Alhamdulillah … Segala puji bagi ALLOH, hanya kepadaNYA tempat meminta pertolongan dan
petunjuk. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi
Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam, keluarganya, sahabatnya dan orang orang yang
mengikuti sunnahnya hingga hari kiamat.
Dengan mengucapkan rasa syukur kepada ALLOH Subhanallahu Wa Ta’ala, kami selesai
menyusun buku PETUNJUK PRAKTIS PERAWATAN JENAZAH SYAR’I. Semoga buku yang
sederhana ini bisa membantu muslimin dalam merawat jenazah sesuai sunnah dan standard
kesehatan, mulai dari menyiapkan peralatan dan perlengkapan hingga proses memandikan serta
mengkafani jenazah secara baik dan benar.
Akhir kata mohon maaf jika ada banyak kekurangan dan kami berharap masukan masukan demi
sempurnanya buku ini. Dan sungguh kami hanya mengharapkan Ridho ALLOH Subhanallahu Wa
Ta’ala dan surgaNYA, ketika banyak muslimin yang membantu saudara muslim lainnya dalam
merawat jenazah. Aamiin Yaa Robbal Aaalamiiin …
Diah Nurainy
MUQADIMAH
Kematian adalah suatu peristiwa yang pasti terjadi pada kehidupan manusia. Karena manusia
mahluk sosial dan bermasyarakat maka seseorang yang meninggal menjadi tanggungjawab
manusia lain yang masih hidup.
Islam sebagai agama yang sempurna, mewajibkan kepada stiap muslim yang hidup untuk
mengurus jenazah saudara muslim yang meninggal sesuai dengan tuntunan Al Qur’an dan As
Sunnah. Kewajiban merawat jenazah hukumnya FARDHU KIFAYAH yang artinya kewajiban
untuk seluruh umat islam, tetapi jika sudah di urus oleh keluarga atau beberapa orang, maka
kewajiban ini gugur bagi seluruh muslim masyarakat tersebut. Selain itu ALLOH Subhanallahu
Wa Ta’ala menjanjikan pahala pahala yang besar bagi hambaNYA yang mengambil bagian dari
pelaksanaan perawatan jenazah.
Merawat jenazah adalah wujud penghargaan dan penghormatan kepada sesame muslim saat
telah meninggal. ALLOH Subhanallahu Wa Ta’ala berfirman dalam
Dengan memohon petunjuk dari ALLOH Subhanallahu Wa Ta’ala, kami mencoba menyusun
buku ini untuk mempermudah muslimin dalam merawat jenazah sesuai petunjuk Al Qur’an dan
As Sunnah serta sesuai standar kesehatan.
Atas kerjasama dan dukungannya kami mengucapkan terimakasih. Semoga buku ini bermanfaat
dan menjadi amal jariyah bagi siapapun yang mengambil bagian didalamnya … Allahumma
aamiin
DAFTAR ISI
SAMPUL …………………………………..…………………………………………………………………………………………………….. i
MUQADIMAH ………………………………………………..…………………….………………………………………………………….. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Yang harus dilakukan ketika orang menjelang sakaratul maut …………………….……..………… 1
3.3. orang yang utama memandikan jenazah dan jenazah yang wajib dimandikan ……………... 4
b. Talqin dengan kalimat tauhid Lā ilāha illallāh dengan lembut, sabda Rasulullah
Shalallahu Alaihi Wassalam
Hadits Riwayat At-Tirmidzi 1078 dan Ibnu Majah 2413, dari Abu Hurairah
Radhiyallahu ‘anhu. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani di dalam Shahihul Jami’ 6779
1
BAB II
PERALATAN DAN PERLENGKAPAN PENGURUSAN JENAZAH
2.1. PERALATAN MEMANDIKAN JENAZAH
1 Tempat memandikan jenazah lengkap dengan 4 buah bantalan
2 gentong air besar
1 keranda dan kasur spon
1 amben / dipan jenazah
2 gayung
3 tempat sampah (kantong plastik/kresek hitam)
1 bak kecil
10 meter slang pembuangan
2 guling
