Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah … Segala puji bagi ALLOH, hanya kepadaNYA tempat meminta pertolongan dan
petunjuk. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi
Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam, keluarganya, sahabatnya dan orang orang yang
mengikuti sunnahnya hingga hari kiamat.

Dengan mengucapkan rasa syukur kepada ALLOH Subhanallahu Wa Ta’ala, kami selesai
menyusun buku PETUNJUK PRAKTIS PERAWATAN JENAZAH SYAR’I. Semoga buku yang
sederhana ini bisa membantu muslimin dalam merawat jenazah sesuai sunnah dan standard
kesehatan, mulai dari menyiapkan peralatan dan perlengkapan hingga proses memandikan serta
mengkafani jenazah secara baik dan benar.

Akhir kata mohon maaf jika ada banyak kekurangan dan kami berharap masukan masukan demi
sempurnanya buku ini. Dan sungguh kami hanya mengharapkan Ridho ALLOH Subhanallahu Wa
Ta’ala dan surgaNYA, ketika banyak muslimin yang membantu saudara muslim lainnya dalam
merawat jenazah. Aamiin Yaa Robbal Aaalamiiin …

Malang, 26 Dzulhijjah 1442


5 Agustus 2021

Diah Nurainy
MUQADIMAH
Kematian adalah suatu peristiwa yang pasti terjadi pada kehidupan manusia. Karena manusia
mahluk sosial dan bermasyarakat maka seseorang yang meninggal menjadi tanggungjawab
manusia lain yang masih hidup.

Islam sebagai agama yang sempurna, mewajibkan kepada stiap muslim yang hidup untuk
mengurus jenazah saudara muslim yang meninggal sesuai dengan tuntunan Al Qur’an dan As
Sunnah. Kewajiban merawat jenazah hukumnya FARDHU KIFAYAH yang artinya kewajiban
untuk seluruh umat islam, tetapi jika sudah di urus oleh keluarga atau beberapa orang, maka
kewajiban ini gugur bagi seluruh muslim masyarakat tersebut. Selain itu ALLOH Subhanallahu
Wa Ta’ala menjanjikan pahala pahala yang besar bagi hambaNYA yang mengambil bagian dari
pelaksanaan perawatan jenazah.

Merawat jenazah adalah wujud penghargaan dan penghormatan kepada sesame muslim saat
telah meninggal. ALLOH Subhanallahu Wa Ta’ala berfirman dalam

Qur’an Surat Al-‘Ankabut Ayat 57

‫ت ئَِق ُّةُ ا َذنَ ْفسُّ ُك ُّل‬


ُِّ ‫َجعُو َُّن تُْرإِلَْي نَا ثُمُُّّۖ ٱلْ َم ُّْو‬
Kullu nafsin żā`iqatul-maụt, ṡumma ilainā turja'ụn
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu
dikembalikan.

Dengan memohon petunjuk dari ALLOH Subhanallahu Wa Ta’ala, kami mencoba menyusun
buku ini untuk mempermudah muslimin dalam merawat jenazah sesuai petunjuk Al Qur’an dan
As Sunnah serta sesuai standar kesehatan.

Atas kerjasama dan dukungannya kami mengucapkan terimakasih. Semoga buku ini bermanfaat
dan menjadi amal jariyah bagi siapapun yang mengambil bagian didalamnya … Allahumma
aamiin
DAFTAR ISI
SAMPUL …………………………………..…………………………………………………………………………………………………….. i

MUQADIMAH ………………………………………………..…………………….………………………………………………………….. ii

KATA PENGANTAR …………………………………………..…………………..………………………………………………………… iii

DAFTAR ISI ………………………………………………..……………..…………………………...………………………………………. iv

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Yang harus dilakukan ketika orang menjelang sakaratul maut …………………….……..………… 1

1.2. Yang harus dilakukan ketika ajal sudah datang ……………………………….…………..……………….. 1

BAB II PERALATAN DAN PERLENGKAPAN PENGURUSAN JENAZAH

2.1. Peralatan memandikan jenazah ………………………………………………………..………………………… 2

2.2. Perlengkapan petugas jenazah ………………………………………….……………..…………………………. 2

BAB III MEMANDIKAN JENAZAH

3.1. Hukum memandikan jenazah ………………………………………..…………………………………………… 3

3.2. Syarat orang yang memandikan jenazah ……………………….…………………...……………………….. 3

3.3. orang yang utama memandikan jenazah dan jenazah yang wajib dimandikan ……………... 4

