Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
lindungannya, sehingga makalah ini berhasil penyusun selesaikan. Penyusunan
makalah ini merupakan tugas mata kuliah Manajemen Publik. Adapun judul yang
diambil dalam makalah ini adalah “Manajemen Keuangan pada Organisasi Sektor
Publik”.

Ucapan terima kasih penyusun berikan kepada semua pihak yang telah
membantu untuk menyelesaikan makalah ini. Tanpa dukungan dari mereka
semua, penyusunan makalah ini belum tentu bisa terselesaikan tepat pada
waktunya.

Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini,


Sehingga kritik dan saran sangat diharapkan. Semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan dandapat memberi manfaat bagi semua pihak.

16 Desember 2021

Kelompok 4

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………...1
1.1. Latar Belakang Masalah……………………………………………….. 1
1.2. Rumusan Masalah………………………………………………………1
1.3. Tujuan Penelitian……………………………………………………….1
1.4. Manfaat Penelitian……………………………………………………...1

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………2
2.1. Pengertian Manajemen Keuangan ……………………………………. 2
2.2. Perkembangan Peranan Manajemen Keuangan………………..……… 5
2.3. Prinsip Anggaran Sektor Publik……………………………………….. 6
2.4. Proses Penyusunan Anggaran Sektor Publik….………………………..7
2.5. Tujuan Proses Anggaran Sektor Publik……….……………………......9
2.6. Keuangan kota Lhokseumawe………………………………………….9

BAB III PENUTUP…………………………………………………………….13


3.1. Kesimpulan…………………………………........................................13

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...14

2
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manajemen keuangan adalah sebuah system yang harus ada dalam setiap
instansi baik perusahaan swasta, maupun perusahaan milik pemerintah. Dengan
adanya manajemen keuangan yang baik tentunya akan memberikan dampak yang
baik pula dalam sebuah perusahaan. Pada umumnya manajemen keuangan dalam
suatu perusahaan baik swasta maupun public akan berusaha mencari sumber
modal yang kemudian dijadikan odal untuk kegiatan produksi baik itu
memproduksi barang ataupun jasa.

Dalam makalah ini penulis mencoba menuangkan pemahaman tentang fungsi


dari manajemen keuangan khususnya pada sector public. Bagaimana cara
pengimplementasian konsep-konsep manajemen yang ada dalam sector public dan
memahami kendala-kenada dalam pekasanaan fungsi manajemen dalam sector
public tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, maka yang menjadi rumusan masalah
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana Fungsi Manajemen Keuangan Sector Public?

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian dari manajemen keuangan
2. Untuk memenuhi tugas mata kuliah manajemen publik

1.4 Manfaat Penelitian


1. Manfaat Teoritis
Menjadi masukan dalam mengembangkan konsep dan teori administrasi
publik, sehingga dapat menambah khanzah keilmuan dalam perpustakaan.

1
2. Manfaat Akademis
Diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran kepada mahasiswa
selanjutnya, kepada masyarakat, dan yang ingin memahami lebih dalam
tentang etika administrasi publik.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Manajemen Keuangan

Manajemen keuangan merupakan salah satu bidang manajemen fungsional


dalam suatu perusahaan, yang mempelajari tentang penggunaan dana,
memperoleh dana dan pembagian hasil operasi perusahaan. Manajemen keuangan
dapat didefinisikan dari tugas dan tanggung jawab manajer keuangan. Meskipun
tugas dan tanggung jawabnya berlainan di setiap perusahaan, tugas pokok
manajemen keuangan antara lain meliputi: keputusan tentang investasi,
pembiayaan kegiatan usaha dan pembagian dividen suatu perusahaan (Weston dan
Copeland, 1992: 2)

Manajer keuangan berkepentingan dengan penentuan jumlah aktiva yang


layak dari investasi pada berbagai aktiva dan pemilihan sumber-sumber dana
untuk membelanjai aktiva-aktiva tersebut. Untuk membelanjai kebutuhan dana
tersebut, manajer keuangan dapat memenuhinya dari sumber yang berasal dari
luar perusahaan dan dapat juga yang berasal dari dalam perusahaan. Sumber dari
luar perusahaan berasal dari pasar modal, yaitu pertemuan antara pihak
membutuhkan dana dan pihak yang dapat menyediakan dana. Dana yang berasal
dari pasar modal ini dapat berbentuk hutang (obligasi) atau modal sendiri (saham).
Sumber dari dalam perusahaan berasal dari penyisihan laba perusahaan (laba
ditahan), cadangan, maupun depresiasi.

