Disusun oleh:
KELOMPOK 7
1. ANDI RISWAN
2. AHMAD MUAMMAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmatnya
sehingga penulis dapat menyusun makalah tentang "tata cara
pelaksanaan jenazah”
Gowa,17september2022
Penulis
DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR...................................................................................................................................................1
DAFTAR ISI.................................................................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................................................................4
A. Latar Belakang.............................................................
C. Tujuan .......................................................................................................................
BAB 2 PEMBAHASAN.............................................................................................................................................5
A. Memandikan Jenazah................................
B. Mengafani Jenazah...............................................
C. Menshalati Jenazah.........................................................
D. Menguburkan Jenazah..............................................................
BAB 3
PENUTUP......................................................................................................................................................................6
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................................................7
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama Islam sebagai agama terakhir yang dibawa oleh Nabi MuhammadSAW,
untuk semua manusia telah mewajibkan bagi mereka saling hormat
antarsesamanya, walaupun mereka berbeda etnis atau agama. Sikap saling
hormatmenghormati ini bukan hanya ketika manusia itu hidup, bahkan saat manusia itu
punmati. Karena menghormati seseorang yang mati sama halnya dengan
menghormatimanusia yang hidup. Rasulullah Saw, telah menunjukkan kepada kita
bagaimana rasahormatnya ketika mayat seorang yahudi berlalu dihadapannya, dan
bagaimana beliaumenyatakan rasa duka yang dalam ketika mendengar raja Najasyi
(seorang raja yangberagama Kristen di Habasyah) meninggal dunia.Akan tetapi, lain
halnya kewajibankaum muslimin terhadap saudara-saudaranya yang sesama muslim
yang meninggaldunia. Mereka yang masih hidup mempunyai kewajiban terhadap
hak-hak yangd i m i l i k i o l e h s e s e o r a n g m u s l i m y a n g m e n i n g g a l . B i l a m a n a
k e w a j i b a n i n i ditinggalkan dan tak seorang pun dari mereka memberikan hak-
hak orang yangmeninggal, maka semua orang muslim di tempat itu menanggung dosa.
Kecuali, jikaada sebahagian atau seseorang yang melaksanakan hak-hak orang yang
meninggal,m a k a g u g u r l a h d o s a b a g i s e m u a . O l e h k a r e n a i t u , p e n u l i s i n g i n
m e m p e l a j a r i mengenai hal tersebut dengan cara menulis sebuah makalah
dan mengangkat judul”Penyelenggaraan Jenazah Bagi Umat Muslim”
B. Rumus Masalah
1.tata cara memandikan jenazah?
C. Tujuan Masalah
Untuk mengetahui tata cara pelaksanaan jenazah seperti yg ada pada rumusan masalah.
BAB 2
PEMBAHASAN
Apabila yang mengurus jenazah ada 4 orang, maka 1 orang yang memandikan
dan 3 orang lainnya memegangi kain penutup. 1 orang yang memandikan
tersebut yang melihat jenazah, sedangkan 3 orang lainnya tidak perlu. Adapun
langkah langkah dalam memandikan jenazah sebagai berikut:
“Saya niat memandikan untuk memenuhi kewajiban dari jenazah (laki-laki) ini
karena Allah Ta’ala”
Bila anda tidak menghafal bacaan niat arabnya silahkan gunakan bacaan niat
artinya saja.
Gerakan mengusap dan menekan bagian perut ini dilakukan agar apa saja yang
tertinggal di dalam perut dapat mudah keluar.
Selanjutnya bagian kain yang masih bersih, diberi air sedikit saja (sangat
sedikit) dan diusapkan ke lubang hidungnya, tidak usah terlalu dalam, sedikit
saja. Dan ingat untuk lembut.
6. Mewudhukan Jenazah
Langkah langkah diatas adalah langkah membersihkan najis najis dari tubuh
jenazah, selanjutnya di wudhukan. Jenazah diwudhukan seperti halnya orang
berwudhu tapi tanpa membasahi mulut dan hidung. Adapun langkahnya mulai
dari secara berurutan adalah sebagai berikut:
Ketika telah selesai memandikan jenazah, gantilah kain penutup jenazah yang
sebelumnya dipakai untuk jenazah ketika memandikan. Gunakan kain kafan
yang berwarna putih ketika selesai memandikan sebagai penutup. Apabila tidak
ada, maka gunakan kain lain saja, asalkan kain tersebut dapat menutup dari
kepala hingga ujung kaki jenazah (kecuali jenazah yang meninggal ketika
berhaji).
Dalam memandikan jenazah, baik itu jenazah perempuan maupun jenazah laki
laki, apabila ketika memandikan jenazah belum bersih, maka diulang satu kali
lagi proses memandikannya. Kalian tidak perlu mengulang wudhunya.
Sisa kalian ulang dilangkah 7 dan 8 diatas. Oleh karena itu, untuk bagusnya
sebelum disiram dengan air kapur barus, yang memandikan memperhatikan
mayit dengan seksama apakah sudah bersih atau belum. Bila belum, kalian
ulang langkah 7 dan 8 hingga jenazah bersih.