3.4. Pahala bagi yang memandikan jenazah …………………..………………………..…………………………. 4

3.5. Tata cara memandikan jenazah ………………………………………..………..……………………………….. 5

BAB IV MENGKAFANI JENAZAH

4.1. Hukum mengkafani jenazah ………………………………………………………………..…..…………………. 7

4.2. Ukuran kain kafan ……………………………………………………………………….……………………………. 7

4.3. Cara mengkafani jenazah ……………………………………….……..…………………………………………… 8

BAB V MENYOLATKAN JENAZAH

5.1. Hukum sholat jenazah ……………………………..…………………………………….………………………….. 9

5.2. Syarat orang yang menyolatkan jenazah ………………………………….………………………………… 9

5.3. Tata cara sholat jenazah ……………………………………………………………………………………………. 9

BAB VI MENGUBURKAN JENAZAH

6.1. Sifat makam ………………………………………………………………………..…………………………………… 12

6.2. Cara menguburkan jenazah ……………………………………………………………..……………………….. 12

BAB VII PENUTUP ……………………………………………………………………………………………………………………….. 13

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………………………………………………………….. 14


BAB I
PENDAHULUAN
1.1. YANG HARUS DILAKUKAN KETIKA ORANG MENJELANG SAKARATUL MAUT
a. Hadapkan ke arah kiblat
1. Miringkan ke kanan dan wajah menghadap ke kiblat
2. Baringkan terlentang dan kaki mengarah ke kiblat serta wajah di tinggikan mengarah
kiblat.

b. Talqin dengan kalimat tauhid Lā ilāha illallāh dengan lembut, sabda Rasulullah
Shalallahu Alaihi Wassalam

ُّ‫اُّم ْو ََت ُك ْم ََُّلُّإِلَهَُّإِمَلُّاَ م‬ ِ


ُ‫ّلل‬ َ ‫لَقنُو‬
“Talqinkanlah (tuntunkanlah) orang yang akan meninggal di antara kalian dengan
bacaan: ‘laa ilaha illallah’.” (HR. Muslim no. 2162)

1.2. YANG HARUS DILAKUKAN KETIKA AJAL SUDAH DATANG


a. Mengucapkan istirja’

ِ ‫ف ُِِّلُّخْي‬ِ ‫صيب ِِتُّوأ‬


ِ ‫مُّّللُّوإَِّنمُّإِلَي ِهُّر ِاجعو َنُّاللمه ممُّأْجرِِن ُِِّف‬
ِِ
‫اُّمْن َهُّا‬
ً ْ َ ْ ‫َخل‬ ْ َ َ ‫ُّم‬ ُ ُْ ُ ُ َ ْ َ ‫إَِّن م‬
“Siapa saja dari hamba yang tertimpa suatu musibah lalu ia mengucapkan:
“Inna lillahi wa inna ilaihi rooji’un. Allahumma’jurnii fii mushibatii wa akhlif lii khoiron
minhaa” Segala sesuatu adalah milik Allah dan akan kembali pada-Nya. Ya Allah,
berilah ganjaran terhadap musibah ang menimpaku dan berilah ganti dengan yang
lebih baik

b. Memejamkan matanya dengan membaca sholawat.


c. Mengikat dagunya ke kepala, agar tidak menganga dengan kain tipis
d. Meletakkan di atas perutnya sesuatu penindih agar tidak menggembung.
e. Melonggarkan sendi sendinya, jika memungkinkan.
f. Tanggalkan pakaiannya dan menutup kain ke seluruh tubuhnya
g. Bersegera mempersiapkan perawatannya.
h. Segera membayar hutangnya.
Rasulullah Shallalalhu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

َ ‫ َح ََّّت يُ ْق‬,‫س اَ ْْلُ ْؤِم ِن ُم َعلََّقةٌ بِ َديْنِ ِه‬


ُ‫ضى َع ْنه‬ ُ ‫نَ ْف‬
“Jiwa (ruh) seorang mukmin tergantung karena hutangnya, sampai terlunasi”

Hadits Riwayat At-Tirmidzi 1078 dan Ibnu Majah 2413, dari Abu Hurairah
Radhiyallahu ‘anhu. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani di dalam Shahihul Jami’ 6779

i. Memberitahukan orang orang atas kematiannya terutama ahli kerabatnya, supaya


mereka menyaksikan jenazahnya dan ikut menyolatkan jenazahnya.

1
BAB II
PERALATAN DAN PERLENGKAPAN PENGURUSAN JENAZAH
2.1. PERALATAN MEMANDIKAN JENAZAH
1 Tempat memandikan jenazah lengkap dengan 4 buah bantalan
2 gentong air besar
1 keranda dan kasur spon
1 amben / dipan jenazah
2 gayung
3 tempat sampah (kantong plastik/kresek hitam)
1 bak kecil
10 meter slang pembuangan
2 guling
2 sajadah / tikar
1 tandu

