Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PRAKTIK PERAWATAN JENAZAH

OLEH KELOMPOK 3:

1. SERLIN SUSMILA CAHYANI (043STYC20)

2. SINGGI PEBIONI (044STYC20)

3.SINTA RUKYANI (045STYC20)

4.SUCI AYU RAHMAWATI (046STYC20)

5.TOMY (047STYC20)

6.ULYA WARDANIS (048STYC20)

7.VIQRATUS TSAQOVA (049STYC20)

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG S1

MATARAM

2020
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah S.W.T, berkat rahmat dan
BimbinganNya kami dapat menyelesaikan Makalah dengan judul “Praktik
Perawatan Jenazah” dengan tepat waktu.

Kami sadar bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini,oleh karena itu
kami meminta Ibu/Bapak dosen memberi saran serta kritik yang dapat
membangun kami.Semoga Allah S.W.T membalas budi baik semua pihak yang
telah memberi kesempatan, dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan
Makalah ini. Kami sadari bahwa Makalah ini jauh dari sempurna, tetapi kami
berharap Makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi keperawatan.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Wassalamuaalaiku Wr.Wb

Mataram,10 November 2020


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI......................................................................................................................................................................... 3
BAB I..................................................................................................................................................................................... 4
Pendahuluan...................................................................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................................................... 5
1.3 Tujuan...................................................................................................................................................................... 5
BAB II.................................................................................................................................................................................... 6
Pembahasan....................................................................................................................................................................... 6
2.1. MEMANDIKAN JENAZAH................................................................................................................................. 6
2.2  MENGKAFANI JENAZAH................................................................................................................................ 10
2.3 MENSHALATKAN JENAZAH.......................................................................................................................... 12
2.4 MENGUBURKAN JENAZAH........................................................................................................................... 15
BAB III................................................................................................................................................................................ 18
PENUTUP.......................................................................................................................................................................... 18
a.    Kesimpulan.......................................................................................................................................................... 18
b.     Saran..................................................................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................................................ 19
BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Kematian adalah suatu kepastian yang tak dapat dihindari oleh manusia.
Semua makhluk pasti akan mengalami kematian, tak peduli tua maupun
muda. Kematian, bagi seseorang yang telah menemui ajalnya, ini merupakan
bukanlah akhir dari segala-galanya, melainkan adalah awal bagi kehidupan di
akhirat. Sedangkan bagi yang masih hidup, ada kewajiban yang harus dipikul
terhadap orang yang telah meninggal, diantaranya; memandikan,
mengkafani, menshalaykan, dan menguburkan.Orang yang meninggal dunia
perlu dihormati karena orang yang meninggal adalah makhluk Allah swt
yang sangat mulia. Oleh sebab itu, menjelang menghadap ke haribaan Allah
swt, orang meninggal perlu mendapat perhatian khusus dari yang masih
hidup.

Pengurus jenazah termasuk syariat Islam yang perlu diketahui oleh


seluruh umat Islam. Hal itu dimaksudkan agar dalam penyelenggaraan atau
pengurusan jenazah sesuai dengan tuntunan syariat Islam. Akan tetapi masih
banyak masyarakat islam yang masih belum mengerti tentang apa-apa yang
harus dilakukan ketika ada ada saudara kita yang muslim meninggal dunia.
Oleh karena itu penting sekali mengetahui tentang penyelenggaraan
jenazah.Islam mengajarkan kepada setiap orang muslim untuk salalu
menjalin hubungan dengan sasamanya. Baik itu dalam kehidupan dunia
maupun akherat. Sehingga dengan adanya kerjasama dan saling tolong
menolong antara sesama orang muslim akan tercipta suasana yang tenang,
damai dan sejahtera.

Di antara masalah penting yang terkait dengan hubungan manusia


dengan manusia lainnya adalah masalah perawatan jenazah. Islam menaruh
perhatian yang sangat serius dalam masalah ini, sehingga hal ini termasuk
salah satu kewajiban yang harus dipenuhi oleh umat manusia, khususnya
umat Islam. Perawatan jenazah ini merupakan hak si mayat dan kewajiban
bagi umat Islam untuk melakukannya dengan pengurusan yang terbaik.
Dalam kenyataan masih banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari
umat Islam yang belum mengetahui bagaimana tatacara mengurus jenazah.
Masih banyak praktek perawatan jenazah yang berbau bid’ah (larangan yang
tidak pernah dilakukan Nabi Muhammad Saw.). Islam tidak hanya mengatur
apa yang harus diperbuat kepada orang yang sudah meninggal saja, tetapi
juga kepada orang yang sedang sakit yang dimungkinkan akan meninggal.
Hal yang perlu dilakukan bagi orang yang sedang sakit di antaranya adalah:
1. Bagi yang sakit hendaknya rela dengan apa yang menimpanya dan harus
sabar menghadapinya. 2. Orang yang sakit juga harus takut dengan dosa-
dosanya yang selama ini dilakukan dan penuh harap agar Allah memberikan
rahmat kepadanya. Bagaimanapun sakitnya, seseorang tidak boleh berharap
agar segera mati. 3. Kalau ada kewajiban yang harus ditunaikan hendaknya
segera ditunaikan, tetapi kalau belum ditunaikan segera diwasiatkan.

