Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT berkat karunia, rahmat, dan hidayah-
Nya kami dapat menyusun makalah yang berjudul ”ISLAM DAN POLITIK DI ACEH PADA
MASA KERAJAAN” dengan sebaik-baiknya.

Dalam menyusun makalah ini, penulis menyadari masih terdapat banyak


kekurangannya, kekhilafan dan masih jauh dari kata sempurna,hal ini dikarenakan kami masih
dalam tahap pembelajaran.Penulis berharap semoga Allah S.W.T. memberikan imbalan yang
setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan
ini sebagai ibadah,Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.

Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima saran dan kritikan yang bersifat
membangun semangat demi kesempurnaan dan penulisan makalah ini.

Aceh utara,05 Desember 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i

DAFTAR ISI .............................................................................................................................. ii

BAB I ......................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................................... 1

I.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................. 2

I.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................................... 2

BAB II ........................................................................................................................................ 3

PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 3

II.1 Sejarah Syariat Islam Aceh Pada Masa Kerajaan. ........................................................... 3

II.2 KERAJAAN INDUK ISLAM DI ACEH ....................................................................... 5

II. 3 Kehidupan Ekonomi dan Sosial Politik .......................................................................... 6

a. Segi Ekonomi dan politik ............................................................................................ 6

b. Kehidupan Sosial-budaya ............................................................................................ 7

II.4 Raja-raja masa kerajaan Islam di Aceh............................................................................ 8

BAB III .................................................................................................................................... 10

PENUTUP ................................................................................................................................ 10

III.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 10

III.2 Saran ............................................................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Latar belakang Aceh masa lalu saat kerajaan Aceh dibawah kepemimpinan Sultan Iskandar
Muda memang pernah menjadi salah satu kerajaan dengan peradaban Islam terbesar didunia,
Kerajaan Aceh menjadi kerajaan kelima dengan peradaban islam terbesar pada masa
Utsmaniyah di Turki

Tidak mengherankan memang jika Kerajaan Aceh masa lalu menjadi peradabaan Islam
terbesar kelima didunia, seperti yang kita ketahui bahwasanya kerajaan Aceh sendiri adalah
kerajaan Islam pertama di Indonesia hal ini berdasarkan Berita dari Marcopolo menyebutkan
bahwa pada saat persinggahannya di Pasai tahun 692 H / 1292 M, telah banyak orang Arab
yang menyebarkan Islam di Aceh,begitu pula berita dari Ibnu Battuthah, pengembara Muslim
dari Maghribi.yang ketika singgah di Aceh tahun 746 H / 1345 M menuliskan bahwa di Aceh
telah tersebar mazhab Syafi'i.

Peradaban Islam di masa awal dihadapkan pada persaingan dengan peradaban Romawi dan
Persia. Meski Islam lahir di sebuah jazirah yang tandus dan tidak menarik, namun lambat laun
Islam justru menggeser hegemoni dua imperium besar tersebut. Secara perlahan Islam
berhasil melakukan pembebasan sampai ke batas barat Afrika Utara (Maroko),dan kemudian
bergerak ke Utara sampai ke Spanyol. Dari arah Laut Mediterania, pembebasan diraih sampai
ke kawasan Balkan. Ke arah asia kecil, futuhat diraih sampai ke Samarkand. Dan ke arah
timur, pembebasan diraih sampai ke bagian barat India. Ini adalah sebuah pencapaian
prestisius, yang menjadikan Islam ketika itu sebagai peradaban terbesar di dunia.

Peradaban Islam juga telah dicatat oleh sejarah sebagai pelopor kebangkitan ilmu
pengetahuan. Ketika Islam mencapai masa keemasan peradabannya, termasuk di sektor ilmu

1
pengetahuan, orang Eropa masih berada dalam kegelapan. Mereka masih hidup dalam
kebodohan dan keterbelakangan.

