Anda di halaman 1dari 17

MATA KULIAH DOSEN PENGAMPU

KHATH IBU RUSDIAH, M. PD.I.

KHAT RIQ’AH

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 3

Muhammad Najib Mujaddid : 200101020444


Muhammad Faisal Anas 200101020490
Noor Fahma Shin Tasya 200101020100
Elien Saidati Rabbiyah 200101020345
Marnita Handayani : 200101020146

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PENDIDIKAN BAHASA ARAB

2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillahi robbil ‘alamin, segala puji bagi Allah Subhanahu Wa


Ta’ala Tuhan semesta alam yang telah menganugerahkan keimanan,
keislaman, kesehatan, dan kesempatan sehingga kita dapat menyusun
makalah ini dengan baik. Makalah yang berjudul “Khat Riq’ah” disusun
guna memenuhi tugas dosen pada mata kuliah Khath di UIN Antasari
Banjarmasin. Selain itu kami juga berharap agar makalah ini dapat menambah
wawasan bagi pembaca tentang “Khat Riq’ah”.

Kami mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada Ibu


Rusdiah, M. Pd.I. selaku dosen mata kuliah Khath. Dengan tugas yang telah
ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang kami
tekuni, kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu proses penyusunan makalah ini. Kami menyadari makalah ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharap adanya
kritik dan saran demi perbaikan makalah yang akan kami buat di masa yang
akan datang mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami oleh semua orang


khususnya bagi para pembaca, kami memohon maaf yang sebesar-besarnya
jika terdapat kata-kata yang kurang berkenan.

Banjarmasin, 12 Mei 2023

Kelompok 3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................3

A. Latar Belakang..............................................................................................3

B. Rumusan Masalah.........................................................................................4

C. Tujuan Penulisan...........................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................5

A. Pengertian Khat Riq’ah.................................................................................5

B. Sejarah Khat Riq’ah......................................................................................6

C. Jenis-jenis Khat Riq’ah.................................................................................8

D. Penulisan Khat Riq’ah..................................................................................8

BAB III PENUTUP...............................................................................................15

A. Kesimpulan.................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Khat riq’ah ialah sejenis khat yang direka cipta oleh orang Turki pada
zaman kerajaan Uthmaniyah (850H). Tujuan khat ini diciptakan ialah untuk
menyeragamkan tulisan dalam semua urusan rasmi di kalangan kakitangan
kerajaan. Menurut Kamus Bahasa Riqa’ah bermaksud cebisan kertas yang
ditulis. Ia berkembang daripada khat nasakh dan thuluth tetapi
perkembangannya dalam bentuk yang agak berlainan daripada keduanya, Ia
lebih mudah. Biasanya ditulis dengan ukuran yang kecil. Bentuk alifnya
pendek dan tiada kepala (Tarwisah) seperti thuluth.
Khat riq’ah merupakan salah satu khat yang begitu digemari oleh penulis
khat ketika zaman Othmaniah dan melalui banyak penambahbaikan oleh
Shaikh Hamdullah al-Amasi. Kemudian selepas itu berlaku lagi beberapa
perubahan oleh penulis khat lain sehinggalah ia menjadi popular, digemari dan
paling banyak digunakan. Di hari ini, riq’ah adalah pilihan tulisan tangan oleh
Masyarakat arab
Ciri-ciri tulisan ini ialah bentuk hurufnya berukuran kecil, lebih cepat dan
mudah ditulis, jika dibandingkan dengan khat nasakh. Penggunaan khat ini
dalam masyarakat kita tertumpu pada penulisan nota dan tulisan. Beberapa
langkah telah diambil untuk menjadikan khat ini dapat dipelajari oleh murid-
murid sekolah dan dapat digunakan dalam urusan harian seperti urusan surat
menyurat, urusan perniagaan, iklan dan promosi barangan serta dijadikan
tajuk-tajuk besar dalam akhbar.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Khat Riq’ah?
2. Bagaimana Sejarah Khat Riq’ah?
3. Apa saja Jenis-jenis Khat Riq’ah?
4. Bagaimana Cara Penulisan Khat Riq’ah?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Khat Riq’ah
2. Untuk Mengetahui Sejarah Khat Riq’ah
3. Untuk Mengetahui Jenis-jenis Khat Riq’ah
4. Untuk Mengetahui Cara Penulisan Khat Riq’ah
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Khat Riq’ah