 1.2 Rumusan Masalah


(1)   Bagaimana tata cara memandikan jenazah?

(2)   Bagaimana tata cara mengkafani jenazah?

(3)   Bagaimana tata cara menshalatkan jenazah?

(4)   Bagaimana tata cara menguburkan jenazah?

1.3 Tujuan
(1) Mengetahui tata cara memandikan jenazah.

(2)   Mengetahui tata cara mengkafani jenazah.

(3)   Mengetauhi tata cara menshalatkan jenazah

(4)   Mengetahui tata cara menguburkan jenazah


BAB II

Pembahasan

2.1. MEMANDIKAN JENAZAH


Hukum memandikan mayat bagi orang Muslim yang hidup adalah fardlu
kifayah. Yang wajib dimandikan adalah mayat Muslim yang tidak mati syahid,
yaitu orang yang mati karena dalam pertempuran fi sabilillah melawan orang
kafir. Orang yang mati syahid tidak perlu dimandikan, sebagaimana sabda
Rasulullah Saw. tentang orang-orang yang gugur dalam pertempuran Uhud:
“Jangan kamu mandikan mereka, karena sesungguhnya setiap luka dan darah
akan semerbak bau kesturi pada hari kiamat, dan tidak usah mereka
dishalati” (HR. Ahmad dari Jabir). Orang yang memandikan mayat sebaiknya
adalah keluarga terdekat dari si mayat, kalau dia tahu cara memandikannya.
Apabila mayat itu laki-laki seharusnya yang memandikan juga laki-laki.
Apabila mayat itu perempuan yang memandikan juga perempuan. Kecuali
untuk anak kecil, maka boleh dimandikan oleh orang yang berlainan jenis
kelamin. Nabi bersabda: “Apakah yang menyusahkanmu seandainya engkau
mati sebelum aku, lalu aku memandikanmu dan mengkafani, kemudian aku
menshalatkan dan menguburmu” (HR. Ahmad, Ibnu Majah, Ad-Darimi, Ibnu
Hiban, Ad-Daruquthni, dan Al-Baihaqi dari ‘Aisyah).

Alat-alat yang perlu disediakan untuk memandikan mayit di antaranya


adalah:

a. Tempat tidur atau meja dengan ukuran kira-kira tinggi 90 cm, lebar 90
cm, dan panjang 200 cm, untuk meletakkan mayit.

b. Air suci secukupnya di ember atau tempat lainnya (6-8 ember).

c. Gayung secukupnya (4-6 buah).

d. Kendi atau ceret yang diisi air untuk mewudukan mayit.

e. Tabir atau kain untuk menutup tempat memandikan mayit.

f. Gunting untuk melepaskan baju atau pakaian yang sulit dilepas.

g. Sarung tangan untuk dipakai waktu memandikan agar tangan tetap


bersih, terutama bila mayitnya berpenyakit menular.

h. Sabun mandi secukupnya, baik padat maupun cair.


i. Sampo untuk membersihkan rambut.

j. Kapur barus yang sudah dihaluskan untuk dicampur dalam air.

k. Kalau ada daun bidara juga bagus untuk dicampur dengan air.

l. Tusuk gigi atau tangkai padi untuk membersihkan kuku mayit dengan
pelan.

m. Kapas untuk membersihkan bagian tubuh mayit yang halus, seperti


mata, hidung, telinga, dan bibir. Kapas ini juga bisa digunakan untuk
menutup anggota badan mayit yang mengeluarkan cairan atau darah,
seperti lubang hidung, telinga, dan sebagainya.

Adapun cara memandikan jenazah secara singkat dapat dijelaskan sebagai


berikut: 

Cara Dalam Memandikan Jenazah

1.Letakkan mayat di tempat mandi yang disediakan.

2.Yang memandikan jenazah hendaklah memakai sarung tangan.

3.Dipakaikan kain basahan seperti sarung agar auratnya tidak terlihat

4.Istinjakkan mayat terlebih dahulu.

5.Kemudian bersihkan giginya, lubang hidung, lubang telinga, celah


ketiaknya, celah jari tangan dan kaki dan rambutnya, sebaiknya memakai
sarung tangan.