I.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sejarah Islam dan Syariatnya di Aceh masa kerajaan?
2. Apa saja kerajaan-kerajaan Islam terbesar di Aceh?
3. Seperti apa situasi dan kondisi ekonomi,sosial dan politik?
4. Siapa saja raja-raja yang berkuasa di Aceh kala itu?

I.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui sejarah Islam dan Syariatnya di Aceh masa kerajaan?
2. Menegtahui apa saja kerajaan-kerajaan Islam terbesar di Aceh?
3. Mengetahui Seperti apa situasi dan kondisi ekonomi,sosial dan politik?
4. Mengetahui Siapa saja raja-raja yang berkuasa di Aceh kala itu?

I.4 Metode Penulisan


Dalam menulis makalah ini kami menngunakan metode mencari jurnal,buku dan artikel
artikel dari internet yang mendukung pengetahuan tentang isi makalah ini.

2
BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Sejarah Syariat Islam Aceh Pada Masa Kerajaan.

Syari’at Islam di Aceh sudah menjadi catatan sejarah bahwa Aceh mulai menerapkan
syari’at Islam mulai masa kerajaan-kerajaan Islam sampai dengan pendudukan Jepang.
Bahkan dalam catatan sejarah Aceh telah dipaparkan bahwa pada masa kerajaan-kerajaan
Islam di Aceh sudah pernah diberlakukan hukum Islam terutama hukum h̖udu̅d. Seperti pada
masa Sultan Alidin Ri’ayat Syah II al-Qahhar telah memberlakukan hukum qis̖ a̅s̖ terhadap
seorang putranya abangnya yang tertangkap membunuh dan melawan hukum Islam.

Demikian pula halnya Sultan Iskandar Muda Meukuta Alam pernah memberlakukan hukum
Islam atas putranya bernama Meurah Pupok yang telah melanggar Syari’at Islam. Melakukan
perbuatan yang dilarang agama, melakukan zina dengan seorang perempuan yang telah
bersuami. Suami dari perempuan yang telah dizinai oleh putra Sultan itu melapor kepada
Sultan.

Sultan dengan segera memerintahkan Sri Raja Wazir Mizan untuk meneliti dan menyelidiki
kebenaran berita tersebut. Hasil penyelidikan membuktikan bahwa Meurah Pupok adalah
benar telah melakukan penzinaan dengan isteri seorang perwira. Maka dengan tegas Sultan
memberi perintah kepada bidang yang berwenang untuk menghukum putranya tersebut sesuai
dengan hukum Islam yang berlaku saat itu.

3
Menurut kitab Tazkirat Al-Rakidin, karangan Ulama Aceh yang bernama Syeikh
Muhammad Ibnu Abbas atau lebih dikenal gelar Tgk. Chiek Kuta Karang yang secara
langsung menulis tentang sistem syari’at Islam yang berlaku saat itu, antara lain yang
membicarakan tentang Syari’at Islam:
1. Dalam alam ini terdapat tiga macam, raja, yaitu raja yang memegang jabatan lahir
saja, yakni yang memerintah rakyat menurut Hukum adat kebiasaan dunia, raja yang,
memerintah jalan agama yaitu ulama ahlu syar’iyah dan rasul serta anbiya.
2. Kita wajib mengikuti perintah raja yang memerintah menurut hukum adat jika
perintahnya sesuai dengan hukum Syara’.
3. Kita wajib mengikuti suruhan ahlu syar’iyah, jika tidak maka kita akan ditimpa
malapetaka.
4. Hukum adat dan hukum agama adalah sama kembar; tatkala mufakat hukum adat
dengan hukum syara’ negeri tenang tiada huru hara. Agama Allah dan raja-raja sama
kembar keduanya, ibarat tali berputar sama dua, yakni tiada berkata salah satu dari
pada keduanaya jauh daripada yang lain.

Dari kutipan kitab tersebut itu memberi gambaran bahwa pada masa Tgk Chiek Kuta
Karang yang berkisar tahun 1307 H atau 1889 M kondisi kerajaan Aceh masih dalam bingkai
dan nilai-nilai syari’at Islam. Sehingga tulisannya melukiskan keterpaduan antara syari’at
Islam dan hukum adat yang kuat,Terlihat pula dalam bait penjelasannya bahwa syari’at Islam
sebagai aturan hidup yang harus dijalankan oleh semua lapisan masyarakat termasuk Sultan
sendiri.