Dalam hadist yang ada, makruh memandikan jenazah atau Artinya bila dirasa
tidak perlu, maka sebaiknya tidak usah dilakukan. Tidak sampai dosa bila
dilakukan.
Apabila anda merasa butuh mandi walaupun anda hanya memikul mayit, maka
lakukanlah mandi, tidak ada larangan perihal tersebut.
1. Bentangkan tali-tali pengikat kafan secukupnya. Tidak ada jumlah tali yang ditentukan
syariat, perkaranya longgar.
3. Beri bukhur pada kain lapis pertama, atau jika tidak ada bukhur bisa diganti dengan
wangian lainnya.
Kain kafan yang digunakan untuk membungkus jenazah pun memiliki kriteria khusus. Masih
dikutip dari buku yang sama, berikut kriteria kain kafan yang dibutuhkan:
1. Kain kafan yang digunakan lebih utama dibeli menggunakan harta orang yang sudah
meninggal. Serta semua harta jenazah saat masih hidup diprioritaskan untuk biaya
pengurusan jenazah dibanding untuk membayar hutangnya.
2. Memakai kain kafan warna putih hukumnya sunnah, sesuai sabda Rasulullah SAW:
“Pakailah pakaian yang berwarna putih dan kafanilah mayat dengan kain warna putih.
Karena itu adalah sebaik-baik pakaian kalian”. (HR Abu Daud)
3. Kain kafan yang digunakan harus bagus, bersih, dan mampu menutupi seluruh tubuh
Salat jenazah sama halnya dengan shalat yang lain, yaitu harus menutup aurat, suci
dari hadas besar dan kecil, suci badan, pakaian dan tempatnya serta menghadap qiblat.
Mayat sudah dimandikan dan dikafani. Mayat diletakan disebelah kiblat orang yang
menyalatinya, kecuali kalau shalat dilakukan di atas kubur atau salat ghaib.
Syekh Muhammad Nawawi al-Bantani dalam kitabnya Tausyih ala Ibni Qasim seperti
dikutip NU Online menjelaskan, salat jenazah punya beberapa rukun yang perlu diketahui.
Rukun shalat jenazah antara jenazah laki-laki dan perempuan pun berbeda, baik dilakukan
secara berjamaah maupun sendirian. Berikut penjelasan rukun-rukunnya:
· Niat
Niat ini dilafalkan dalam hati dan harus bersamaan dengan pelaksanaan takbiratul ihram,
seperti halnya yang berlaku dalam melaksanakan niat pada shalat fardhu.
Adapun lafal niat melakukan shalat jenazah secara sendirian dan jenazah berkelamin laki-
laki adalah sebagai berikut:
Artinya: “Aku niat shalat atas jenazah (laki-laki) ini fardhu karena Allah ta’â lâ ".
Ketika shalat sendirian dan jenazah berkelamin perempuan, lafal niat yang diucapkan
sebagai berikut:
Artinya, “Aku niat shalat atas jenazah (perempuan) ini fardhu karena Allah ta’â lâ ".
Ketika shalat jenazah berjamaah dan menjadi makmum, maka melafalkan niat berikut ini,
baik jenazah laki-laki ataupun perempuan
Ushalli ‘alâ man shalla ‘alaihil imâ mu ma’mû man fardlan lillâ hi ta’â lâ .
Artinya, “Aku niat shalat atas jenazah yang dishalati imam fardhu karena Allah ta’â lâ ".
· Berdiri
Salat jenazah wajib dilakukan dengan cara berdiri, sebab salat jenazah tergolong salat
fardhu, sedangkan setiap salat fardhu wajib dilaksanakan dengan cara berdiri.
Tapi jika seseorang memang tidak mampu berdiri karena sedang sakit maka bisa dilakukan
dengan cara duduk seperti halnya ketentuan yang terdapat dalam shalat lima waktu.
· Takbir empat kali
Jumlah takbir dalam salat jenazah harus empat kali, ini termasuk takbiratul ihram. Jika
tidak cukup empat kali maka shalat dianggap tidak sah. Seperti pada shalat fardu lima kali,
disunnahkan mengangkat kedua tangan sejajar dengan dua pundak saat berseru takbir.
Dalam melakukan takbir akan diselingi dengan beberapa bacaan doa. Setelah takbir
pertama kita dianjurkan untuk membaca Surat Al-Fatihah, takbir kedua membaca
shalawat, takbir ketiga dan keempat membaca doa.
Membaca Surat al-Fatihah dilakukan setelah takbir pertama (takbiratul ihram). Sebaiknya
membaca Surat al-Fatihah dengan cara suara dilirihkan. Setelah itu membaca ta’awwudz
menurut qaul ashah (pendapat terkuat).
Dalam salat jenazah tidak disunahkan membaca do'a Iftitah karena dianggap terlalu
panjang.
· Membaca Shalawat.