Setelah dana diperoleh, dana tersebut harus digunakan untuk membelanjai


operasi perusahaan. Dana akan tertanam pada berbagai kekayaan riil perusahaan,
baik kekayaan yang berwujud atau pun yang tidak berwujud. Sedangkan
sumbersumber dana perusahaan, baik kekayaan yang berwujud atau pun yang
tidak berwujud. Sedangkan sumber-sumber dana perusahaan akan diwujudkan
dalam berbagai aktiva finansial, yaitu selembar kertas yang mempunyai nilai

3
pasar, karena dengan memiliki kertas tersebut, pemilik dapat memperoleh
penghasilan (baik yang tetap, atau pun tidak tetap).

Besar kecilnya dana yang harus diperoleh oleh manajer keuangan tentu saja
harus disesuaikan dengan kebutuhan untuk operasi perusahaan itu. Penggunaan
dana untuk operasi perusahaan dapat digunakan untuk keperluan yang sangat
bermacammacam. Tetapi kalau dipandang dari dimensi waktunya, maka
penggunaan dana tersebut dapat untuk modal kerja (jangka pendek) dapat juga
untuk investasi modal (jangka panjang).

Setelah dana tersebut dipergunakan, maka diharapkan perusahaan dapat


memperoleh keuntungan dari penggunaan dana tersebut. Apabila perusahaan
memperoleh keuntungan maka harus diputuskan apakah keuntungan ini akan
dibagikan kepada pemilik modal ataukah diinvestasikan kembali ke dalam
perusahaan.

Dengan demikian maka manajer keuangan intinya harus melakukan


tugastugas utama (fungsi) yaitu: memperoleh dana dan menggunakan dana
tersebut. Untuk memperoleh dana, ia harus mengambil keputusan pembelanjaan,
yaitu mencari dana dari pasar modal (dalam bentuk hutang maupun modal
sendiri/saham). Di samping itu, dana juga dapat diperoleh dari hasil operasi
perusahaan. Besarkecilnya dana ini tergantung pada kebijakan dividen, yaitu
penentuan besar-kecilnya keuntungan yang harus dibagi (dan ditahan). Semakin
banyak yang ditahan, semakin banyak dana yang diperoleh dari dalam
perusahaan. Untuk fungsi menggunakan dana, manajer keuangan harus
mengambil keputusan investasi yaitu penentuan untuk apa dana yang dimiliki oleh
perusahaan akan dipergunakan.

Kegiatan penting lain yang harus dilakukan manajer keuangan menyangkut


empat (4) aspek yaitu:

1. Pertama, yaitu dalam perencanaan dan peramalan, dimana manajer


keuangan harus bekerja sama dengan para manajer lain yang ikut bertanggung
jawab atas perencanaan umum perusahaan.

4
2. Kedua, manajer keuangan harus memusatkan perhatian pada berbagai
keputusan investasi dan pembiayaan, serta segala hal yang berkaitan
dengannya.

3. Ketiga, manajer keuangan harus bekerja sama dengan para manajer lain
di perusahaan agar perusahaan dapat beroperasi seefisien mungkin

4. Keempat, menyangkut penggunaan pasar uang dan pasar modal,


manajer keuangan menghubungkan perusahaan dengan pasar keuangan, di
mana dana dapat diperoleh dan surat berharga perusahaan dapat
diperdagangkan.

Dari ke empat aspek tersebut dapat disimpulkan bahwa tugas pokok


manajer keuangan berkaitan dengan keputusan investasi dan pembiayaannya.
Dalam menjalankan fungsinya, tugas manajer keuangan berkaitan langsung
dengan keputusan pokok perusahaan dan berpengaruh terhadap nilai
perusahaan.

