DISUSUN OLEH:
Muh Adib Irsyad Mustafa (1212021004)
Syahrul Mubarak (1222021009)
Dosen Pengampuh:
Dr. Abdul Rahman Zain, Lc.,M.Th.I
Segala puji bagi Allah SWT yang memberikan penulis kemudahan dalam
menyelesaikan makalah tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya,
penulis tidak dapat mampu menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa
shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
syafa’atnya kita nantikan kelas.
Demikian yang dapat penulis sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini
bermanfaat.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................1
C. Tujuan............................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
B. Hadist Niat.....................................................................................................................3
A. Kesimpulan.....................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Niat adalah salah satu unsur terpenting dalam setiap perbuatan yang
dilakukan oleh manusia. Bahkan dalam setiap perbuatan yang baik dan benar
(ibadah) menghadirkan niat umumnya fardhu bagi setiap pelaksananya. Banyak
hadis yang mencantumkan seberapa penting arti menghadirkan niat dalam setiap
perbuatan. Niat juga mengandung makna keikhlasan terhadap apa yang akan kita
kerjakan.
Umar bin al-khattab yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim
bagwa Nabi saw bersabda,”Sesungguhnya amal-amal itu dengan niat san
sesungguhnya masing-masing orang mendapatkan apa yang dia niatkan”. Jadi
pada intinya setiap niat yang baik pasti menghasilkan perbuatan yang baik pula
dan sebaliknya, setiap niat yang buruk akan menghasilkan perbuatan yang buruk
pula.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Definisi dan Hakikat Niat?
2. Apakah Hadist Tentang Niat dan Terjemahannya?
3. Bagaimanakah Pendapat Para Ulama tentang Niat?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dan hakikat niat
2. Untuk mengetahui hadist tentang niat dan terjemahannya
3. Untuk mengetahui pendapat para ulama tentang niat
iv
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi dan Hakikat Niat
Niat adalah maksud atau keinginan kuat didalam hati untuk melakukan
sesuatu. Dalam terminologi syar'i berarti adalah keinginan melakukan ketaatan
kepada Allah dengan melaksanakan perbuatan atau meninggalkannya.
Niat termasuk perbuatan hati maka tempanya adalah didalam hati, bahkan semua
perbuatan yang hendak dilakukan oleh manusia, niatnya secara otomatis tertanam
didalam hatinya.
Aspek niat itu ada 3 hal :
1. Diyakini dalam hati.
2. Diucapkan dengan lisan (tidak perlu keras sehingga dapat mengganggu
orang lain atau bahkan menjadi riya.
3. Dilakukan dengan amal perbuatan.
Dengan definisi niat yang seperti ini diharapkan orang Islam atau Muslim
itu tidak hanya 'bicara saja' karena dengan berniat berati bersatu padunya antara
hati, ucapan dan perbuatan. Niat baiknya seorang muslim itu tentu saja akan
keluar dari hati yang khusyu dan tawadhu, ucapan yang baik dan santun, serta
tindakan yang dipikirkan masak-masak dan tidak tergesa-gesa serta cermat.
Karena dikatakan dalam suatu hadits Muhammad apabila yang diucapkan lain
dengan yang diperbuat termasuk ciri-ciri orang yang munafik, Imam an-Nawawi
berkata,
“Niat adalah fardhu, shalat tidak sah tanpanya”
Ibnul Mundzir , Syaikh Abu Hamid al-Isfirayini, Qadhi Abu ath-Thayyib,
dan Muhammad bin Yahya dan lain-lainnya menukil ijma’ ulama bahwa “alat
tidak sah tanpa niat.”
Jadi para ulama telah berijma’ bahwa shalat tanpa niat tidak sah, ijma’ ini
berdasar kepada hadis yang disampaikan oleh Umar ibnul Khaththab radliallahu
anhu berkata: Aku mendengar Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda :
“Amalan-amalan itu hanyalah tergantung dengan niatnya. Dan setiap
orang hanyalah mendapatkan sesuai dengan apa yang dia niatkan. Maka siapa
yang amalan hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya itu karena
Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang ingin ia
v
peroleh atau karena wanita yang ingin ia nikahi maka hijrahnya itu kepada apa
yang dia tujukan/niatkan”.
B. Hadist Niat
: ْت َرسُوْ َل هللاِ صلى هللا عليه وسلم يَقُوْ ُل َ َض َي هللاُ َع ْنهُ ق
ُ َس ِمع: ال ِ ص ُع َم َر ب ِْن ْالخَطَّا
ِ ب َر ٍ ع َْن أَ ِمي ِْر ْال ُم ْؤ ِمنِيْنَ أَبِ ْي َح ْف
ْ فَ َم ْن كَان. ئ َما ن ََوى
َو َم ْن،َت ِهجْ َرتُهُ إِلَى هللاِ َو َرسُوْ لِ ِه فَ ِهجْ َرتُهُ إِلَى هللاِ َو َرسُوْ لِ ِه ِ إِنَّ َما ْاألَ ْع َما ُل بِالنِّيَّا
ٍ ت َوإِنَّ َما ِل ُكلِّ ا ْم ِر
َ ُص ْيبُهَا أَوْ ا ْم َرأَ ٍة يَ ْن ِك ُحهَا فَ ِهجْ َرتُهُ إِلَى َما ه
َاج َر إِلَ ْي ِه (رواه إماما المحدثين أبو عبد هللا محمد بن ِ َت ِهجْ َرتُهُ ِل ُد ْنيَا ي
ْ كَان
إسماعيل بن إبراهيم بن المغيرة بن بردزبة البخاري وابو الحسين مسلم بن الحجاج بن مسلم القشيري النيسابوري في
Arti Hadis :
“Dari Amirul Mu’minin, (Abu Hafsh atau Umar bin Khottob rodiyallohu’anhu)
dia berkata: ”Aku pernah mendengar Rosululloh shollallohu’alaihi wassalam
bersabda: ’Sesungguhnya seluruh amal itu tergantung kepada niatnya, dan setiap
orang akan mendapatkan sesuai niatnya. Oleh karena itu, barangsiapa yang
berhijrah karena Alloh dan Rosul-Nya, maka hijrahnya kepada Alloh dan Rosul-
Nya. Dan barangsiapa yang berhijrah karena (untuk mendapatkan) dunia atau
karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya itu kepada apa yang
menjadi tujuannya (niatnya).”