2.2. PERLENGKAPAN PETUGAS JENAZAH


1 tas/koper untuk membawa perlengkapan perwatan jenazah
1 set kafan pria/wanita
1 set seragam petugas memandikan jenazah (kondisional)
1 set sarung tangan
1 bungkus kapur barus (sudah dihaluskan)
10 ml minyak wangi non alcohol
1 lembar kain ihram (handuk besar)
1 lembar handuk ukuran sedang
1 lembar kain basahan
1 lembar kain sewek (bukan gambar mahluk hidup)
1 botol sabun cair
1 botol shampoo
1 gulung kapas
1 lembar plastic besar jika ada luka
1 botol minyak zaitun
1 alat potong kuku
1 buah gunting
1 buah sisir
1 botol cairan anti septik
1 bungkus cottonbud
1 lembar underpad
1 lembar apron plastic/celemek anti air/jas hujan
1 pasang sepatu boot
10 meter tali darurat
1 bungkus dermatik (plester anti air)
1 bungkus tas kresek hitam besar
1 kacamata google
1 buah penutup kepala
2 lembar washlap
1 kotak kasa
2
BAB III
MEMANDIKAN JENAZAH
3.1. HUKUM MEMANDIKAN JENAZAH
Setiap muslim yang meninggal dunia harus dimandikan, dikafani, disholatkan kemudian
dimakamkan kecuali orang yang mati syahid. Hukum memandikan jenazah orang muslim
menurut jumhur Ulama adalah FARDHU KIFAYAH artinya kewajiban dibebankan kepada
seluruh mukallaf ditempat itu, tetapi jika sudah dilakukan oleh sebagian orang maka
gugurlah kewajiban seluruh mukallaf.

Hukumnya adalah fardhu kifayah. Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan mengenai seseorang yang meninggal
dunia karena jatuh dari untanya,
‫ا ْغ ِسلُوهُ ُِِّبَاء َُّو ِس ْد ُّر‬
“Mandikanlah ia dengan air dan daun bidara.” (HR. Bukhari, no. 1265 dan Muslim, no. 1206)

3.2. SYARAT ORANG YANG MEMANDIKAN JENAZAH


1. Seorang muslim berakal
2. Baligh
3. Terpercaya, amanah
4. Berpengalaman merawat jenazah secara syar’i
5. Tidak menceritakan aib jenazah

ِ ‫ُّاّلل ُِِّفُّالدنْياُّو‬
ُّ‫اآلخَرِة‬ ِ ‫ومنُّسَت‬
َ َ ُ‫اُّس َََتهُ م‬
َ ‫ُّم ْسل ًم‬
ُ ََ َ ْ َ َ
WA MAN SATARO MUSLIMAN SATAROHULLAAHU FID DUNYAA WAL AAKHIROTI
Barangsiapa menutupi aib seorang Muslim Maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan
akhirat (HR. Muslim)

3.3. ORANG YANG UTAMA MEMANDIKAN JENAZAH DAN JENAZAH YANG WAJIB DIMANDIKAN
3.3.1. Orang Yang Utama Memandikan Jenazah Untuk LAKI LAKI
1. Orang yang di wasiatkan sebelum meninggalnya
2. Ayahnya / Kakeknya / Anaknya / Cucunya LAKI LAKI dan seterusnya serta ISTRInya

3.3.2. Orang Yang Utama Memandikan Jenazah Untuk PEREMPUAN


1. Orang yang di wasiatkan sebelum meninggalnya
2. Ibunya / Neneknya / Anaknya / Cucunya PEREMPUAN dan seterusnya serta
SUAMInya

3.3.3. Untuk ANAK LAKI LAKI dan ANAK PEREMPUAN


Untuk mayat anak laki laki boleh perempuan mahromnya yang memandikannya
Begitu juga dengan jenazah anak perempuan, boleh laki laki mahromnya yang
memandikan

3
3.3.4. Apabila seorang perempuan meninggal, sedangkan yang masih hidup semuanya hanya
laki laki dan dia tidak mempunya suami, begitu juga jika yang meninggal laki laki,
sedangkan yang masih hidup hanya perempuan saja dan tidak mempunyai istri, maka
jenazah tersebut tidak dimandikan tetapi cukup TAYAMUM oleh salah seorang dari
mereka dengan memakai lapis tangan.

Hukum ini sesuai dengan sabda Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam dalam dalam
hadis Abu Daud dan Baihaqi yang berbunyi:

"Jika seorang meninggal di tempat laki-laki dan tidak ada perempuan lain atau laki-laki
meninggal di tempat perempuan-perempuan dan tidak ada laki-laki selainnya, maka
kedua jenazah itu ditayamumkan, lalu dikuburkan karena kedudukannya sama seperti
tidak mendapat air." (H.R Abu Daud dan Baihaqi)

JENAZAH YANG WAJIB DIMANDIKAN


1. Mayat seorang muslim bukan kafir
2. Bukan bayi yang keguguran dan jika lahir dalam keadaan tidak bernyawa, tidak wajib
dimandikan
3. Ada sebagian dari tubuh jenazah yang dapat dimandikan
4. Bukan jenazah yang mati syahid di medan perang perang untuk menegakkan kalimat
ALLOH. Jika jenazah mati syahid tidak dimandikan

3.4. PAHALA BAGI YANG MEMANDIKAN


Merawat jenazah mulai dari memandikan, mengkafani, menyolatkan dan memakamkan
mempunyai pahala yang besar di sisi ALLOH. Sabda Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam

“Barangsiapa memandikan mayit lalu menyembunyikan aib-aibnya, Allah akan


mengampuninya dengan empat puluh kali ampunan. Dan barangsiapa menggali (kubur)
untuknya maka akan diberikan pahala baginya seperti pahala orang yang memberikan
tempat tinggal hingga hari kiamat. Dan barangsiapa mengkafani mayit, Allah akan
mengkafaninya dengan sutra halus dan bludru dari surga di hari kiamat nanti.”
(HR Al-Hakim dalam Mustadrak : 1/354, 1/362, Ath-Thabarani dalam Mu’jam Al-Kabir : 929
dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shaihut Targib Wat Tarhib : 3492 Lihat pula Ahkamul
Janaiz : 69 oleh Imam Al-Albani).