2.2 Perkembangan Peranan Manajemen Keuangan

Manajemen keuangan memiliki peran dalam kehidupan perusahaan


ditentukan oleh perkembangan ekonomi kapitalisme. Pada awal lahirnya
kapitalisme sebagai system ekonomi pada abad 18, manajemen keuangan
hanya membahas topic rugi-laba. Selanjutnya berturut-turut ia memiliki
peranan antara lain sebagai berikut:

1. Tahun 1900 awal : Penerbit surat berharga


2. Tahun 1930 – 1940 : Kebangkrutan, reorganisasi
3. Tahun 1940 – 1950 : Anggaran & internal audit
4. Tahun 1950 – 1970 : Eksternal perusahaan
5. Tahun 1970 – 1980 : Inflasi
6. Tahun 1980 – 1990 : Krisis ekonomi keuangan
7. Tahun 1990 – Now : Globalisasi

5
Perkembangan manajemen keuangan sangat dipengaruhi oleh berbagai
factor antara lain kebijakan moneter, kebijakan pajak, kondisi ekonomi,
kondisi social, dan kondisi politik. Kebijakan moneter berhubungan dengan
tingkat suku bunga dan inflasi. Khususnya inflasi mempunyai dampak
langsung terhadap manajemen keuangan antara lain masalah:

1. Masalah akuntasi
2. Kesulitan perencanan
3. Permintaan terhadap modal
4. Suku bunga
5. Harga obligasi menurun
Kondisi ekonomi juga mempunyai dampak lansung terhadap manajemen
keuangan antar lain masalah:

1. Persaingan internasional
2. Keuangan internasional
3. Kurs pertukaran yang berfluktuasi
4. Marger, pengambilalihan, dan restrukturisasi
5. Inovasi keuangan dan rekayasa keuangan

2.3 Prinsip Anggaran Sektor publik

Prinsip-prinsip didalam anggaran sektor publik meliputi:

1. Otorisasi oleh legislatif.

Anggaran publik harus mendapatkan otorisasi dari legislatif terlebih dahulu


sebelum eksekutif dapat membelanjakan anggaran tersebut.

2. Komprehensif.

Anggaran harus menunjukkan semua penerimaan dan pengeluaran


pemerintah. Oleh karena itu, adanya dana non budgetair pada dasarnya
menyalahi prinsip anggaran yang bersifat komprehensif.

6
3. Keutuhan anggaran.

Semua penerimaan dan belanja pemerintah harus terhimpun dalam dana


umum.

3. Nondiscretionary Appropriation.

Jumlah yang disetujui oleh dewan legislatif harus termanfaatkan secara


ekonomis, efisien dan efektif.

4. Periodik.

Anggaran merupakan suatu proses yang periodik, bisa bersifat tahunan


maupun multi tahunan.

5. Akurat.

Estimasi anggaran hendaknya tidak memasukkan cadangan yang tersembunyi,


yang dapat dijadikan sebagai kantong-kantong pemborosan dan in efisiensi
anggaran serta dapat mengakibatkan munculnya understimate pendapatan dan
over estimate pengeluaran.

6. Jelas.

Anggaran hendaknya sederhana, dapat difahami masyarakat dan tidak


membingungkan.

7. Diketahui publik.

Anggaran harus diinformasikan kepada masyarakat luas.