Riq’ah adalah jamak dari ruq’ah yang berarti lembaran daun kecil halus.
Tulisan ini diduga keras berasal dari perpaduan Naskhi dan Tsulasi, namun
bergaya Ghubar.1 Riq’ah atau quq’ah dalam bahasa Arab memiliki pengertian
berupa qith’ah (potongan). Ia bisa berupa potongan kain, kayu, atau berbagai
potongan lainnya dapat disebut dengan ruq’ah. Meski kata aslinya adalah
ruq’ah, Akan tetapi ia lebih masyhur dengan sebutan riq’ah. Dinamakan
ruq’ah atau riq’ah karena ia biasa dituliskan diatas potongan kulit (riq’atun
minal jildi).
Khat ini menurut sejarah berasal dari Daulah Utsmaniyah. Dengan tujuan
penciptaanya adalah untuk mempersatukan seluruh kaligrafi bagi seluruh
pegawai kerajaan, sehingga mereka hanya menulis dengan satu gaya khat
dalam semua tata pergaulan resmi yang diterapkan untuk kantor-kantor
pemerintahan. Karena itu, kini khat riq’ah merupakan tulisan yang biasa
digunakan sehari-hari oleh masyarakat umum. Baik itu oleh para pelajar ketika
belajar di kelas, oleh pegawai administrasi ketika sedang surat-menyurat, dan
di berbagai bidang kehidupan lainnya.
Adapun alasan penggunaannya yang oleh masyarakat umum adalah karena
jenis khat ini bisa ditorehkan dengan cepat. Mereka yang menulis khat ini
tidak perlu-susah susah memutar mutar tangannya seperti bila ia menulis khat
tsuluts. Selain itu, riq’ah juga jarang sekali dikreasikan dalam bentuk bentuk
yang beragam. Ia cukup ditulis lurus saja dengan gerakan menulis dari atas ke
bawah.
Spesifikasi khat Riq’ah terdapat pada huruf-hurufnya yang pendek dan bia
ditulis lebih cepat daripada Khat Naskhi, karena kesederhanaanya dan tidak
memiliki struktur yang rumit. Karena itu, kita memeiliki kenyataan dalam
1
Hafizh Nur Huda Dan Sam Maharsafa, Asiknya Belajar Kaligrafi Cara Praktis Belajar
Kaligrafi, (Aceh: AFKARI Publishing, 2010), h. 46
kehidupan modern ini Khat Naskhi digubakan untuk mencetak teks buku,
surat kabar, dan majalah, sedangkan Khat Riq’ah khusus digunakan untuk
catatan tangan atau dikte.2
B. Sejarah Khat Riq’ah
Sebagaimana yang telah disinggung di awal, khat ini muncul dan
berkembang pada era Daulah Utsmaniyah. Disebutkan dalam banyak literatur
sejarah, bahwa yang menemukan dan membuat kaidah kaidah riq’ah adalah
seorang kaligrafer kenamaan yaitu Abu Bakar Mumtaz bin Musthofa Afandi
(Mumtaz Bik Al-Mustasyar) pada masa pemerintahan Sulthan Abdul Majid
Khan tahun 1280 H atau tahun 1863 M. Selain seorang penemu khat riq’ah,
Mumtaz Bek yang notabene merupakan seorang konsultan ini juga sangat
masyhur dengan keahliannya di bidang Diwani seperti para kaligrafer selain
dirinya. 
Kemudian, kemunculan khat riq’ah di masa Daulah Utsmani tidak bisa
terlpeas dari situasi dan kondisi seni khat yang sedang berkembang sangat
pesat di masa tersebut. Kala itu, khat menjadi suatu bagian yang tak
terpisahkan dari kehidupan ekonomi, sosial, serta politik dan keagamaan yang
ada. Bahkan, pada era tersebut seorang kaligrafer mempunyai bargaining
position dan memiliki peran ketokohan di tengah masyarakat. Adapun alasan
lain muncul dan tersebarnya khot riq’ah di masa itu juga disebabkan oleh
faktor kuatnya para kaligrafer pada saat itu dalam menghargai dan
memposisikan jenis khot naskhi yang telah dulu dikenal.
Khat naskhi, sebagaimana yang sudah diketahui bersama merupakan khat
yang banyak digunakan dalam menyalin al-Qur’an dan kitab hadis.
Penggunaan khot naskhi yang sangat ‘terhormat’ tersebut, menjadikan para
kaligrafer saat itu mencari cara untuk mengistimewakan khot ini dengan tidak
memakainya dalam menulis selain al-Qur’an dan transaksi sehari-hari.
Karena bagi mereka, jika al-Qur’an adalah kalamullah yang berbeda dengan

