .......................................................................................... 3
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................... 3
BAB II...................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ...................................................................................................... 4
2.1. Tata Cara Memandikan Jenazah ................................................................... 4
2.1.1. Tata Cara Mengkafani Jenazah ..................................................................6
2.1.2. Tata Cara Menshalatkan Jenazah ............................................................... 7
2.1.3. Tata Cara Menguburkan Jenazah ............................................................... 8
2.2. Pengertian Manasik Haji .............................................................................. 9
2.2.1. Rukun Haji ............................................................................................... 10
2.2.2. Tujuan Manasik Haji ................................................................................ 11
2.2.3. Cara Manasik Haji………………………………………………………12
BAB III .................................................................................................................. 16
PENUTUP.............................................................................................................. 16
3.1. Kesimpulan.............................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 17

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Syariat Islam mengajarkan bahwa manusia pasti akan mati, namun tidak akan pernah diketahui
kapan kematian itu tiba. Karena manusia adalah makhluk sebaik-baik ciptaan Allah swt dan
ditempatkan pada derajat yang tinggi, Islam sangat memperhatikan dan menghormati orang-orang
yang meninggal dunia.

Orang yang meninggal dunia perlu dihormati karena orang yang meninggal adalah makhluk
Allah swt yang sangat mulia. Oleh sebab itu, menjelang menghadap ke haribaan Allah swt, orang
meninggal perlu mendapat perhatian khusus dari yang masih hidup.

Wajib bagi setiap orang hidup untuk mengetahui ajaran bagaimana menghadapi orang yang
sakaratul maut, atau jika telah meninggal. Yakni mulai dari memandikan, mengkafani,
menyalatkan, serta menguburkan jenazah tersebut berdasarkan ajaran kitabullah dan sunnah Rasul.

Kemudian Ibadah haji adalah ibadah umat Islam yang oleh pemerintah. Selain kemampuan diri
sendiri yang dibutuhkan kemampuan dari pemerintah untuk keberangkatan dan yang lainnya juga
dibutuhkan. Karena jika tanpa campur tangan pemerintah umat Islam tidak akan bisa pergi haji.

Kewajiban pemerintah telah disebutkan dalam UU no. 13 tahun 2008 tentang Ibadah haji.
Salah satu UU nya menyebutkan bahwasanya pemeritah berkewajiban memberikan pembinaan,
pelayanan, dan perlindungan bagi setiap jamaah haji semenjak dari tanah air, di Arab Saudi,
sampai kembali ke tanah air.

1.2 Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang penelitian diatas, maka peneliti merumuskan masalah
sebagai berikut :

1. Bagaimana Tata Cara Memandikan Jenazah?

3
2. Bagaimana Tata Cara Mengkafani Jenazah?
3. Bagaimana Tata Cara Menshalatkan Jenazah?
4. Bagaimana Tata Cara Menguburkan Jenazah?
5. Apa Pengertian Manasik Haji ?
6. Apa Saja Rukun Haji ?
7. Apa Tujuan Manasik Haji?
8. Bagaimana Cara Manasik Haji ?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Tata Cara Memandikan Jenazah


Sebagaimana diketahui bahwa ada empat kewajiban yang mesti dilakukan oleh orang yang
masih hidup terhadap orang yang meninggal atau mayit. Keempat kewajiban itu adalah
memandikan, mengafani, menshalati, dan mengubur. Memandikan jenazah adalah proses yang
pertama kali dilakukan dalam memulasara jenazah sebagai tindakan memuliakan dan
membersihkan tubuh si mayit. Tentunya ada aturan dan tata cara tertentu yang mesti dilakukan
dalam memandikan mayit.

Para ulama menyebutkan ada dua cara yang bisa dilakukan dalam memandikan jenazah, yakni cara
minimal dan cara sempurna : Pertama, yakni cara minimal memandikan jenazah yang sudah
memenuhi makna mandi dan cukup untuk memenuhi kewajiban terhadap jenazah.
Secara singkat Syekh Salim bin Sumair Al-Hadlrami menuturkan dalam kitabnya Safînatun Najâh
:

‫أقل الغسل تعميم بدنه بالماء‬


Artinya: “Paling sedikit memandikan mayit adalah dengan meratakan air ke seluruh anggota
badan.”

4
Sedikit lebih rinci secara teknis cara ini dijelaskan oleh Dr. Musthafa Al-Khin dalam kitab al-
Fiqhul Manhaji dengan menghilangkan najis yang ada di tubuh mayit kemudian menyiramkan air
secara merata ke tubuhnya. Bila cara ini telah dilakukan dengan benar dan baik maka mayit bisa
dikatakan telah dimandikan dan gugurlah kewajiban orang yang hidup terhadap si mayit.

Kedua, yakni cara memandikan jenazah secara sempurna sesuai dengan sunnah. Syekh Salim
menuturkan cara kedua ini dengan menjelaskan:

‫وأكمله ان يغسل سوأتيه وأن يزيل القذر من أنفه وأن يوضأه وأن يدلك بدنه بالسدر وأن يصب الماء عليه‬
‫ثالثا‬
Artinya: “Dan sempurnanya memandikan jenazah adalah membasuh kedua pantatnya,
menghilangkan kotoran dari hidungnya, mewudhukannya, menggosok badannya dengan daun
bidara, dan mengguyunya dengan air sebanyak tiga kali.”

