Makalah:
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah
Al-Dakhil Fi al-Tafsir
Disusun Oleh:
Dosen Pengampu:
1
Edi Kuswadi, Hadits Maudhu’ dan Hukum Mengamalkannya, El-Banat: Jurnal Pemikiran dan
Pendidikan Islam, Vol. 6, No. 1, Januari-Juni 2016, 86
2
Ibid,.. 87
mutaqaddimin dalam usul dan furu’ mengatakan bahwa taubatnya tidak memberi
pengaruh dan riwayatnya tidak boleh diterima. Bahkan kesalahannya itu dijadikan
catatan atasnya untuk setrusnya.
Dari banyak perdebatan tersebut, yang pasti yaitu para ulama berijmak
bahwa haram membuat hadits-hadits maudhu’, yang berarti juga haram meriwayatkan
atau menyebarkan hadits-hadits maudhu’ padahal ia mengetahui dengan yakin atau
zann kedudukan hadits tersebut adalah maudhu’. Barangsiapa yang tetap
meriwayatkan dan menyebarkan hadits-hadits maudhu’ dalam keadaan mengetahui
dengan yakin atas kedudukan hadits tersebut dan tidak menerangkan kedudukannya,
ia termasuk pendusta atas nama Rasulullah. Tapi jika meriwayatkan hadits-hadits
maudhu’ dan menyebutkan kedudukan hadits tersebut sebagai maudhu’, tidak ada
masalah. Sebab dengan menerangkan kedudukan hadits tersebut membuat orang bisa
bisa membedakan antara hadits yang sahih dengan hadits maudhu’.3
3
Ibid,.. 88
4
Ibid,..84
ض َعلَ ۡيكَ ۡٱلقُ ۡر َءانَ لَ َرٓا ُّدكَ إِلَ ٰى َم َع ٖۚاد قُل َّرب ِّٓي أَ ۡعلَ ُم َمن َجٓا َء بِ ۡٱلهُد َٰى َو َم ۡن َ إِ َّن ٱلَّ ِذي فَ َر
ٰ َ هُو فِي
ٖ ِضلَ ٖل ُّمب
ين َ
“Sesungguhnya yang mewajibkan atasmu (melaksanakan hukum-hukum) Al
Quran, benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali. Katakanlah:
"Tuhanku mengetahui orang yang membawa petunjuk dan orang yang dalam
kesesatan yang nyata".5
Nabi berkata "ke Makkah". al-Ashmu'i berkata: "aku mendengar seorang
a'rabi (badui) berkata: jika kamu ingin mengetahui kesatriaan seorang laki-laki maka
lihatlah bagaimana ia menyayangi dan merindukan tanah air dan saudara-saudaranya,
dan bagaimana tangisannya ketika ia teringat sesuatu yang telah ia lalui.
النظا فة مناإليمان
“Kebersihan itu sebagian dari iman.”
Ungkapan ini sangat masyhur sekali di kalangan kita, bahkan di kalangan
masyarakat luas pun demikian. Kita menganggap ungkapan ini dari nabi atau dengan
kata lain Hadits Nabi, padahal sebagaimana yang dijelaskan oleh pengarang kitab
syaraḫ nadzam ‘Baiqûniyah’ ungkapan ini bukanlah hadits. Adapun hadits yang
menjelaskan kebersihan itu sebenarnya banyak, di antaranya:
5
Alquran 28:85
Artinya: "Guru anak kecil itu adalah yang paling jahat diantara kamu, mereka
paling sedikit kasih sayangnya kepada anak yatim dan paling kasar terhadap
orang miskin." Al Hafdz Ibnu Hibban mengatakan bakwa Saad ibn Dharif
adalah seorang pendusta/ pemalsu hadits. ( Mustahafa Zahri, Kunci
memahami Musthalahul Hadits : 101)6
b. Pemalsu mengakui perbuatannya sebagai pemalsu hadis, seperti pengakuan
Abdul Karim Auja' didalam berbagai kitab ulum hadis dijelaskan jika dirinya
telah membuat hadis palsu tidak kurang dari 4000 hadis. Maisarah ibn
Abdirrabih al Farisi mengaku bahwa dia telah membuat hadis maudhu’
tentang keutamaan Al qur’an, dan ia juga mengaku membuat hadis maudhu’
