Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

TATACARA PELAKSANAAN JENAZAH

Disusun oleh:
KELOMPOK 7

1. ANDI RISWAN
2. AHMAD MUAMMAR

Dosen Pengampuh : St. Halifah, S.Pd.i., M.Pd.i

STIMI YAPMI MAKASSAR


2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmatnya
sehingga penulis dapat menyusun makalah tentang "tata cara
pelaksanaan jenazah”

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah mempelajari tatacara


pelaksanaan jenazah agar dapat mengetahui pelaksanaan jenazah
bagi agama islam.

Saya ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah


membantu, memfasilitasi, memberi masukan, dan mendukung
penulisan makalah ini sehingga selesai tepat pada waktunya. Semoga
dibalas oleh Allah SWT dengan ganjaran yang berlimpah.

Meski penulis telah menyusun makalah ini dengan maksimal, tidak


menutup kemungkinan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu
sangat diharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca
sekalian.

Akhir kata, saya berharap makalah ini dapat menambah referensi


keilmuan masyarakat.wassalamualaikum wr.wb

Gowa,17september2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR...................................................................................................................................................1

DAFTAR ISI.................................................................................................................................................................3

BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................................................................4

A. Latar Belakang.............................................................

B. Rumus Masalah ..............................................................................

C. Tujuan .......................................................................................................................

BAB 2 PEMBAHASAN.............................................................................................................................................5

A. Memandikan Jenazah................................

B. Mengafani Jenazah...............................................

C. Menshalati Jenazah.........................................................

D. Menguburkan Jenazah..............................................................

E. Hukum Dan Cara Ta’ziah.......................................................................

F. Hukum Dan Cara Ziarah...............................................................................................

BAB 3
PENUTUP......................................................................................................................................................................6

A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................................................7

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Agama Islam sebagai agama terakhir yang dibawa oleh Nabi MuhammadSAW,
untuk semua manusia telah mewajibkan bagi mereka saling hormat
antarsesamanya, walaupun mereka berbeda etnis atau agama. Sikap saling
hormatmenghormati ini bukan hanya ketika manusia itu hidup, bahkan saat manusia itu
punmati. Karena menghormati seseorang yang mati sama halnya dengan
menghormatimanusia yang hidup. Rasulullah Saw, telah menunjukkan kepada kita
bagaimana rasahormatnya ketika mayat seorang yahudi berlalu dihadapannya, dan
bagaimana beliaumenyatakan rasa duka yang dalam ketika mendengar raja Najasyi
(seorang raja yangberagama Kristen di Habasyah) meninggal dunia.Akan tetapi, lain
halnya kewajibankaum muslimin terhadap saudara-saudaranya yang sesama muslim
yang meninggaldunia. Mereka yang masih hidup mempunyai kewajiban terhadap
hak-hak yangd i m i l i k i o l e h s e s e o r a n g m u s l i m y a n g m e n i n g g a l . B i l a m a n a
k e w a j i b a n i n i ditinggalkan dan tak seorang pun dari mereka memberikan hak-
hak orang yangmeninggal, maka semua orang muslim di tempat itu menanggung dosa.
Kecuali, jikaada sebahagian atau seseorang yang melaksanakan hak-hak orang yang
meninggal,m a k a g u g u r l a h d o s a b a g i s e m u a . O l e h k a r e n a i t u , p e n u l i s i n g i n
m e m p e l a j a r i mengenai hal tersebut dengan cara menulis sebuah makalah
dan mengangkat judul”Penyelenggaraan Jenazah Bagi Umat Muslim”

B. Rumus Masalah
1.tata cara memandikan jenazah?

2.tata cara mengafani jenazah?

3.tata cara menshalati jenazah?

4.tata cara menguburkan jenazah?

5.hukum dan cara ta’ziah?

6.hukum dan cara ziarah kubur?

C. Tujuan Masalah

Untuk mengetahui tata cara pelaksanaan jenazah seperti yg ada pada rumusan masalah.

BAB 2
PEMBAHASAN

A.tata memandikan jenzah

Sebelum memandikan jenazah, pastikan ruangan tempat memandikan anda itu


tertutup atau tidak memungkinkan untuk orang lain selain yang memandikan
melihat. Selanjutnya, apabila jenazah masih belum memiliki kain penutup,
diberi kain penutup.

Apabila yang mengurus jenazah ada 4 orang, maka 1 orang yang memandikan
dan 3 orang lainnya memegangi kain penutup. 1 orang yang memandikan
tersebut yang melihat jenazah, sedangkan 3 orang lainnya tidak perlu. Adapun
langkah langkah dalam memandikan jenazah sebagai berikut:

1. Meletakkan Jenazah di Meja / Keranda

Untuk memudahkan memandikan jenazah, anda letakkan jenazah tersebut


diatas meja atau keranda. Dianjurkan yang memiliki lubang lubang atau celah
celah. Ini agar kotoran kotoran yang terbilas ketika memandikan jenazah tidak
tertinggal dan jatuh ke tanah.

2. Berniat dan membaca basmalah

Bagi yang memandikan jenazah, diharuskan berniat dan membaca basmalah


sebelum memulai prosesi memandikan jenazah. Niat memandikan jenazah
yaitu:

‫َن َو ْي ُت اْلُغ ْس َل َاَداًء َع ْن هَذ ااْلَمِّيِت ِِهلل َت َع اَلى‬

Nawaitul ghusla ada-an ‘an hadzal mayyiti lillahi ta’ala

“Saya niat memandikan untuk memenuhi kewajiban dari jenazah (laki-laki) ini
karena Allah Ta’ala”

Berikut adalah niat memandikan jenazah perempuan;

‫َن َو ْي ُت اْلُغ ْس َل َاَداًء َع ْن هِذِه اْلَم ِّي َت ِة ِِهلل َت َع اَلى‬

Nawaitul ghusla ada-an ‘an hadzihil mayyitati lillahi ta’ala


“Saya niat memandikan untuk memenuhi kewajiban dari jenazah (perempuan)
ini karena Allah Ta’ala”

Bila anda tidak menghafal bacaan niat arabnya silahkan gunakan bacaan niat
artinya saja.

3. Mengusap Perut Jenazah

langkah berikutnya dalam memandikan jenazah adalah memposisikan jenazah


menggunakan tangan kanan sehingga jenazah seperti hampir duduk
(perhatikan gambar dibawah). Lalu perut jenazah ditekan dengan lembut.

Gerakan mengusap dan menekan bagian perut ini dilakukan agar apa saja yang
tertinggal di dalam perut dapat mudah keluar.

4. Membersihkan P4nt4t dan Kotoran Jenazah

Setelah anda mengusah dan menekan perut jenazah, kotoran kemungkinan


akan keluar dari p4nt4t jenazah. Tangan kiri yang telah memakain sarung
tangan mengambil kain atau lap bersih untuk membersihkan kotoran dibagian
p4nt4t jenazah dan kem4lu4n jenazah. Dijelaskan oleh ulama bahwa harus
menggunakan pelapis ketika membersihkan bagian tersebut.

Adapun beberapa petunjuk mengatakan bahwa lubang belakang bagusnya


diberlakukan seperti cara istinja yaitu memasukkan jari yang telah dibalut kain
untuk membersihkan sisa kotoran. Sekiranya ini perlu agar jenazah betul betul
bersih dari najis sebelum disholatkan.

5. Membersihkan Mulut dan Hidung

Selanjutnya adalah mengambil secerca kain bersih dengan sedikit dibasahi


(sedikit saja), untuk menggosok giginya. Ingat untuk lembut.