2 sajadah / tikar
1 tandu
Hukumnya adalah fardhu kifayah. Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan mengenai seseorang yang meninggal
dunia karena jatuh dari untanya,
ا ْغ ِسلُوهُ ُِِّبَاء َُّو ِس ْد ُّر
“Mandikanlah ia dengan air dan daun bidara.” (HR. Bukhari, no. 1265 dan Muslim, no. 1206)
ِ ُّاّلل ُِِّفُّالدنْياُّو
ُّاآلخَرِة ِ ومنُّسَت
َ َ ُاُّس َََتهُ م
َ ُّم ْسل ًم
ُ ََ َ ْ َ َ
WA MAN SATARO MUSLIMAN SATAROHULLAAHU FID DUNYAA WAL AAKHIROTI
Barangsiapa menutupi aib seorang Muslim Maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan
akhirat (HR. Muslim)
3.3. ORANG YANG UTAMA MEMANDIKAN JENAZAH DAN JENAZAH YANG WAJIB DIMANDIKAN
3.3.1. Orang Yang Utama Memandikan Jenazah Untuk LAKI LAKI
1. Orang yang di wasiatkan sebelum meninggalnya
2. Ayahnya / Kakeknya / Anaknya / Cucunya LAKI LAKI dan seterusnya serta ISTRInya
3
3.3.4. Apabila seorang perempuan meninggal, sedangkan yang masih hidup semuanya hanya
laki laki dan dia tidak mempunya suami, begitu juga jika yang meninggal laki laki,
sedangkan yang masih hidup hanya perempuan saja dan tidak mempunyai istri, maka
jenazah tersebut tidak dimandikan tetapi cukup TAYAMUM oleh salah seorang dari
mereka dengan memakai lapis tangan.
Hukum ini sesuai dengan sabda Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam dalam dalam
hadis Abu Daud dan Baihaqi yang berbunyi:
"Jika seorang meninggal di tempat laki-laki dan tidak ada perempuan lain atau laki-laki
meninggal di tempat perempuan-perempuan dan tidak ada laki-laki selainnya, maka
kedua jenazah itu ditayamumkan, lalu dikuburkan karena kedudukannya sama seperti
tidak mendapat air." (H.R Abu Daud dan Baihaqi)
4
3.5. TATA CARA MEMANDIKAN JENAZAH
3.5.1. PERSIAPAN PETUGAS YANG AKAN MEMANDIKAN JENAZAH
1. Wudhu terlebih dahulu
2. Memakai baju khusus, jas hujan/celemek/apron, masker, penutup kepala, sarung
tangan, kacamata, sepatu bot.
3. Mempersiapkan peralatan dan perlengkapan memandikan jenazah
A. Tempat memandikan jenazah yang tetutup atas dan sekelilingnya
B. Gentong yang sudah diisi air, selang, gayung
C. Ember sedang dan gayung tempat kapur barus
D. Washlap, kresek besar dan kecil (warna hitam), sabun, shampoo, kapur barus,
parfum non alcohol, kapas yang sudah dibentuk bulat bulat, sisir
E. Kain ihrom, handuk sedang, handuk kecil, jarik
A. Jika sendi sendi jenazah lemas, maka pakaian bisa dilepas tanpa di gunting
B. Jika sendi sendi jenazah telah kaku, maka pakaian jenazah dilepas dengan cara di
gunting
Caranya : Gunting baju mulai dari lengan kanan menuju leher, Dilanjutkan bawa
ketiak ke sisi tubuh sampai kaki. Kemudian baju dikumpulkan disisi kiri dengan
memiringkan tubuh jenazah sehingga mudah diambil disisi kiri.
3. Menggunting kuku tangan dan kuku kaki jika panjang, serta menggunting bulu
ketiak dan kumis jika panjang.
4. Membersihkan mulut, hidung, telinga dengan kasa atau cotton bud.
5. Melepas perhiasan perhiasan dan gigi palsu yang melekat di tubuh jenazah (jika bisa
dan tidak dikuatirkan melukai jenazah)
1. Membersihkan kotoran
A. Jika jenazah masih lemas maka jenazah setengah didudukkan, perut sebelah kiri
di tekan pelan untuk memudahkan kotoran dalam perut keluar. Petugas lain
membersihkan dubur dan qubul menggunakan tangan kiri memakai kapas bulat
sampai bersih.