tentang keutamman Ali ibn Abi Tahalib sebanyak 70 buah hadis. (Musthafa
Zahri, : 100).7
c. Adanya indikasi yang menunjukkan bahwa seorang perawi adalah
pembohong. Misalnya perawi tersebut mengaku menerima hadis dari seorang
guru, pada hal sebenarnya tidak pernah menerima dari guru atau guru yang
disebut tersebut sudah meninggal sebelum la lahir. Indikasi lain, sebagaimana
seorang perawi mengaku telah memperoleh hadis seorang guru disebuah
negeri, padahal sebenarnya ia tidak pemah pergi kenegeri tersebut. Misalnya
Ma'mun Ibn Ahmad al Halawi yang mengaku telah memperoleh hadis dari
Hisyam Ibn Ammar, lantas ditanya Ibn Hibban; Kapan engkau bertemu
Hisyam di Syiria ? la menjawab "tahun dua ratus lima puluh" lantas Ibn
Hibban mengatakan Hisyam yang anda sebut meninggal pada pada "tahun dua
ratus empat puluh lima".8 Ma’mun menjawab bahwa itu Hisyam ibn Ammar
yang lain.9
2. Ciri-ciri yang terdapat pada matan.
6
Rabiatul Aslamiyah, “Hadits Maudu’ dan Akibatnya”, Alhiwar Jurnal Ilmu dan Teknik Dakwah Vol.
04 No. 07 Januari-Juni 2016, 28.
7
Ibid, 28.
8
Zainul Arifin, “Hadits Maudu’ dan Implikasinya pada Umat Islam”, Digilib Uinsa, 03.
9
Ibid, 29.
a. Kerancuan lafaz-lafaz yang terdapat dalam matan.10
b. Rusaknya makna yang terkandung dalam hadis seperti menyalahi pandangan
akal sehat.
c. Kandungan hadis bertentangan dengan al-Qur'an atau hadis mutawatir.11
10
Mustafa al-Siba'i, al-Sunnah wa Ifakatiatuha fi al-Tashn' al-Islami (Beirut Dar al-Kutub al-Ilmiyah,
1985), 47
11
al-Khatib, al-Sunnah, 244. lihat juga Muhammad al-Farasi, Fadl al-Khitab bi Mawaqif al-Ashab
(alGhuriyah : Dar al-Islam, 1996), 17.
12
Ibid, 245.
13
Ibid,.
14
Ibid,.
15
Ibn Hajar al-'Asqalani, al-Nuhca'Ala Kitab Ibn Salah (Madinah : al-Majlis al'11mi, 1984), 843.
e. Bersesuaian dengan pendapat orang yang meriwayatkannya, sedang orang
tersebut terkenal sangat fanatic terhadap mazhabnya.
f. Mengandung suatu perkara yang seharusnya perkara tersebut diberitakan oleh
orang banyak, tetapi ternyata diberitakan oleh seorang saja.
g. Mengandung berita tentang perberian pahala yang besat untuk perbuatan
kecil, atau ancaman siksa yang berat terhadap suatu perbuatan yang tidak
berarti ( Syuhudi Ismail : 178).
Menurut Hasbi Ashshddiqy, ciri Hadis palsu yaitu;
a. Maknanya berlawanan dngan hal-hal yang mudah dipahami.
b. Berlawanan dengan ketentuan umum dan akhlak atau menyalahi kenyataan.
c. Berlawanan denga ilmu kedokteran.
d. Menyalahi peraturan- peaturan akal terhadap Allah.
e. Menyalahi ketentuan Allah dalam menjadikan alam.
f. Mengandung dongengan- dongengan yang tidak dibenarkan akal.
g. Menyalahi keterangan Al Qur’an yang terang tegas.
h. Menyalahi kaedah umum.
i. Menyalahi hakikat sejarah yang telah terkenal dimasa Nabi saw.
j. Sesuai dengan mazhab yang dianut perawi, sedang perawi itu orang sangat
fanatic mazhabnya.
k. Menerangkan urusan yang seharusnya kalau ada dinukilkan oleh orang
banyak.
l. Menerangkan pahala yang sangat besar terhadap suatu perbuatan kecil atau
siksaan yang amat besar terhadap suatu amal yang tak berarti.16
17
M. Noor Sulaiman PL, Antologi Ilmu Hadits, (Jakarta : Gaung Persada Press, 2008), hlm. 194
18
Ibid.,hlm. 194-195
Justru itu para ahli hadis mengadakan penelitian tentang kehidupan para periwayat
dan mengenal hal-ihwal mereka. Mereka melakukan kritik karena Allah samata,
bukan karena rasa takut kepada seseorang.19
5. Meletakkan kaidah- kaidah untuk mengetahui hadis maudhu’
Selain kaidah- kaidah yang rumit dalam rangka mengetahui hadis shahih, hasan
dan dha’if, para ahli hadis juga meletakkan kaidah-kaidah untuk mengetahui hadis
yang maudhu’. Mereka menyebutkan tanda-tanda kepalsuan baik dalam sanad
maupun dalam matan.
19
Ibid., hlm. 197