Selanjutnya bagian kain yang masih bersih, diberi air sedikit saja (sangat
sedikit) dan diusapkan ke lubang hidungnya, tidak usah terlalu dalam, sedikit
saja. Dan ingat untuk lembut.

6. Mewudhukan Jenazah
Langkah langkah diatas adalah langkah membersihkan najis najis dari tubuh
jenazah, selanjutnya di wudhukan. Jenazah diwudhukan seperti halnya orang
berwudhu tapi tanpa membasahi mulut dan hidung. Adapun langkahnya mulai
dari secara berurutan adalah sebagai berikut:

1. Menyiram pergelangan tangan jenazah mulai dari kanan ke kiri.


2. Mengusap bagian gigi menggunakan kain (yang tidak basah) dan
mengusap lubang hidung.
3. Menyiram bagian tangan hingga siku mulai dari kanan ke kiri.
4. Menyiram kepala dan rambut jenazah
5. Menyiram telinga kanan dan kiri
6. Menyiram kaki kanan dan kiri.

7. Menyiram Kepala Jenazah, wajah dan jenggot jenazah

Tata cara memandikan jenazah | Setelah jenazah diwudhukan, masuklah


pada bagian memandikan jenazah yang sesungguhnya yaitu menyiram kepala,
wajah dan jenggotnya menggunakan air rendaman bidara.

Lakukan dengan lembut ketika menggosok kepala jenazah. Apabila ingin


menggunakan sabun dan shampoo, tidak apa apa. Setelah diberi sabun dan
shampoo, siram kembali hingga busa busanya hilang. Hitung jumlah siraman
anda agar total siraman untuk seluruh rangkaian berjumlah ganjil (hukumnya
sunnah).

8. Menyiram Tubuh bagian kanan dan Kiri Jenazah

Disunnahkan untuk memulainya pada tubuh bagian kanan jenazah, caranya


dengan membaringkan jenazah kesamping ke arah kiri sehingga bagian tubuh
kanan berada diatas. Lalu, disiram dari leher ke hingga kebagian kaki.
Kemudian mengambil sabun dan digosokkan ke tubuh jenazah dari leher hingga
ujung kaki bagian kanan. Ingat untuk menyiram kembali hingga busa hilang.
Jangan lupa untuk membersihkan punggung dan perut jenazah juga.

Selanjutnya tubuh bagian kiri jenazah, seperti sebelumnya, tubuh jenazah


dibaringkan ke arah kanan sehingga tubuh bagian kirinya berada diatas.
Lakukan hal yang sama seperti diatas. Ingat untuk menghitung jumlah siraman
karena disunnahkan ganjil.
Setelah itu sisirlah rambutnya, bila jenazah memiliki rambut. Disunnahkan pada
siraman terakhir, disiram menggunakan air campuran kapur barus mulai dari
kepala hingga ujung kakinya yang dimulai dari bagian kanan ke bagian kiri.

9. Mengganti Kain Penutup Jenazah Dengan Yang Baru

Ketika telah selesai memandikan jenazah, gantilah kain penutup jenazah yang
sebelumnya dipakai untuk jenazah ketika memandikan. Gunakan kain kafan
yang berwarna putih ketika selesai memandikan sebagai penutup. Apabila tidak
ada, maka gunakan kain lain saja, asalkan kain tersebut dapat menutup dari
kepala hingga ujung kaki jenazah (kecuali jenazah yang meninggal ketika
berhaji).

Dapat anda lihat pada gambar dibawah ini.

Apabila Jenazah Belum Bersih

Dalam memandikan jenazah, baik itu jenazah perempuan maupun jenazah laki
laki, apabila ketika memandikan jenazah belum bersih, maka diulang satu kali
lagi proses memandikannya. Kalian tidak perlu mengulang wudhunya.

Sisa kalian ulang dilangkah 7 dan 8 diatas. Oleh karena itu, untuk bagusnya
sebelum disiram dengan air kapur barus, yang memandikan memperhatikan
mayit dengan seksama apakah sudah bersih atau belum. Bila belum, kalian
ulang langkah 7 dan 8 hingga jenazah bersih.

Makruh Dalam Memandikan Jenazah

Dalam hadist yang ada, makruh memandikan jenazah atau Artinya bila dirasa
tidak perlu, maka sebaiknya tidak usah dilakukan. Tidak sampai dosa bila
dilakukan.

Kegiatan yang dinilai makruh dalam memandikan jenazah seperti menggunakan


air panas ataupun hangat, memandikan menggunakan sabun dan shampoo dan
bahan mandi lainnya selainnya daun bidara dan kapur barus.
Mandi Setelah Memandikan Jenazah

Setelah anda dan teman teman sekalian memandikan jenazah, maka


disunnahkan untuk mandi dan membersihkan tubuh kita.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫َم ْن َغ َّسَل َم ِّي ًت ا َفْلَي ْغ َت ِس ْل َو َم ْن َح َم َلُه َفْلَي َت َو َّض ْأ‬

“Siapa saja yang memandikan jenazah, maka hendaklah dia mandi


(setelahnya). Dan siapa saja yang membawa jenazah, maka hendaklah dia
wudhu (setelahnya)“. (HR Abu Dawud no. 3161 dihasankan Al Albani dalam
Ahkamul Janaiz no. 71).

Hadist diatas menunjukkan bahwa ketika telah selesai dalam memandikan


jenazah, disunnahkan oleh Nabi Muhammad untuk mandi. Adapun sebaik
baiknya mandi adalah dilengkapi dengan mandi wajib. Bagi yang membawa
atau memikul jenazah baik sebelum dimandikan dan sesudah dimandikan
(dikafani, disholati dan seterusnya), maka dianjurkan atas dia untuk berwudhu.

Apabila anda merasa butuh mandi walaupun anda hanya memikul mayit, maka
lakukanlah mandi, tidak ada larangan perihal tersebut.

Demikianlah artikel tentang tata cara memandikan jenazah dan ketentuan


ketentuan yang ada dalam memandikan jenazah. Semangat belajarnya karena
belajar itu mudah.
B.Tata cara mengafani jenazah

Cara Mengkafani Jenazah


Berikut adalah tata cara mengkafani jenazah dikutip dari buku Panduan Praktis Shalat Jenazah
dan Perawatan Jenazah oleh siti nur aidah

1. Bentangkan tali-tali pengikat kafan secukupnya. Tidak ada jumlah tali yang ditentukan
syariat, perkaranya longgar.

2. Bentangkan kain kafan lapis pertama di atas tali-tali tersebut.

3. Beri bukhur pada kain lapis pertama, atau jika tidak ada bukhur bisa diganti dengan
wangian lainnya.

4. Bentangkan kain kafan lapis kedua di atas lapis pertama.

5. Beri bukhur atau minyak wangi pada kain lapis kedua.

6. Bentangkan kain kafan lapis ketiga di atas lapis kedua.

7. Beri Bukhur atau minyak wangi pada kain lapis ketiga.

Kain kafan yang digunakan untuk membungkus jenazah pun memiliki kriteria khusus. Masih
dikutip dari buku yang sama, berikut kriteria kain kafan yang dibutuhkan:

1. Kain kafan yang digunakan lebih utama dibeli menggunakan harta orang yang sudah
meninggal. Serta semua harta jenazah saat masih hidup diprioritaskan untuk biaya
pengurusan jenazah dibanding untuk membayar hutangnya.