Dr. Musthafa Al-Khin berpendapat bahwa mayit laki-laki harus dimandikan oleh orang laki-laki
dan sebaliknya jenazah perempuan harus dimandikan oleh orang perempuan. Hanya saja seorang
laki-laki boleh memandikan istrinya dan seorang perempuan boleh memandikan suaminya. Satu
hal yang juga perlu diketahui, bahwa disyariatkannya memandikan mayit adalah dalam rangka
memuliakan dan membersihkannya. Ini wajib dilakukan kepada setiap mayit Muslim kecuali
orang yang mati syahid di dalam peperangan.

Secara teknis Dr. Musthafa Al-Khin menjelaskan cara kedua penjelasan diatas sebagai berikut:

1. Jenazah diletakkan di tempat yang sepi di atas tempat yang tinggi seperti papan kayu atau
lainnya dan ditutup auratnya dengan kain. Pada masa sekarang ini di Indonesia sudah ada
alat semacan keranda untuk memandikan jenazah yang terbuat dari bahan uluminium atau
stenlis.
2. Orang yang memandikan memposisikan jenazah duduk sedikit miring ke belakang dengan
ditopang tangan kanannya, sementara tangan kirinya mengurut bagian perut jenazah
dengan penekanan agar apa yang ada di dalamnya keluar. Lalu yang memandikan
membungkus tangan kirinya dengan kain atau sarung tangan dan membasuh lubang depan
dan belakang si jenazah. Kemudian membersihkan mulut dan hidungnya lalu
mewudhukannya sebagaimana wudhunya orang hidup.

5
3. Membasuh kepala dan muka si mayit atau jenazah dengan menggunakan sabun atau
lainnya dan menyisir rambutnya bila memiliki rambut. Bila ada rambut yang tercabut maka
dikembalikan lagi ke asalnya untuk ikut dikuburkan.
4. Membasuh seluruh sisi kanan tubuh dari yang dekat dengan wajah, kemudian berpindah
membasuh sisi kiri badan juga dari yang dekat dengan wajah. Kemudian membasuh bagian
sisi kanan dari yang dekat dengan tengkuk, lalu berpindah membasuh bagian sisi kiri juga
dari yang dekat dengan tengkuk. Dengan cara itu semua orang yang memandikan
meratakan air ke seluruh tubuh si mayit. Ini baru dihitung satu kali basuhan. Disunahkan
mengulangi dua kali lagi sebagaimana basuhan tersebut sehingga sempurna tiga kali
basuhan. Disunahkan pula mencampur sedikit kapur barus di akhir basuhan bila si mayit
bukan orang yang sedang ihram. Syekh Nawawi dalam kitabnya Kâsyifatus Sajâ
menuturkan disunahkan basuhan pertama dengan daun bidara, basuhan kedua
menghilangkan daun bidara tersebut, dan basuhan ketiga dengan air bersih yang diberi
sedikit kapur barus yang sekiranya tidak sampai merubah air. Ketiga basuhan ini dianggap
sebagai satu kali basuhan dan disunahkan mengulanginya dua kali lagi seperti basuhan-
basuhan tersebut.

2.1.1. Tata Cara Mengkafani Jenazah


Setelah selesai memandikan dan mengeringkan mayit, disyariatkan mengafani mayit.
Dipersyaratkan mengafani agar bisa menutupi. Disunahkan agar bisa berwarna putih dan bersih
baik baru (itu yang afdhol) atau yang baru dicuci.Batasan/ukuran kafan yang wajib adalah kain
yang mentupi seluruh badan mayit.

Disunahkan mengafani mayit laki-laki dengan tiga lapisan kain dan mengafani mayit
perempuan dengan lima lembar kain yang terdiri dari: sarung, kerudung, dan dua lembar
pembungkus. Mayit anak kecil dikafani dengan satu lapis kain dan boleh dikafani dengan tiga lapis
kain.Sedangkan mayit anak kecil wanita dikafani dengan satu baju dan dua lapis kain.Disunahkan
mengharumkan dengan dupa yang dibakar setelah kain kafan itu diperciki dengan air mawar atau
yang lainnya agar baunya harum dan tetap lengket dengan kain kafan itu

Cara mengkafani mayit laki-laki :

6
Dengan memberi tiga lapis kain secara ditumpuk, lalu mayit itu diletakkan dengan wajib
ditutup dengan kain atau semisalnya, lalu diletakkan di atas lapis-lapis kafan dengan terlentang.
Berikutnya diberi wewangian yang diletakkan pada kapas untuk diletakkan diantara kedua
bokongmayit yang diikat dengan sepotong kain.Kemudian sisa kapas yang diberi wewangian
untuk kedua mata, kedua lubang hidung, mulut, kedua lubang telinga, dan di anggota sujudnya:
dahi, hidung kedua tangan, kedua lutut dan ujung kedua kakinya.