Bacaan shalawat ini dibaca setelah takbir kedua. Bacaan shalawat yang minimal bisa
mencukupi sahnya shalat jenazah adalah sebagai berikut:
Sedangkan bacaan shalawat yang paling sempurna adalah bacaan Shalawat Ibrahimiyah,
yakni shalawat yang dibaca ketika tasyahud akhir dalam shalat fardhu lima waktu, yaitu:
Allâhumma shalli ‘alâ sayyidinâ Muhammad wa ‘alâ âli sayyidinâ Muhammad, kamâ
shallaita ‘alâ sayyidinâ Ibrâhîm wa ‘alâ âli sayyidinâ Ibrâhim, wa bârik ‘alâ sayyidinâ
Muhammad, wa ‘alâ âli sayyidinâ Muhammad, kamâ bârakta ‘alâ sayyidina Ibrâhîm wa ‘alâ
âli sayyidinâ Ibrâhîm fil ‘âlamîna innaka hamîdun majîd.
َالَّلُهَّم َص ِّل َعلَى ُمَحَّمٍد َو َعلَى آِل ُمَحَّمٍد َك مَا َص َّلْيَت َعلَى ِإْبَر اِهْيَم َو َعلَى آِل ِإْبَر اِهْيَم ِإنَّـَك َحِم ْيٌد َمِج ْيٌد َالَّلُهَّم بَاِرْك َعلَى ُمَحَّمٍد َو َعلَى
آِل ُمَحَّمٍد َك مَا بَاَر ْك َت َعلَى ِإْبَر اِهْيَم َو َعلَى آِل ِإْبَر اِهْيَم ِإنَّـَك َحِم ْيٌد َمِج ْيٌد.
Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada Nabi Muhammad dan kepada keluarga
Nabi Muhammad, sebagaimana telah Engkau limpahkan rahmat kepada Nabi Ibrahim dan
keluarga Nabi Ibrahim. Limpahkan pula keberkahan bagi Nabi Muhammad dan bagi
keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana telah Engkau limpahkan keberkahan bagi Nabi
Ibrahim dan bagi keluarga Nabi Ibrahim. Sesungguhnya di alam semesta Engkau Maha
Terpuji dan Maha Agung."
· Mendoakan Jenazah
Mendoakan jenazah ini dilakukan setelah takbir ketiga. Minimal bacaan doa yang bisa
dibaca untuk jenazah laki-laki adalah:
Allâhumaghfir lahu.
Jika ingin lebih sempurna maka bacaannya adalah: Allâhummaghfir lahu warhamhu wa
‘âfihi wa‘fu anhu wa akrim nuzulahu wa wassi’ madkhalahu waghsilhu bilmâ’i wats tsalji wal
baradi, wa naqqihi minal khathâyâ kamâ naqaita ats-tsauba al-abyadh minad danasi, wa
abdilhu dâran khairan min dârihi wa ahlan khairan min ahlihi wa zaujan khairan min
zaujihi wa adkhilhu al-jannata wa a’idzhu min ‘adzâbil qabri wa min adzâbinnâr
Artinya: “Ya Allah, ampunilah dia, rahmatilah dia, bebaskanlah dan maafkanlah dia.
Muliakanlah tempatnya, luaskanlah kuburnya, dan mandikanlah ia dengan air, salju, dan es.
Bersihkan dia dari segala kesalahan, sebagaimana Engkau membersihkan baju yang putih
dari kotoran. Berikan ia rumah yang lebih baik dari rumahnya (di dunia), keluarga yang
lebih baik dari keluarganya, pasangan yang lebih baik dari pasangannya. Kemudian
masukkanlah ia ke dalam surga dan lindungilah ia dari siksa kubur dan siksa neraka.
Sedangkan minimal bacaan doa ketika jenazah perempuan adalah membaca doa berikut:
Allâhumaghfir lahâ.
Jika ingin membaca doa yang lebih sempurna, maka bacaannya adalah Allâhummaghfir
lahâ warhamhâ wa ‘âfihâ wa‘fu anhâ wa akrim nuzulahâ wa wassi’ madkhalahâ waghsilhâ
bilmâ’i wats tsalji wal baradi, wa naqqihâ minal khathâyâ kamâ naqaita ats-tsauba al-
abyadh minad danasi, wa abdilhâ dâran khairan min dârihâ wa ahlan khairan min ahlihâ wa
zaujan khairan min zaujihâ wa adkhilhâ al-jannata wa a’idzhâ min ‘adzâbil qabri wa min
adzâbinnâr.
Artinya: “Ya Allah, ampunilah dia, rahmatilah dia, bebaskanlah dan maafkanlah dia.
Muliakanlah tempatnya, luaskanlah kuburnya, dan mandikanlah ia dengan air, salju, dan es.
Bersihkan dia dari segala kesalahan, sebagaimana Engkau membersihkan baju yang putih
dari kotoran. Berikan ia rumah yang lebih baik dari rumahnya (di dunia), keluarga yang
lebih baik dari keluarganya, pasangan yang lebih baik dari pasangannya. Kemudian
masukkanlah ia ke dalam surga dan lindungilah ia dari siksa kubur dan siksa neraka. Ketika
selesai membaca doa di atas, orang yang melaksanakan shalat jenazah melanjutkan
shalatnya dengan melakukan takbir yang keempat.
Setelah itu takbir keempat. Dalam situasi ini disunnahkan untuk membaca doa berikut ini.
Artinya: “Ya Allah, jangan haramkan kami dari pahalanya dan jangan beri fitnah (cobaan)
bagi kami sepeninggalnya. Ampunilah kami dan ampunilah dia."