2. Memakai kain kafan warna putih hukumnya sunnah, sesuai sabda Rasulullah SAW:
“Pakailah pakaian yang berwarna putih dan kafanilah mayat dengan kain warna putih.
Karena itu adalah sebaik-baik pakaian kalian”. (HR Abu Daud)

3. Kain kafan yang digunakan harus bagus, bersih, dan mampu menutupi seluruh tubuh

4. Sebelum kain kafan digunakan, harus diberi wangi-wangian terlebih dahulu.

B. Tata cara menshalati jenazah

Salat jenazah sama halnya dengan shalat yang lain, yaitu harus menutup aurat, suci
dari hadas besar dan kecil, suci badan, pakaian dan tempatnya serta menghadap qiblat.
Mayat sudah dimandikan dan dikafani. Mayat diletakan disebelah kiblat orang yang
menyalatinya, kecuali kalau shalat dilakukan di atas kubur atau salat ghaib.

Syekh Muhammad Nawawi al-Bantani dalam kitabnya Tausyih ala Ibni Qasim seperti
dikutip NU Online menjelaskan, salat jenazah punya beberapa rukun yang perlu diketahui.
Rukun shalat jenazah antara jenazah laki-laki dan perempuan pun berbeda, baik dilakukan
secara berjamaah maupun sendirian. Berikut penjelasan rukun-rukunnya:

· Niat

Niat ini dilafalkan dalam hati dan harus bersamaan dengan pelaksanaan takbiratul ihram,
seperti halnya yang berlaku dalam melaksanakan niat pada shalat fardhu.

Adapun lafal niat melakukan shalat jenazah secara sendirian dan jenazah berkelamin laki-
laki adalah sebagai berikut:

‫أوشلي على الهدزال ماييتي فردالن هلل تعالى‬.

Ushalli ‘alâ hâ dzal mayyiti fardlan lillâ hi ta’â lâ .

Artinya: “Aku niat shalat atas jenazah (laki-laki) ini fardhu karena Allah ta’â lâ ".

Ketika shalat sendirian dan jenazah berkelamin perempuan, lafal niat yang diucapkan
sebagai berikut:

‫أشلي على الهاديهيل مييتاتي فردالن هلل تعالى‬.

Ushalli ‘alâ hâ dzihil mayyitati fardlan lillâ hi ta’â lâ .

Artinya, “Aku niat shalat atas jenazah (perempuan) ini fardhu karena Allah ta’â lâ ".

Ketika shalat jenazah berjamaah dan menjadi makmum, maka melafalkan niat berikut ini,
baik jenazah laki-laki ataupun perempuan

Ushalli ‘alâ man shalla ‘alaihil imâ mu ma’mû man fardlan lillâ hi ta’â lâ .

Artinya, “Aku niat shalat atas jenazah yang dishalati imam fardhu karena Allah ta’â lâ ".

· Berdiri

Salat jenazah wajib dilakukan dengan cara berdiri, sebab salat jenazah tergolong salat
fardhu, sedangkan setiap salat fardhu wajib dilaksanakan dengan cara berdiri.

Tapi jika seseorang memang tidak mampu berdiri karena sedang sakit maka bisa dilakukan
dengan cara duduk seperti halnya ketentuan yang terdapat dalam shalat lima waktu.
· Takbir empat kali

Jumlah takbir dalam salat jenazah harus empat kali, ini termasuk takbiratul ihram. Jika
tidak cukup empat kali maka shalat dianggap tidak sah. Seperti pada shalat fardu lima kali,
disunnahkan mengangkat kedua tangan sejajar dengan dua pundak saat berseru takbir.

Dalam melakukan takbir akan diselingi dengan beberapa bacaan doa. Setelah takbir
pertama kita dianjurkan untuk membaca Surat Al-Fatihah, takbir kedua membaca
shalawat, takbir ketiga dan keempat membaca doa.

· Membaca Surat al-Fatihah

Membaca Surat al-Fatihah dilakukan setelah takbir pertama (takbiratul ihram). Sebaiknya
membaca Surat al-Fatihah dengan cara suara dilirihkan. Setelah itu membaca ta’awwudz
menurut qaul ashah (pendapat terkuat).

Dalam salat jenazah tidak disunahkan membaca do'a Iftitah karena dianggap terlalu
panjang.

· Membaca Shalawat.

Bacaan shalawat ini dibaca setelah takbir kedua. Bacaan shalawat yang minimal bisa
mencukupi sahnya shalat jenazah adalah sebagai berikut:

‫َالَٰل ُهُّم َص ِّل َع َلى ُمَحَّمٍد‬

Allâ humma shalli ‘alâ sayyidinâ Muhammad.

Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada Nabi Muhammad."

Sedangkan bacaan shalawat yang paling sempurna adalah bacaan Shalawat Ibrahimiyah,
yakni shalawat yang dibaca ketika tasyahud akhir dalam shalat fardhu lima waktu, yaitu:

Allâhumma shalli ‘alâ sayyidinâ Muhammad wa ‘alâ âli sayyidinâ Muhammad, kamâ
shallaita ‘alâ sayyidinâ Ibrâhîm wa ‘alâ âli sayyidinâ Ibrâhim, wa bârik ‘alâ sayyidinâ
Muhammad, wa ‘alâ âli sayyidinâ Muhammad, kamâ bârakta ‘alâ sayyidina Ibrâhîm wa ‘alâ
âli sayyidinâ Ibrâhîm fil ‘âlamîna innaka hamîdun majîd.

‫َالَّلُهَّم َص ِّل َعلَى ُمَحَّمٍد َو َعلَى آِل ُمَحَّمٍد َك مَا َص َّلْيَت َعلَى ِإْبَر اِهْيَم َو َعلَى آِل ِإْبَر اِهْيَم ِإنَّـَك َحِم ْيٌد َمِج ْيٌد َالَّلُهَّم بَاِرْك َعلَى ُمَحَّمٍد َو َعلَى‬
‫آِل ُمَحَّمٍد َك مَا بَاَر ْك َت َعلَى ِإْبَر اِهْيَم َو َعلَى آِل ِإْبَر اِهْيَم ِإنَّـَك َحِم ْيٌد َمِج ْيٌد‬.

Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada Nabi Muhammad dan kepada keluarga
Nabi Muhammad, sebagaimana telah Engkau limpahkan rahmat kepada Nabi Ibrahim dan
keluarga Nabi Ibrahim. Limpahkan pula keberkahan bagi Nabi Muhammad dan bagi
keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana telah Engkau limpahkan keberkahan bagi Nabi
Ibrahim dan bagi keluarga Nabi Ibrahim. Sesungguhnya di alam semesta Engkau Maha
Terpuji dan Maha Agung."

· Mendoakan Jenazah

Mendoakan jenazah ini dilakukan setelah takbir ketiga. Minimal bacaan doa yang bisa
dibaca untuk jenazah laki-laki adalah:

Allâhumaghfir lahu.

Artinya, “Ya Allah, ampunilah dia (laki-laki)."

Jika ingin lebih sempurna maka bacaannya adalah: Allâhummaghfir lahu warhamhu wa
‘âfihi wa‘fu anhu wa akrim nuzulahu wa wassi’ madkhalahu waghsilhu bilmâ’i wats tsalji wal
baradi, wa naqqihi minal khathâyâ kamâ naqaita ats-tsauba al-abyadh minad danasi, wa
abdilhu dâran khairan min dârihi wa ahlan khairan min ahlihi wa zaujan khairan min
zaujihi wa adkhilhu al-jannata wa a’idzhu min ‘adzâbil qabri wa min adzâbinnâr

Artinya: “Ya Allah, ampunilah dia, rahmatilah dia, bebaskanlah dan maafkanlah dia.
Muliakanlah tempatnya, luaskanlah kuburnya, dan mandikanlah ia dengan air, salju, dan es.
Bersihkan dia dari segala kesalahan, sebagaimana Engkau membersihkan baju yang putih
dari kotoran. Berikan ia rumah yang lebih baik dari rumahnya (di dunia), keluarga yang
lebih baik dari keluarganya, pasangan yang lebih baik dari pasangannya. Kemudian
masukkanlah ia ke dalam surga dan lindungilah ia dari siksa kubur dan siksa neraka.