Demikian pula pada lipatan-lipatan tubuh: kedua ketiak,kedua lipatan belakang lutut,dan
pusar. Wewangian diberikan pada kain kafan dan kepala mayit.Ujung kain kafan lembaran yang
paling atas bagian kiri ditutupkan ke bagian kanan mayit,lalu ujung kain kafan sebelah kanan
ditutupkan ke bagian kiri badan mayit.Demikian pula lembaran kedua dan ketiga.Sisa ujung kain
kafan diatas kepala lebih banyak daripada sisa ujung kain kafan dibawah kedua kakinya.

Ujung kain kafan diatas kepala dikumpulkan dan diarahkan kewajahnya, sedangkan sisa
kain kafan bagian bawah kaki dikumpulkan dan diarahkan keatas kedua kakinya.Semua lapisan
itu diikat dengan pengikat agar tidak pudar dan terlepas didalam kubur.

Cara mengafani mayit perempuan :

Untuk mayit perempuan dikafani dengan lima lembar kain : sarung untuk menyarunginya,
dipakaikan baju, dipakaikan kerudung diatas kepalanya, lalu dibalut dengan dua lembar kain kafan.

2.1.2. Tata Cara Menshalatkan Jenazah

Shalat Jenazah merupakan salah satu praktik ibadah shalat yang dilakukan umat Muslim
jika ada Muslim lainnya yang meninggal dunia. Hukum melakukan shalat jenazah ini adalah
fardhu kifayah. Artinya jika dalam suatu wilayah tak ada seorang pun yang menyelenggarakan
shalat jenazah,maka seluruh penduduk wilayah itu akan menanggung dosa. Akan tetapi jika ada
beberapa orang saja yang menyelenggarakannya, maka penduduk yang lain bebas akan kewajiban
tersebut.

Jenazah yang boleh di shalati adalah jenazah orang islam yang bukan mati syahid (yaitu
mati dalam keadaan melawan orang kafir atau orang musyrik). Sedangkan orang yang mati syahid
dan bayi yang gugur dalam kandungan (atau sejak dilahirkan, sebelum mati, belum dapat bersuara

7
atau menangis) tidak boleh di sholati, juga tidak boleh dimandikan. Shalat jenazah ini boleh
dikerjakan di setiap waktu, karena shalat ini termasuk shalat yang mempunyai sebab. Shalat
jenazah boleh dikerjakan kaum wanita. Beberapa jenazah boleh di shalati secara bersama-sama.

Cara Melaksanakan Shalat Jenazah :

1. Berdiri tegak menghadap kiblat, kedua belah tangan berada disamping sejajar dengan
pinggul,menghadap kiblat, sedangkan kepala agak tunduk ke sajadah. Hati dan fikiran
berkonsentrasi, lalu membaca lafal shalat jenazah, yaitu :

ٰ َ‫ض ِّكفَايَ ٍة ِّلل ِّه تَع‬


Jika jenazah orang laki-laki : ‫الى‬ ِّ ‫َلى َه ٰذا ا ْل َم ِّي‬
ٍ ‫ت أ َ ْربَ َع ت َ ْكبِّي َْرا‬
َ ‫ت فَ ْر‬ َ ُ‫أ‬
ٰ ‫ص ِّلى ع‬

ٰ َ‫ض ِّكفَايَ ٍة لل ِّه تَع‬


Jika jenazah orang perempuan : ‫الى‬ ٍ ‫َلى ٰه ِّذ ِّه ا ْل َم ِّيت َ ِّة أ َ ْربَ َع ت َ ْك ِّبي َْرا‬
َ ‫ت فَ ْر‬ ٰ ‫لى ع‬ َ ُ‫أ‬
ِّ ‫ص‬
2. Setelah selesai membaca lafal niat tersebut, kedua belah tangan diangkat, sejajar dengan
kedua bahu sambil mengucap “ALLAHU AKBAR”. Pada saat tangan diangkat dan mulut
mengucapkan kalimat takbir ini, dihati mengatakan: “aku niat shalat atas jenazah ini, 4
takbir, fardhu kifayah mengikuti imam, karna Allah Ta’ala.
3. Setelah takbir pertama membaca surat Al-fatihah
4. Setelah takbir kedua membaca shalawat kepada Nabi SAW Shalawat yang lengkap
5. Selesai membaca shalawat, dilanjutkan dengan bertakbir yang ketiga, dan membaca do’a
yang ditujukan untuk jenazah.
6. Setelah membaca do’a untuk jenazah, dilanjutkan dengan takbir yang keempat sambil
mengangkat kedua tangan,tanpa ruku’ dan membaca doa.
7. Setelah itu dilanjutkan dengan membaca salam sambil menoleh ke kanan dan ke kiri

2.1.3. Tata Cara Menguburkan Jenazah

Telah disepakati kaum muslimin bahwa menguburkan jenazah merupakan fardhu kifayah.
Adapun yang wajib dilakukan, paling sedikit dengan membaringkannnya dalam sebuah lubang
lalu menutup kembali lubang tersebut dengan tanah, sehingga tidak terlihat lagi jasadnya, tidak
tercium baunya, dan terhindar dari binatang buas dan sebagainya.