Artinya: “Ya Allah, jangan haramkan kami dari pahalanya dan jangan beri fitnah (cobaan)
bagi kami sepeninggalnya. Ampunilah kami dan ampunilah dia.
· Membaca Salam
Membaca salam ini dilakukan setelah membaca doa yang dilafalkan setelah takbir keempat.
Bacaan salam pada shalat jenazah ini persis seperti bacaan salam yang dibaca pada shalat
fardhu lima waktu.
Selain itu, menghadapkan wajah ke arah kanan pada saat bacaan salam pertama dan
menghadapkan wajah ke kiri pada saat salam kedua merupakan sunnah yang berlaku
dalam pelaksanaan salat jenazah.
Galilah lubang di tanah yang kuat dan dalam supaya ketika jenazah mulai membusuk, bau
jasadnya tidak tercium oleh binatang pemakan bangkai. Serta aman dari longsor akibat aliran
hujan.
Baca juga: Tata Cara Mengurus Jenazah yang Benar Menurut Islam
Bentuk Lubang
Tahap tata cara menguburkan jenazah dengan memperhatikan bentuk lubang kuburnya.
Buatlah panjang yang cukup untuk jenazah, tentu melebihi tinggi badannya.
Apabila tanahnya keras, disunahkan untuk membuat liang lahat di dalam lubang kubur. Liang
lahat ialah lubang yang dibuat di dinding kubur sebelah kiblat, seukuran yang cukup untuk
meletakkan jenazah.
Jenazah ditaruh di liang lahat tersebut, kemudian ditutup menggunakan batu pipih. Lalu urug
dengan tanah. Di Indonesia, sebagian besar masyarakat menggunakan papan kayu sebagai
ganti batu pipih, supaya tanahnya tidak runtuh menimpa jenazah.
Sedangkan bila tanahnya gembur, disunahkan untuk membuat semacam lubang lagi di dasar
kubur dengan ukuran dapat menampung jenazah. Jenazah diletakkan pada lubang tersebut,
kemudian bagian atasnya ditutup dengan batu pipih atau papan kayu, lalu diurug dengan
tanah.
Sebagai hari terakhir bagi keluarga, kerabat, tetangga, serta teman mendampingi jenazah
menuju peristirahatan terakhirnya. Selain menjaga ucapan duniawi yang kurang penting,
sebaiknya memperbanyak shalawat Nabi dan memikirkan tentang kematian.
Ketika ada kendaraan lain yang hendak lewat, sebaiknya mendahulukan iringan jenazah untuk
lewat terlebih dahulu.
ASSALAMU ALAIKUM YA AHLAD DIYAR MINAL MUKMININ WA MUSLIMIN,WA INNA INSYA ALLAHU
BIKUM LA HIQUN, NASALULLAHI LANA WALAKUMUL ‘AFYAH.
Artinya: ” Semoga keselamatan tercurah kepada kalian, wahai penghuni kubur, dari (golongan)
orang-orang beriman dan orang-orang Islam. Kami insya Allah akan menyusul kalian, saya
meminta keselamatan untuk kami dan kalian.”
Selain itu orang-orang yang memasukkan jenazah, diusahakan oleh mereka yang ketika malam
harinya tidak junub. Cara meletakkan jenazah dengan mendahulukan kepala, kemudian
meluruskan kakinya.
Ketika meletakkannya di lubang kubur, disunahkan membaca :
Tata cara mengubur jenazah membaca doa ini, sesuai sunnah Rasulullah seperti yang
disebutkan dalam hadis riwayat Imam Abu Dawud :
Dari sahabat Abdullah bin Umar, bahwa bila Rasulullah meletakkan jenazah di dalam kubur, beliau
membaca Bismillahi wa ala sunnati Rasulillahi shallallhu ‘alaihi wa sallama.”
Posisi Jenazah
Posisi jenazah di dalam lubang kubur, wajib dimiringkan ke sebelah kanan atau menghadap
arah kiblat. Jika jenazah tidak dihadapkan ke arah kiblat namun terlanjur diurug tanah, maka
harus menggali lagi dan menghadapkan jenazah ke arah kiblat.
Setelah jenazah diletakkan secara perlahan di dasar lubang, disunahkan untuk melepas ikatan
talinya, dimulai dari kepala dan membuka kain, pipi serta jari-jari kaki harus menempel pada
tanah.
Wilayah Indonesia, arah kiblatnya cenderung ke barat. Sehingga posisi kepala selalu di utara.
Bila posisi kepala ada di sebelah selatan, maka untuk menghadapkannya ke arah kiblat harus
memiringkan tubuh jenazah ke sisi kiri.
2. Meletakkan jenazah di tepi lubang atau liang kubur sebelah kiblat, lalu ditaruh papan kayu
atau semacamnya dengan posisi agak miring, supaya jenazah tidak langsung tertimpa tanah.
3. Kemudian di atasnya ditaruh semacam bata posisi mendatar untuk menahan tanah
timbunan, sehingga tidak mengenai jenazah langsung. Khusus kondisi tanah gembur seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya.
4. Meletakkan jenazah dengan memasukkan kepala jenazah dari arah kaki kubur, atau dari
posisi selatan jika di Indonesia.
