Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

TENTANG HAL ( ‫)الَح اُل‬

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Nahwu Mutaqoddim

Dosen Pengampu : Dr. Zulli Umri Siregar M.Ag

Disusun Oleh :

Kelompok 3
Muhammad Jalaludin (1202030079)

Nuraida arifah ( 1202030093)

Nisa Atun Niswah ( 1202030091)

Pepen Abdurohim (1202030096)

Popy Adilia Khofifah (1202030098)

PROGAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah menunjukkan jalan kebaikan dan kebenaran di dunia dan
akhirat kepada umat manusia dan Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Zulli
Umri Siregar M.Ag, selaku dosen Mata Kuliah Nahwu Mutaqoddim.

Kami membuat makalah ini dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah NAHWU
MUTAQODDIM tentang HAL.

Semoga makalah ini bisa bermanfaa, khususnya bagi kami dan umumnya bagi semua
pihak. Terakhir, kami mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini banyak kesalahan.
Saran dari berbagai pihak sangat kami harapkan untuk perbaikan makalah ini.

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................


DAFTAR ISI .....................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................
A. Latar Belakang ..................................................................................................
B. Rumusan Masalah ............................................................................................
C. Tujuan ...............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................
1. Pengertian ‫الَح اُل‬..................................................................................................
2. Macam-macam ‫ الَح اُل‬.........................................................................................
3. Fungsi-Fungsi ‫… الَح اُل‬........................................................................................
4. Syarat-syarat ‫ الَح اُل‬.............................................................................................

BAB III PENUTUP ..........................................................................................................


A. Kesimpulan .......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bahasa Arab adalah bahasa Al-Qur’an dan hadis. Umat islam tidak dapat
menggali, memahami dan mempelajari ajaran agama Islam yang terdapat pada al-
Quran dan hadis tanpa memiliki kemampuan menggali, memahami dan menguasai
bahasa Arab dengan baik. Dalam upaya mengembangkan wawasan berbahasa Arab,
amat diperlukan adanya sebuah kajian kebahasaan, kemampuan menguasai bahasa
Arab merupakan kunci dan syarat mutlak yang harus di miliki setiap orang yang
hendak mengkaji ajaran islam secara luas dan mendalam.
Ilmu nahwu adalah ilmu yang mempelajari tentang kaidah-kaidah yang
digunakan dalam berbahasa Arab untuk mengetahui hukum kalimat dalam bahasa
arab. Dalam ilmu nahwu dikenal istilah Haal. Kami pemakalah akan mencoba
menjelaskan sedikit tentang ilmu nahwu dalam bab Haal.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari ‫? الَح اُل‬
2. Apa sajakah macam macam ‫? الَح اُل‬
3. Bagaimana fungsi dari ‫? الَح اُل‬
4. Apa sajakah syarat syarat ‫? الَح اُل‬

C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui apa itu pengertian dari ‫الَح اُل‬
2. Untuk mngetahui apa saja macam macam dari ‫الَح اُل‬
3. Untuk mengetahui fungsi dari ‫الَح اُل‬
4. Untuk mengetahui apa saja syarat dari ‫الَح اُل‬
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Hal
‫اْلَح اُل َو ْص ٌف َفْض َلٌة ُم ْنَتِص ُب *ُم ْفِهُم ِفي َح اِل َكَفْر دًا َأْذ َهْب‬

Haal adalah washf (sifat) yang fadhlah (lebihan) lagi muntasabih (dinasabkan) dan
memberi keterangan keadaan seperi dalam contoh: ‫( َفْر دًا َأْذ َهُب‬aku akan pergi sendiri)”.
[1]
Dengan istilah lain:

‫َاْلَح اُل ُهَو ِإْس ٌم َم ْنُصْو ٌب ُيَبْيُن َهْيَئَة ْالَفاِع ِل َأْو المْفُعْو ِل ِبِه ِح ْيَن ُو ُقْو ِع اْلِفْع ِل َو ُس َّم ي َك ٌّل ِم ْنُهَم ا َص اِح ُب الَح اِل‬.