Sedangkan minimal bacaan doa ketika jenazah perempuan adalah membaca doa berikut:

Allâhumaghfir lahâ.

Artinya, “Ya Allah, ampunilah dia (perempuan)."

Jika ingin membaca doa yang lebih sempurna, maka bacaannya adalah Allâhummaghfir
lahâ warhamhâ wa ‘âfihâ wa‘fu anhâ wa akrim nuzulahâ wa wassi’ madkhalahâ waghsilhâ
bilmâ’i wats tsalji wal baradi, wa naqqihâ minal khathâyâ kamâ naqaita ats-tsauba al-
abyadh minad danasi, wa abdilhâ dâran khairan min dârihâ wa ahlan khairan min ahlihâ wa
zaujan khairan min zaujihâ wa adkhilhâ al-jannata wa a’idzhâ min ‘adzâbil qabri wa min
adzâbinnâr.
Artinya: “Ya Allah, ampunilah dia, rahmatilah dia, bebaskanlah dan maafkanlah dia.
Muliakanlah tempatnya, luaskanlah kuburnya, dan mandikanlah ia dengan air, salju, dan es.
Bersihkan dia dari segala kesalahan, sebagaimana Engkau membersihkan baju yang putih
dari kotoran. Berikan ia rumah yang lebih baik dari rumahnya (di dunia), keluarga yang
lebih baik dari keluarganya, pasangan yang lebih baik dari pasangannya. Kemudian
masukkanlah ia ke dalam surga dan lindungilah ia dari siksa kubur dan siksa neraka. Ketika
selesai membaca doa di atas, orang yang melaksanakan shalat jenazah melanjutkan
shalatnya dengan melakukan takbir yang keempat.

Setelah itu takbir keempat. Dalam situasi ini disunnahkan untuk membaca doa berikut ini.

- Untuk jenazah laki-laki:

Allâ humma lâ tahrimnâ ajrahu wa la taftinna ba’dahu waghfir lanâ wa lahu

Artinya: “Ya Allah, jangan haramkan kami dari pahalanya dan jangan beri fitnah (cobaan)
bagi kami sepeninggalnya. Ampunilah kami dan ampunilah dia."

- Untuk jenazah perempuan:

Allâ humma lâ tahrimnâ ajrahâ wa la taftinna ba’dahâ waghfir lanâ wa lahâ

Artinya: “Ya Allah, jangan haramkan kami dari pahalanya dan jangan beri fitnah (cobaan)
bagi kami sepeninggalnya. Ampunilah kami dan ampunilah dia.

· Membaca Salam

Membaca salam ini dilakukan setelah membaca doa yang dilafalkan setelah takbir keempat.
Bacaan salam pada shalat jenazah ini persis seperti bacaan salam yang dibaca pada shalat
fardhu lima waktu.

Selain itu, menghadapkan wajah ke arah kanan pada saat bacaan salam pertama dan
menghadapkan wajah ke kiri pada saat salam kedua merupakan sunnah yang berlaku
dalam pelaksanaan salat jenazah.

D.Tata cara menguburkan jenazah


Mempersiapkan Lubang Kubur
Tata cara menguburkan jenazah tentunya diawali dengan mempersiapkan lubang kuburnya.
Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam membuat lubang kubur sesuai syariat
Islam sebagai berikut :

Lubang Harus Dalam


Menurut ajaran Islam, kedalaman lubang kubur setinggi orang yang berdiri di dalam dengan
tangan melambai ke atas. Kemudian lebar dengan ukuran satu dzira atau satu hasta lebih satu
jengkal, setara 50 centimeter.

Galilah lubang di tanah yang kuat dan dalam supaya ketika jenazah mulai membusuk, bau
jasadnya tidak tercium oleh binatang pemakan bangkai. Serta aman dari longsor akibat aliran
hujan.

Baca juga: Tata Cara Mengurus Jenazah yang Benar Menurut Islam

Bentuk Lubang
Tahap tata cara menguburkan jenazah dengan memperhatikan bentuk lubang kuburnya.
Buatlah panjang yang cukup untuk jenazah, tentu melebihi tinggi badannya.

Apabila tanahnya keras, disunahkan untuk membuat liang lahat di dalam lubang kubur. Liang
lahat ialah lubang yang dibuat di dinding kubur sebelah kiblat, seukuran yang cukup untuk
meletakkan jenazah.

Jenazah ditaruh di liang lahat tersebut, kemudian ditutup menggunakan batu pipih. Lalu urug
dengan tanah. Di Indonesia, sebagian besar masyarakat menggunakan papan kayu sebagai
ganti batu pipih, supaya tanahnya tidak runtuh menimpa jenazah.

Sedangkan bila tanahnya gembur, disunahkan untuk membuat semacam lubang lagi di dasar
kubur dengan ukuran dapat menampung jenazah. Jenazah diletakkan pada lubang tersebut,
kemudian bagian atasnya ditutup dengan batu pipih atau papan kayu, lalu diurug dengan
tanah.

Baca juga: Mempersiapkan Makam Islam untuk Keluarga Muslim

Menguburkan di Pemakaman Muslim


Alangkah baiknya bila seorang musim yang meninggal, dikuburkan di pemakaman khusus
muslim. Apabila tidak ada, serta waktu menguburkan jenazah yang harus dilakukan segera
dianggap tidak masalah. Selama proses penguburannya masih sesuai syariat Islam.

Waktu Menguburkan Jenazah


Mengenai waktu menguburkan jenazah perlu diperhatikan pula, karena bisa berdampak pada
proses pemakaman serta ketersediaan warga yang membantu menguburkan. Beberapa waktu
yang sebaiknya dihindari ketika menguburkan jenazah:
 Matahari terbit hingga naik.
 Matahari berada di tengah-tengah.
 Matahari hampir terbenam atau benar-benar terbenam

Adab Membawa dan Mengiringi Jenazah


1. Mengiringi dengan Khusyuk
Ketika mengiringi jenazah ke pemakaman, sebaiknya dilakukan dengan khusyuk dan khidmat
tidak diselingi dengan bercanda.

Sebagai hari terakhir bagi keluarga, kerabat, tetangga, serta teman mendampingi jenazah
menuju peristirahatan terakhirnya. Selain menjaga ucapan duniawi yang kurang penting,
sebaiknya memperbanyak shalawat Nabi dan memikirkan tentang kematian.

2. Adab Pengiring Jenazah


Apabila diiringi dengan berjalan kaki, maka berjalanlah di sekitar keranda. Sementara ketika
mengiringi jenazah dengan kendaraan, tentunya mobil jenazah berada paling depan diikuti
rombongan yang lain.

Ketika ada kendaraan lain yang hendak lewat, sebaiknya mendahulukan iringan jenazah untuk
lewat terlebih dahulu.

Adab Masuk Kuburan


Para pelayat dan pengiring jenazah tidak dianjurkan untuk duduk sebelum jenazah diturunkan
dari para pembawanya. Adab selanjutnya, membaca salam seperti yang telah diajarkan oleh
Rasulullah SAW :

ASSALAMU ALAIKUM YA AHLAD DIYAR MINAL MUKMININ WA MUSLIMIN,WA INNA INSYA ALLAHU
BIKUM LA HIQUN, NASALULLAHI LANA WALAKUMUL ‘AFYAH.