2.4 Proses Penyusunan Anggaran Sektor Publik

Prisip-prinsip pokok dalam siklus anggaran

1. Tahap persiapan anggaran.

Pada tahap persiapan anggaran dilakukan taksiran pengeluaran atas dasar


taksiran pendapatan yang tersedia. Terkait dengan masalah tersebut, yang

7
perlu diperhatikan adalah sebelum menyetujui taksiranj pengeluaran,
hendaknya terlebih dahulu diulakukan penaksiran pendapatan secara lebih
akurat. Selain itu, harus disadari adanya masalah yang cukup berbahaya jika
anggaran pendapatan diestimasi pada saat bersamaan drengan pembuatan
keputusan tentang angggaran pengeluaran

2. Tahap ratifikasi

Tahap ini merupakan tahap yang melibatkan proses politik yang cukup rumit
dan cukup berat. Pimpinan eksekutif dituntut tidak hanya memiliki managerial
skill namun juga harus mempunyai political skill, salesman ship, dan coalition
building yang memadai. Integritas dan kesioapan mental yang tinggi dari
eksekutif sangat penting dalam tahap ini. Hal tersebut penting karena dalam
tahap ini pimpinan eksekutif harus mempunyai kemampuan untuk menjawab
dan memberikan argumentasi yang rasional atas segala pertanyaan-pertanyaan
dan bantahan- bantahan dari pihak legislatif.

3. Tahap implementasi/pelaksanaan anggaran.

Dalam tahap ini yang paling penting adalah yang harus diperhatikan oleh
manajer keuangan publik adalah dimilikinya sistem (informasi) akuntansi dan
sistem pengendalian manajemen.

4. Tahap pelaporan dan evaluasi.

Tahap pelaporan dan evaluasi terkait dengan aspek akuntabilitas. Jika tahap
implementasi telah didukung dengan sistem akuntansi dan sistem
pengendalian manajemen yang baik, maka diharapkan tahap budget reporting
and evaluation tidak akan menemukan banyak masalah.

8
2.5 Tujuan Proses Penyusunan Anggaran Sektor Publik

1. Membantu pemerintah mencapai tujuan fiskal dan meningkatkan


koordinasi antar bagian dalam lingkungan pemerintah.
2. Membantu menciptakan efisiensi dan keadilan dalam menyediakan
barang dan jasa publik melalui proses pemrioritasan.
3. Memungkinkan bagi pemerintah untuk memenuhi prioritas belanja.
4. Meningkatkan transparansi dan pertanggungjawaban pemerintah
kepada DPR atau MPR dan masyarakat.
2.6 Keuangan kota Lhokseumawe

Rasio Kemandirian Keuangan Daerah menunjukkan tingkat kemampuan


suatu daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintah, pembangunan dan
pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi
sebagai sumber pendapatan yang diperlukan daerah. Rasio kemandirian
keuangan daerah ditunjukkan oleh besarnya Pendapatan Asli Daerah
dibandingkan dengan pendapatan daerah yang berasal dari sumber lain
(pendapatan transfer) antara lain : Bagi Hasil Pajak, Bagi Hasil Pajak Bukan
Pajak Sumber Daya Alam, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus,
Dana Darurat dan Pinjaman. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah
menggambarkan ketergantungan daerah terhadap sumber dana ekstern.
Semakin tinggi rasio kemandirian mengandung arti bahwa tingkat
ketergantungan bantuan pihak ekstern (terutama pemerintah pusat dan
propinsi) semakin rendah dan demikian pula sebaliknya.

Dari data Anggaran dan Belanja Kota Lhokseumawe tahun 2012-2016


diketahui bahwa Rasio kemandirian Kota Lhokseumawe masih berada pada
kategori kemampuan Rendah Sekali dengan kemampuan berada di bawah
25%. Dari rasio tersebut dapat diketahui bahwa pola hubungan Pemerintah
Kota Lhokseumawe dengan pemerintah pusat masih berpola instruktif, dimana
peranan pemerintah pusat lebih dominan daripada kemandirian Pemerintah
Kota Lhokseumawe. Dengan ketergantungan daerah yang masih tinggi

9
terhadap pemerintah pusat dan penerimaan pendapatan bersumber dari
Pendapatan Asli Daerah yang belum optimal, Pemerintah Kota Lhokseumawe
perlu meningkatkan penerimaan sumber daya dan penerimaan dari perpajakan
dan retribusi daerah. Selain itu pemerintah juga perlu mengoptimalkan kinerja
Badan Usaha Milik Daerah agar dapat menyokong Pendaptan Asli Daerah
agar kedepannya bisa tumbuh menjadi daerah yang mandiri, mampu
mengelola keuangannya dengan baik dan benar, serta kesejahteraan
masyarakat lebih meningkat.