5. Letakkan jenazah posisi miring ke kanan menghadap kiblat dengan menopang tubuh
menggunakan batu atau papan kayu, supaya jenazah tidak kembali terlentang.
6. Para ulama menyarankan untuk meletakkan tanah di bawah pipi jenazah sebelah kanan
setelah kain kafan dan semua tali dibuka, pipi menempel langsung ke tanah.
7. Ketika memasukkan jenazah ke liang kubur dan meletakkannya dianjurkan membaca doa
berikut :
8. Khusus jenazah perempuan, disarankan untuk membentangkan kain di atas kuburnya pada
waktu dimasukkan ke liang kubur. Sedangkan untuk mayat laki-laki tidak dianjurkan.
9. Jenazah perempuan sebaiknya yang mengurus adalah laki-laki yang tidak dalam keadaan
junub atau tidak menyetubuhi istri mereka pada malam sebelumnya.
10. Setelah jenazah diletakkan di lubang kubur, disarankan untuk menaburkan tanah tiga kali
dari arah kepala mayit, baru kemudian ditimbuni tanah.
11. Membaca doa setelah selesai menguburkan jenazah. 9 dari 9 halaman
Artinya: “Ya Allah, ampunilah dia, belas kasihanilah dia, hapuskanlah dan ampunilah dosa-
dosanya, muliakan tempatnya (ialah surga) dan luaskanlah kuburannya. Basuhkanlah
kesalahan-kesalahannya sampai bersih sebagaimana bersihnya kain putih dari kotoran.
Gantikanlah rumah lebih baik daripada rumahnya yang dulu, keluarganya lebih baik daripada
keluarganya yang sulit; dan masukkanlah ia ke dalam surga dan jauhkanlah ia dari siksa kubur
dan siksa api neraka.”
Itulah beberapa tata cara menguburkan jenazah sesuai syariat Islam yang patut diketahui, guna
menjalankan sunnah Nabi SAW dengan tepat. Kematian memang tidak dapat diterka, sebagai
saksi hidup proses mengurusi jenazah, alangkah baiknya mulai mempersiapkan diri untuk hari
kelak.
Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui dengan pasti apa yang akan diusahakannya besok,
dan tiada seorangpun yang mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Teliti. (QS. Luqman : 34)
Pengertian Ta’ziah
Takziah secara bahasa adalah mendorong seseorang yang terkena musibah yang berat
untuk bersabar.
Adapun secara istilah fiqih ta’ziah adalah mengajak keluarga mayit untuk bersabar dengan
memberikan iming-iming pahala yang besar, dan mendoakan mayit serta keluarga yang
tertimpa musibah.
Dengan demikian saat melayat mayit hendaknya seseorang mengatakan ucapan yang dapat
menghibur keluarga mayit dan meringankan kesedihan mereka.
Hukum Ta’ziah
Hukum ta’ziah adalah sunnah, karena dalam ta’ziah terdapat unsur amar ma’ruf nahi
munkar, serta termasuk dalam ayat Al Quran yang menganjurkan untuk saling membantu
dalam kebaikan.
Allah SWT berfirman:
َو َتعاَو ُنوا على الِبّر والَّتْقَو ى
٢ المائدة
“Saling bahu-membahulah kalian dalam kebaikan dan bertakwa,” [Al Maidah: 2]
Selain ayat di atas, juga hadits shahih yang diriwayatkan Imam Muslim RA:
َو ُهَّللا ِفي َعْو ِن الَع ْبِد ما كاَن الَع ْبُد في َعْو ن أخيه
“Dan Allah akan menolong seorang hamba selama dia mau membantu saudaranya,”1
Kapan Sunnah Ta’ziah?
Imam Nawawi dalam Adzkar menuturkan bahwa para pengikut Imam Syafii Ra
mengatakan: sunnahnya takziah dimulai sejak kematian mayit dan berlangsung sampai 3
hari setelah proses pemakaman. Namun batas 3 hari ini hanyalah sekedar perkiraan, dan
bukanlah batasan paten.
Hal ini dikarenakan umumnya setelah 3 hari, kesedihan keluarga sudah berangsur reda,
dan takziah di waktu ini berpeluang membangkitkan lagi kesedihan keluarga yang tertimpa
musibah, sementara tujuan takziah adalah meringankan kesedihan mayit.
Karena alasan inilah mayoritas ulama Syafiiyah memakruhkan melayat jenazah setelah
melewati 3 hari setelah pemakaman, kecuali jika orang yang melayat atau keluarga mayit
saat itu tidak di rumah, dan secara kebetulan, pulang setelah melebihi 3 hari dari
pemakaman.
Dalam Madzhab Syafii kesunatan takziah boleh dilakukan sebelum proses pemakaman atau
setelah pemakaman. Namun, baiknya takziah dilakukan setelah proses pemakaman, karena
sebelum mayit dikuburkan biasanya keluarga yang terkena musibah masih sibuk merawat
jenazah, dan biasanya mereka sangat resah setelah mayit dikuburkan. Dengan demikian,
inilah waktu yang paling tepat untuk meringankan kegelisahan mereka. Akan tetapi, jika
keluarga mayit sangat terpukul dengan musibah yang melanda maka dianjurkan untuk
mensegerakan ta’ziah sebelum jenazah dikebumikan, agar mereka segera tenang dan tidak
terjerumus dalam ratapan kematian yang diharamkan.