Dalam masa-masa kerajaan Islam di Aceh hukum Islam telah ditegakkan di Aceh di
samping juga hukum adatpun dijadikan rujukan. Seperti pada abad ke 17 menurut Thomas
Bowrey sebagaimana dikutip Amirul Hadi, bahwa hukum yang diterapkan di Aceh sangat
keras dalam banyak hal terutama bagi pencuri dan lebih keras kepada pembunuh yang
mendapat hukuman mati. Hukuman bagi pencuri dilakukan secara bertahap tetapi sangat
keras.

4
II.2 Kerajaan Induk Islam Aceh

1. Samudera Pasai
Kerajaan Pasai adalah Kerajaan Islam pertama di Indonesia. Kerajaan ini terletak di
pesisir timur laut Aceh. Kemunculan pertama kalinya diperkirakan abad ke-13 M, sebagai
proses dari hasil Islamisasi daerah-daerah pinggir pantai yang pernah disinggahi para
pedagang-pedagang muslim sejak abad ke-7, ke-8, dan seterusnya. Bukti berdirinya kerajaan
ini adalah dengan adanya nisan kubur yang terbuat dari batu granit asal Samudera Pasai. Dan
nisan itu, dapat diketahui bahwa raja pertama kerajaan itu meninggal pada bulan Ramadhan
tahun 696 H, yang diperkirakan bertepatan dengan tahun 1297 M.

Malik Al-Shaleh adalah raja pertama kerajaan tersebut dan merupakan pendiri
kerajaan itu. Hal ini diketahui melalui tradisi Hikayat Raja-Raja Pasai, Hikayat Melayu, dan
juga hasil penelitian atas berbagai sumber yang dilakukan sarjana-sarjana Barat, khususnya
Belanda, seperti Snouck Hurgronye, J.P.Molquette, J.L.Moens, J.Hushoff Poll, G.P.Rouffaer,
H.K.J.Cowan, dan lain-lain.Dari segi politik, munculnya kerajaan Samudera Pasai pada abad
ke-13 M itu sejalan dengan suramnya peranan kerajaan Sriwijaya, yang sebelumnya
memeganag peranan penting di kawasan Sumatera dan sekelilingnya.

2. Aceh Darussalam
Kerajaan Aceh terletak di daerah yang sekarang dikenal dengan nama Aceh Besar.
Disini pula terletak ibu kotanya. Kurang begitu diketahui kapan kerajaan ini muncul atau
berdiri. Anas Machmud berpendapat, kerajaan Aceh berdiri pada abad ke-15 M, diatas puing-
puing kerajaan Lamuri, oleh Muzaffar Syah (1465-1497). Dialah yang membangun kota Aceh
Darussalam. Menurutnya pada masa pemerintahannya, Aceh Darussalam mulai mengalami
kemajuan dalam bidang perdagangan karena saudagar-saudagar Muslim yang sebelumya
berdagang dengan Malaka memindahkan kegiatan mereka ke Aceh, setelah Malaka dikuasai
Portugis pada tahun 1511 M. sebagai akibat penaklukan Malaka Utara melalaui selat
Karimata dari Portugis itu, jalan dagang yang sebelumaya dari laut Jawa ke Sunda dan
menyusur pantai Barat Sumatera, kemudian ke Aceh.

5
II. 3 Kehidupan Ekonomi dan Sosial Politik

a. Segi Ekonomi dan politik

Kehidupan ekonomi masyarakat Aceh adalah dalam bidang pelayaran dan


perdagangan. Pada masa kerajaan, perekonomian berkembang pesat. Penguasaan Aceh atas
daerah-daerah pantai barat dan timur Sumatra banyak menghasilkan lada. Sementara itu,
Semenanjung Malaka banyak menghasilkan lada dan timah. Hasil bumi dan alam menjadi
bahan ekspor yang penting bagi Aceh, sehingga perekonomian Aceh maju dengan pesat.