Dalam riwayat Muslim disebutkan,


‫ان قَا َْل أَصغَره َما مِثلْ أح ْد‬ َ ‫ِيرا‬
ِْ ‫ط‬ َ ‫ل َو َما الق‬
َْ ‫ قِي‬.‫ان‬ َ ‫ِيرا‬
ِْ ‫ط‬ َ ‫ِيراطْ فَإِنْ تَبِعَ َها فَلَ ْه ق‬
َ ‫ى َجنَازَ ةْ َولَمْ يَتبَع َها فَلَهْ ق‬
ْ َ‫عل‬ ْ َّ‫صل‬
َ ‫ى‬ َ ْ‫َمن‬
“Barangsiapa shalat jenazah dan tidak ikut mengiringi jenazahnya, maka baginya (pahala)
satu qiroth. Jika ia sampai mengikuti jenazahnya, maka baginya (pahala) dua qiroth.” Ada
yang bertanya, “Apa yang dimaksud dua qiroth?” “Ukuran paling kecil dari dua qiroth adalah
semisal gunung Uhud”, jawab beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. (HR. Muslim, no. 945)

4
3.5. TATA CARA MEMANDIKAN JENAZAH
3.5.1. PERSIAPAN PETUGAS YANG AKAN MEMANDIKAN JENAZAH
1. Wudhu terlebih dahulu
2. Memakai baju khusus, jas hujan/celemek/apron, masker, penutup kepala, sarung
tangan, kacamata, sepatu bot.
3. Mempersiapkan peralatan dan perlengkapan memandikan jenazah
A. Tempat memandikan jenazah yang tetutup atas dan sekelilingnya
B. Gentong yang sudah diisi air, selang, gayung
C. Ember sedang dan gayung tempat kapur barus
D. Washlap, kresek besar dan kecil (warna hitam), sabun, shampoo, kapur barus,
parfum non alcohol, kapas yang sudah dibentuk bulat bulat, sisir
E. Kain ihrom, handuk sedang, handuk kecil, jarik

3.5.2. PERSIAPAN AIR

1. Air untuk memandikan dan wudhu jenazah

2. air yang di campur bidara/ sabun bidara / sabun cair

3. Air kapur barus untu bilasan terakhir

3.5.3. PERSIAPAN JENAZAH SEBELUM DIMANDIKAN

1. Menutup tubuh jenazah dengan kain basahan

2. melepas pakaian jenazah dari balik kain basahan

A. Jika sendi sendi jenazah lemas, maka pakaian bisa dilepas tanpa di gunting

B. Jika sendi sendi jenazah telah kaku, maka pakaian jenazah dilepas dengan cara di
gunting

Caranya : Gunting baju mulai dari lengan kanan menuju leher, Dilanjutkan bawa
ketiak ke sisi tubuh sampai kaki. Kemudian baju dikumpulkan disisi kiri dengan
memiringkan tubuh jenazah sehingga mudah diambil disisi kiri.

3. Menggunting kuku tangan dan kuku kaki jika panjang, serta menggunting bulu
ketiak dan kumis jika panjang.
4. Membersihkan mulut, hidung, telinga dengan kasa atau cotton bud.
5. Melepas perhiasan perhiasan dan gigi palsu yang melekat di tubuh jenazah (jika bisa
dan tidak dikuatirkan melukai jenazah)

3.5.4. PROSES MEMANDIKAN JENAZAH

1. Membersihkan kotoran

A. Jika jenazah masih lemas maka jenazah setengah didudukkan, perut sebelah kiri
di tekan pelan untuk memudahkan kotoran dalam perut keluar. Petugas lain
membersihkan dubur dan qubul menggunakan tangan kiri memakai kapas bulat
sampai bersih.

5
B. Jika jenazah telah kaku maka cukup dibuka kaki kanan dan kaki kiri, kemudian
dubur dan qubul dibersihkan, jika sudah bersih, terakhir ditutup dengan kapas
bulat kecil yang sebelumnya di celupkan ke dalam air kapur barus 3 bulatan
kapas.

C. Jika dari dubur dan qubul kotorannya keluar terus, maka ditutup dengan pintalan
kain / kapas dan di plester.

Jika mengalir darah dari mulut, hidung, mata, telinga maka diberi kapur barus
untuk menghentikannya kecuali pendarahan dari otak akan berhenti dengan
sendirinya.