5
B. Jika jenazah telah kaku maka cukup dibuka kaki kanan dan kaki kiri, kemudian
dubur dan qubul dibersihkan, jika sudah bersih, terakhir ditutup dengan kapas
bulat kecil yang sebelumnya di celupkan ke dalam air kapur barus 3 bulatan
kapas.
C. Jika dari dubur dan qubul kotorannya keluar terus, maka ditutup dengan pintalan
kain / kapas dan di plester.
Jika mengalir darah dari mulut, hidung, mata, telinga maka diberi kapur barus
untuk menghentikannya kecuali pendarahan dari otak akan berhenti dengan
sendirinya.
2. Mewudhukan Jenazah
A. Petugas menyatukan kedua tangan jenazah dengan mengucapkan “Bismillah”
dengan dibasahi air.
B. Membasuh tangan 3x bagian kanan terlebih dahulu kemudian bagian kri
C. Membersihkan mulut dan hidung
D. Membasuh wajah 3x
E. Membasuh tangan kanan kemudian tangan kiri hingga siku 3x
F. Mengusap kepala dengan air dari depan ke belakang kembali ke depan langsung
kedua telinga.
G. Membasuh kaki 3x kanan kemudian kiri
3. Memandikan Jenazah
A. Menyiram seluruh anggota tubuh dari kepala sampai kaki sebelah kanan dengan
hitungan ganjil tau sesuai kebutuhan kemudian sebelah kiri.
B. Membersihkan jenazah dengan daun bidara / sabun bidara / sabun cair, dimulai
dari kepala sampai ujung jari jari kaki dengan lembut, kemudian dimiringkan
untuk membersihkan sisi kanan tubuh bagian bawah, dilakukan yang sama untuk
tubuh bagian kiri.
C. Petugas yang lain membersihkan rambut jenazah / keramas
D. Membilas semua bagian tubuh seperti poin B dengan air bersih.
E. Siraman terakhir bagian tubuh seperti pon B dengan air bersih yang dicampur
kapur barus.
F. Mengeringkan tubuh jenazah dengan kain ihram di bentangkan di atas kain
basahan, kemudian pelan pelan kain basahan di ambil dan kain ihram pelan pelan
di letakkan diatas tubuh jenazah untuk dikeringkan.
G. Menyisir rapi rambut jenazah dan mengepang 3 bagian (kanan kiri belakang)
H.Jenazah siap dipindahkan untuk di kafani
6
BAB IV
MENGKAFANI JENAZAH
4.1. HUKUM MENGKAFANI JENAZAH
Hukum mengkafani jenazah muslim dan bukan mati syahid dalam peperangan adalah
FADHU KIFAYAH yaitu jika sebagian orang melaksanakannya maka gugurlah kewajiban
yang lainnya.
Panjang x lebar : 90 CM
bedon bedon
g g
7
4.3. CARA MENGKAFANI JENAZAH
A. SUSUN KAIN KAFAN UNTUK MASING MASING BAGIAN DENGAN TERTIB DAN RAPI
(Susunan kafan jenazah di bawah ini untuk jenazah perempuan, jenazah laki laki
susunannya yang kami warna biru dan pada saat menyusun kain kafan, setiap lapiran di
taburi bubuk kapur barus dan di beri minyak wangi non alcohol)
✓ Tikar
✓ Tali pengikat
✓ 2 lapis kain kafan / bedong
✓ Baju bagian depan, terbuka ke atas dan bagian bawah tepat di badan jenazah
✓ Sarung diatur kira kira tetpat diatas dada sampai betis jenazah
✓ Underpad
✓ Kerudung dipakaikan terakhir sebelum dibungkus kain kafan
C. MENUTUP JENAZAH
▪ Kain di tutupkan ke jenazah satu per satu, mulai dari sarung sebelah kanan
kemudian kiri, kemudian kain ihrom mulai dilepas, pada proses ini menjaga supaya
aurat jenazah tidak terlihat.
▪ Dilanjutkan menutup baju dari atas dan memakaikan jilbab.
▪ Terakhir menutupkan 2 lapis kain kafan
Catatan :
• Semua proses mengkafani jenazah tiap lapisan dimulai dari kanan, baru kiri.
• Setelah jenazah telah terkafani, untuk kerapian kafan di tarik dari atas kepala
dan bawah kaki , kemudian di talikan disebelah kiri, dengan tali pita, supaya
mudah dilepas saat diliang lahat.