Artinya: ” Semoga keselamatan tercurah kepada kalian, wahai penghuni kubur, dari (golongan)
orang-orang beriman dan orang-orang Islam. Kami insya Allah akan menyusul kalian, saya
meminta keselamatan untuk kami dan kalian.”

Baca juga: Alasan Kenapa Jenazah Harus Segera Dikuburkan

Memasukkan Jenazah ke Lubang Kubur


Bagi jenazah perempuan, dikhususkan untuk membentangkan kain di atas lubang kubur.
Ketika memasukkan jenazah ke dalam lubang, yang melakukan sebaiknya dua atau tiga orang
laki-laki yang paling dekat dengan keluarga jenazah semasa hidupnya.

Selain itu orang-orang yang memasukkan jenazah, diusahakan oleh mereka yang ketika malam
harinya tidak junub. Cara meletakkan jenazah dengan mendahulukan kepala, kemudian
meluruskan kakinya.
Ketika meletakkannya di lubang kubur, disunahkan membaca :

BISMILLAHI WA ‘ALA SUNNATI RASULILLAHI SHALLALLHU ‘ALAIHI WA SALLAMA


Artinya : Dengan nama Allah dan atas agama Rasulullah” .

Tata cara mengubur jenazah membaca doa ini, sesuai sunnah Rasulullah seperti yang
disebutkan dalam hadis riwayat Imam Abu Dawud :

Dari sahabat Abdullah bin Umar, bahwa bila Rasulullah meletakkan jenazah di dalam kubur, beliau
membaca Bismillahi wa ala sunnati Rasulillahi shallallhu ‘alaihi wa sallama.”

Posisi Jenazah
Posisi jenazah di dalam lubang kubur, wajib dimiringkan ke sebelah kanan atau menghadap
arah kiblat. Jika jenazah tidak dihadapkan ke arah kiblat namun terlanjur diurug tanah, maka
harus menggali lagi dan menghadapkan jenazah ke arah kiblat.

Setelah jenazah diletakkan secara perlahan di dasar lubang, disunahkan untuk melepas ikatan
talinya, dimulai dari kepala dan membuka kain, pipi serta jari-jari kaki harus menempel pada
tanah.

Wilayah Indonesia, arah kiblatnya cenderung ke barat. Sehingga posisi kepala selalu di utara.
Bila posisi kepala ada di sebelah selatan, maka untuk menghadapkannya ke arah kiblat harus
memiringkan tubuh jenazah ke sisi kiri.

Tata Cara Menguburkan Jenazah Ringkas Sesuai Syariat


1. Memperdalam lubang kubur, supaya tidak tercium bau jenazah dan tidak dimakan oleh
binatang pemakan bangkai.

2. Meletakkan jenazah di tepi lubang atau liang kubur sebelah kiblat, lalu ditaruh papan kayu
atau semacamnya dengan posisi agak miring, supaya jenazah tidak langsung tertimpa tanah.
3. Kemudian di atasnya ditaruh semacam bata posisi mendatar untuk menahan tanah
timbunan, sehingga tidak mengenai jenazah langsung. Khusus kondisi tanah gembur seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya.

4. Meletakkan jenazah dengan memasukkan kepala jenazah dari arah kaki kubur, atau dari
posisi selatan jika di Indonesia.
5. Letakkan jenazah posisi miring ke kanan menghadap kiblat dengan menopang tubuh
menggunakan batu atau papan kayu, supaya jenazah tidak kembali terlentang.

6. Para ulama menyarankan untuk meletakkan tanah di bawah pipi jenazah sebelah kanan
setelah kain kafan dan semua tali dibuka, pipi menempel langsung ke tanah.
7. Ketika memasukkan jenazah ke liang kubur dan meletakkannya dianjurkan membaca doa
berikut :

“BISMILLAHI WA’ALAA MILLATI ROSUULILLAAH”


Artinya: “Dengan nama Allah dan atas agama Rasulullah.” (HR. At-Tirmidzi dan Abu Daud), atau
doa seperti di atas tadi.

8. Khusus jenazah perempuan, disarankan untuk membentangkan kain di atas kuburnya pada
waktu dimasukkan ke liang kubur. Sedangkan untuk mayat laki-laki tidak dianjurkan.
9. Jenazah perempuan sebaiknya yang mengurus adalah laki-laki yang tidak dalam keadaan
junub atau tidak menyetubuhi istri mereka pada malam sebelumnya.

10. Setelah jenazah diletakkan di lubang kubur, disarankan untuk menaburkan tanah tiga kali
dari arah kepala mayit, baru kemudian ditimbuni tanah.
11. Membaca doa setelah selesai menguburkan jenazah. 9 dari 9 halaman

Doa Sesudah Menguburkan Jenazah


“ALLAHUMMAGHFIR LAHU WARHAMHU, WA’AAFIHI WA’FU ‘ANHU, WA AKRIM NUZULAHU, WA
WASSI’MADKHALAHU, WAGHSILHU BIL-MA’I WATSTSALJI WAL-BARADI, WANAQQOHI MINAL KHOTOYA
KAMAAYUNAQQOTTSAUBU ABYADHU MINADANASI, WAABDILHU DAARON KHOIRON IN DAARIHI,
WAAHLANKHOIRON MIN AHLIHI, WAZAUJAN KHOIRON MINZAUJIHI, WAQIHI FITNATAL QOBRI
WA’ADAABINNAR

Artinya: “Ya Allah, ampunilah dia, belas kasihanilah dia, hapuskanlah dan ampunilah dosa-
dosanya, muliakan tempatnya (ialah surga) dan luaskanlah kuburannya. Basuhkanlah
kesalahan-kesalahannya sampai bersih sebagaimana bersihnya kain putih dari kotoran.
Gantikanlah rumah lebih baik daripada rumahnya yang dulu, keluarganya lebih baik daripada
keluarganya yang sulit; dan masukkanlah ia ke dalam surga dan jauhkanlah ia dari siksa kubur
dan siksa api neraka.”

Itulah beberapa tata cara menguburkan jenazah sesuai syariat Islam yang patut diketahui, guna
menjalankan sunnah Nabi SAW dengan tepat. Kematian memang tidak dapat diterka, sebagai
saksi hidup proses mengurusi jenazah, alangkah baiknya mulai mempersiapkan diri untuk hari
kelak.

Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui dengan pasti apa yang akan diusahakannya besok,
dan tiada seorangpun yang mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Teliti. (QS. Luqman : 34)