2. Mewudhukan Jenazah
A. Petugas menyatukan kedua tangan jenazah dengan mengucapkan “Bismillah”
dengan dibasahi air.
B. Membasuh tangan 3x bagian kanan terlebih dahulu kemudian bagian kri
C. Membersihkan mulut dan hidung
D. Membasuh wajah 3x
E. Membasuh tangan kanan kemudian tangan kiri hingga siku 3x
F. Mengusap kepala dengan air dari depan ke belakang kembali ke depan langsung
kedua telinga.
G. Membasuh kaki 3x kanan kemudian kiri

3. Memandikan Jenazah
A. Menyiram seluruh anggota tubuh dari kepala sampai kaki sebelah kanan dengan
hitungan ganjil tau sesuai kebutuhan kemudian sebelah kiri.
B. Membersihkan jenazah dengan daun bidara / sabun bidara / sabun cair, dimulai
dari kepala sampai ujung jari jari kaki dengan lembut, kemudian dimiringkan
untuk membersihkan sisi kanan tubuh bagian bawah, dilakukan yang sama untuk
tubuh bagian kiri.
C. Petugas yang lain membersihkan rambut jenazah / keramas
D. Membilas semua bagian tubuh seperti poin B dengan air bersih.
E. Siraman terakhir bagian tubuh seperti pon B dengan air bersih yang dicampur
kapur barus.
F. Mengeringkan tubuh jenazah dengan kain ihram di bentangkan di atas kain
basahan, kemudian pelan pelan kain basahan di ambil dan kain ihram pelan pelan
di letakkan diatas tubuh jenazah untuk dikeringkan.
G. Menyisir rapi rambut jenazah dan mengepang 3 bagian (kanan kiri belakang)
H.Jenazah siap dipindahkan untuk di kafani

6
BAB IV
MENGKAFANI JENAZAH
4.1. HUKUM MENGKAFANI JENAZAH
Hukum mengkafani jenazah muslim dan bukan mati syahid dalam peperangan adalah
FADHU KIFAYAH yaitu jika sebagian orang melaksanakannya maka gugurlah kewajiban
yang lainnya.

Kewajiban mengkafani sampai pemakaman diambilkan dari HARTA TERBAIK


RAHIMAHULLAH. Jika tidak mempunyai harta, maka ditanggung orang yang menafkahi
ketika masih hidup.

4.2. UKURAN KAIN KAFAN


LAKI LAKI : 3 LAPIS memerlukan kain 8 M
WANITA : 5 LAPIS memerlukan kain 10 M
A. KAIN BEDONG / KAFAN
Untuk memudahkan
Panjang : 240 CM 2x
Lebar : 150 CM
Untuk ukuran yang lebih detail
Lebar kain kafan adalah 3x lebar bahu jenazah
Misal : lebar bahu jenazah 50 CM maka cara hitungnya 50 CM x 3 = 150 CM
Panjang kain kafan, tinggi jenazah di tambah 1/3
Misal : tinggi jenazah 150 CM maka panjang kain kafan 150 CM + 50 CM = 200 CM
B. TALI PENGIKAT
Ada 5 tali yang standard dibutuhkan
Tali pocong : 75 CM
Tali dada : 150 CM
Tali perut : 175 CM
Tali lutut : 125 CM
Tali kaki : 75 CM
C. BAJU
Ukuran dari lengan atas sampai akhir betis dengan melipat
Ukuran standard : 250 CM
Dibuatkan lubang bagian tengah untuk memasukkan kepala : 24 CM
Bagian depan di gunting ke bawah bagian depan leher : 8 CM
D. SARUNG
Lebar sarung : 90 CM sarung
Panjang : 150 CM ng baju

Ukuran stand : 150 CM


E. KERUDUNG SEGITIGA jilbab

Panjang x lebar : 90 CM

bedon bedon
g g
7
4.3. CARA MENGKAFANI JENAZAH

A. SUSUN KAIN KAFAN UNTUK MASING MASING BAGIAN DENGAN TERTIB DAN RAPI
(Susunan kafan jenazah di bawah ini untuk jenazah perempuan, jenazah laki laki
susunannya yang kami warna biru dan pada saat menyusun kain kafan, setiap lapiran di
taburi bubuk kapur barus dan di beri minyak wangi non alcohol)
✓ Tikar
✓ Tali pengikat
✓ 2 lapis kain kafan / bedong
✓ Baju bagian depan, terbuka ke atas dan bagian bawah tepat di badan jenazah
✓ Sarung diatur kira kira tetpat diatas dada sampai betis jenazah
✓ Underpad
✓ Kerudung dipakaikan terakhir sebelum dibungkus kain kafan

B. JENAZAH YANG SUDAH DI MANDIKAN, DIPINDAHKAN KE ATAS KAFAN DALAM


KEADAAN TERTUTUP AURAT

C. MENUTUP JENAZAH
▪ Kain di tutupkan ke jenazah satu per satu, mulai dari sarung sebelah kanan
kemudian kiri, kemudian kain ihrom mulai dilepas, pada proses ini menjaga supaya
aurat jenazah tidak terlihat.
▪ Dilanjutkan menutup baju dari atas dan memakaikan jilbab.
▪ Terakhir menutupkan 2 lapis kain kafan

Catatan :
• Semua proses mengkafani jenazah tiap lapisan dimulai dari kanan, baru kiri.
• Setelah jenazah telah terkafani, untuk kerapian kafan di tarik dari atas kepala
dan bawah kaki , kemudian di talikan disebelah kiri, dengan tali pita, supaya
mudah dilepas saat diliang lahat.