Kepada Siapa Kesunnatan Ta’ziah?
Imam Nawawi dalam al Adzkar2 menuturkan:
فال يعّز يها إال، إال أن تكون امرأًة شاّبًة،ويستحّب أن يعَّم بالتعزية جميَع أهل الميت وأقاربه الكبار والصغار والرجال والنساء
وتعزيُة الصلحاء والضعفاء على احتمال المصيبة والصبيان آكد:محارُم ها وقال أصحابنا
“Dianjurkan melayat kepada seluruh keluarga duka beserta kerabat-kerabatnya, baik yang
sudah tua, anak kecil, laki maupun wanita. Kecuali wanita yang masih muda, kepada
mereka takziah hanya dianjurkan bagi mahram-mahramnya saja.
Sahabat kami (Ulama Syafiiyah) mengatakan: Bertakziah kepada orang-orang shaleh,
dhuafa, dan anak-anak untuk bersabar menghadapi duka kematian lebih dianjurkan.”
Ucapan Belasungkawa Ketika Takziah
Sebenarnya dalam ucapan belasungkawa tidak ada kriteria kalimat-kalimat khusus yang
harus disampaikan, dengan kalimat dan bahasa apapun asal sesuai dengan tujuan asal
takziah, bisa mencukupi untuk mendapat kesunnatan.
Hanya saja sebagai masyarakat negara yang menerima berbagai agama sudah tentu kita
akan bergaul dengan teman, relasi bisnis yang terkadang berbeda keyakinan. Hal ini tentu
menjadikan ucapan belasungkawa tidak boleh sama. Berikut ini contoh berbagai ucapan
belasungkawa:
Pertama, mengenai hukum berziarah dapat dilihat dalam dua hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam berikut ini;
عن ُبَر ْيَد َةَقاَل َر ُسوُل ِهللا صلى هللا عليه وسلم ُكْنُت َنَهْيُتُك ْم َع ْن ِزَياَرِة اْلُقُبوِر َفَقْد ُأِذ َن ِلُمَحَّمٍد ِفى ِزَياَرِة َقْبِر ُأِّمِه َفُز وُروَها َفِإَّنَها
] [رواه مسلم وابو داود والترمذي وابن حبان والحاكم.ُتَذِّك ُر اآلِخَر ة
Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Hurairah ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda; “Aku memohon izin kepada Tuhanku agar aku diperkenankan memohonkan ampun
bagi ibuku, maka tidak diizinkan. Lalu aku memohon izin untuk berziarah ke kuburnya, maka
diizinkannya. Oleh karena itu ziarahlah ke kubur, sebab hal itu dapat mengingatkan
mati”.” [HR. Jama’ah]
Dari dua hadis di atas dapat diketahui bahwa pada awal Islam, karena dekatnya zaman itu dengan
zaman jahiliyah, ziarah kubur sempat dilarang oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Beliau khawatir ziarah kubur menjadi sarana untuk menyekutukan Allah. Namun, setelah waktu
berlalu dan dirasa iman orang-orang pada masa itu telah kuat, maka ziarah kubur diperbolehkan.
Hal tersebut juga dikarenakan ada manfaat yang sangat besar yaitu dapat mengingatkan kita
kepada kematian yang pasti akan mendatangi setiap makhluk, untuk kemudian dapat
mendekatkan diri kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala Sang Pengatur segala kehidupan dan
kematian. Anjuran tersebut ditujukan secara umum kepada seluruh umat muslim baik itu laki-
laki maupun perempuan. Jadi tidak ada larangan bagi kaum perempuan untuk berziarah.Baca
juga: Tujuan, Petunjuk dan Asas Dalam Melaksanakan Agama
Kedua, mengenai amalan apa saja yang dikerjakan ketika berziarah, terangkum dalam beberapa
poin berikut ini;
1. Meluruskan niat dan tujuan ketika hendak berziarah.
Niat adalah salah satu bagian terpenting dari segala perbuatan manusia. Suatu perbuatan dapat
dinilai baik atau buruk bermula dari niatnya. Dalam sebuah hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam disebutkan;
« ِإَّنَم ا اَألْع َم اُل ِبالِّنَّياِت-صلى هللا عليه وسلم- َع ْن َع ْلَقَم َة ْبِن َو َّقاٍص الَّلْيِثِّى َقاَل َسِم ْع ُت ُع َم َر ْبَن اْلَخ َّطاِب َيُقوُل َقاَل َر ُسوُل ِهللا
َو ِإَّنَم ا ِلُك ِّل اْم ِر ٍئ َم ا َنَو ى َفَم ْن َكاَنْت ِهْج َر ُتُه ِإَلى ِهَّللا َو َر ُسوِلِه َفِه ْج َر ُتُه ِإَلى ِهللا َو َر ُسوِلِه َو َم ْن َكاَنْت ِهْج َر ُتُه ِلُد ْنَيا ُيِص يُبَها َأِو اْمَر ٍةَأ
] [رواه الجماعة.» َيَتَز َّوُج َها َفِه ْج َر ُتُه ِإَلى َم ا َهاَجَر ِإَلْيِه
Artinya: “Diriwayatkan dari ‘Alqamah ibn Waqas al-Laitsy ia berkata: saya telah mendengar
Umar bin Khattab ra sedang di atas mimbar dan berkata, “Aku mendengar Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “sesungguhnya segala amal perbuatan itu tergantung
niatnya”. …” [HR. Jama’ah]
Oleh karena itu, niat ziarah kubur hanyalah untuk mendoakan ahli kubur dan sekaligus sebagai
sarana kita untuk mengingat akhirat sebagaimana disebutkan sebelumnya. Jangan sampai
melakukan hal-hal yang dilarang seperti meminta-minta kepada ahli kubur atau menjadikannya