E.Hukum dan cara ta’ziah jenazah

Pengertian Ta’ziah
Takziah secara bahasa adalah mendorong seseorang yang terkena musibah yang berat
untuk bersabar.
Adapun secara istilah fiqih ta’ziah adalah mengajak keluarga mayit untuk bersabar dengan
memberikan iming-iming pahala yang besar, dan mendoakan mayit serta keluarga yang
tertimpa musibah.
Dengan demikian saat melayat mayit hendaknya seseorang mengatakan ucapan yang dapat
menghibur keluarga mayit dan meringankan kesedihan mereka.
Hukum Ta’ziah
Hukum ta’ziah adalah sunnah, karena dalam ta’ziah terdapat unsur amar ma’ruf nahi
munkar, serta termasuk dalam ayat Al Quran yang menganjurkan untuk saling membantu
dalam kebaikan.
Allah SWT berfirman:
‫َو َتعاَو ُنوا على الِبّر والَّتْقَو ى‬
٢ ‫المائدة‬
“Saling bahu-membahulah kalian dalam kebaikan dan bertakwa,” [Al Maidah: 2]
Selain ayat di atas, juga hadits shahih yang diriwayatkan Imam Muslim RA:
‫َو ُهَّللا ِفي َعْو ِن الَع ْبِد ما كاَن الَع ْبُد في َعْو ن أخيه‬
“Dan Allah akan menolong seorang hamba selama dia mau membantu saudaranya,”1
Kapan Sunnah Ta’ziah?
Imam Nawawi dalam Adzkar menuturkan bahwa para pengikut Imam Syafii Ra
mengatakan: sunnahnya takziah dimulai sejak kematian mayit dan berlangsung sampai 3
hari setelah proses pemakaman. Namun batas 3 hari ini hanyalah sekedar perkiraan, dan
bukanlah batasan paten.
Hal ini dikarenakan umumnya setelah 3 hari, kesedihan keluarga sudah berangsur reda,
dan takziah di waktu ini berpeluang membangkitkan lagi kesedihan keluarga yang tertimpa
musibah, sementara tujuan takziah adalah meringankan kesedihan mayit.
Karena alasan inilah mayoritas ulama Syafiiyah memakruhkan melayat jenazah setelah
melewati 3 hari setelah pemakaman, kecuali jika orang yang melayat atau keluarga mayit
saat itu tidak di rumah, dan secara kebetulan, pulang setelah melebihi 3 hari dari
pemakaman.
Dalam Madzhab Syafii kesunatan takziah boleh dilakukan sebelum proses pemakaman atau
setelah pemakaman. Namun, baiknya takziah dilakukan setelah proses pemakaman, karena
sebelum mayit dikuburkan biasanya keluarga yang terkena musibah masih sibuk merawat
jenazah, dan biasanya mereka sangat resah setelah mayit dikuburkan. Dengan demikian,
inilah waktu yang paling tepat untuk meringankan kegelisahan mereka. Akan tetapi, jika
keluarga mayit sangat terpukul dengan musibah yang melanda maka dianjurkan untuk
mensegerakan ta’ziah sebelum jenazah dikebumikan, agar mereka segera tenang dan tidak
terjerumus dalam ratapan kematian yang diharamkan.
Kepada Siapa Kesunnatan Ta’ziah?
Imam Nawawi dalam al Adzkar2 menuturkan:
‫ فال يعّز يها إال‬،‫ إال أن تكون امرأًة شاّبًة‬،‫ويستحّب أن يعَّم بالتعزية جميَع أهل الميت وأقاربه الكبار والصغار والرجال والنساء‬
‫ وتعزيُة الصلحاء والضعفاء على احتمال المصيبة والصبيان آكد‬:‫محارُم ها وقال أصحابنا‬
“Dianjurkan melayat kepada seluruh keluarga duka beserta kerabat-kerabatnya, baik yang
sudah tua, anak kecil, laki maupun wanita. Kecuali wanita yang masih muda, kepada
mereka takziah hanya dianjurkan bagi mahram-mahramnya saja.
Sahabat kami (Ulama Syafiiyah) mengatakan: Bertakziah kepada orang-orang shaleh,
dhuafa, dan anak-anak untuk bersabar menghadapi duka kematian lebih dianjurkan.”
Ucapan Belasungkawa Ketika Takziah
Sebenarnya dalam ucapan belasungkawa tidak ada kriteria kalimat-kalimat khusus yang
harus disampaikan, dengan kalimat dan bahasa apapun asal sesuai dengan tujuan asal
takziah, bisa mencukupi untuk mendapat kesunnatan.
Hanya saja sebagai masyarakat negara yang menerima berbagai agama sudah tentu kita
akan bergaul dengan teman, relasi bisnis yang terkadang berbeda keyakinan. Hal ini tentu
menjadikan ucapan belasungkawa tidak boleh sama. Berikut ini contoh berbagai ucapan
belasungkawa:

Belasungkawa Kepada Sesama Muslim Atas Kematian Kerabat Muslim


‫ َو َغ َفَر لَم ِّيِتَك‬، ‫ وأْح َس َن َع َز اَء َك‬، ‫أْع َظَم ُهَّللا أْج َر َك‬
Latin: A’dhomallohu ajroka, Wa ahsana ‘azaa-aka, wa ghofaro limayyitika.
Artinya: Semoga Allah memberimu pahala yang agung, dan memberimu kesabaran yang
baik, serta mengampuni mayitmu.

Belasungkawa Kepada Muslim Atas Kematian Kerabat Non-Muslim


‫ وأحسن عزاَء ك‬،‫أعظم هللا أجَر ك‬
Latin: A’dhomallohu ajroka, Wa ahsana ‘azaa-aka
Artinya: Semoga Allah memberimu pahala yang besar dan menjadikan sabarmu sebagai
kesabaran yang baik.

Belasungkawa Kepada Non Muslim Atas Kematian Kerabat Muslim


‫ وغفر لمّيتك‬،‫َأحسن هللا عزاءك‬
Latin: Ahsanallohu ‘azaa-aka, waghofaro limayyitika
Artinya: Semoga sabarmu berbuah indah, dan Allah mengampuni dosa mayitmu

Belasungkawa Kepada Non Muslim Atas Kematian Kerabat Non-Muslim


‫أخلف هللا عليك‬
Latin: Akhlafallohu ‘alaika
Artinya: Semoga Tuhan memberimu pengganti (mayit).
Sekali lagi kalimat diatas hanyalah contoh ucapan belasungkawa, kita bisa menggantinya
dengan kalimat-kalimat lain asal sesuai koridor syar’i; tidak boleh
mendoakan ampunan atau rahmat kepada mayit non muslim.

F.Hukum dan cara ziarah kubur

Pertama, mengenai hukum berziarah dapat dilihat dalam dua hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam berikut ini;
‫عن ُبَر ْيَد َةَقاَل َر ُسوُل ِهللا صلى هللا عليه وسلم ُكْنُت َنَهْيُتُك ْم َع ْن ِزَياَرِة اْلُقُبوِر َفَقْد ُأِذ َن ِلُمَحَّمٍد ِفى ِزَياَرِة َقْبِر ُأِّمِه َفُز وُروَها َفِإَّنَها‬
]‫ [رواه مسلم وابو داود والترمذي وابن حبان والحاكم‬.‫ُتَذِّك ُر اآلِخَر ة‬

Artinya: “Diriwayatkan dari Buraidah ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam


bersabda; “Dahulu aku pernah melarang ziarah kubur, maka telah diizinkan bagi Muhammad
berziarah kubur bundanya. Maka berziarahlah kubur, sebab hal itu mengingatkan
akhirat”.” [HR. Muslim, Abu Dawud, at-Tirmidzi, Ibnu Hibban dan al-Hakim]
‫عن أبي هريرة قال َقاَل َر ُسوُل ِهللا صلى هللا عليه وسلم اْسَتْأَذْنُت َر ِّبى َتَع اَلى َع َلى َأْن َأْسَتْغ ِفَر َلَها َفَلْم ُيْؤ َذْن ِلى َفاْسَتْأَذْنُت َأْن َأُز وَر‬
]‫ [رواه الجماعة‬.‫َقْبَر َها َفُأِذ َن ِلى َفُز وُروا اْلُقُبوَر َفِإَّنَها ُتَذِّك ُر ِباْلَم ْو ِت‬

Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Hurairah ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda; “Aku memohon izin kepada Tuhanku agar aku diperkenankan memohonkan ampun
bagi ibuku, maka tidak diizinkan. Lalu aku memohon izin untuk berziarah ke kuburnya, maka
diizinkannya. Oleh karena itu ziarahlah ke kubur, sebab hal itu dapat mengingatkan
mati”.” [HR. Jama’ah]
Dari dua hadis di atas dapat diketahui bahwa pada awal Islam, karena dekatnya zaman itu dengan
zaman jahiliyah, ziarah kubur sempat dilarang oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Beliau khawatir ziarah kubur menjadi sarana untuk menyekutukan Allah. Namun, setelah waktu
berlalu dan dirasa iman orang-orang pada masa itu telah kuat, maka ziarah kubur diperbolehkan.
Hal tersebut juga dikarenakan ada manfaat yang sangat besar yaitu dapat mengingatkan kita
kepada kematian yang pasti akan mendatangi setiap makhluk, untuk kemudian dapat
mendekatkan diri kita kepada Allah subhanahu wa ta’ala Sang Pengatur segala kehidupan dan
kematian. Anjuran tersebut ditujukan secara umum kepada seluruh umat muslim baik itu laki-
laki maupun perempuan. Jadi tidak ada larangan bagi kaum perempuan untuk berziarah.Baca
juga: Tujuan, Petunjuk dan Asas Dalam Melaksanakan Agama
Kedua, mengenai amalan apa saja yang dikerjakan ketika berziarah, terangkum dalam beberapa
poin berikut ini;
1. Meluruskan niat dan tujuan ketika hendak berziarah.

Niat adalah salah satu bagian terpenting dari segala perbuatan manusia. Suatu perbuatan dapat
dinilai baik atau buruk bermula dari niatnya. Dalam sebuah hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam disebutkan;
‫ « ِإَّنَم ا اَألْع َم اُل ِبالِّنَّياِت‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫َع ْن َع ْلَقَم َة ْبِن َو َّقاٍص الَّلْيِثِّى َقاَل َسِم ْع ُت ُع َم َر ْبَن اْلَخ َّطاِب َيُقوُل َقاَل َر ُسوُل ِهللا‬
‫َو ِإَّنَم ا ِلُك ِّل اْم ِر ٍئ َم ا َنَو ى َفَم ْن َكاَنْت ِهْج َر ُتُه ِإَلى ِهَّللا َو َر ُسوِلِه َفِه ْج َر ُتُه ِإَلى ِهللا َو َر ُسوِلِه َو َم ْن َكاَنْت ِهْج َر ُتُه ِلُد ْنَيا ُيِص يُبَها َأِو اْمَر ٍةَأ‬
]‫ [رواه الجماعة‬.» ‫َيَتَز َّوُج َها َفِه ْج َر ُتُه ِإَلى َم ا َهاَجَر ِإَلْيِه‬

Artinya: “Diriwayatkan dari ‘Alqamah ibn Waqas al-Laitsy ia berkata: saya telah mendengar
Umar bin Khattab ra sedang di atas mimbar dan berkata, “Aku mendengar Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “sesungguhnya segala amal perbuatan itu tergantung
niatnya”. …” [HR. Jama’ah]
Oleh karena itu, niat ziarah kubur hanyalah untuk mendoakan ahli kubur dan sekaligus sebagai
sarana kita untuk mengingat akhirat sebagaimana disebutkan sebelumnya. Jangan sampai
melakukan hal-hal yang dilarang seperti meminta-minta kepada ahli kubur atau menjadikannya
wasilah kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
2. Mengucapkan salam kepada seluruh ahli kubur ketika memasuki area pekuburan.

‫ الَّس اَل ُم‬: ‫ َفَيُقوُل‬,‫َيْخ ُرُج آِخ َر الَّلْيِل ِإَلى اْلَبِقيِع‬ ‫ ُك َّلَم ا َكاَنْت َلْيَلُتَها ِم ْن َر ُسوِل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬: ‫َع ْن َعاِئَشَة َرِض َي ُهللا َع ْنَها َقاَلْت‬
‫ [رواه‬. ‫ اللُهَّم اْغ ِفْر َأِلْهِل َبِقيِع اْلَغْر َقِد‬, ‫ َو ِإَّنا ِإْن َش اَء ُهللا ِبُك ْم اَل ِح ُقوَن‬, ‫ َغًدا ُم َؤ َّج ُلوَن‬, ‫ َو َأَتاُك ْم َم ا ُتوَع ُد وَن‬, ‫َع َلْيُك ْم َداَر َقْو ٍم ُم ْؤ ِمِنيَن‬
]‫مسلم‬

Artinya: “Diriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata; “Rasulullah shallallahu


‘alaihi wa sallam pada tiap malam gilirannya, pergi ke Baqi’ pada akhir malam, dengan
ucapannya: “Assalamu’alaikum dara qaumin mukminin wa atakum ma tu‘aduna ghadan
muajjalun, wa inna insya Allahu bikum lahiqun. Allahummaghfir li ahli Baqi’il
Gharqad” (Semoga keselamatan bagi kamu sekalian wahai negeri kaum yang beriman, dan
akan datang apa yang dijanjikan kepada kamu sekalian dengan segera. Dan sesungguhnya
kami, dengan izin Allah akan menyusul kamu sekalian. Yaa Allah ampunilah penghuni Baqi’ al-
Gharqad (nama kuburan)”.” [HR. Muslim]Baca juga: Membayar Hutang Puasa Dalam
Kondisi Hamil
3. Melepas alas kaki ketika memasuki area pekuburan

‫عن َبِش يِر اْبِن اْلَخ َص اِصَيِة َاَّن َر ُسوَل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َر َأى َر ُج اًل َيْمِش ي ِفي َنْع َلْيِن َبْيَن اْلُقُبوِر َفَقاَل َيا َص اِحَب الَّسْبِتَّيَتْيِن‬
]‫ [رواه البخاري واحمد وابو داود و النسائي وابن ماجه‬.‫َأْلِقِهَم ا‬

Artinya: “Diriwayatkan dari Basyir bin al-Khasasiyyah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam melihat seseorang yang berjalan di antara kuburan dengan memakai kedua
sandalnya, kemudian beliau bersabda; “Wahai pemakai dua sandal, lepaslah sandalmu”.” [HR.
al-Bukhari, Ahmad, Abu Dawud, an-Nasai dan Ibnu Majah]
4. Beberapa etika ketika berada di pekuburan.

a. Menghadap kiblat ketika berada di kuburan seseorang.

]‫ [رواه ابو داود‬.‫ِلَحِد ْيِث الَبَر اِء َاَّنُه َج َلَس َر ُسْو ُل هللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم ُم ْسَتْقِبَل الِقْبَلِة َلَّم ا َخ َر َج ِاَلي الَم ْقَبَرِة‬

Artinya: “Menilik hadis Bara’ bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam duduk
menghadap qiblat ketika pergi berziarah kubur” [HR. Abu Dawud]
b. Tidak menduduki kuburan.

‫ َو َتْخ ُلَص‬,‫ َأَلْن َيْج ِلَس َأَح ُد ُك ْم َع َلى َجْمَرٍة َح َّتى ُتَح ِّرَق ِثَياَبُه‬: ‫ َرِض َي ُهللا َع ْنُه َأَّن َر ُسوَل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َقاَل‬،‫َع ْن َأِبي ُهَر ْيَر َة‬
]‫ [رواه مسلم‬.‫ َخْيٌر َلُه ِم ْن َأْن َيْج ِلَس َع َلى َقْبر‬,‫ِإَلى ِج ْلِدِه‬

Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa


sallam bersabda; “Sungguh seseorang dari kalian duduk di atas bara api sehingga membakar
bajunya hingga tembus ke kulitnya, itu lebih baik baginya dari pada duduk di atas
kuburan.” [HR. Muslim]
5. Mendo’akan ahli kubur, baik ahli kubur yang dituju maupun ahli kubur secara keseluruhan.