Haal adalah isim yang dibaca nasab, yang menerangkan perihal atau perilaku Fa’il
atau Maf’ul bih ketika perbuatan itu terjadi, dan masing-masing fa’il dan maf’ul bih
tersebut dinamakan Shohibul Haal”

Berikut beberapa definisi hal secara istilah dari beberapa kitab nahwu:
 Kitab Al-Jurumiyyah karangan Al-imam Ash-Shanhaji

‫الَح اُل ُهَو اإلْس ُم الَم ْنُصْو ُب الُم َفِّسُر ِلَم ا اْنَبَهَم ِم َن الَهْيَئاِت‬
“Hal adalah isim mansub yang menjelaskan sesuatu yang samar dari kelakuan-kelakuan.”
 Kitab Mulakhos Qawaid Lughah Al-‘arabiyyah karangan Fuad Ni’mah

‫الَح اُل اْس ٌم َنِكَر ٌة َم ْنُصْو ٌب ِبَبَيٍن َهْيَئِة الَفاِع ِل َأْو الَم ْفُعْو ِل ِبِه ِع ْنَد ُو ُقْو ِع الِفْع ِل‬
“Hal adalah isim nakirah yang mansub yang menjelaskan keadaan kelakuan Faail (pelaku)
atau maf’ul bih (objek) ketika terjadinya perbuatan.”
Hal dalam ilmu nahwu adalah jawaban dari ( ‫ )َكْيَف‬yang artinya bagaimana. Agar lebih
mudah dipahami mari kita lihat contoh berikut ini:
‫َج اَء َزْيٌد َر اِكًبا‬
Kata (‫ )َر اِكًبا‬adalah Hal, dimana jika ditanyakan (‫)َكْيَف َج اَء َزْيٌد ؟‬, bagaimana zaid datang?.
Jawabannya adalah seperti contoh tadi yaitu (‫ )َج اَء َزْيٌد َر اِكًبا‬artinya: Zaid datang dalam keadaan
berkendara.
Pada dasarnya Hal menjelaskan keadaan Shohibul hal, seperti Faa'il, Maf'ul dan selainnya.
Adakalanya Hal menjelaskan Keadaan Faa’il. Contoh hal:
‫َج اَء َزْيٌد َض اِح ًك ا‬
“Telah datang si Zaid dalam keadaan tertawa”
Kata (‫ )َض اِح ًك ا‬adalah hal yang menjelaskan keadaan Faa’il, yaitu ( ‫)َزْيٌد‬.
Adakalanya Hal menjelaskan keadaan Maf’ul. Contoh;
‫َرِكْبُت الَفَر َس ُم ْس َر ًجا‬
“Aku menunggangi kuda (hal keadaan kuda) berpelana”
Kata (‫ )ُم ْس َر ًجا‬adalah Hal yang menjelaskan keadaan maf'ul bih, yaitu ( ‫)الَفَر َس‬.
2. Macam-macam hal:
Ada 3 yaitu: Isim dhahir, Syibhul jumlah (jar majrur dan dharaf), Jumlah (Ismiyyah dan
Fi’liyyah)
1) Isim Dhahir
Hal dari jenis isim dhahir biasanya adalah kata sifat yang musytaq yang bisa menjadi
na'at. Contoh:
 ‫َر اِك ب‬
 ‫ُم ْس َر ج‬
 ‫َض اِح ك‬
 ‫ُم ْنَتِص ر‬
 dan lain-lain.
Hal dari isim dhahir harus sesuai dengan shohib hal dari segi jenis gender (muzakkar dan
muannats) ataupun dari segi jumlahnya (mufrad, mutsanna dan jamak)
Contoh Hal dari isim dhahir yang mu'annats
 ‫ = َعاَد ِت السيَر ُة َس اِلَم ٌة‬mobil itu kembali dalam (keadaan) selamat