Bidang perdagangan yang maju menjadikan Aceh makin makmur,Aceh mampu


membangun angkatan bersenjata yang kuat. Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda,
Aceh mencapai puncak kejayaan. Dari daerah yang ditaklukkan didatangkan lada dan emas
sehingga Aceh merupakan sumber komoditas lada dan emas.
Berikut beberapa kondisi yang membangun aceh pada masa kerajaan dalam segi ekonomi
politiknya,yaitu :
1) MelaLakukan ekspansi-perluasan wilayah.
2) Menjadi sentral kekuatan di Sumatera Utara.
3) Telah tersusun pemerintahan yang terstruktur, sistematis, dan koordinatif antara pusat
dan daerah pada masa Sultan Iskandar Muda.
4) Menjalin hubungan diplomatik dengan Turki, India dan Parsi serta menjalin hubungan
kekerabatan dengan Pahang.
5) Menjalin hubungan kerjasama dengan kerajaan-Islam lainnya di Nusantara, terutama
di Jawa
6) Sultan Iskandar Muda membendung penetrasi dan integrasi perdagangan bangsa
Eropa.
7) Bandar Aceh merupakan pelabuhan internasional dalam upaya memakmurkan
Ekonomi.
8) Memonopoli perdagangan di Pesisir Sumatera Barat sampai Inderapura.
9) Pusat perdagangan bagi pedagang Nusantara, Cina dan Barat.
10) Penduduk Aceh ada yang bermatapencaharian sebagai pedagang dan pertukangan.

6
11) Lapisan masyarakat yang paling dibedakan menjadi Umara dan Ulama.
12) Diterapkan UU tentang tata pemerintahan yang memberi nama Adat Makuta Alam
yang berdasarkan hukum syara.
13) Komoditasnya lada dan rempah-rempah yang masih banyak lagi barang-barang yang
diekspor ke luar negeri dari Aceh.

b. Kehidupan Sosial-budaya

Letak Aceh yang strategis menyebabkan perdagangannya maju pesat. Dengan


demikian, kebudayaan masyarakatnya juga makin bertambah maju karena sering berhubungan
dengan bangsa lain. Contoh dari hal tersebut adalah tersusunnya hukum adat yang dilandasi
ajaran Islam yang disebut Hukum Adat Makuta Alam,Menurut Hukum Adat Makuta Alam
pengangkatan sultan haruslah semufakat hukum dengan adat. Oleh karena itu, ketika seorang
sultan dinobatkan, ia berdiri di atas tabal, ulama yang memegang Al-Qur’an berdiri di kanan,
sedangkan perdana menteri yang memegang pedang berdiri di kiri.
Hukum Adat Makuta Alam memberikan gambaran kekuasaan Sultan Aceh, seperti berikut:
a) mengangkat panglima sagi dan ulebalang, pada saat pengangkatan mereka mendapat
kehormatan bunyi dentuman meriam sebanyak 21 kali.
b) mengadili perkara yang berhubungan dengan pemerintahan.
c) menerima kunjungan kehormatan termasuk pedagang-pedagang asing.
d) mengangkat ahli hukum (ulama).
e) mengangkat orang cerdik pandai untuk mengurus kerajaan.
f) melindungi rakyat dari kesewenang-wenangan para pejabat kerajaan.

Dalam menjalankan kekuasaan, sultan mendapat pengawasan dari alim ulama, kadi,
dan Dewan Kehakiman. Mereka terutama bertugas memberi peringatan kepada sultan
terhadap pelanggaran adat dan syara’ yang dilakukan.Sultan Iskandar Muda berhasil
menanamkan jiwa keagamaan pada masyarakat Aceh yang mengandung jiwa merdeka,
semangat membangun, rasa persatuan dan kesatuan, serta semangat berjuang anti penjajahan
yang tinggi. Oleh karena itu, tidaklah berlebihan jika Aceh mendapat sebutan Serambi Mekah.
Itulah sebabnya, bangsa-bangsa Barat tidak mampu menembus pertahanan Aceh.