wasilah kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
2. Mengucapkan salam kepada seluruh ahli kubur ketika memasuki area pekuburan.
الَّس اَل ُم: َفَيُقوُل,َيْخ ُرُج آِخ َر الَّلْيِل ِإَلى اْلَبِقيِع ُك َّلَم ا َكاَنْت َلْيَلُتَها ِم ْن َر ُسوِل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم: َع ْن َعاِئَشَة َرِض َي ُهللا َع ْنَها َقاَلْت
[رواه. اللُهَّم اْغ ِفْر َأِلْهِل َبِقيِع اْلَغْر َقِد, َو ِإَّنا ِإْن َش اَء ُهللا ِبُك ْم اَل ِح ُقوَن, َغًدا ُم َؤ َّج ُلوَن, َو َأَتاُك ْم َم ا ُتوَع ُد وَن, َع َلْيُك ْم َداَر َقْو ٍم ُم ْؤ ِمِنيَن
]مسلم
عن َبِش يِر اْبِن اْلَخ َص اِصَيِة َاَّن َر ُسوَل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َر َأى َر ُج اًل َيْمِش ي ِفي َنْع َلْيِن َبْيَن اْلُقُبوِر َفَقاَل َيا َص اِحَب الَّسْبِتَّيَتْيِن
] [رواه البخاري واحمد وابو داود و النسائي وابن ماجه.َأْلِقِهَم ا
Artinya: “Diriwayatkan dari Basyir bin al-Khasasiyyah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam melihat seseorang yang berjalan di antara kuburan dengan memakai kedua
sandalnya, kemudian beliau bersabda; “Wahai pemakai dua sandal, lepaslah sandalmu”.” [HR.
al-Bukhari, Ahmad, Abu Dawud, an-Nasai dan Ibnu Majah]
4. Beberapa etika ketika berada di pekuburan.
] [رواه ابو داود.ِلَحِد ْيِث الَبَر اِء َاَّنُه َج َلَس َر ُسْو ُل هللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم ُم ْسَتْقِبَل الِقْبَلِة َلَّم ا َخ َر َج ِاَلي الَم ْقَبَرِة
Artinya: “Menilik hadis Bara’ bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam duduk
menghadap qiblat ketika pergi berziarah kubur” [HR. Abu Dawud]
b. Tidak menduduki kuburan.
َو َتْخ ُلَص, َأَلْن َيْج ِلَس َأَح ُد ُك ْم َع َلى َجْمَرٍة َح َّتى ُتَح ِّرَق ِثَياَبُه: َرِض َي ُهللا َع ْنُه َأَّن َر ُسوَل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َقاَل،َع ْن َأِبي ُهَر ْيَر َة
] [رواه مسلم. َخْيٌر َلُه ِم ْن َأْن َيْج ِلَس َع َلى َقْبر,ِإَلى ِج ْلِدِه
َع ْن َعاِئَشَة َرِض َي ُهللا َع ْنَها َأَّن َر ُسوَل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َخ َر َج َلْيًال ِإَلي اْلَبِقْيِع َيْسَتْغ ِفُر َلُهْم َو َاَطاَل اْلِقَياَم َو َر َفَع َيَد ْيِه َثاَل َث
] [رواه مسلم.َم َّراٍت
Artinya: “Diriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam keluar pada suatu malam ke Baqi’, beliau lama berdoa, memohon ampun bagi
mereka tiga kali, dengan mengangkat kedua tangannya.” [HR. Muslim]Baca juga: Istri Aktif di
Organisasi, Bagaimana Hukumnya?
Hadis-hadis tersebut mengajarkan kita bagaimana tuntunan bersikap di kuburan dan
menghormati ahli kubur.
Artinya: “Dan jangan engkau menyembah sesuatu yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula)
memberi bencana kepadamu selain Allah. Sebab jika engkau lakukan (yang demikian), maka
sesungguhnya engkau termasuk orang-orang zalim.” [QS. Yunus (10): 106]
Dalam surat az-Zumar (39) ayat 3 disebutkan’
… ]۳ :)39( َو اَّلِذ يَن اَّتَخ ُذ وا ِم ْن ُدوِنِه َأْو ِلَياَء َم ا َنْعُبُدُهْم ِإاَّل ِلُيَقِّرُبوَنا ِإَلى ِهَّللا ُز ْلَفى … [الزمر
Artinya: “… dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Dia (berkata), “Kami tidak
menyembah mereka melainkan (berharap) agar mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan
sedekat-dekatnya …” [QS. az-Zumar (39): 3]
Ayat terakhir menunjukkan bahwa orang-orang yang beralasan ingin mendekatkan diri kepada
Allah subhanahu wa ta’ala melalui perantara apapun yang tidak dibenarkan syariat, termasuk
dalam hal ini adalah melalui ahli kubur, pada hakikatnya mereka itu menyekutukan
Allah subhanahu wa ta’ala.