‫َع ْن َعاِئَشَة َرِض َي ُهللا َع ْنَها َأَّن َر ُسوَل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َخ َر َج َلْيًال ِإَلي اْلَبِقْيِع َيْسَتْغ ِفُر َلُهْم َو َاَطاَل اْلِقَياَم َو َر َفَع َيَد ْيِه َثاَل َث‬
]‫ [رواه مسلم‬.‫َم َّراٍت‬

Artinya: “Diriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam keluar pada suatu malam ke Baqi’, beliau lama berdoa, memohon ampun bagi
mereka tiga kali, dengan mengangkat kedua tangannya.” [HR. Muslim]Baca juga: Istri Aktif di
Organisasi, Bagaimana Hukumnya?
Hadis-hadis tersebut mengajarkan kita bagaimana tuntunan bersikap di kuburan dan
menghormati ahli kubur.

6. Dilarang meminta-minta kepada kuburan dan menjadikannya wasilah kepada


Allah subhanahu wa ta’ala.
Satu hal yang menjadi pantangan ketika berziarah kubur, sebagaimana telah disinggung
sebelumnya adalah meminta-minta kepada ahli kubur dan menjadikan mereka perantara kepada
Allah subhanahu wa ta’ala. Karena Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam surat Yunus
ayat 106 sebagai berikut,
]۱۰٦ :)10(‫ [يونس‬. ‫َو اَل َتْدُع ِم ْن ُدوِن ِهللا َم ا اَل َيْنَفُعَك َو اَل َيُضُّر َك َفِإْن َفَع ْلَت َفِإَّنَك ِإًذ ا ِم َن الَّظاِلِم يَن‬

Artinya: “Dan jangan engkau menyembah sesuatu yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula)
memberi bencana kepadamu selain Allah. Sebab jika engkau lakukan (yang demikian), maka
sesungguhnya engkau termasuk orang-orang zalim.” [QS. Yunus (10): 106]
Dalam surat az-Zumar (39) ayat 3 disebutkan’

… ]۳ :)39( ‫َو اَّلِذ يَن اَّتَخ ُذ وا ِم ْن ُدوِنِه َأْو ِلَياَء َم ا َنْعُبُدُهْم ِإاَّل ِلُيَقِّرُبوَنا ِإَلى ِهَّللا ُز ْلَفى … [الزمر‬

Artinya: “… dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Dia (berkata), “Kami tidak
menyembah mereka melainkan (berharap) agar mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan
sedekat-dekatnya …” [QS. az-Zumar (39): 3]
Ayat terakhir menunjukkan bahwa orang-orang yang beralasan ingin mendekatkan diri kepada
Allah subhanahu wa ta’ala melalui perantara apapun yang tidak dibenarkan syariat, termasuk
dalam hal ini adalah melalui ahli kubur, pada hakikatnya mereka itu menyekutukan
Allah subhanahu wa ta’ala.
Sebagaimana terjadi pada masa sekarang ini, banyak orang yang mengunjungi kuburan-kuburan
orang-orang tertentu, seperti kuburan para wali misalnya. Kegiatan tersebut, dapat digolongkan
kepada perbuatan yang dilarang dikarenakan orientasi tujuannya sudah berubah, bukan untuk
mendoakan dan muhasabah diri namun cenderung meminta-minta dan menjadikan kuburan-
kuburan itu wasilah kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Indikasi itu muncul di antaranya karena
kegiatan berziarah itu dikhususkan ke tempat-tempat tertentu yang dinilai memiliki hal yang
lebih dibanding dengan kuburan-kuburan lain. Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam tidak pernah mengkhususkan kuburan tertentu baik ketika beliau hendak mendoakan
mereka maupun ketika bermuhasabah diri.
Demikianlah uraian mengenai hukum dan tuntunan berziarah. Semoga dapat menjadikan ziarah
kita lebih bermakna dan bermanfaat serta tidak menyesatkan.

Wallahu a’lam bish-shawab.

BAB 3
PENUTUP

A.Kesimpulan

 Pengurusan jenazah muslim sangatlah penting karena jika ada seorang muslim meninggal
di suatu tempat dan tidak ada yang bisa merawatnya dengan benar (sesuai dengan ajaran
agama Islam), maka seluruh masyarakat yang tinggal di tempat tersebut akan
mendapatkan dosa karena pengurusan
 “Barangsiapa memandikan mayit lalu menyembunyikan aib-aibnya, Allah akan
mengampuninya dengan empat puluh kali ampunan. Dan barangsiapa menggali
(kubur) untuknya maka akan diberikan pahala baginya seperti pahala orang yang
memberikan tempat tinggal hingga hari kiamat. Dan barangsiapa mengkafani mayit,
Allah akan mengkafaninya dengan sutra halus dan beludru dari surga di hari kiamat
nanti.” (HR. Al-Hakim).
 Pahala besar ini akan didapatkan oleh setiap orang Muslim yang melakukan hal
tersebut dengan disertai dua syarat, Al-Imam Al-Albani menjelaskan kedua syarat
tersebut beliau berkata :
 “Bagi orang yang bertugas memandikan ia akan mendapatkan pahala yang sangat
besar dengan dua syarat: hendaknya menyembunyikan aib jenazah, tidak
menceritakan sesuatu yang tidak disukai yang terlihat pada jenazah dan hendaknya
ia melakukan hal tersebut karena mengharap wajah Allah bukan mengharap balasan,
ucapan terimakasih, atau hal-hal keduniaan lainnya.
 “Barangsiapa menshalatkan jenazah dan tidak ikut mengiringinya, maka baginya
pahala satu qirath. Jika ia sampai mengikuti jenazahnya, maka baginya pahala dua
qirath.” Ada yang bertanya, “Apa yang dimaksud dua qirath?”. Beliau menjawab,
“Ukuran terkecil dari dua qiroth adalah semisal gunung Uhud.” (HR. Muslim no. 945).
 Ketika jumlah jenazah yang kita sholati bertambah, maka akan bertambah pula
pahala yang kita dapatkan meski shalatnya hanya sekali untuk beberapa jenazah.
Imam Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz menyatakan :
 “Kami berharap baginya mendapatkan banyak qirath sesuai dengan jumlah jenazah
yang ada berdasarkan sabda Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan oleh
Muslim di dalam kitab Al-Janaiz bab tentang keutamaan shalat jenazah no. 946:
 Barangsiapa menshalati jenazah maka baginya pahala satu qirath dan barangsiapa
mengiringinya hingga dikuburkan maka baginya pahala dua qirath. Dan hadits lain
yang semakna dengannya semua menunjukkan bahwa jumlah qirath itu sesuai
dengan jumlah jenazah yang ada.” (Majmu’ Fatawa Syaikh Bin Baz : 13/137).

DAFATAR PUSTAKA

Andi riswan .dibuat 2022,mencari pengertian penjelasan dan ringksan dari goole.Gowa 17
september 2022.
#campuran dari google
https://fliphtml5.com/hpqbg/yagq/basic
https://arsippkuliah.blogspot.com/2017/04/makalah-jenazah.html\
https://tirto.id/tata-cara-mengkafani-jenazah-laki-laki-dan-perempuan-dalam-islam-ewS7
https://mataairaswaja.blogspot.com/2020/11/tata-cara-menshalati-jenazah-lengkap.html
https://www.merdeka.com/trending/tata-cara-menguburkan-jenazah-sesuai-syariat-islam-
kln.html
https://www.ilmusaudara.com/2017/03/pengertian-taziyah-hukum-dan-adab-serta.html
https://dalamislam.com/info-islami/hukum-ziarah-kubur

Anda mungkin juga menyukai