8
BAB V
MENYOLATKAN JENAZAH
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
didatangkan seorang mayit dan ia memiliki utang. Lantas beliau bertanya, ‘Apakah orang
tersebut memiliki kelebihan harta untuk melunasi utangnya?’ Jika ternyata ia tidak melunasi
dan punya kelebihan harta lalu utang tersebut dilunasi, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam menyolatkan mayit tersebut. Namun jika tidak dilunasi, maka beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam berkata kepada kaum muslimin, ‘Shalatkanlah sahabat kalian.’ (HR. Bukhari
no. 1251).
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa
beliau bersabda,
ُّي يَْبُّلُغُو َُّن ِمائًَُّة ُكل ُه ُّْم يَ ْش َفعُو َُّن لَُّهُ إِ َُّلم ُش ِفعُوا فِ ِيه
َُّ صلِى َعلَْيُِّه أُم ُّة ِم َُّن الْ ُم ْسلِ ِم ِ
َ َُما م ُّْن َميِتُّ ي
“Tidaklah seorang mayit dishalatkan (dengan shalat jenazah) oleh sekelompok kaum muslimin
yang mencapai 100 orang, lalu semuanya memberi syafa’at (mendoakan kebaikan untuknya),
maka syafa’at (do’a mereka) akan diperkenankan.” (HR. Muslim no. 947)
[Ya Allah, berilah shalawat kepada Muhammad dan kerabatnya karena engkau memberi
shalawat kepada Ibrahim dan kerabatnya. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha
Mulia. Ya Allah, berilah keberkahan kepada Muhammad dan kerabatnya karena engkau
memberi keberkahan kepada Ibrahim dan kerabatnya. Sesungguhnya Engkau Maha
Terpuji lagi Maha Mulia]
10
“Ya Allah! Ampunilah dia (mayat) berilah rahmat kepadanya, selamatkanlah dia (dari
beberapa hal yang tidak disukai), maafkanlah dia dan tempatkanlah di tempat yang mulia
(Surga), luaskan kuburannya, mandikan dia dengan air salju dan air es. Bersihkan dia dari
segala kesalahan, sebagaimana Engkau membersihkan baju yang putih dari kotoran,
berilah rumah yang lebih baik dari rumahnya (di dunia), berilah keluarga (atau istri di
Surga) yang lebih baik daripada keluarganya (di dunia), istri (atau suami) yang lebih baik
daripada istrinya (atau suaminya), dan masukkan dia ke Surga, jagalah dia dari siksa
kubur dan Neraka.” (HR. Muslim no. 963)
“Ya Allah! Jangan menghalangi kami untuk tidak memperoleh pahalanya dan jangan
sesatkan kami sepeninggalnya, ampunilah kami dan ampunilah dia”.
11
BAB VI
MENGUBURKAN JENAZAH
12
BAB VII
P E N U T U P
Sepanjang uraian di atas diambil kesimpulan bahwa manusia sebagai mahluk yang mulia di sisi
ALLOH Subhanallahu Wa Ta’ala. Untuk menghormati kemuliaannya perlu mendapat perhatian
khusus dalam hal penyelenggaraan jenazahnya. Dimana penyelenggaraan jenazah seorang
muslim itu hukumnya adalah FARDHU KIFAYAH artinya kewajiban itu dibebankan kepada
seluruh mukallaf di tempat itu, tetapi jika telah dilakukan oleh sebagian orang maka gugurlah
kewajiban seluruh mukallaf.
Empat hal yang mesti dilakukan terhadap mayit oleh yang hidup adalah:
1- Memandikan
2- Mengafani
3- Menyolatkan
4- Menguburkan
Empat hal di atas hanya berlaku pada mayit muslim. Adapun mayit kafir, tidak dishalatkan
baik kafir harbi maupun dzimmi. Boleh memandikan orang kafir, namun cuma dalam dua
keadaan. Dan wajib mengafani kafir dzimmi dan menguburkannya, tetapi hal ini tidak berlaku
bagi kafir harbi dan orang yang murtad. Adapun orang yang mati dalam keadaan ihram (sedang
berumrah atau berhaji), jika dikafani, maka kepalanya tidak ditutup.
13
DAFTAR PUSTAKA
14