2
Yuda Ma’ruf Arifin, Skripsi: Peran Pendidikan Ekstrakurikuler Kaligrafi Dalam
Meningkatkan Keterampilan Menulis Al-Qur’an Menggunakan Khat Riq’ah Di Ma Yp Kh
Syamsyudin Durisawo Ponorogo, (Ponorogo: IAIN Ponorogo, 2020), h. 30
dengan perkataan manusia, maka tulisan yang dipakai untuk menulis pun
harus berbeda. Sedemikian ta’dzimnya pada kaligrafer saat itu kepada huruf
al-Qur’an, sehingga tidak heran jika kemudian keberkahan dan pintu-pintu
ilmu (termasuk kaligrafi) terbuka lebar. Sehingga pada gilirannya Turki dan
era Turki Usmani khususnya menjadi kiblat dan acuan bagi siapa saja yang
ingin belajar kaligrafi dengan sungguh-sungguh.3
Supaya budaya penulisan tetap berkembang, para kaligrafer turut
memberikan perhatian terhadap metode belajar khat dengan manhaj taqlidy,
bahkan seiring berjalannya zaman, metode taqlidy terus menerus mengalami
inovasi dan modifikasi sesuai kebutuhan zaman. Penyebaran ke berbagai
madrasah kaligrafi di beberapa belahan negara merupakan salah satu
faktornya. Disamping itu waktu yang telah berganti, dimana saat ini
dibutuhkan waktu yang singkat untuk melakukan pekerjaan. Salah satu
kegelisahan yang sering dialami para pengajar kaligrafi yaitu disaat banyak
murid yang berniat belajar kaligrafi. Namun, hanya sedikit waktu dan
kesempatan belajar, hingga salah satu kaligrafer Iraq yaitu Yusuf Dzannun
yang saat itu sedang mengajar di madrasah tahun 1962, berfikir untuk
membuat metode baru dalam pembelajaran kaligrafi yang mudah dan efisien,
dengan tidak meninggalkan kaidah penulisan.
Metode baru tersebut yaitu penemuan teknik huruf-huruf dasar sebagai
materi awal pada pembelajaran kaligrafi, melalui kaidah dasar ini yang akan
memudahkan proses penulisan huruf selanjutnya. Kaidah-kaidah tersebut
dikembangkan pada khat Riq’ah, sebab gaya khat Riq’ah ini merupakan
permulaan mata rantai dari seluruh jenis khat atau kaligrafi. Kata riq’ah
diambil dari kata riqa’ yang merupakan bentuk jamak dari kata ruq’ah yang
berarti potongan atau lembaran daun yang halus. Selain itu, Riqa’ merupakan
gaya kaligrafi yang paling mudah dan juga sebagai pondasi awal untuk
mempelajari gaya kaligrafi setelahnya seperti Diwani, Diwani Jaly, Nasta’liq,