6.Mayat didudukkan atau disandarkan pada sesuatu, lalu  mengeluarkan


kotoran dalam perutnya dengan menekan perutnya secara perlahan-
lahan agar semua kotorannya keluar, lantas dibersihkan dengan tangan
kirinya, dianjurkan memakai sarung tangan yang sudah diganti. Dalam
hal ini boleh memakai wangi-wangian agar tidak terganggu bau kotoran
jenazah.

7.Siram atau basuh seluruh anggota mayat dengan air sabun juga.

8.Kemudian siram dengan air yang bersih seluruh anggota mayat sambil
berniat Lafaz niat memandikan jenazah lelaki :

ِ ِّ‫س َل لِ َه َذاا ْل َمي‬


‫ت هللِ تَ َعالَ ى‬ ْ ‫نَ َو ْيتُ ا ْل ُغ‬
“Aku sengaja (niat) memandikan mayit ini karena Alloh Ta’ala “
9.Lafaz niat memandikan jenazah perempuan :

                   ‫س َل لِ َه ِذ ِه ا ْل َميِّتَ ِة هللِ تَ َعالَى‬


ْ ‫نَ َو ْيتُ ا ْل ُغ‬
“Aku sengaja (niat) memandikan mayit ini karena Alloh Ta’ala “

10.Siram atau basuh dari kepala hingga ujung kaki 3 kali dengan air bersih.

11.Siram sebelah kanan 3 kali.

12.Siram sebelah kiri 3 kali.

13.Kemudian memiringkan mayat ke kiri basuh bahagian lambung kanan


sebelah belakang.

14.Memiringkan mayat ke kanan basuh bahagian lambung sebelah kirinya.

15.Siram kembali dari kepala hingga ujung kaki.

16.Setelah itu siram dengan air kapur barus.

17.Setelah itu jenazahnya diwudukkan .

18.Lafaz niat mewudukkan jenazah lelaki :

ِ ِّ‫ض ْو َء لِ َه َذاا ْل َمي‬


                         ‫ت هللِ تَ َعالَى‬ ُ ‫نَ َو ْيتُ ا ْل ُو‬
"aku berniat mewudukkan jenazah (lelaki) ini kerana Allah s.w.t"

19.Lafaz niat mewudukkan jenazah perempuan


:                                                 ‫ض ْو َء لِ َه ِذ ِه ا ْل َميِّتَ ِة هللِ تَ َعالَى‬
ُ ‫نَ َو ْيتُ ا ْل ُو‬
"aku berniat mewudukkan jenazah (perempuan) ini kerana Allah s.w.t"

20.Cara mewudukkan jenazah ini yaitu dengan mencucurkan air ke atas


jenazah itu mulai dari muka dan terakhir pada kakinya, sebagaimana
melaksanakan wuduk biasanya.

21.  Setelah selesai dimandikan dan diwudukkan dengan baik, dilap


menggunakan lap pada seluruh badan mayat

Yang berhak memandikan mayat


       Mayat laki-laki dimandikan oleh orang laki-laki. Utamanya untuk
memandikan.Mayat dengan memilih orang yang terpecaya dan mengerti
hukum-hukum dan tata cara memandikan mayat,karena memandikan mayat
memiliki hukum syar’i dan sifat(tata cara) yang khusus sesuai
syariat.Diutamakan dalam memandikan mayat adalah orang yang disebutkan
dalam wasiatnya jika mayat telah berwasiat agar dimandikan oleh orang
tertentu, hal itu dikarenakan Anas Radhiallohu anhu berwasiat agar jasadnya
dimandikan oleh Muhammad bin Sirin.Setelah wasiat berkenaan orang yang
harus memandikan mayat, berikutnya adalah ayah mayat. Dia adalah orang
yang paling utama untuk memandikan anaknya karena dia memiliki hal yang
khusus dalam menyayangi dan belas kasih (lembut) kepada
anaknya.Kemudian berikutnya adalah kakeknya, karena ia sama dengan
seorang ayah dalam hal-hal tersebut.Disusul kemudian oleh orang yang lebih
dekat dari kerabatnya yang menerima ashabah dalam warisan, barulah
kemudian orang asing dari selain kerabatnya. Urutan dalam prioritas ini
adalah jika mereka semua pandai dalam perkara memandikan mayat dan
telah banyak mempelajarinya.Jika tidak demikian, maka diutamakan orang
mengerti hukum-hukum dalam memandikan mayat dari pada orang yang
tidak mengerti perkara itu.