Rasio efektivitas PAD menggambarkan kemampuan pemerintah daerah


dalam merealisasikan PAD yang direncanakan dibandingkan dengan target
yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah. Semakin tinggi rasio
efektivitas PAD, maka semakin baik kinerja pemerintah daerah. Kemampuan
daerah dalam menjalankan tugas dikategorikan efektif apabila rasio yang
dicapai minimal 100%. Namun semakin tinggi rasio efektifitas
menggambarkan kemampuan daerah semakin baik. Secara keseluruhan rasio
efektivitas pengelolaan keuangan daerah Kota Lhokseumawe selama periode
2012-2016 masih dibawah 100 persen. Hal ini menunjukkan bahwa efektivitas
pengelolaan keuangan daerah Kota Lhokseumawe berjalan Cukup Efektif.
Selama periode tahun 2012-2016, rata-rata anggaran sebesar
Rp.21.050.116.000,- terealisasi sebesar Rp.18.865.919.435,-. atau setara
dengan 89,62 persen.

Hal ini disebabkan kurangnya kemampuan Kota Lhokseumawe untuk


mengoptimalkan penerimaan dari sumber pendapatan pajak daerah. Realisasi
retribusi daerah tahun 2012-2016 tidak mencapai anggaran yang telah
ditetapkan, dimana dari rata-rata anggaran sebesar Rp.8.453.410.700,-
terealisasi sebesar Rp.6.496.207.344,-. atau setara dengan 76,85 persen. Dari
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan, secara keseluruhan
realisasinya cenderung meningkat. Pada tahun 2016 realisasi meningkat
melebihi dari target yang telah ditetapkan (diatas 100%) yaitu sebesar 105,28
persen. Rata-rata realisasi anggaran sebesar Rp.3.047.597.181,- dari rata-rata

10
target sebesar Rp.3.305.000.000,- atau setara dengan 92,21 persen. Komponen
PAD dari Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS) selama periode 2012-2016, rata-
rata realisasi ZIS melebihi dari target yang telah ditetapkan, dari rata-rata
anggaran sebesar Rp.5.925.347.000,- terealisasi sebesar Rp.6.831.855.513,-
atau setara dengan 115,30 persen. Secara keseluruhan tren anggaran dan
realisasi ZIS cenderung meningkat. Selama periode tahun 2012-2016 rata-rata
realisasi lain-Lain PAD yang Sah tidak mencapai target yang telah ditetapkan,
dari rata-rata anggaran sebesar Rp.12.631.265.172,- terealisasi sebesar
Rp.9.975.245.535,- atau sebesar 78,97 persen. Selama periode 2012-2016
rata-rata Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah berada pada kategori
Cukup Efektif. Capaian ini tentunya belum mencerminkan keberhasilan
pencapaian realisasi Pendapatan Asli Daerah. Masih diperlukan usaha-usaha
yang lebih optimal dalam mencapai realisasi Pendapatan Asli Daerah. Rasio
Efektivitas dari masing-masing komponen PAD, dapat dilihat bahwa rata-rata
Rasio Efektivitas Pajak Daerah selama periode 2012-2016 berada dalam
kategori Cukup Efektif. Perlu peningkatan usaha-usaha pencapaian pajak
daerah dari target yang telah ditetapkan. Sedangkan Rasio Efektivitas
Retribusi Daerah dan Lain-Lain PAD yagn Sah berada dalam kategori Kurang
Efektif. Capaian ini tentunya masih jauh dari yang diharapkan. Masih
diperlukan usaha-usaha pencapaian target yang ditetapkan setiap tahunnya.