D. MEMERCIKKAN MINYAK WANGI DI ATAS JENAZAH YANG SUDAH DIKAFANI

E. MENUTUP JENAZAH YANG TELAH DIKAFANI DENGAN JARIK

8
BAB V
MENYOLATKAN JENAZAH

5.1. HUKUM SHOLAT JENAZAH


Sholat jenazah wajib menurut ijma’ ulama yaitu FARDHU KIFAYAH, jika dilaksanakan oleh
sebagian umat terlepaslah kewajiban yang lainnya.

5.2. SYARAT ORANG YANG MENYOLATKAN JENAZAH


Orang yang utama menyolatkan jenazah adalah
1. yang diwasiatkan oleh jenazah dengan syarat tidak fasik dan tidak ahli bid’ah.
2. Kemudian ulama atau pemimpin terkemuka ditempat itu
3. Orangtua dari jenazah dan seterusnya ke atas
4. Anak anak jenazah ke bawah
5. Keluarga terdekat
6. Kaum muslimin seluruhnya.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
didatangkan seorang mayit dan ia memiliki utang. Lantas beliau bertanya, ‘Apakah orang
tersebut memiliki kelebihan harta untuk melunasi utangnya?’ Jika ternyata ia tidak melunasi
dan punya kelebihan harta lalu utang tersebut dilunasi, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam menyolatkan mayit tersebut. Namun jika tidak dilunasi, maka beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam berkata kepada kaum muslimin, ‘Shalatkanlah sahabat kalian.’ (HR. Bukhari
no. 1251).

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa
beliau bersabda,

ُّ‫ي يَْبُّلُغُو َُّن ِمائًَُّة ُكل ُه ُّْم يَ ْش َفعُو َُّن لَُّهُ إِ َُّلم ُش ِفعُوا فِ ِيه‬
َُّ ‫صلِى َعلَْيُِّه أُم ُّة ِم َُّن الْ ُم ْسلِ ِم‬ ِ
َ ُ‫َما م ُّْن َميِتُّ ي‬
“Tidaklah seorang mayit dishalatkan (dengan shalat jenazah) oleh sekelompok kaum muslimin
yang mencapai 100 orang, lalu semuanya memberi syafa’at (mendoakan kebaikan untuknya),
maka syafa’at (do’a mereka) akan diperkenankan.” (HR. Muslim no. 947)

5.3. TATA CARA SHOLAT JENAZAH


Shalat jenazah terdapat tujuh rukun:
1- Berniat (di dalam hati).
2- Berdiri bagi yang mampu.
3- Melakukan empat kali takbir (tidak ada ruku’ dan sujud).
4- Setelah takbir pertama, membaca Al Fatihah.
5- Setelah takbir kedua, membaca shalawat
6- Setelah takbir ketiga, membaca doa untuk mayit
7- Salam setelah takbir keempat.
9
Setelah takbir pertama, membaca Al Fatihah.
Tanpa perlu membaca istiftah langsung berta’aawudz
(ُّ‫انُّالمرِجْي ِم‬ ِ ِ ُ‫)أَعوذ‬
ِ َ‫هلل ُِّمنُّالشميط‬
ْ َ ‫ُِّب‬ ُْ

Setelah takbir kedua, membaca shalawat


(minimalnya adalah allahumma sholli ‘ala Muhammad).
Dalam riwayat Bukhari no. 3370 terdapat lafazh shalawat sebagai berikut,
ِ ِ َ‫ُّ َكماُّصلميتُّعلَىُّإِب ر ِاهيمُّوعل‬،ُّ‫ُُّم ممد‬ ِ َ‫ُّو َعل‬،ُّ‫ىُُّمَ ممد‬
ُّ‫ك‬ َ ‫ُّإُِّنم‬،ُّ‫ىُّآلُّإِبْ َراه َيم‬ َ َ َ َْ َ َ ْ َ َ َُ ‫ىُّآل‬ َ ُ َ‫ُّعل‬ َ ‫اللم ُه مم‬
َ ‫ُّص ِل‬
ُّ‫ُّو َعلَىُّآ ُِّل‬،ُّ ِ ِ ِ َ‫ُّو َعل‬،ُّ‫ىُُّمَ ممد‬ َِ ‫َحيد‬ َِ
َ ‫ُّعلَىُّإبْ َراه َيم‬
َ ‫ت‬ َ ‫اُِّب َرْك‬
َ ‫ُّ َك َم‬،ُّ‫ُُّمَ ممد‬
ُ ‫ىُّآل‬ َ َ ‫ُِّب ِرْك‬
ُ َ‫ُّعل‬ َ ‫ُّاللم ُه مم‬،ُّ‫َُّميد‬
َِ ‫َُّحيد‬َِ ‫ك‬ ِ
‫يد‬
ُّ ‫َُّم‬ َ ‫ُّإِنم‬،ُّ‫إِبْ َراه َيم‬
“Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad kama shollaita ‘ala Ibrahim wa
‘ala ali Ibrahim, innaka hamidun majid. Allahumma barik ‘ala Muhammad wa ‘ala ali
Muhammad kama barokta ‘ala Ibrahim wa ‘ala ali Ibrahim, innaka hamidun majid.”