Contoh Hal dari isim dhahir yang mudzakar


 ‫ = َعاَد الُمَس اِفَر اِن َس اِلَم اِن‬dua expeditor itu kembali dalam (keadaan) selamat
2) Syibhul Jumlah (Jar Majrur/Dharaf)
Hal dari bentuk syibhul jumlah adalah gabungan dari jar dan majrur atau dharaf dan
madhruf. Contoh:
 ‫ = َر َأْينا الُمَس اِفَر َبْيَن الُع ْش ِب‬kami melihat si petualang (keadaan) diantara ilalang
 ‫ = َج اَء الَقِئُد ِبُص ْد َرِتِه الَجِد ْيَد ِة‬panglima datang dengan (keadaan) rompinya yang baru
3) Jumlah (Kalimat Ismiyyah/Fi'liyyah)
Hal dari jenis jumlah adalah hal yang terbentuk dari jumlah ismiyyah ataupun jumlah
fi'liyyah. Contoh:
 ‫ = ِج ْئُت والَو ْر َد َة َو اِرَفٌة‬aku datang ketika mawar sedang (keadaan) mekar
 ‫ = َجَر ى الَم ْر َأُة َوِهَي َتْبِكْي‬si perempuan berlari (dalam keadaan) sambil menangis
Jika hal dari jumlah fi'liyyah harus ada ikatan diantara hal dan shohib hal yaitu ( ‫)َو ِهَي‬
3. Fungsi Fungsi Hal
a. Hal untuk menjelaskan Fa’il.
Contoh: ‫ = َج اَء َزْيٌد َر اِكْيبًا‬zaid telah datang secara berkendaraan.Lafad ‫ َر اِكْيبًا‬berkedudukaan
sebagai Haal dari lafazh ‫ َزْي ٌد‬yang menjelaskan keadaan Zaid waktu kedatanganya. Seperti
yang terdapat di dalam firman Allah Swt. Berikut: ‫“ = َفخَر َج ِم ْنَها َخ اِئًفا‬Maka keluarlah Musa
dari kota itu”. (Al-Qashash: 21) . Lafad ‫ َخ اِئًف ا‬berkedudukan sebagai Haal fa’il
lafadz ‫ خَر َج‬yeng menjelaskan keadaan Musa waktu keluarnya.

b. Haal untuk menjelaskan Maf’ul bih

Contoh: ‫ =َرِكْبُت َاْلَفَرَس ُمَس َّرًجا‬Aku berkendara dengan berpelana. Lafadz ‫ُمَس َّرًجا‬berkedudukan
sebagai haal dari maf’ul yang menjelaskan keadaan kuda waktu digunakan angkutan
diatasnya. Dan seperti yang terdapat didalam firman Allah Swt. Berikut: ‫َو َاْر َس ْلَناَك ِللَّن اِس‬
‫“ = َر ُس ْو اًل‬kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia.” (An-Nisa: 79).
Lafadz ‫َر ُسْو اًل‬menjadi haaldari maf’ul bih huruf kaf yang terdapat pada lafadz ‫َو َاْر َس ْلَناَك‬.

c. Haal untuk menjelaskan kedua-duanya (fa’il dan Maf’ul bih).


Contoh: ‫ = َلِقيُت َع ْب َد ِهَّللَا َر اِكًب ا‬Aku Bertemu Abdullah dengan berkendaraan. Yang
dimaksud dengan berkendaraan itu bisa Aku atau Abdullah atau keduanya.

4. Syarat-syarat Hal

Ada beberapa syarat haal yang harus dipenuhi, diantaranya:

1) Isim nakirah

Tidaklah terbentuk haal itu kecualiNakirah. Apabila ada haal dengan lafadz ma’rifat,
maka harus ditakwilkan dengan lafadz nakirah, seperti dalam contoh: ‫(َو ْح َد ْه َاَم ْنُت ِباهلل‬aku
beriman kepada Allah). Kalimah ‫ َو ْح َد ْه‬adalah isim ma’rifah secara lafazh, tetapi ia ditakwil
oleh nakirah dengan perkiraan sebagai berikut: ‫َاَم ْنُت ِباهلل ُم ْنَفِردًا‬.

Dalam hal ini Ibnu Malik mengungkapkan dalam Alfiyah-nya:

‫َو اْلَح اُل ِإْن ُع ِّرَف َلْفظًا َفاْعَتِقْد *َتْنِكْيَرُه َم ْع ًنى َك َو ْح َدَك اْج َتِهْد‬
“Haal jika ma’rifah secara lafazh maka yakinilah bahwa ia berbentu nakirah secara makna,
seperti conntoh: “wahdakajtahid” (lakukanlah ijtihad sendirian)”
Namun ulam’ bagdad dan Syaikh Yunus meyakini bahwa boleh membuat haal dari isim
ma’rifah secara mutlak tanpa takwil, seperti contoh: ‫َج اَء َزْيٌد الَر اِكْيَب‬