Adapun jika mayat itu perempuan, maka ia dimandikan oleh


perempuan pula; tidak boleh laki-laki memandikan perempuan begitupun
sebaliknya, kecuali bila mereka adalah sepasang suami istri, Abu Bakar
Radhiallohu anhu berwasiat agar jasadnya dimandikan oleh istrinya, Asma’
bintu Umais, begitu juga Ali Radhiallohu Anhu memandikan Fathimah.Pria
maupun wanita boleh memandikan mayat anak dibawah umur tujuh
tahun,baik mayat laki-laki maupun perempuan,sebaimana ibrahim putra
Nabi Shalallohu Alaihi Wasalam dimandikan oleh para wanita. Ibnul Mundzir
berkata, “Seluruh ahli ilmu yang kami ketahui sepakat bahwa wanita boleh
memandikan mayat anak kecil” Dikarenakan anak kecil itu belum memiliki
aurat dalam hidupnya dan demikian pula setelah kematiannya. Dengan
demikian, wanita tidak boleh memandikan mayat laki-laki yang telah
berumur diatas tujuh tahun, pria juga tidak boleh memandikan mayat
perempuan yang telah berumur di atas tujuh tahun.

2.2  MENGKAFANI JENAZAH


  Setelah selesai memandikan dan mengeringkan mayit,disyariatkan
mengafani mayit. Dipersyaratkan mengafani agar bisa menutupi. Disunahkan
agar bisa berwarna putih dan bersih baik baru (itu yang afdhal) atau yang
baru dicuci.Batasan/ukuran kafan yang wajib adalah kain yang mentupi
seluruh badan mayit.Disunahkan mengafani mayit laki-laki dengan tiga
lapisan kain dan mengafani mayit perempuan dengan lima lembar kain yang
terdiri dari: sarung,kerudung,dan dua lembar pembungkus.Mayit anak kecil
dikafani dengan satu lapis kain dan boleh dikafani dengan tiga lapis
kain.Sedangkan mayit anak kecil wanita dikafani dengan satu baju dan dua
lapis kain.Disunahkan mengharumkan dengan dupa yang dibakar setelah
kain kafan itu diperciki dengan air mawar atau yang lainnya agar baunya
harum dan tetap lengket dengan kain kafan itu.

Alat-alat perlu disiapkan untuk mengkafani mayat di antaranya adalah

seperti berikut:

a. Kain kafan kurang lebih 12 meter.

b. Kapas secukupnya.

c. Kapur barus yang telah dihaluskan.

d. Kayu cendana yang telah dihaluskan.

e. Sisir untuk menyisir rambut.

f. Tempat tidur atau meja untuk membentangkan kain kafan yang sudah
dipotong-potong.

Adapun tata cara mengkafankan jenazah, yaitu 


Untuk mayat laki-laki

a.    Bentangkan kain kafan sehelai demi sehelai, yang paling bawah


lebih lebar dan luas serta setiap lapisan diberi kapur barus.

b.    Angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan


letakkan diatas kain kafan memanjang lalu ditaburi wangi-
wangian.

c.    Tutuplah lubang-lubang (hidung, telinga, mulut, kubul dan dubur)


yang mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan kapas.

d.   Selimutkan kain kafan sebelah kanan yang paling atas, kemudian


ujung lembar sebelah kiri. Selanjutnya, lakukan seperti ini
selembar demi selembar dengan cara yang lembut.

e.    Ikatlah dengan tali yang sudah disiapkan sebelumnya di bawah


kain kafan tiga atau lima ikatan.
f.     Jika kain  kafan tidak cukup untuk menutupi seluruh badan mayat
maka tutuplah bagian kepalanya dan bagian kakinya yang terbuka
boleh ditutup dengan daun kayu, rumput atau kertas. Jika
seandainya tidak ada kain kafan kecuali sekedar menutup auratnya
saja, maka tutuplah dengan apa saja yang ada.

Untuk mayat perempuan

Kain kafan untuk mayat perempuan terdiri dari 5 lemabar kain putih:

a.    Lembar pertama berfungsi untuk menutupi seluruh badan.

b.    Lembar kedua berfungsi sebagai kerudung kepala.

c.    Lembar ketiga berfungsi sebagai baju kurung.

d.   Lembar keempat berfungsi untuk menutup pinggang hingga kaki.

e.    Lembar kelima berfungsi untuk menutup pinggul dan paha.

Tata cara mengkafani mayat perempuan yaitu:

a.    Susunlah kain kafan yang sudah dipotong-potong untuk masing-


masing bagian dengan tertib. Kemudian, angkatlah jenazah dalam
keadaan tertutup dengan kain dan letakkan diatas kain kafan
sejajar, serta taburi dengan wangi-wangian atau dengan kapur
barus.

b.    Tutuplah lubang-lubang yang mungkin masih mengeluarkan


kotoran dengan kapas.

c.    Tutupkan kain pembungkus pada kedua pahanya.

d.   Pakaikan sarung.

e.    Pakaikan baju kurung.

f.     Dandani rambutnya dengan tiga dandanan, lalu julurkan


kebelakang.

g.    Pakaikan kerudung.

h.    Membungkus dengan lembar kain terakhir dengan cara


menemukan kedua ujung kain kiri dan kanan lalu digulungkan
kedalam.

i.      Ikat dengan tali pengikat yang telah disiapkan.