Akan tetapi yang lebih sempurna ialah dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Memperdalam lubang kuburan kira-kira 2 meter atau lebih dari permukaan tanah.

8
2. Lubang untuk menguburkan mayit sebaiknya berbentuk lahd (lahad),yaitu liang yang
bagian bawahnya dikeruk sebelah ke kiblat, dan setelah jenazah dibaringkan disana, liang
tersebut ditutupi dengan bilah-bilah papan yang di tegakkan, kemudian di timbun dengan
tanah.Akan tetapi jika tanah kuburan itu kurang keras, dan dikhawatirkan dapat longsor
boleh juga menguburkan jenazah dengan membaringkannya ditengah-tengah lubang
kemudian menutupinya dengan papan,ranting dan dedaunan seperti di atas.
3. Ketika memasukkan mayit kedalam kubur,sebaiknya membaca Bismillah wa ‘ala millati
Rasulillah atau Bismillah wa ‘alasunnati Rasulillah.Kemudian meletakannya dengan
tubuhnya di miringkan ke sebelah kanan dan wajahnya menghadap kiblat. Disamping itu,
para ulama menganjurkan agar kepala si mayit di letakkan diatas bantal dari tanah liat atau
batu, kemudian ikatan-ikatan kafannya dilepaskan, dan bagian dari kafannya di pipinya
dibuka sedikit agar pipinya itu menempel danga tanah. Dianjurkan pula bagi yang
menghadiri penguburan, menebarkan sedikit tanah kearah kepala si mayit setelah
dibaringkan kedalam kuburannya sebanyak 3 kali, sambil mengucapkan bagian dari ayat
al-qur’an,pada kali pertama : Minha Khalaqnakum (yang artinya: Dari tanah Kami
menciptakanmu); pada yang kedua : wa fihanu’idukum (artinya : dan kepada tanah Kami
mengembalikanmu); dan pada yang ketiga: wa minha nukhrijukum taratan ukhra(artinya :
dan dari tanah pula Kami mengeluarkanmu lagi).
4. Selesai penguburannya,yaitu ketika lubang telah ditimbuni kembali dengan tanah,
hendaknya mereka yang hadir mendo’akan bagi mayit tersebut dan memohon ampunan
baginya dari Allah SWT.Sebagian ulama terutama dari kalangan madzhab Syafi’i,
menganjurkan agar dibacakan talqin(do’a yang biasa di baca di atas kuburan guna
menuntun si mayit untuk menjawab pertanyaan malaikat).

2.2. Pengertian Manasik Haji

Manasik haji adalah peragaan pelaksanaan ibadah haji] sesuai dengan rukun-rukunnya.
Dalam kegiatan manasik haji, calon jamaah haji akan dilatih tentang tata cara pelaksanaan ibadah
haji yang akan dilaksanakannya, misalnya rukun haji, persyaratan, wajib, sunah, maupun hal-hal
yang tidak boleh dilakukan selama pelaksanaan ibadah haji. Selain itu, para calon jamaah haji juga
akan belajar bagaimana cara melakukan praktik tawaf, sa’i, wukuf, lempar jumrah, dan prosesi
ibadah.

9
Berdasarkan UU yang telah disebutkan sebelumnya maka pemerintah tentu wajib untuk
melaksanakan tugasnya. Pemerintah mewujudkan tugasnya dengan memberikan program manasik
haji yang harus dilakukan oleh calon jamaah haji. Program ini dinamai dengan Bimbingan
Manasik Haji atau BMH. Manasik haji telah dibahas dalam Peraturan Menteri Agama no. 14 tahun
2012 tentang penyelenggaraan haji regular pasal 15, yang berisi bahwa pemerintah wajib
memberikan BMH kepada jamaah haji semenjak keberangkatan, saat dalam perjalanan, di Arab
Saudi, sampai kepulangan ke Indonesia. Program BMH ini tidak hanya meliputi manasik haji,
namun juga meliputi perjalanan dan pelayanan haji, kesehatan, juga meliputi hak, dah kewajiban
haji. Kegiatan bimbingan dan pelayanan dilakukan di Kantor Kementrian Agama Kabupaten atau
Kota.

2.2.1. Rukun Ibadah Haji

Di antara rukun rukunnya adalah:

 Ihram
 Wukuf di arafah
 Thawaf ifadah
 Sa’I

Disamping rukun haji ada juga wajib haji, yang mana wajib haji itu jika ditinggalkan salah satunya
maka akan dikenai denda atau dam karena telah melanggar, akan tetapi tidak sampai membatalkan
ibadah haji. Berikut adalah wajib haji:

 Ihram dari miqat masing masing Negara


 Wukuf di arafah
 Mabit di Muzdalifah
 Mabit di Mina
 Melempar jumroh
 Tahallul
 Thawaf wada’

10
2.2.2. Tujuan Manasik Haji

Manasik dilakukan diharapkan agar jamaah menjadi haji yang mabrur. Juga untuk
memanfaatkan kesempatan berhaji dengan baik karena tidak semua orang mampu berangkat haji
dan haji kecil kemungkinan untuk dilakukan berulang kali.

sehingga manasik haji dilakukan agar jamaah sebelum berangkat benar benar telah siap
melaksanakan haji sehingga tidak ada kesalahan yang terjadi yang menyebabkan tidak sahnya haji,
karena jika keliru atau tidak sah maka butuh waktu bertahun tahun untuk kembali menunaikan
ibadah haji.