2) Sesudah kalimat yang sempurna

Tidaklah terbentuk haal itu kecuali harus sesudah sempurna kalamnya, yakni sesudah
jumlah (kalimat) yang sempurna, dengan makna bahwa lafadz haal itu tidak termasuk salah
satu dari kedua bagian lafadz jumlah, tetapi tidak juga yang dimaksud bahwa keadaan kalam
itu cukup dari haal (tidak membutuhkan haal) dengan berlandasan firman Allah Swt.: ‫َو اَل َتْم ِش‬
‫( ِفْي اَألْر ِض َم َر ًح ا‬dan janganlah kamu berjalan dimuka bumi ini dengan sombong. (Al-Isra’:
37).

3) Shahibul haal (pelaku haal) harus berupa ma’rifat.

Shahibul haal (pelaku haal) harus dalam bentuk ma’rifat, dan pada galibnya
(mayoritasnya) sekali-kali tidak dinakirahkan kecuali bila ada hal-hal yang
memperbolehkanya yaitu:

a. Hendaknya haal mendahului nakirah.

Contoh: ‫ٌل‬ ‫ا َر ُج‬ ‫ا َقاِئًم‬ ‫(ِفْيَه‬didalamnya terdapat seorang laki-laki sedang


berdiri). lafadz ‫ َقاِئًم ا‬berkedudukan sebagai haal dari lafadz ‫َر ُجٌل‬.

b. Hendaknya nakirah ditakhshish oleh idhafah.

Contoh shahibul haal yang ditakhshish oleh idhafahialah seperti yang terdapat didalam
firman Allah Swt. Berikut: ‫( ِفْي َاْر َبَعِة َاَياٍم َس َو اًء‬dalam empat hari yang genap.(Fushsilat: 10).
Lafadz ‫ َس َو اًء‬berkedudkan sebagai haal dari lafadz ‫َاْر َبَعِة‬.

c. Hendaknya shahibul haal nakirah sesudah nafi.

Contoh shahibul haal yang terletak sesudah nafi:

‫( َو َم ا َاْهَلْك َنا ِم ْن َقْر َي ٍة ِاَاَّل َلَه ا ُم ْن ِذ ُرْو َن‬dan kami tidak membinasakan sesuatu negri pun, melainkan
sesudah ada baginya orang-orang yang memberi pringatan. (As-Syu’ara: 208). Lafadz ‫َلَه ا‬
‫ِذ ُرْو َن‬ ‫ ُم ْن‬adalah jumlah ismiyyah yang berkedudkan sebagai haal dari
lafadz ‫َقْر َيٍة‬, Keberadaannya sebagai haal dari shahibul haal yang nakirah dianggap sah karena
ada huruf nafi yang mendahuluinya.

b.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Secara garis besar “Hal” dalam ilmu nahwu adalah keadaan dari sebuah kelakuan.
Adapun Menurut Syeikh Muhammad bin Sholih Al-‘Utsaimin dalam kitabnya Syarah
Al-Jurumiyyah, Hal dalam istilah bahasa adalah sesuatu yang berada diatasnya sesuatu.

Macam macam hal ada 3 yaitu: Isim dhahir, Syibhul jumlah (jar majrur dan dharaf),
Jumlah (Ismiyyah dan Fi’liyyah). Adapun fungsi hal yaitu sebagai Hal untuk mejelaskan
fiil, Hal untuk menjelaskan Maf’ul bih dan Hal untuk menjelaskan kedua-duanya.

Syarat Hal yaitu Isim Nakiroh, sudah kalmat yang sempurna, dan Shahibul hal
(pelaku hal) harus berupa ma’rifat.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.ghoorib.com/2020/08/pengertian-hal-dalam-ilmu-nahwu-dan.html?m=1
https://makalahcopy4paste.blogspot.com/2014/10/makalah-nahwu-bab-hal.html

(https://terjemahmulakos.wordpress.com)

https://bahasa-arab.com/mengenal-haal-%D8%AD%D8%A7%D9%84-dan-sohibul-haal-
%D8%B5%D8%A7%D8%AD%D8%A8-%D8%A7%D9%84%D8%AD
%D8%A7%D9%84/

http://fatchulqo.blogspot.com/p/blog-page_28.html

Anda mungkin juga menyukai