3
Muhammad Rifqi Taqiyuddin. Mengenal Khat Riq’ah: Pengertian, Sejarah, Ciri, dan
Jenisnya. https://www.kaifa.id/wawasan/khat-riqah/ Diakses pada tanggal 12 Mei 2023
Naskhi dan Thulust yang kemudian di sebarluaskan oleh Syaikh Belaid
Hamidi.4
C. Jenis-jenis Khat Riq’ah
Secara umum, khat riq’ah terbagi kepada dua jenis. Yang mana pembagian
tersebut didasarkan kepada cara penulisannya. Berikut pembagiannya:
1. Riq’ah Fanny, Sesuai namanya yaitu fanny yang dalam bahasa arab berarti
seni, maka khat riq’ah jenis ini ditulis sebagai sebuah karya seni yang
memiliki kadar estetik seperti khat yang lain. Dalam penulisannya, khat ini
harus ditulis dengan pena yang sudah dipotong miring. Selain itu, mereka
yang menulis dengan khat ini harus mengikuti kaidah kaidah yang telah
ditetapkan.
2. Riq’ah Darij, Merupakan khat riq’ah yang dibuat oleh masyarakat umum
dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu, dalam penulisannya ia tidak
memerlukan pena yang dipotong, dan tidak mengikuti kaidah kaidah
tertentu.
D. Penulisan Khat Riq’ah
Menurut Dzannun bahwa pembelajaran khat membutuhkan konsentrasi
yang tinggi, hal tersebut membutuhkan proses pengamatan yang tinggi dan
keterampilan menulis. Keterikatan pada penguasaan kedua unsur ini, yaitu
konsentrasi dan pengamatan dan keterampilan menulis, maka pelajar tidak
membutuhkan lagi latihan yang banyak hingga berlembar-lembar tanpa
adanya pemahaman. Pelajar cukup berlatih dengan penguasaan materi secara
bertahap denga modal kedua unsur diatas dengan baik.
Sementara yang dimaksud dengan konsentrasi disini merupakan hal yang
dicapai pada fokus dalam materi saat pembelajaran khat yang diimbangi
dengan cara menggores tinta dengan menggunakan gerakan tangan yang baik
dan benar serta natural. Jika proses ini dilakukan dengan benar, maka huruf-
huruf yang dituliskan akan tertib dan sesuai dengan hak nya. Seperti pada