[Ya Allah, berilah shalawat kepada Muhammad dan kerabatnya karena engkau memberi
shalawat kepada Ibrahim dan kerabatnya. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha
Mulia. Ya Allah, berilah keberkahan kepada Muhammad dan kerabatnya karena engkau
memberi keberkahan kepada Ibrahim dan kerabatnya. Sesungguhnya Engkau Maha
Terpuji lagi Maha Mulia]

Setelah takbir ketiga, membaca doa untuk mayit.


Inilah maksud inti dari shalat jenazah.
Di antara yang bisa dibaca pada do’a setelah takbir ketiga:
،‫َْبِد‬
ََ ‫ْج َوال‬ ِ ‫ َوا ْغ ِسلْهُ ِِبل َْم ِاء َوالثَّل‬،ُ‫ َوَو ِس ْع َم ْد َخلَه‬،ُ‫ َوأَ ْك ِرْم نُ ُزلَه‬،ُ‫ف َع ْنه‬
ُ ‫اَللَّ ُه َّم ا ْغ ِف ْر لَهُ َو ْار ََحْهُ َو َعافِ ِه َوا ْع‬
‫ْيا ِم ْن‬ ِ
ً ْ ‫ َوأ َْهلً َخ‬،‫ْيا م ْن َدا ِره‬
ِ ْ ‫ وأَب ِدلْه َدارا َخ‬،‫س‬
ً ً ُ ْ َ ِ َ‫الدن‬ َّ ‫ض ِم َن‬ َ َ‫ب اْألَبْي‬
َ ‫ت الث َّْو‬ ْ ‫َونَ ِق ِه ِم َن‬
َ ‫اْلَطَ َاي َك َما نَ َّق ْي‬
ِ ‫َع ْذهُ ِم ْن َع َذ‬
ِ ‫اب الْ َق َِْب َو َع َذ‬
‫اب النَّا ِر‬ ِ ‫ وأ‬،َ‫ وأَ ْد ِخلْه ا ْْلنَّة‬،‫ وَزوجا َخ ْْيا ِمن َزو ِج ِه‬،‫أ َْهلِ ِه‬
َ َ ُ َ ْ ْ ً ًْ َ
Allahummaghfirla-hu warham-hu wa ‘aafi-hi wa’fu ‘an-hu wa akrim nuzula-hu, wa wassi’
madkhola-hu, waghsil-hu bil maa-i wats tsalji wal barod wa naqqi-hi minal khothoyaa
kamaa naqqoitats tsaubal abyadho minad danaas, wa abdil-hu daaron khoirom min daari-
hi, wa ahlan khoirom min ahli-hi, wa zawjan khoirom min zawji-hi, wa ad-khilkul jannata,
wa a’idz-hu min ‘adzabil qobri wa ‘adzabin naar.

10
“Ya Allah! Ampunilah dia (mayat) berilah rahmat kepadanya, selamatkanlah dia (dari
beberapa hal yang tidak disukai), maafkanlah dia dan tempatkanlah di tempat yang mulia
(Surga), luaskan kuburannya, mandikan dia dengan air salju dan air es. Bersihkan dia dari
segala kesalahan, sebagaimana Engkau membersihkan baju yang putih dari kotoran,
berilah rumah yang lebih baik dari rumahnya (di dunia), berilah keluarga (atau istri di
Surga) yang lebih baik daripada keluarganya (di dunia), istri (atau suami) yang lebih baik
daripada istrinya (atau suaminya), dan masukkan dia ke Surga, jagalah dia dari siksa
kubur dan Neraka.” (HR. Muslim no. 963)

Setelah takbir keempat membaca kemudian salam


Do’a setelah takbir keempat:

ُ‫ت بَ ْع َدهُ َوا ْغ ِف ْرلَناَ َولَه‬


َّ ِ‫َج َرهُ َولَ تَ ْف‬
ْ ‫اللَّ ُه َّم لَ ََتْ ِرْمنَا أ‬
Allahumma laa tahrimnaa ajro-hu wa laa taftinnaa ba’da-hu waghfir lanaa wa la-hu

“Ya Allah! Jangan menghalangi kami untuk tidak memperoleh pahalanya dan jangan
sesatkan kami sepeninggalnya, ampunilah kami dan ampunilah dia”.