Selain manasik haji penting bagi pemerintah untuk melaksanakan programnya, manasik
juga sangat sangat berguna untuk jamaah, mengingat sah atau tidaknya jamaah ketika melakukan
ibadah haji. Umat Islam tentunya inginnya pasti sekali saja dan sempurna.

2.2.3. Tata Cara Manasik Haji

1. Memakai Pakaian Ihram Pakaian ihram bagi laki-laki berupa dua lembar kain lebar untuk
menutupi pundak dan bagian bawah panggul seperti layaknya sarung. Laki-laki dilarang
mengenakan pakaian yang membentuk lekuk tubuh, termasuk pakian dalam.
2. Niat Ihram Haji Pelaksanaan ihram paling lambat tanggal 9 Zulhijjah pada miqat yang telah
di tentukan. Hal yang dianjurkan yang termasuk sunnah haji sebelum berihram adalah
mandi, berwudu, memakai pakaian ihram, dan memakai wangi-wangian terlebih dahulu.
Kemudian berniat dalam hati. Niat tersebut diniatkan ketika memulai ihram. Bacaan Niat
Ihram:

‫نَ َويْتُ ا ْل َح َّج والعُ ْم َرةَ َوأَحْ َر ْمتُ ِّبها َ ِّلل ِّه ت َ َعالَى‬

Latin: Nawaitul hajja wal ‘umrata wa ahramtu bihi lillahi ta’ala Artinya; Aku niat
melaksanakan haji sekaligus umrah dan berihram karena Allah Swt.

11
3. Membaca Talbiyah Orang yang telah ihram disunahkan selalu memperbarui dan
mengulang-ulang talbiyah dalam setiap langkah selama perjalanan ke Baitul Haram, saat
jalan melandai, menanjak atau selama dalam kendaraan. Terutama ketika mulai berdesakan
dan berkumpul di antara lautan orang-orang yang melaksanakan ihram. Talbiyah adalah
bacaan yang disunnahkan ketika seseorang yang telah niat haji dan umrah, hukum
membaca talbiyah adalah sunah muakkad. Berikut bacaan talbiyah:

َ‫ إِّنَّ ا ْل َح ْم َد َوالنِّ ْع َمةَ لَكَ َوا ْل ُم ْلكَ ََلش َِّر ْيكَ لَك‬، َ‫ لَبَّ ْيكَ ََل ش َِّر ْيكَ لَكَ لَبَّ ْيك‬، َ‫لَبَّ ْيكَ اللَّ ُه َّم لَبَّ ْيك‬
Labbaikallahumma labbaik, labbaika la syarikalaka labbaik, innal hamda wan ni’mata laka
wal mula la syarika lak.
Artinya; Aku datang memenuhi panggilan-Mu Ya Allah, aku datang memenuhi panggilan-
Mu, aku datang memnuhi panggilan-Mu tidak ada sekutu bagi-Mu, aku datang memnuhi
panggilan-Mu, sungguh segala puji, nikmat dan segenap kekuasaan adalah milik-Mu,
tidak ada sekutu bagi-Mu.
4. Wukuf di Padang Arafah Berkumpul di Padang Arafah beberapa saat yang di nilai dari
tergelincirnya matahari pada tanggal 9 Zulhijjah hingga menjelang fajar tanggal 10
Zulhijjah. Wukuf dapat dilakukan dimana saja asal masih di tanah Arafah. Selama
menunggu waktu masuk wukuf, jamaah haji hendaknya banyak zikir kepada Allah dengan
membaca takbir, tahmid, istighfar dan bacaan-bacaan lain sampai masuk waktu wukuf.
Saat-saat waktu wukuf inilah merupakan inti dan kunci ibadah haji.
Saat wukuf jamaah haji dianjurkan banyak membaca doa berikut:

َ‫اي َو َم َماتِّي َوإِّلَ ْيك‬ ُ ُ‫ص َالتِّي َون‬


َ َ‫س ِّكي َو َمحْ ي‬ َ َ‫ اللَّ ُه َّم لَك‬، ‫اللَّ ُه َّم لَكَ ا ْل َح ْم ُد كَالَّذِّي نَقُو ُل َو َخي ًْرا ِّم َّما نَقُو ُل‬
‫ اللَّ ُه َّم‬، ‫ت ْاْل َ ْم ِّر‬
ِّ ‫شتَا‬
َ ‫صد ِّْر َو‬
َّ ‫س ِّة ال‬
َ ‫س َو‬ َ ‫ اللَّ ُه َّم إِّنِّي أَعُوذُ بِّكَ ِّم ْن‬، ‫ب ت ُ َراثِّي‬
ِّ ‫عذَا‬
ْ ‫ب ا ْلقَب ِّْر َو َو‬ ِّ ‫َمآبِّي َولَكَ َر‬
‫“ إِّنِّي أَعُوذُ بِّكَ ِّم ْن ش َِّر َما ت َ ِّجي ُء بِّ ِّه ا ِّلري ُح‬