4
Ahmad yasir amrulloh, muhammad fauzi, sarifudin, peningkatan keterampilan kitabah
melalui khat riq’ah dengan manhaj hamidi di sekolah kaligrafi al-qur’an (SAKAL) jombang,
dalam jurnal Edulab: Majalah Ilmiah Laboratorium Pendidikan, Vol. 6, No.1, (2021), h. 45-
47
penulisan huruf alif yang ditulis dengan menggunakan kemiringan sudut 22,5
derajat dan tinggi sebanyak tiga titik. Maka pelajar cukup berkonsentrasi
untuk memastikan kemiringan pena dalam posisi sudut 22,5 derajat dan
menggoreskannya secara natural hingga mencapai panjang alif sebanyak tiga
titik. Proses ini yang seharusnya perhatikan oleh pelajar saat menulis alif dan
huruf-huruf lainnya dengan kaidah masing-masing yang telah dirumuskan
sebelumnya, agar huruf yang ditulis terus terjaga dengan baik.
Dzannun membagi pembelajaran khat Riq’ah menjadi 24 pelajaran.
Pelajaran pertama yaitu perkenalan tentang materi dan alat tulis dan
pentingnya memilih pena serta tata cara memotongnya. Pelajaran kedua yaitu
menulis titik sebagai dasar bentuk huruf yang terdiri dari permulaan, arah dan
jarak. Pelajaran ketiga yaitu menulis titik dua sebagai dasar dalam memegang
pena dengan benar. Pelajaran keempat adalah membuat huruf alif untuk
melatih pelajar dalam memegang pena dan menggoreskannya dalam arah
vertikal. Pelajaran kelima dan keenam yaitu menulis huruf ba untuk melatih
tangan pelajar dalam menulis huruf dalam arah horisontal, dan melengkung.
Pelajaran ketujuh yaitu menulis huruf mim sebagai latihan pelajar dalam
menggabungkan arah antara vertikal dan horizontal. Pelajaran kedelapan
yaitu menulis huruf ya sebagai latihan pelajar saat konsentrasi pada
pergantian arah dari satu arah kepada arah lain. Pada pelajaran ini juga
terdapat perhatian gerakan sebagaimana menulis huruf ba. Pelajaran
kesembilan yaitu menulis huruf qaf sebagai latihan pelajar dalam penegasan
murid membentuk arah yang berputar saat menulis kepala huruf serta gerakan
melingkar pada badan huruf. Pelajaran kesepuluh yaitu menulis huruf shad
sebagai latihan murid dalam meletakkan pena secara miring kemudian
kembali kepada pembuatan huruf ba dan ya.
Pelajaran kesebelas yaitu menulis huruf ha sebagai latihan murid dalam
konsistensi menggores huruf secara berganti dari arah vertikal ke arah
horizontal dan memutar. Pelajaran ke duabelas yaitu menulis huruf jim
sebagai latihan pelajar dalam meletakkan kepala pena yang bersandar pada
garis huruf dan gerakan secara menyeluruh dan diakhiri dengan gerakan
arsiran. Pelajaran ketigabelas yaitu menulis huruf hijaiyyah selain huruf
asasiyyah diatas. Pelajaran keempatbelas yaitu menulis huruf Alif, Ba, Jim
dan Dal saat dalam kalimat. Pelajaran kelimabelas yaitu menulis huruf Ra,
Sin, Shad dan Tha saat dalam kalimat. Pelajaran keenambelas yaitu menulis
huruf Ain, Fa, Qaf dan Kaf saat dalam kalimat. Pelajaran ketujuhbelas yaitu
menulis huruf Lam, Mim, Nun dan Ha saat dalam kalimat. Pelajaran
kedelapanbelas yaitu menulis huruf Waw, Lam alif dan Ya saat dalam
kalimat. Pelajaran kesembilanbelas yaitu menulis kaidah gigi huruf saat
dalam kalimat. Pelajaran keduapuluh yaitu menulis kaidah huruf bawah
setelah ba dan jim. Pelajaran keduapuluh satu yaitu menulis kaidah huruf
yang bersambung dengan huruf yang berdiri dan beberapa penggunaan
bentuk ba awal. Pelajaran kedua puluh dua yaitu menulis huruf ha tengah dan
kaitannya dengan garis. Pelajaran dua puluh tiga yaitu menulis kaidah
tashorruf dalam bentuk kalimat yang tidak lazim. Pelajaran ke dua puluh
empat yaitu contoh menulis surat pendek menggunakan khat Riq’ah.
1. Metode Huruf Asasiyyah dan Mustakhrajat
Untuk menguasai khat Riq’ah dengan baik, Dzannun telah
merumuskan metode yang telah diujicobakan selama ratusan kali pada
sekolah yang berbeda di negara Irak, metode ini pula telah diujicobakan
selama bertahun-tahun disekolah yang beliau ajar. Rumusan metode ini
menghasilkan delapan huruf sebagai huruf dasar dalam menulis khat
Riq’ah. Delapan huruf ini dikenal dengan huruf asasiyyah yang terdiri dari
huruf: Alif, Ba, Mim, Ya, Qof, Shad, Ha dan Jim sebagaimana yang telah
diuraikan pada pelajaran keempat hingga keduabelas. Tahapan rumusan ini
berdasarkan pada keretikatan dalam tingkatan kesulitan menulisnya.
Sementara, agar para pelajar lebih mudah memahaminya, materi ini
dipraktekkan oleh guru didepan para pelajar dengan cara fokus pada
bagaimana proses huruf tersebut ditulis. Sebagaimana yang telah diketahui
bahwa khat Riq’ah ini merupakan lanjutan dari tulisan yang biasa ditulis
oleh masyarakat umum arab dalam keseharian, sehingga khat ini sudah
melekat dan tidak sesulit khat lainnya, seperti khat naskhi dan stulus yang
membutuhkan kaidah khusus dalam mempelajarinya.
Sementara yang menjadi fokus pelajar dalam huruf asasiyyah ini
adalah cara pembuatan huruf tersebut ditulis berdasarkan arah dan ukuran
huruf. Seperti huruf alif yang ditulis secara vertikan dengan permulaan
dari atas kebawah yang ditarik secara lurus dengan sudut pena 22,5 derajat
dan tinggi 3 titik, atau huruf ba yang ditulis secara horizontal dari kanan
kekiri hingga membentuk bulatan pada ujung huruf dengan panjang tiga
titik dan huruf-huruf asasiyyah lainnya sebagaimana yang telah dijelaskan
secara detil pada kurrasah beliau.
Berikut adalah gambar huruf asasiyyah yang ditulis prespektif arah
penulisan dan ukuran huruf.