(Diriwayatkan oleh dua imam ahli hadits; Abu Abdillah Muhammad bin
Ismail bin Ibrohim bin Mughiroh bin Bardizbah Al-Bukhori dan Abul Husain
Muslim bin Al-Hajjaj bin Muslim Al-Qusairy An-Naisabury di dalam kedua kitab
mereka yang merupakan kitab paling shahih diantara kitab-kitab hadits).
vi
3. Berkata Abu Ubaid : ”Tidak ada satupun hadits Nabi Shollallahu ‘alai
wa ‘ala alihi wasallam yang lebih luas, lebih mencukupi dan lebih
banyak faedahnya dibandingkan hadits ini”.
4. Dan telah bersepakat para imam seperti Abdurrahman bin Mahdi, Asy-
Sy afi’iy, Ahmad bin Hanbal, ‘Ali Ibnul Madini, Abu Dawud As-
Sijistani, At-Tirmidzy, Ad-Daraquthny dan Hamzah Al-Kinani bahwa
hadist ini adalah sepertiga ilmu.
5. Hal ini dikomentari oleh Imam Al-Baihaqi dengan perkataannya : ”Hal
tersebut dikarenakan sesungguhnya amalan seorang hamba adalah
dengan hatinya, lisannya dan anggota tubuhnya, sedangkan niat
merupakan salah satu dari tiga bagian tersebut” .
6. Abdurrahman bin Mahdiy berkata : ”Hadits niat ini bisa masuk ke
dalam 30 bab ilmu”. Sedangkan Imam Asy-Syafi’iy mengatakan bahwa
hadits ini bisa masuk ke dalam 70 bab fiqhi.
7. Tentang sabda Rasulullah, "semua amal itu tergantung niatnya" ada
perbedaan pendapat para ulama tentang maksud kalimat tersebut.
Sebagian memahami niat sebagai syarat sehingga amal tidak sah tanpa
niat, sebagian yang lain memahami niat sebagai penyempurna sehingga
amal itu akan sempurna apabila ada niat.
8. Kedua : Kalimat "Dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai niatnya"
oleh Khathabi dijelaskan bahwa kalimat ini menunjukkan pengertian
yang berbeda dari sebelumnya. Yaitu menegaskan sah tidaknya amal
bergantung pada niatnya. Juga Syaikh Muhyidin An-Nawawi
menerangkan bahwa niat menjadi syarat sahnya amal. Sehingga
seseorang yang meng-qadha sholat tanpa niat maka tidak sah Sholatnya,
walahu a'lam Ketiga : Kalimat "Dan Barang siapa berhijrah kepada
Allah dan Rosul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rosul-Nya"
menurut penetapan ahli bahasa Arab, bahwa kalimat syarat dan
jawabnya, begitu pula mubtada' (subyek) dan khabar (predikatnya)
haruslah berbeda, sedangkan di kalimat ini sama. Karena itu kalimat
syarat bermakna niat atau maksud baik secara bahasa atau syari'at,
maksudnya barangsiapa berhijrah dengan niat karena Allah dan Rosul-
vii
Nya maka akan mendapat pahala dari hijrahnya kepada Allah dan
Rosul-Nya.
9. Hadits ini memang muncul karena adanya seorang lelaki yang ikut
hijrah dari Makkah ke Madinah untuk mengawini perempuan bernama
Ummu Qais. Dia berhijrah tidak untuk mendapatkan pahala hijrah
karena itu ia dijuluki Muhajir Ummu Qais.
viii
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Niat itu termasuk bagian dari iman karena niat termasuk amalan hati.
Wajib bagi seorang muslim mengetahui hukum suatu amalan sebelum ia
melakukan amalan tersebut, apakah amalan itu disyariatkan atau tidak, apakah
hukumnya wajib atau sunnah. Karena di dalam hadits ditunjukkan bahwasanya
amalan itu bisa tertolak apabila luput darinya niatan yang disyariatkan.
Disyaratkannya niat dalam amalan-amalan ketaatan dan harus dita`yin
(ditentukan) yakni bila seseorang ingin shalat maka ia harus menentukan dalam
niatnya shalat apa yang akan ia kerjakan apakah shalat sunnah atau shalat wajib,
dhuhur, atau ashar, dst. Bila ingin puasa maka ia harus menentukan apakah
puasanya itu puasa sunnah, puasa qadha atau yang lainnya.
Amal tergantung dari niat, tentang sah tidaknya, sempurna atau kurangnya, taat
atau maksiat. Seseorang mendapatkan sesuai dengan apa yang dia niatkan namun
perlu diingat niat yang baik tidaklah merubah perkara mungkar (kejelekan) itu
menjadi ma’ruf (kebaikan), dan tidak menjadikan yang bid`ah menjadi sunnah.
ix
DAFTAR PUSTAKA
https://umma.id/article/share/id/1002/327045
https://penaungu.com/hadits-tentang-niat/
https://id.wikipedia.org/wiki/Niat#:~:text=Kebanyakan%20ulama%20setuju
%20bahwa%20niat,hendak%20salat%20atau%20ibadah%20lainnya.