2.3 MENSHALATKAN JENAZAH
Sholat jenazah dilaksanakan setelah jenazah selesai dimandikan dan
dikafani. Hukum menyalatkan jenazah adalah fardu kifayah bagi orang-orang
muslim yang masih hidup. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan tentang
sholat jenazah antara lain :

         Syarat-syarat sah sholat jenazah

1)  Seorang yang menyalatkan, syaratnya orang muslim, suci dari hadas
besar dan hadas kecil, suci badan, pakaian dan tempat dari najis,
menutup aurat dan menghadap kiblat.

2) Sholat jenazah dilakukan setelah jenazah dimandikan dan dikafani.

3)  Letak mayat disebelah kiblat orang yang menyalatkan, terkecuali


kalau sholat jenazah dilakukan diatas kubur atau sholat gaib.

         Rukun sholat jenazah

1) Sholat jenazah dilakukan dengan niat ikhlas karena allah ta’ala.

2)  Takbir empat kali.

3)   Membaca surah al-fatihah sesudah takbir pertama.

4)    Membca sholawat atas nabi saw, setelah takbir kedua.

5)  Membaca doa setelah takbir ketiga.

6)  Berdoa setelah takbir keempat.

7)  Berdiri jika kuasa.

8)   Mengucapkan salam.

          Sunah-sunah sholat jenazah

Dalam sholat jenazah tidak disunahkan azan dan iqomah. Beberapa hal
yang disunahkan dalam sholat jenazah adalah :

1)  Mengangkat tangan ketika mengucapkan empat kali takbir.

2)   Isr’ar yaitu merendahkan suara bacaan sholat.

3)    Membaca ta’awwuz.

 Beberapa hal tentang sholat jenazah


1)   Sholat jenazah dikerjakan secara munfarid. Tetapi sebaiknya secara
berjemaah.

2)    Wanita yang beragama islam boleh dan sah menyalatkan jenazah.

3)   Jenazah yang disholatkan ada ditempat sholat.

4)    Sholat jenazah gaib adalah sholat jenazah yang jenazahnya tdak ada
ditempat sholat.

5)   Menyalatkan jenazah diatas kuburnya hukumnya boleh.

Tata cara menshalatkan jenazah

1. Imam berdiri di depan setentang kepala mayat, apabila mayat laki-


laki. Jika mayat perempuan, imam berdiri setentang pinggangnya.

2. Makmum berdiri di belakang imam bersaf-saf. Jama’ahnya lebih


banyak lebih utama. Jika jama’ahnya sedikit, usahakan menjadi tiga saf.
Karena Rasulullah Saw. telah bersabda, yang artinya : “Apabila seorang
mukmin mati dan dishalatkan oleh sekelompok kaum muslimin hingga
tiga saf, maka dosa-dosa si mayat diampuni”. (HR. Lima ahli hadis,
kecuali Nasai)

3.Setelah saf teratur,

4. Niatlah shalat jenazah disertai takbiratul ihram

    i. Untuk seorang mayit laki-laki

َ ‫ت فَ ْر‬
ٰ‫ض ِكفَايَ ٍة ِهللِ تَ َعالى‬ ِ ِّ‫َلى ه َٰذا ا ْل َمي‬
%ٍ ‫ت أَ ْربَ َع تَ ْكبِ ْي َرا‬ َ ُ‫أ‬
ٰ ‫صلِّى ع‬

“Saya niat melaksanakan kewajiban shalat pada mayit ini”

     ii.  Untuk seorang mayit perempuan

%ٍ ‫ة أَ ْربَ َع تَ ْكبِ ْي َرا‬%ِ َ‫َلى ٰه ِذ ِه ا ْل َميِّت‬


َ ‫ت فَ ْر‬
ٰ‫هللِ تَ َعالى‬ ِ  ‫ض ِكفَايَ ٍة‬ َ ُ‫أ‬
ٰ ‫صل ِّى ع‬

“Saya niat melaksanakan kewajiban shalat pada mayit ini”

       iii.  Untuk seorang mayit anak laki-laki

َ ‫ت فَ ْر‬
ٰ ‫ض ِكفَايَ ٍة ِهللِ تَ َع‬
‫الى‬ ِ ِّ‫ه َٰذا ا ْل َمي‬ ٰ‫صل ِّى عَلى‬
%ٍ ‫ت الطِّ ْف ِل أَ ْربَ َع تَ ْكبِ ْي َرا‬ َ ُ‫أ‬