Sebagaimana terjadi pada masa sekarang ini, banyak orang yang mengunjungi kuburan-kuburan
orang-orang tertentu, seperti kuburan para wali misalnya. Kegiatan tersebut, dapat digolongkan
kepada perbuatan yang dilarang dikarenakan orientasi tujuannya sudah berubah, bukan untuk
mendoakan dan muhasabah diri namun cenderung meminta-minta dan menjadikan kuburan-
kuburan itu wasilah kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Indikasi itu muncul di antaranya karena
kegiatan berziarah itu dikhususkan ke tempat-tempat tertentu yang dinilai memiliki hal yang
lebih dibanding dengan kuburan-kuburan lain. Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam tidak pernah mengkhususkan kuburan tertentu baik ketika beliau hendak mendoakan
mereka maupun ketika bermuhasabah diri.
Demikianlah uraian mengenai hukum dan tuntunan berziarah. Semoga dapat menjadikan ziarah
kita lebih bermakna dan bermanfaat serta tidak menyesatkan.
BAB 3
PENUTUP
A.Kesimpulan
Pengurusan jenazah muslim sangatlah penting karena jika ada seorang muslim meninggal
di suatu tempat dan tidak ada yang bisa merawatnya dengan benar (sesuai dengan ajaran
agama Islam), maka seluruh masyarakat yang tinggal di tempat tersebut akan
mendapatkan dosa karena pengurusan
“Barangsiapa memandikan mayit lalu menyembunyikan aib-aibnya, Allah akan
mengampuninya dengan empat puluh kali ampunan. Dan barangsiapa menggali
(kubur) untuknya maka akan diberikan pahala baginya seperti pahala orang yang
memberikan tempat tinggal hingga hari kiamat. Dan barangsiapa mengkafani mayit,
Allah akan mengkafaninya dengan sutra halus dan beludru dari surga di hari kiamat
nanti.” (HR. Al-Hakim).
Pahala besar ini akan didapatkan oleh setiap orang Muslim yang melakukan hal
tersebut dengan disertai dua syarat, Al-Imam Al-Albani menjelaskan kedua syarat
tersebut beliau berkata :
“Bagi orang yang bertugas memandikan ia akan mendapatkan pahala yang sangat
besar dengan dua syarat: hendaknya menyembunyikan aib jenazah, tidak
menceritakan sesuatu yang tidak disukai yang terlihat pada jenazah dan hendaknya
ia melakukan hal tersebut karena mengharap wajah Allah bukan mengharap balasan,
ucapan terimakasih, atau hal-hal keduniaan lainnya.
“Barangsiapa menshalatkan jenazah dan tidak ikut mengiringinya, maka baginya
pahala satu qirath. Jika ia sampai mengikuti jenazahnya, maka baginya pahala dua
qirath.” Ada yang bertanya, “Apa yang dimaksud dua qirath?”. Beliau menjawab,
“Ukuran terkecil dari dua qiroth adalah semisal gunung Uhud.” (HR. Muslim no. 945).
Ketika jumlah jenazah yang kita sholati bertambah, maka akan bertambah pula
pahala yang kita dapatkan meski shalatnya hanya sekali untuk beberapa jenazah.
Imam Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz menyatakan :
“Kami berharap baginya mendapatkan banyak qirath sesuai dengan jumlah jenazah
yang ada berdasarkan sabda Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan oleh
Muslim di dalam kitab Al-Janaiz bab tentang keutamaan shalat jenazah no. 946:
Barangsiapa menshalati jenazah maka baginya pahala satu qirath dan barangsiapa
mengiringinya hingga dikuburkan maka baginya pahala dua qirath. Dan hadits lain
yang semakna dengannya semua menunjukkan bahwa jumlah qirath itu sesuai
dengan jumlah jenazah yang ada.” (Majmu’ Fatawa Syaikh Bin Baz : 13/137).
DAFATAR PUSTAKA
Andi riswan .dibuat 2022,mencari pengertian penjelasan dan ringksan dari goole.Gowa 17
september 2022.
#campuran dari google
https://fliphtml5.com/hpqbg/yagq/basic
https://arsippkuliah.blogspot.com/2017/04/makalah-jenazah.html\
https://tirto.id/tata-cara-mengkafani-jenazah-laki-laki-dan-perempuan-dalam-islam-ewS7
https://mataairaswaja.blogspot.com/2020/11/tata-cara-menshalati-jenazah-lengkap.html
https://www.merdeka.com/trending/tata-cara-menguburkan-jenazah-sesuai-syariat-islam-
kln.html
https://www.ilmusaudara.com/2017/03/pengertian-taziyah-hukum-dan-adab-serta.html
https://dalamislam.com/info-islami/hukum-ziarah-kubur