Latin: Allahumma lakal hamdu kalladzi naqulu wa khairom mimma naqulu, allahumma
sholati wa nusuki wa mahyaya wa mamati wa ilaika ma-abi wa laka rabbi turatsi,
allahumma inni a’uzu bika min ‘azabil qobri wa waswasatis shodri wa syatatil amri,
allahumma inni a’uzu bika min syarrima taji-u bihir rihu.
Artinya: Ya Allah, bagi Mu pujian seperti yang kami ucapkan, dan lebih baik dari apa

12
yang kami ucapkan. Ya Allah, untuk-Mu salatku, ibadah hajiku, untuk-Mu kehidupanku
dan kematianku dan kepada-Mu kami akan kembali, untuk-Mu kami tunjukkan ibadahku.
Ya Allah, kami berlindung kepada-Mu dari siksa neraka, dari hati yang ragu dan dari
tercerai berainya urusan. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari yang terburuk yang
didatangkan oleh angin.’
5. Mabit di Mudzalifah Mabit di Muzdalifah berarti bermalam atau berhenti sejenak di
Muzdalifah setelah melaksanakan wukuf di Padang Arafah. Sambil Bagi yang belum
melaksanakan shalat Maghrib dan Isya‟ dapat melaksanakannya dengan cara jamak ta‟khir
qashar, yaitu Maghrib tiga rakaat dan Isya‟ dua rakaat.
Di Mudzalifah jamaah haji juga mengambil batu kerikil empat puluh sembilan butir atau
tujuh puluh butir untuk melempar jumrah di Mina nantinya. Di Muzdalifah jamaah haji
melakukan mabit minimal sampai telah melewati waktu tengah malam. Namun yang
lebih utama, mabit dilakukan sampai selesai shalat Shubuh. Setelah itu jamaah menuju
Mina sambil membaca taibiyah dan berzikir.
6. Melontar jumrah Aqabah Setibanya di Mina setelah meletakkan barang bawaan di tenda,
jamaah bersiap-siap melontar jumrah Aqabah pada tanggal 10 Zulhijjah dengan tujuh batu
kerikil, dan setiap lemparan disertai dengan bacaan:

‫سم اللَّ ِّه َواللَّهُ أ َ ْكبَ ُر‬


ِّ ِّ‫ب‬

Bismillahi Allahu Akbar


Artinya: Dengan nama Allah dan Allah yang Mahabesar, Waktu melontar jumrah biasanya
sudah diatur oleh pemerintah Arab Saudi agar tidak berdesak-desakan.
7. Tahallul awal (Tahallul Awwal) Setelah melontar jumrah Aqabah, kemudian dilanjutkan
dengan tahallul awal dengan cara mencukur atau menggunting rambut sekurang-kurangnya
tiga helai. Dengan dilakukannya tahallul awal ini berarti kita boleh memakai pakaian biasa
dan melakukan semua perbuatan yang dilarang selama ihram, kecuali bersetubuh atau
jimak (melakukan hubungan suami istri). Bacaan doa tahalul:
َ ‫اللَّ ُه َّم اجْ عَ ْل ِّلك ُِّل‬
ً ‫ش ْع ٍر ْن‬
‫ورا يَ ْو َم ال ِّقيَا َم ِّة‬
Allahummaj’al likuli sya’ratin nuuran yaumal qiyaamati
Artinya; Ya Allah, jadikanlah cahaya untuk setiap helai rambut yang aku potong ini pada
hari kiamat nanti.

13
8. Thawaf Ifadhah Bagi jamaah haji yang akan melakukan tawaf ifadhah pada hari itu juga
(10 Zulhijjah) dapat langsung pergi ke Makkah untuk melakukan tawaf, yaitu mengelilingi
Kakbah sebanyak tujuh kali dimulai dari arah yang sejajar dengan Hajar Aswad dan
berakhir di sana pula. Bacaan doa thawaf:

‫سالَ ُم‬َّ ‫ص َالةُ َوال‬ َّ ‫ َوال‬.‫ َو ََل َح ْو َل َو ََل قُ َّوةَ ِّإ ََّل ِّبالل ِّه ا ْل َع ِّلي ِّ ا ْل َع ِّظي ِّْم‬.‫س ْب َحانَ الل ِّه َوا ْل َح ْم ُد ِّللَّ ِّه َو ََل ِّإلَهَ ِّإ ََّل اللهَ اللهُ أ َ ْك َب ُر‬
ُ
ُ ‫ص ِّد ْيقًا ِّب ِّكتَا ِّبكَ َو َو َفاءا ً ِّبعهدك َو ِّات َباعًا ِّل‬
َ‫سنَّ ِّة َن ِّب ِّيك‬ َ َ ‫ اللَّ ُه َّم ِّإ ْي َمانًا ِّبكَ َوت‬.‫سلَّ َم‬
َ ‫ع َل ْي ِّه َو‬
َ ُ‫صلَّى الله‬ َ ‫سو ِّل الل ِّه‬ ُ ‫علَى َر‬ َ
ِّ ‫سئَلُكَ ا ْلعَ ْف َوى َوا ْلعَافِّيَةَ الدَّائِّ َمةَ فِّي‬
‫الدي ِّْن َوال ُّد ْنيَا َو ْاْل َ ِّخ َرةَ َوا ْلفَ ْو َز‬ ْ َ ‫ اللَّ ُه َّم إِّنِّي أ‬.‫سلَّ َم‬
َ ‫علَ ْي ِّه َو‬
َ ُ‫صلَّى الله‬
َ ‫ُم َح َّم ٍد‬
‫بِّا ْل َجنَّ ِّة َوالنَّ َجا ِّة ِّمنَ النَّ ِّار‬