Catatan dalam sholat jenazah


1. Do’a di atas berlaku untuk mayit laki-laki. Jika mayit perempuan, maka kata –hu atau –hi
diganti dengan –haa.
Contoh “Allahummaghfirla-haa warham-haa …”.
2. Sunah mengajak umat muslim untuk melakukan sholat jenazah
3. Menyusun jama’ah menjadi 3 shaf / lebih
4. Imam untuk jenazah laki laki berdiri sejajar kepala jenazah
Imam untuk jenazah perempuan berdiri dipertengahan perut jenazah
5. Sholat jenazah untuk anak kecil sama dengan menyolatkan jenazah laki laki atau
perempuan dewasa, kecuali stelah takbir ke 3 untuk anak laki laki di bacakan
Do’a khusus untuk mayit anak kecil:
‫َج ًرا‬ ْ ‫اَللَّ ُه َّم‬
ْ ‫اج َعلْهُ لَنَا فَ َرطًا َو َسلَ ًفا َوأ‬
Allahummaj’ahu lanaa farothon wa salafan wa ajron
“Ya Allah! Jadikan kematian anak ini sebagai simpanan pahala dan amal baik serta pahala
buat kami”. (HR. Bukhari secara mu’allaq -tanpa sanad- dalam Kitab Al-Janaiz, 65 bab
Membaca Fatihatul Kitab Atas Jenazah 2: 113)

11
BAB VI
MENGUBURKAN JENAZAH

6.1. SIFAT MAKAM


A. Kuburan digali dengan kedalaman dan luasan tertentu sehingga jenazah nantinya
terlindungi dengan aman dalam kuburnya. Tidak ada keharusan tertentu berapa ukuran
luas dan kedalamannya.
B. Dibuatkan lahat yaitu lubang disisi dinding tanah arah kiblat yang cukup untuk
meletakkan jenazah atau menggunakan syaq (lubang ditengah tanah bagian bawah jika
kesulitan penggunaan lahat)

Kira kira seperti ini contohnya

6.2. CARA MENGUBURKAN JENAZAH


A. Masukkan jenazah dari arah kakinya jika tidak ada kesulitan
B. Bagi jenazah perempuan yang arah memasukkan ke kuburan henhaklah mahromnya atau
laki laki yang malam harinya tidak berjima’ (tidak berhubungan suami istri)
C. Ketika meletakkan pada lahat membaca Bismillah wa ‘alaa millati rosulillah (Dengan
nama Allah dan di atas ajaran Rasulullah).
D. Jenazah diletakkan pada lahat dengan posisi miring, bertumpu pada sisi kanan tubuhnya
mengahap kiblat dan ikatan pada kafan dilepas.
E. Ditegakkan batu bata atau kayu supaya terlindungi dari guguran tanah yang akan
ditutupkan.
F. Kubur dibentuk semacam punuk onta dan ditinggikan sejengkal serta boleh diberi
penanda baju sejengkal dibagian kepala jenazah.
G. Kubur tidak boleh diinjak dan diduduki
H. Setelah selesai penguburan sejenak duduk di sekliling kubur sambil mendoakan ampunan
dan keokohan untuk menjawab pertanyaan kubur bagi jenazah.

12
BAB VII
P E N U T U P
Sepanjang uraian di atas diambil kesimpulan bahwa manusia sebagai mahluk yang mulia di sisi
ALLOH Subhanallahu Wa Ta’ala. Untuk menghormati kemuliaannya perlu mendapat perhatian
khusus dalam hal penyelenggaraan jenazahnya. Dimana penyelenggaraan jenazah seorang
muslim itu hukumnya adalah FARDHU KIFAYAH artinya kewajiban itu dibebankan kepada
seluruh mukallaf di tempat itu, tetapi jika telah dilakukan oleh sebagian orang maka gugurlah
kewajiban seluruh mukallaf.

Empat hal yang mesti dilakukan terhadap mayit oleh yang hidup adalah:
1- Memandikan
2- Mengafani
3- Menyolatkan
4- Menguburkan
Empat hal di atas hanya berlaku pada mayit muslim. Adapun mayit kafir, tidak dishalatkan
baik kafir harbi maupun dzimmi. Boleh memandikan orang kafir, namun cuma dalam dua
keadaan. Dan wajib mengafani kafir dzimmi dan menguburkannya, tetapi hal ini tidak berlaku
bagi kafir harbi dan orang yang murtad. Adapun orang yang mati dalam keadaan ihram (sedang
berumrah atau berhaji), jika dikafani, maka kepalanya tidak ditutup.

13
DAFTAR PUSTAKA

• H. Muttahid Ajwar, Petunjuk Praktis Mengurus Jenazah, Media Dakwah


• Kharisman. U. A., 2013, Tata Cara Mengurus Jenazah Sesuai Sunnah Nabi Shalallahu Alaihi
Wasallam, Pustaka Hudaya ed. 01 (2013)
• Ustadzah Cholidah Cholid, 2018, Praktek Pelatihan Perawatan Jenazah
• https://Rumaysho.com
• https://muslimah.or.id/4864-tata-cara-shalat-jenazah-menyalatkan-mayit.html

14

Anda mungkin juga menyukai