Gambar 1: Arah dan Ukuran Huruf Asasiyyah

Setelah pelajar menguasai penulisan huruf asasiyyah, tahapan


berikutnya adalah pelajar mempelajari huruf mustakhrajat dari huruf
hijaiyyah. Huruf ini merupakan sempalan dari bagian huruf asasiyyah.
Huruf mustakhrajat ini terdiri dari huruf dal yang terambil dari awal huruf
ba, huruf ra yang terambil dari huruf akhir huruf ha, huruf sin yang
terambil dari huruf ba dan akhir huruf shad, huruf tha yang terambil dari
kepala huruf shad dan alif dan akhir huruf ha, huruf ain yang terambil dari
huruf jim yang dibuang ujung bagian kanan pojoknya pada kepala huruf,
huruf fa yang terambil dari kepala huruf qaf dan badan huruf ba, huruf kaf
yang terambil dari huruf alif, badan huruf ba dan kepala huruf ya atau awal
huruf ba, huruf lam yang terambil dari huruf alif akhir huruf shad, huruf
nun yang terambil dari akhir huruf shad yang dilanjutkan dengan penulisan
titik pada akhir huruf, dan huruf wawu yang terambil dari kepala huruf qaf
dan akhir hururf ha. Berikut adalah gambar huruf mustakhrajat yang ditulis
prespektif arah penulisan dan ukuran huruf.

Gambar 2: Arah dan Ukuran Huruf Mustakhrajat

2. Metode Langsung dan Aplikatif


Setelah pelajar menyelesaikan pembelajaran pada huruf hijaiyyah
tunggal yang terdiri dari huruf asasiyyah dan mustakhrajat sebagaimana
yang telah dibahas pada pelajaran ke pelajaran keempat hingga
keduabelas, selanjutnya mereka menuliskan huruf dalam bentuk kalimat.
Tujuan dari pembelajaran ini adalah untuk penguasaan spasi dan garis
kursi huruf dan mengetahui posisi huruf serta penguasaan perbedaan
bentuk huruf dalam sebuah kalimat. Sehingga metode yang digunakan
adalah secara langsung dan aplikatif agar lebih mudah dalam memahami
bagaimana proses penulisan huruf dan penerapannya pada contoh dalam
bentuk kalimat. Berikut penulis sertakan salah satu contoh kalimat
penulisan huruf Ain, Fa, Qaf dan Kaf dalam kalimat. Dzannun menuliskan
varian bentuk huruf-huruf tersebut baik diawal, tengah dan akhir.
Kemudian disusul dengan menuliskan contoh penerapan huruf dalam
bentuk kalimat. Pelajaran ini telah dirangkum oleh penyusun dari pelajaran
empat belas hingga dua puluh tiga.
Gambar 3: Huruf Ain, Fa, Qaf dan kaf dalam kalimat

Gambar diatas menunjukkan bahwa Dzannun telah menyusun huruf


Ain, Fa, Qaf dan Kaf berdasarkan cara penulisannya baik diawal, tengah
dan akhir. Pada penyusunan ini, terlihat sekali bagaimana perbedeaan
disetiap cara dan bentuk tulisannya. Pun juga terlihat hal-hal yang menjadi
fokus pelajar dalam menuliskannya. Sementara kalimat dibawahnya
menunjukkan bentuk aplikasi dari pelajaran.