7
Aceh cepat tumbuh menjadi kerajaan besar karena didukung oleh faktor sebagai berikut.
a) Letak ibu kota Aceh sangat strategis, yaitu di pintu gerbang pelayaran dari India dan
Timur Tengah yang akan ke Malaka, Cina, atau ke Jawa.
b) Pelabuhan Aceh memiliki persyaratan yang baik sebagai pelabuhan dagang.
Pelabuhan itu terlindung oleh Pulau Weh, Pulau Nasi, dan Pulau Breueh dari ombak
besar.
c) Daerah Aceh kaya dengan tanaman lada sebagai mata dagangan ekspor yang penting.
Aceh sejak dahulu mengadakan hubungan dagang internasional.
d) Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis menyebabkan pedagang Islam banyak yang
singgah ke Aceh, apalagi setelah jalur pelayaran beralih melalui sepanjang pantai barat
Sumatra.

II.4 Raja-Raja Masa Kerajaan Islam di Aceh


a. Sultan Malik Al-Saleh
Sultan Malik Al-Saleh adalah pendiridan raja pertama Kerajaan Samudera Pasai,Sebelum
menjadi raja beliau bergelar Merah Sileu atau Merah Seulu. Beliau adalah putera Merah
Gajah,Diceritakan Merah Selu mengembara dari satu tempat ke tempat lain. Akhirnya, beliau
berhasil diangkat menjadi raja di suatu daerah, yaitu Samudra Pasai,Merah Selu masuk Islam
berkat pertemuannya dengan Syekh Ismail seorang syarif Mekah penjaga kuburan nabi, dan
adapula yang mengatakan bahwa ia memang sudah menganut islam sejak ia lahir,Setelah
masuk Islam,Merah Selu diberi gelar Sultan Malik Al-Saleh atau Sultan Malikus Saleh.
Sultan Malik Al-Saleh wafat pada tahun 1297 M.

b. Sultan Ahmad (1326-1348)


Sultan Ahmad adalah sultan Samudera Pasai yang ketiga,Beliau bergelar Sultan Malik Al-
Tahir II,Pada masa pemerintahan beliau, Samudera Pasai dikunjungi oleh seorang ulama
Maroko, yaitu Ibnu Battutah,Ulama ini mendapat tugas dari Sultan Delhi,India untuk
berkunjung ke Cina,Dalam perjalanan ke Cina Ibnu Battutah singgah di Samudera Pasai,Ibnu
Battutah menceritakan bahwa Sultan Ahmad sangat memperhatikan perkembangan Islam,
Sultan Ahmad selalu berusaha menyebarkan Islam ke wilayah-wilayah yang berdekatan
dengan Samudera Pasai,Beliau juga memperhatikan kemajuan kerajaannya.

8
c. Sultan Alauddin Riyat Syah
Sultan Alauddin Riyat Syah adalah sultan Aceh ketiga,Beliau memerintah tahun 1538-1571.
Sultan Alauddin Riyat Syah meletakan dasar-dasar kebesaran Kesultanan Aceh,Untuk
menghadapi ancaman Portugis, beliau menjalin kerjasama dengan Kerajaan Turki Usmani dan
kerajaan-kerajaan Islam lainnya,Dengan bantuan Kerajaan Turki Usmani,Aceh dapat
membangun angkatan perang yang baik,Sultan Alauddin Riyat Syah mendatangkan ulama-
ulama dari India dan Persia,Ulama-ulama tersebut mengajarkan agama Islam di Kesultanan
Aceh ,Selain itu beliau juga mengirim pendakwah-pendakwah masuk ke pedalaman
Sumatera,mendirikan pusat Islam di Ulakan, dan membawa ajaran Islam ke Minang Kabau
dan Indrapura. Sultan Alauddin Riyat Syah wafat pada tanggal 28 September 1571.