Subahaanallaahi walhamdulillaahi wa laa ilaaha illallaahu allahu akbar. wa laa haula wa


laa quwwata illaa billaahil ‘aliyyil ‘azhiimi. Wash shalaatu wassalaamu’alaa rasuulillaaahi
shallallaahu ‘alaihi wa sallama. Allahumma iimaanan bika wa tashdiqan bikitaabika wa
wafaa’an bi’aadhika wattibaa’an li sunnati nabiyyika muhammadin shallaahu ‘alaihi wa
sallama. Allahumma inni as’alukal ‘afwa wal ‘aafiya wal mu’aafatan daaimata fid diini
wad dunyaa wal aakhirati wal fauza bil jannati wannajaata minannaari.
Artinya; Maha suci Allah, segala bentuk pujian hanya pantas disanjungkan kepada-Nya,
sebab tiada Tuhan selain Allah, Dzat Yang Maha Besar. Tidak ada daya dan kekuatan
kecuali berasal dari sisi-Nya yang Maha Mulia lagi Maha Agung. Shalawat serta salam
semoga senantiasa tertuju kepada Rasulullah, sebagaimana Allah selalu mencurahkan
shalawat dan salam kepada beliau. Ya Allah, aku melakukan tawaf ini hanya karena
beriman kepada-Mu, membenarkan kitab-Mu, dan memenuhi janjiku pada-Mu, serta
mengikuti sunnah Nabi-Mu Muhammad Saw. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon
ampunan kepada-Mu, kesehatan, danperlindungan yang kekal dalam menjalankan aturan
agama, baik urusan dunia maupun akhiratku, juga untuk beroleh kenikmatan surga dan
terhindar dari azab neraka.
9. Sa’i Setelah melakukan tawaf ifadah, dilanjutkan melakukan sa'i yaitu berjalan dari bukit
Safa ke bukit Marwa dan kembali lagi kebukit Safa sebanyak tujuh kali, sebelum memulai
sa'i kita dihadapkan badan ke arah Ka'bah. Sebelum memulai Sa'i dianjurkan mengucapkan
doa berikut:
ُ ‫يم أ َ ْب َدأ ُ ِّب َما بَ َدأ َ اللهُ ِّب ِّه َو َر‬
‫سو ِّل ِّه‬ ِّ ‫الرحْ َم ِّن الر ِّح‬
َّ ‫س ِّم الل ِّه‬
ْ ‫ِّب‬
Bismillahir rahmaanir rahiim, abda’u bimaa bada’allahu bihi wa rasuulihi
14
Artinya; Dengan nama ALlah yang Maha Pengasih dan Penyayang, aku mulai dengan apa
yang telah dimulai oleh Allah dan Rasul-Nya.
Kemudian ketika mengerjakan sa’i dianjurkan membaca doa berikut ini sambil lari-lari
kecil antara bukit shafa dan marwah :
ً ‫سهههههه ْب َحانَ الل ِّه بُك َْرةً َوأ َ ِّصهههههه‬
‫يال‬ ً ‫ َك ِّب‬،‫ اللهُ أ َ ْك َب ُر‬،‫ اللههُ أ َ ْك َب ُر‬،‫ اللههُ أ َ ْك َب ُر‬،‫اللههُ أ َ ْك َب ُر‬
ً ‫يرا َوال َح ْم ُد ِّلهَ ل ِّه َك ِّر‬
ُ ‫يرا َو‬
Allaahu akbar, allahu akbar, allahu akbar, allahu akbar, kabiiran walhamdulillaahi katsiiran
wa subhanallaahi bukratan wa ashiilaa
Artinya; Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar,
Maka besar Allah segala puji bagi-Nya, Maha Suci Allah baik saat pagi maupun petang.
10. Tahallul kedua (Tahallul Tsaani) Setelah melakukan sa‟i, kemudian dilanjutkan dengan
tahallul kedua (tahallul tsaani). Dengan tahallul ini, berarti seseorang telah melakukan tiga
perbuatan yakni melontar jumrah aqabah, tawaf ifadhah dan sa‟i. Dan dengan demikian
bagi suami istri terbebas dari larangan untuk hubungan suami istri.
11. Mabit di Mina. Setelah tiba di Mina, jamaah haji bermalam di sana selama tiga malam.
Jamaah berada di Mina sejak tanggal 10 sampai tanggal 12 atau 13 Zulhijjah. Pada tanggal
10 Zulhijjah para jamaah melempar jumrah Aqabah.
Sedangkan pada tanggal 11 Zulhijjah barulah mereka melontar tiga jumrah, yaitu Ula,
Wusta dan Aqabah masing-masing tujuh kali dengan menggunakan batu kerikil. Hal yang
sama dilakukan pada tanggal 12 dan 13 Zulhijjah. Namun ada juga para jamaah yang
melontar ketiga jumrah hanya sampai pada tanggal 12 Zulhijjah sore harinya dan kemudian
mereka meninggalkan Mina menuju Makkah
Hal ini disebut nafar awwal. Sedangkan para jamaah yang melakukan pelontaran jumrah
sampai tanggal 13 Zulhijjah sore harinya, mereka disebut nafar tsaani.
Dengan selesainya kegiatan pelontaran di atas, bagi mereka yang mengerjakan haji
tamattu‟ dan haji qiran selesailah seluruh rangkaian kegiatan ibadah haji dan kembali ke
Makkah. Akan tetapi, bagi mereka yang mengerjakan haji ifrad masih diharuskan
mengerjakan umrah, yaitu dimulai dengan ihram untuk umrah lalu tawaf, sa‟i dan diakhiri
dengan tahallul, setelah selesai umrah berarti selesailah seluruh rangkaian kegiatan ibadah
hajinya (haji ifrad).
Bagi mereka yang ingin meninggalkan tanah suci Makkah dan kembali ke tanah air harus
melaksanakan tawaf wada‟ atau tawaf perpisahan. Caranya sama saja dengan tawaf