Kemudian Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan berada


dalam kategori Efektif. Hanya komponen Zakat Infaq, dan Shadaqah yang
berada dalam kategori Sangat Efektif. Tentunya capaian ini perlu terus
dipertahankan pada masa-masa yang akan datang. Rasio Aktivitas
menggambarkan bagaimana pemerintah daerah memprioritaskan alokasi
dananya pada belanja rutin dan belanja pembangunan secara optimal. Semakin
tinggi persentase dana yang dialokasikan untuk belanja rutin berarti Persentase
belanja investasi (belanja pembangunan) yang digunakan untuk menyediakan
sarana prasarana ekonomi masyarakat cenderung semakin kecil. Rasio
Aktivitas Keuangan Kota Lhokseumawe setiap tahunnya sangat fluktuatif.

11
Pada tahun 2012 Rasio Belanja Rutin mencapai 65.68 persen dan Rasio
Belanja Pembangunan hanya sebesar 34.32 persen. Besarnya Rasio Belanja
Rutin tersebut sangat dipengaruhi oleh besarnya Belanja Pegawai baik pada
Belanja Tidak Langsung maupun Belanja Langsung. Pemerintah Kota
Lhokseumawe setiap tahunnya terus melakukan penyeimbangan terhadap
proporsi belanja rutin dan belanja pembangunan. Hingga pada akhir tahun
2016 Rasio Belanja Kota Lhokseumawe hampir proporsional, dimana Rasio
Belanja Pembangunan Kota Lhokseumawe terus mengalami peningkatan
hingga mencapai 41.48 persen dan Belanja Rutin sebesar 58.52 persen.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Manajemen Keuangan adalah aktivitas pemilik dan manajemen


perusahaan untuk memperoleh sumber modal yang semurah-murahnya dan
menggunakannya se-efektif, se-efisien, seproduktif mungkin untuk
menghasilkan laba.

Perkembangan manajemen keuangan sangat dipengaruhi oleh berbagai


factor antara lain kebijakan moneter, kebijakan pajak, kondisi ekonomi, kondisi
social, dan kondisi politik. Anggaran mempunyai karakteristik:

1. Anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan dan satuan selain


keuangan.
2. Anggaran umumnya mencakup jangka waktu tertentu, satu atau
beberapa tahun.
3. Anggaran berisi komitmen atau kesanggupan manajeman untuk
mencapai sasaran yang ditetapkan.
4. Usulan angggarn ditelaah dan disetujui oleh pihak yang berwenang
lebvih tinggi adri penyusunan anggaran.
5. Sekali disusun, anggaran hanya dapat diubah dalam kondisi tertentu.

Tujuan Proses Penyusunan Anggaran Sektor Publik

1. Membantu pemerintah mencapai tujuan fiskal dan meningkatkan


koordinasi antar bagian dalam lingkungan pemerintah.
2. Membantu menciptakan efisiensi dan keadilan dalam menyediakan
barang dan jasa publik melalui proses pemrioritasan.
3. Memungkinkan bagi pemerintah untuk memenuhi prioritas belanja.
Meningkatkan transparansi dan pertanggungjawaban pemerintah
kepada DPR atau MPR dan masyarakat.

13
Daftar Pustaka

Undang-Undang Dasar 1945.

Halim, Abdul. 2016. Manajemen Keuangan Sektor Publik, Problematika


Penerimaan dan Pengeluaran Pemerintah. Jakarta: Salemba Empat.

Graham, Andrew. 2011. Public Sector Management for Managers. Kingston


University Canada. Canadem

Bastian Indra. Akuntansi Sektor Publik di Indonesia, BPFE UGM, Yogyakarta,


2001.

Ihyaul Ulum. Akuntansi Sektor Publik, UMM PRESS, Yogyakarta, 2004.

Mardiasmo. Akuntansi Sektor Publik. ANDI Yogyakarta, Yogyakarta, 2002.

Richard A. Musgrave, Keuangan Negara dalam Teori dan Praktek. Erlangga,


Jakarta 1993

Drs. M. Suparmoko, M.A, Ph.D Keuangan Negara dalam Teori dan Praktek,
BPFG, Yogyakarta.2000.

J. Fred Weston & Thomas E. Copeland. Manajemen Keuangan Edisi Revisi Jilid
I, Binarupa Aksara. 1995.

14

Anda mungkin juga menyukai