“Saya niat melaksanakan kewajiban shalat pada mayit ini”

       iv.  Untuk seorang mayit anak perempuan


‫ض ِكفَايَ ٍة ِهللِ تَ َع ٰ‬
‫الى‬ ‫َلى ٰه ِذ ِه ا ْل َميِّتَ ِ‪%‬ة الطِّ ْفلَ ِة أَ ْربَ َع تَ ْكبِ ْي َرا ٍ‪%‬‬
‫ت فَ ْر َ‬ ‫أُ َ‬
‫صلِّى ع ٰ‬

‫”‪“Saya niat melaksanakan kewajiban shalat pada mayit ini‬‬

‫‪        v.   Untuk dua orang mayit‬‬

‫َلى ٰه َذ ْي ِن ا ْل َميِّتَ ْي ِ‪%‬ن أَ ْربَ َع تَ ْكبِ ْي َرا ٍ‬


‫ت فَ ْر َ‬
‫ض ِكفَايَ ٍة ِهللِ تَ َع ٰ‪%‬‬
‫الى‬ ‫أُ َ‬
‫صلِّى‪ ‬ع ٰ‬

‫‪“Saya niat melaksanakan kewajiban shalat pada orang-orang mati ini”.‬‬

‫‪        vi.  Untuk mayit yang banyak‬‬

‫ض ِكفَايَ ٍة ِهللِ تَ َعالىٰ‬ ‫سلِ ِم ْي َ‪%‬ن أَ ْربَ َع تَ ْكبِ ْي َرا ٍ‪%‬‬


‫ت فَ ْر َ‬ ‫ض َر ِمنْ أَ ْم َوا ِ‬
‫ت ا ْل ُم ْ‬ ‫َلى َمنْ َح َ‬ ‫أُص ِّ‬
‫َلى ع ٰ‬

‫‪“Saya niat melaksanakan kewajiban shalat pada orang-orang mati ini”.‬‬

‫”‪Lafadz Takbir  “Allah Maha Besar‬‬

‫‪5.  Takbir empat kali.‬‬

‫‪a.    Takbir Pertama: membaca Surat Al-Fatihah‬‬

‫‪b. Takbir Kedua: membaca sholawat Nabi‬‬

‫َلى ُم َح َّم ٍد‬ ‫آل إِ ْب َرا ِه ْي َم َو بَا ِر ْ‪%‬ك ع ٰ‬ ‫َلى ِ‬


‫َلى إِ ْب َرا ِه ْي َم َوع ٰ‬‫تع ٰ‬ ‫صلَّ ْي َ‪%‬‬
‫آل ُم َح َّم ٍد َك َما َ‬
‫َلى ِ‬‫َلى ُم َح َّم ٍد َوع ٰ‬‫ص ِّل ع ٰ‬
‫َ‬
‫َلى آ ِل إِ ْب َرا ِه ْي َم فِى ا ْل َعالَ ِم ْي َ‪%‬ن إِنَّ َك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‪0‬‬ ‫ار ْكتَ ع ٰ‬
‫َلى إِ ْب َرا ِه ْي َم َوع ٰ‬ ‫آل ُم َح َّم ٍد َك َما بَ َ‬
‫َلى ِ‬
‫َوع ٰ‬

‫‪c.    Sesudah takbir ketiga membaca :‬‬

‫‪Untuk Laki-laki:‬‬

‫الَلّ ُه َّم ا ْغفِ ْرلَهُ َو ْ‬


‫ار َح ْمهُ َوعَافِ ِه َواعْفُ ‪َ   ‬ع ْن ُهاَللَّ ُه ّم‬

‫‪Untuk Perempuan:‬‬

‫الَلّ ُه َّم ا ْغفِ ْرلَ َها َو ْ‬


‫ار َح ْم َها َوعَافِ َها‪َ   ‬واعْفُ ‪َ   ‬ع ْن َها‬

‫‪Lebih sempurnanya ditambah dengan :‬‬

‫ب‬‫ج َوا ْلبَ ْر ِد َونَقِّ ِه ِمنَ ا ْل َخطَايَا‪َ %‬ك َما يُنَقَّى الثَّ ْو ُ‬
‫س ْلهُ بِا ْل َما ِ‪%‬ء َوالثَّ ْل ِ‬ ‫َوأَ ْك ِر ْم نُ ُزلَهُ َو َو ِّ‬
‫س ْع َمد َْخلَهُ َوا ْغ ِ‬
‫س َوا ْب ِد ْلهُ دَا ًرا َخ ْي ًرا ِمنْ دَا ِر ِه ِواَ ْهالً َخ ْي ًرا ِمنْ أَ ْهلِ ِه َو َز ْو ًجا َخ ْي ًرا ِمنْ زَ ْو ِج ِه‬ ‫ض ِمنَ ال َّدنَ ِ‬ ‫ْاألَ ْبيَ ُ‬
‫ب ا ْلقَ ْب ِ‪%‬ر َو ِمنْ فِ ْتنَتِ ِه َو ِمنْ َع َذا ِ‬
‫ب النَّا ِ‪%‬ر‬ ‫َوأَد ِْخ ْلهُ ا ْل َجنَّةَ َوأَ ِع ْذهُ ِمنْ َع َذا ِ‬