15
ifadhah, tetapi pada tawaf wada‟ tidak di sertai dengan sa‟i dan dengan berpakaian biasa.
Demikian pembahasan mengenai tata cara manasik haji, urutan, bacaan dan pelaksanaan
yang perlu diketahui dan diamalkan Muslim terutama bagi yang akan menunaikan ibadah
haji.

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Syariat Islam mengajarkan bahwa manusia pasti akan mati, namun kita tidak akan
pernah mengetahui kapan kematian itu tiba.Manusia adalah ciptaan Allah swt yang
sempurna diantara ciptaan Allah swt yang lain. Allah swt akan memulihkan manusia yang
beramal saleh dan memberi balasan atas apa yang dilakukan di dunia. Yang beramal saleh
akan mendapat balasan dengan kebaikan dan barakah-Nya. Sementara itu, yang tidak
beramal saleh akan menerima azab-Nya.
Orang yang meninggal wajib dihormati karena ia adalah makhluk Allah swt yang
mulia. Oleh sebab itu, sebelum jenazah meninggalkan dunia menuju alam baru (kubur)
hendaklah dihormati dengan cara dimandikan, dikafani, disholatkan, dan
dikuburkan.Hukum merawat jenazah dalam islam adalah fardhu kifayah.
Sebagai seorang muslim apabila ada seseorang yang meninggal dunia maka
disunahkan bagi kita untuk merawat jenazah tersebut mulai dari
memandikannya,mengafani,menyalatkan dan menguburkannya.Oleh karena itu apabila
kita tahu dan mampu maka janganlah ragu untuk melakukannya serta kita harus senantiasa
melakukan amr ma’ruf nahi munkar dan selalu mengingat bahwa kematian itu dapat datang
kapan dan dimana saja.
Manasik haji adalah peragaan pelaksanaan ibadah haji] sesuai dengan rukun-
rukunnya. Dalam kegiatan manasik haji, calon jamaah haji akan dilatih tentang tata cara
pelaksanaan ibadah haji yang akan dilaksanakannya, misalnya rukun haji, persyaratan,
wajib, sunah, maupun hal-hal yang tidak boleh dilakukan selama pelaksanaan ibadah haji.

16
Selain itu, para calon jamaah haji juga akan belajar bagaimana cara melakukan praktik
tawaf, sa’i, wukuf, lempar jumrah, dan prosesi ibadah.
Manasik dilakukan diharapkan agar jamaah menjadi haji yang mabrur. Juga untuk
memanfaatkan kesempatan berhaji dengan baik karena tidak semua orang mampu
berangkat haji dan haji kecil kemungkinan untuk dilakukan berulang kali.
sehingga manasik haji dilakukan agar jamaah sebelum berangkat benar benar telah
siap melaksanakan haji sehingga tidak ada kesalahan yang terjadi yang menyebabkan tidak
sahnya haji, karena jika keliru atau tidak sah maka butuh waktu bertahun tahun untuk
kembali menunaikan ibadah haji.

DAFTAR PUSTAKA

Drs.H.Moh.Rifai. (2008). Fiqh Islam Lengkap. Semarang: PT.Karya Toha Putra.


Gayo, M. (2019). Buku Pintar Haji Dan Umroh. Jakarta: Pustaka Warga Negara.
Hidayatullah, M. (2011). Buku Pintar Ibadah Tuntunan Lengkap . Jakarta: Suluk.
Muhdiyat, H. (2008). Tuntunan Pengurusan Jenazah. Bandung: YPP Sumber Sari Bandung.
Shalih, S. (2008). Ringkasan Fiqh Lengkap. Jakarta: PT.Darul Falah.
Thoifuri. (2007). Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Geneca Exact.

17

Anda mungkin juga menyukai