d. Sultan Iskandar Muda 1606-1637)


Sultan Iskandar Muda adalah sultan Aceh yang ke-12. Beliau memerintah tahun 1606-1637.
Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, Aceh mengalami puncak kemakmuran dan
kejayaan. Aceh memperluas wilayahnya ke selatan dan memperoleh kemajuan ekonomi
melalui perdagangan di pesisir Sumatera Barat sampai Indrapura,Aceh meneruskan
perlawanan terhadap Portugis dan Johor untuk merebut Selat Malaka. Sultan Iskandar Muda
menaruh perhatian dalam bidang agama,Beliau mendirikan sebuah masjid yang megah,yaitu
Masjid Baiturrahman. Beliau juga mendirikan pusat pendidikan Islam atau dayah, Pada masa
inilah,di Aceh hidup seorang ulama yang sangat terkenal,yaitu Hamzah Fansuri.Pada masa
pemerintahan Sultan Iskandar Muda,disusun sistem perundang- undangan yang disebut Adat
Mahkota Alam,Sultan Iskandar Muda juga menerapkan hukum Islam dengan tegas,Bahkan
beliau menghukum rajam puteranya sendiri,Ketika dicegah melakukan hal tersebut, beliau
mengatakan, “Mati anak ada makamnya, mati hukum ke mana lagi akan dicari keadilan.”
Setelah beliau wafat, Aceh mengalami kemunduran.

9
BAB III

PENUTUP

III.1 Kesimpulan
Aceh telah melaksanakan tugas sebagai benteng Islam, memperkokoh syariat
nabi,laksana benteng kepulauan Nusantara dari “angin barat” dan “glombang Barat” yang
telah mulai mengantarkan ombaknya yang dahsyat ke pantai Timur membersihkan sisa
pengaruh Hindu dan menangkis serbuan kebudayaan Kristen yang di pelopori Portugis,dan
mempersatukan negeri-negeri di Pulau sumatera , guna mempertahankan pusaka nenek
moyangnya . sehingga layaklah dengan hati yang rendah kita mengakui dengan penuh
kerelaan jika Aceh dinamakan dengan negeri “ Serambi Mekkah”.

Keberhasilan dan kemajuan pendidikan di masa kerajaan Islam di Aceh, tidak terlepas
dari pengaruh Sultan yang berkuasa dan peran para ulama serta pujangga, baik dari luar
maupun setempat, seperti peran Tokoh pendidikan Hazah Fansuri, Syamsudin As-Sumatrani,
dan Syaeh Nuruddin A-Raniri, yang menghasilkan karya-karya besar sehingga menjadikan
Aceh sebagai pusat pengkajian Islam.

III.2 Saran
Sebagai salah satu negara dengan agama muslim, kita harus tahu jati diri kita sebagai
muslim dengan cara mengetahui sejarah yang membentuk masyarakat kita di masa
kini. Tujuan dari pembelajaran ini tentu saja diharapakan untuk mengetahui kesultanan aceh,
kita juga bisa membudayakan budaya keislaman kita sebagai penerus kerajaan islam di masa
lalu.

10
DAFTAR PUSTAKA

Rizal Chairul.2014.Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam, Aceh: Muktamar Al


Kitabah.

Ul-Juhari, Bukhari.1979.Tajussalatin (Mahkota Raja-Raja) Terj. Jumsari Jusuf (Jakarta..

Denys Lombard.1991. Kerajaan Aceh Jaman Iskandar Muda (1607-1636) Jakarta: Balai
Pustaka.

https://www.suduthukum.com/2016/06/syariat-islam-di-masa-kerajaan-di-aceh.html(Diakses
pada 10/10/2018)

http://www.aceh.my.id/2015/12/benarkah-aceh-pernah-menjadi-kerajaan.html (Diakses pada


10/10/2018)

https://www.academia.edu/36036657/Pusat_Pengkajian_Islam_Masa_Kesultanan_Islam_di_
Aceh (diakses pada 10/10/2018)

11

Anda mungkin juga menyukai