‫‪Jika mayit anak kecil ditambah dengan do’a :‬‬

‫اج َع ْلهُ (هاَ) لَ ُه َما ُذ ْخ ًرا َوثَقِّ ْل بِه (ها َ)‬


‫سلَفًا َو ْ‬ ‫اج َع ْلهُ (هاَ) لَ ُهما َ َ‬ ‫اج َع ْلهُ (هاَ) لَ ُه َمافَ َرطًا َو ْ‬ ‫اَللّ َه َّم ْ‬
‫َلى قُلُ ْوبِ ِه َما َوالَ تَ ْفتِ ْن ُه َما‪ %‬بَ ْعدَه ُ(هاَ) َوالَ ت َْح ِر ْم ُه َما أَ ْج َرهُ (ها َ‬
‫ص ْب َرع ٰ‪%‬‬
‫غ ال َّ‬ ‫َم َوا ِزنَ ُه َما َوأَ ْف ِر ِ‬
d.      Sesudah takbir keempat sebelum salam sunnah membaca :

)‫ بَ ْع َدهُ (هَا‬%‫أللّ ُه َّم الَ ت َْح ِر ْمنَا أَ ْج َرهُ (هَا) َوالَ تَ ْفتِنَّا‬

َ‫ان َوالَت َْج َع ْل فِى قُلُ ْوبِنَا ِغالًّ لِلَّ ِذيْنَ آ َمنُ ْوا َربَّنَا إِنَّك‬ َ َ‫ َولَهُ (لَ َها) َو ِإل ْخ َوانِنَا الَّ ِذيْن‬%‫َوا ْغفِ ْرلَنَا‬
ِ ‫سبَقُ ْونَا بِاْ ِإل ْي َم‬
‫َر ُؤوفٌ رَّ ِح ْي ٌم‬

6.  Kemudian salam

2.4 MENGUBURKAN JENAZAH


1. Pemberangkatan Jenazah

Minimal jenazah dibawa dengan cara yang tidak mengandung arti


penghinaan pada mayit. Adapun cara membawa yang sempurna adalah :

a.    Ketika mayit siap diberangkatkan, memberi kesaksian bahwa


mayit adalah orang baik. Namun tidak semua mayit boleh disaksikan
baik. Untuk mayit yang jelas fasiq, maka tidak boleh disaksikan baik.

b.    Mayit dibawa dengan memakai keranda (Madura : kathél), dan


dibawa oleh beberapa orang sesuai dengan kebutuhan, minimal dua
orang. Diutamakan yang membawanya berjumlah ganjil.

c.    Seperti halnya saat dilahirkan, mayit diberangkat-kan dengan


kepala di depan (menghadap ke arah tujuan).

d.    Sunnah mempercepat langkah kaki lebih dari sekedar berjalan


biasa. Namun tidak dengan berlari.

e.    Membawa mayit hendaknya dengan sopan dan penuh


penghormatan.

f.     Hukum mengantar jenazah ke kuburan sunnah bagi laki-laki,


makruh bagi perempuan.

2.  Bentuk lubang kubur

Bentuk lubang kubur ada 2 macam :

a.  Apabila tanahnya keras, maka lebih baik berbentuk liang lahad.


Yaitu, menggali bagian sisi barat dari lubang kubur, sekitar cukup
untuk tempat membaringkan mayit.

b.  Apabila tanahnya lunak (mudah longsor) atau berpasir, maka


berbentuk liang cempuri. Yaitu, menggali sisi tengah dari lubang
kubur, dengan ukuran bisa membaringkan mayit, dan di sisi kanan
kirinya diberi batu bata.

3. Cara meletakkan jenazah dalam kubur

a.  Keranda diletakkan diarah kaki lubang kubur (nisbat negara


Indonesia : Selatan).

b.  Mayit dimasukan kedalam lubang kubur dengan perlahan-lahan.


Sedangkan yang menerima, bila mayit perempuan, maka mahram si
mayit. Bila laki-laki, maka yang paling dekat hubungannya dengan si
mayit.

c.  Ketika memasukkan mayit, sunnah membaca do’a:

ُ ‫َلى ِملَّ ِة َر‬


ِ‫س ْو ِل هللا‬ ٰ ‫س ِم هللاِ َوع‬
ْ ِ‫ب‬

Artinya : “Dengan menyebut nama Allah dan atas nama agama


Rasulullah”.

d.  Mayit diletakkan pada tempat yang telah dipersiapkan dan wajib


dihadapkan ke arah kiblat.

e.  Ikatan kain kafan bagian kepala dibuka, lalu wajah dan pipi mayit
ditempelkan ke tanah.