Tampak penggunaan awal Ain terdapat pada contoh kalimat Abdun,


sementara ya’tazzu adalah contoh penulisan ain ditengan dan ain akhir
terlihat bentuknya pada kata bi rabi’. Begitupun juga pada huruf Fa, Qaf
dan Kaf pada masing masing contoh yang tertera dikalimat pada gambar
tersebut.5

3. Ciri ciri khat riq’ah


Untuk membedakannya dengan khat yang lain, khat riq’ah memiliki
ciri-ciri yang tidak dimiliki oleh selainnya. Diantara ciri-ciri dari khat ini
adalah:
a. Khat ini lebih cenderung kepada bulatan-bulatan daripada khat
tsulust.
b. Huruf-huruf Riq’ah lebih halus daripada huruf-huruf yang lainnya,
Tarwis atau janggut sangat jarang atau hanya sedikit sekal
penggunaanya.

5
Ahmad Yasir Amrullah, Metodologi Yusuf Dzannun Dalam Pembelajaran Kaligrafi
Riq’ah, dalam jurnal Jurnal Tifani Vol 2, (2022), h. 3-6
c. Sangat cepat jika digunakan untuk menulis catatan atau tulisan
lainnya.
d. Memiliki kesamaan ukuran pada huruf yang ditulis dan kelurusan
garis penulisan.
e. Sangat sedikit menggunakan hiasan dan tidak membutuhkan
penanda vokal seperti khat lain.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Seni adalah terapi yang berkesan bagi memulihkan ketegangan jiwa. Tidak
heranlah di dalam al-Quran Allah SWT bersumpah demi pena dan
penulisannya, agar manusia kembali menoleh perhatiannya terhadap keajaiban
ciptaan-Nya pada jari, tangan dan apa yang manusia catatkan.
Riq’ah adalah salah satu gaya seni khat ciptaan masyarakat Turki Usmani.
Muhammad Tahir Kurdi menyebutkan, bahwa penggagas dan peletak dasar-
dasar kaidah khat Riq’ah adalah Mumtaz Bek, seorang konsultan di zaman
Sultan Abdul Majid Khan sekitar tahun 1280 M.
Kaligrafi gaya Riq'ah merupakan hasil pengembangan kaligrafi gaya
Naskhi dan Tsuluts. Sebagaimana halnya dengan tulisan gaya Naskhi yang
dipakai dalam tulisan sehari-hari. Riq'ah dikembangkan oleh kaligrafer Daulah
Usmaniyah, lazim pula digunakan untuk tulisan tangan biasa atau untuk
kepentingan praktis lainnya. Karakter hurufnya sangat sederhana, tanpa
harakat, sehingga memungkinkan untuk ditulis cepat.
DAFTAR PUSTAKA

Nur huda, Hafizh dan Maharsafa, Sam. (2010). Asiknya belajar kaligrafi cara
praktis belajar kaligrafi, (Aceh: AFKARI Publishing)
Ma’ruf Arifin, Yuda. (2021). Peran Pendidikan Ekstrakurikuler Kaligrafi Dalam
Meningkatkan Keterampilan Menulis Al-Qur’an Menggunakan Khat
Riq’ah Di Ma Yp Kh Syamsyudin Durisawo Ponorogo. (Skripsi, IAIN
Ponorogo, 2020) Diakses dari http://etheses.iainponorogo.ac.id/13318/
Taqiyuddin, Muhammad Rifqi. (2022). Mengenal Khat Riq’ah: Pengertian,
Sejarah, Ciri, dan Jenisnya. Diakses pada pukul 00.40 tanggal 12 Mei
2023 dari https://www.kaifa.id/wawasan/khat-riqah/
Amrulloh, Ahmad yasir, fauzi, muhammad dan sarifudin. (2021). peningkatan
keterampilan kitabah melalui khat riq’ah dengan manhaj hamidi di
sekolah kaligrafi al-qur’an (SAKAL) jombang dalam jurnal Edulab:
Majalah Ilmiah Laboratorium Pendidikan, Vol. 6, No.1, 43-58
Amrulloh, Ahmad Yasir. (2022). Metodelogi Yusuf Dzannun Dalam Pembelajaran
Kaligrafi Riq’ah, dalam jurnal Jurnal Tifani Vol 2, 1-8.

Anda mungkin juga menyukai