f.   Tubuh mayit sunnah diberi penupang (Madura : lubelu) (bisa


dengan batu atau kayu), untuk menjaga agar mayit tidak berubah
terlentang atau telungkup.

g.  Sebelum ditimbuni tanah, tubuh mayit wajib ditutupi dengan papan


kayu atau lainnya, agar tanah timbunan tidak langsung mengena mayit.

h.  Mayit dibacakan adzan dan iqamah.

i.   Lalu lubang kubur ditimbun, dan tanah timbunan ditinggikan satu


jengkal atau ± 25 cm.

j.   Kuburan disiram dengan air dingin, sekalipun tanah telah basah


oleh air hujan

k.  Juga sunnah ditanami atau diberi bunga.

l.   Kuburan diberi batu nisan


m. Setelah proses penguburan selesai, sunnah dibacakan talqin dengan
bahasa Arab, dan sunnah diterjemah dengan bahasa yang dimengerti
oleh para pengantar jenazah

n.  Setelah proses pemakaman selesai, para pengantar jenazah sunnah


tidak langsung pulang, tetapi diam dulu dan berdzikir atau membaca
al-Qur’an mendoakan mayit.

4.Etika orang yang mengantarkan jenazah

a.  Tafakkur, meresapi arti sebuah kematian.

b.  Berjalan di depan dan di dekat mayit.

c.  Dimakruhkan ramai-ramai dan bersuara keras serta membicarakan


masalah dunia.

d.  Sunnah dengan jalan kaki. Megantarkan jenazah ke pekuburan


dengan naik kendaraan hukumnya makruh. 

e.  Mengantarkan jenazah sampai proses penguburan selesai secara


sempurna. Rasulullah SAW bersabda:

َ ْ‫صلِّ َي َعلَ ْي َها فَلَهُ قِ ْي َراطٌ َو َمن‬


َ ‫ش ِه َدهَا َحتَّى تُ ْدفَنَ فَلَهُ قِ ْي َراطَا ِن" قِ ْي َل َوما‬ َ ُ‫ش ِه َد ا ْل َجنَازَ ةَ َحتَّى ي‬
َ ْ‫َمن‬
َ ‫ان قَا َل " ِم ْث ُل‬
‫)متفق عليه‬ ‫ن‬%ِ ‫ن ا ْل َع ِظ ْي َم ْي‬%ِ ‫الجبَلَ ْي‬ ِ َ‫(ا ْلقِ ْي َراط‬
Artinya : “Barang siapa yang ikut menyaksikan jenazah terus
menyalatinya maka ia mendapat pahala satu qirath. Jika sampai
menyaksikan penguburannya, maka mendapat pahala dua qirath. Nabi
ditanyakan apa maksud dua qirath? Nabi menjawab satu qirath seperti
dua gunung yang besar”. (HR. Imam  Bukhari-Muslim).
BAB III

PENUTUP

a.    Kesimpulan
Syariat Islam mengajarkan bahwa manusia pasti akan mati, namun kita
tidak akan pernah mengetahui kapan kematian itu tiba.Manusia adalah
ciptaan Allah swt yang sempurna diantara ciptaan Allah swt yang lain. Allah
swt akan memulihkan manusia yang beramal saleh dan memberi balasan
atas apa yang dilakukan di dunia. Yang beramal saleh akan mendapat balasan
dengan kebaikan dan barakah-Nya. Sementara itu, yang tidak beramal saleh
akan menerima azab-Nya. Orang yang meninggal wajib dihormati karena ia
adalah makhluk Allah swt yang mulia. Oleh sebab itu, sebelum jenazah
meninggalkan dunia menuju alam baru (kubur) hendaklah dihormati
dengan cara dimandikan, dikafani, disholatkan, dan dikuburkan.Hukum
merawat jenazah dalam islam adalah fardhu kifayah.

B.     Saran
Sebagai seorang muslim apabila ada seseorang yang meninggal dunia
maka disunahkan bagi kita untuk merawat jenazah tersebut mulai dari
memandikannya,mengafani,menyalatkan dan menguburkannya.Oleh karena
itu apabila kita tahu dan mampu maka janganlah ragu untuk melakukannya
serta kita harus senantiasa melakukan amr ma’ruf nahi munkar dan selalu
mengingat bahwa kematian itu dapat datang kapan dan dimana saja.
DAFTAR PUSTAKA

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/dr-marzuki-
mag/dr-marzuki-mag-perawatan-jenazah.pdf

https://jvccomputer.blogspot.com/2017/07/makalah-perawatan-
jenazah.html

http://esanoerfadhila.blogspot.com/2016/10/cara-pengurusan-
jenazah.html
.http://pelangibintang.blogspot.com/2011/11/12.html.

Anda mungkin juga menyukai