DOSEN: AFRIZAL,S.Sos,M.Si
Anggaran publik harus mendapatkan otorisasi dari legislatif terlebih dahulu sebelum
eksekutif dapat membelanjakan anggaran tersebut.
Komprehensif.
Keutuhan anggaran.
Semua penerimaan dan belanja pemerintah harus terhimpun dalam dana umum.
Nondiscretionary Appropriation.
Jumlah yang disetujui oleh dewan legislatif harus termanfaatkan secara ekonomis, efisien
dan efektif.
Periodik.
Anggaran merupakan suatu proses yang periodik, bisa bersifat tahunan maupun multi
tahunan.
Akurat.
Estimasi anggaran hendaknya tidak memasukkan cadangan yang tersembunyi, yang dapat
dijadikan sebagai kantong-kantong pemborosan dan in efisiensi anggaran serta dapat
mengakibatkan munculnya understimate pendapatan dan over estimate pengeluaran.
Jelas.
Diketahui publik.
Pada tahap persiapan anggaran dilakukan taksiran pengeluaran atas dasar taksiran
pendapatan yang tersedia. Terkait dengan masalah tersebut, yang perlu diperhatikan adalah
sebelum menyetujui taksiranj pengeluaran, hendaknya terlebih dahulu diulakukan penaksiran
pendapatan secara lebih akurat. Selain itu, harus disadari adanya masalah yang cukup berbahaya
jika anggaran pendapatan diestimasi pada saat bersamaan drengan pembuatan keputusan tentang
angggaran pengeluaran
Tahap ratifikasi
Tahap ini merupakan tahap yang melibatkan proses politik yang cukup rumit dan cukup
berat. Pimpinan eksekutif dituntut tidak hanya memiliki managerial skill namun juga harus
mempunyai political skill, salesman ship, dan coalition building yang memadai. Integritas dan
kesioapan mental yang tinggi dari eksekutif sangat penting dalam tahap ini. Hal tersebut penting
karena dalam tahap ini pimpinan eksekutif harus mempunyai kemampuan untuk menjawab dan
memberikan argumentasi yang rasional atas segala pertanyaan-pertanyaan dan bantahan-
bantahan dari pihak legislatif.
Dalam tahap ini yang paling penting adalah yang harus diperhatikan oleh manajer
keuangan publik adalah dimilikinya sistem (informasi) akuntansi dan sistem pengendalian
manajemen.
Tahap pelaporan dan evaluasi terkait dengan aspek akuntabilitas. Jika tahap implementasi
telah didukung dengan sistem akuntansi dan sistem pengendalian manajemen yang baik, maka
diharapkan tahap budget reporting and evaluation tidak akan menemukan banyak masalah.
Membantu pemerintah mencapai tujuan fiskal dan meningkatkan koordinasi antar bagian
dalam lingkungan pemerintah.
Membantu menciptakan efisiensi dan keadilan dalam menyediakan barang dan jasa
publik melalui proses pemrioritasan.
Memungkinkan bagi pemerintah untuk memenuhi prioritas belanja.
Meningkatkan transparansi dan pertanggungjawaban pemerintah kepada DPR atau MPR
dan masyarakat.
Kaidah-kaidah tersebut dapat membantu dalam merealisasikan efektivitas dan efisiensi dalam
pola pembelanjaan pemerintah dalam Islam sehingga tujuan-tujuan dari pembelanjaan
pemerintah dapat tercapai. Tujuan pembelanjaan pemerintah dalam Islam, sebagai berikut:
a. Pengeluaran demi memenuhi kebutuhan hajat masyarakat.
b. Pengeluaran sebagai alat retribusi kekayaan.
c. Pengeluaran yang mengarah pada semakin bertambahnya permintaan efektif.
d. Penegeluaran yang berkaitan dengan investasi dan produksi.
e. Pengeluaran yang bertujuan menekan tingkat inflasi dengan kebijakan intervensi pasar
Kebijakan belanja umum pemerintah dalam sistem ekonomi syariah dapat dibagi menjadi tiga
bagian, sebagai berikut:
a. Belanja kebutuhan operasional pemerintah yang rutin.
b. Belanja umum yang dapat dilakukan pemerintah apabila sumber dananya tersedia.
c. Belanja umum yang berkaitan dengan proyek yang disepakati oleh masyarakat berikut
sistem pendanaannya.
Adapun kaidah syariah yang berkaitan dengan belanja kebutuhan operasional pemerintah yang
rutin mengacu pada kaidah-kaidah yang telah disebutkan di atas, secara lebih perinci
pembelanjaan negara harus didasarkan pada hal-hal berikut ini:
a. Bahwa kebijakan belanja rutin harus sesuai dengan asas maslahat umum, tidak boleh
dikaitkan dengan kemaslahatan seseorang atau kelompok masyarakat tertentu, apalagi
kemaslahatan pemerintah.
b. Kaidah atau prinsip efisiensi dalam belanja rutin, yaitu mendapatkan sebanyak mungkin
manfaat dalam biaya semurah-murahnya, dengan sendirinya jauh dari sifat mubadzir dan kikir di
samping alokasinya pada sektor-sektor yang tidak bertentangan dengan syariah.
c. Kaidah selanjutnya adalah tidak berpihak pada kelompok kaya dalam pembelanjaannya,
walaupun dibolehkan berpihak pada kelompok miskin. Kaidah tersebut cukup berlandaskan pada
nas-nas yang sahih seperti pada kasus “al-hima” yaitu tanah yang diblokir oleh pemerintah yang
khusus diperuntukkan bagi kepentingan umum. Ketika Rasulullah mengkhususkan tanah untuk
pengembalaan ternak kaum duafa, Rasulullah melarang ternak-ternak milik para agniya atau
orang kaya yang mengembala di sana. Bahkan Umar berkata: “Hati-hati jangan sampai ternak
Abdurrahman bin Auf mendekati lahan pengembalaan kaum duafa.”
d. Kaidah atau prinsip komitmen dengan aturan syariah, maka alokasi belanja negara hanya
hanya boleh pada hal-hal yang mubah dan menjauhi yang haram.
e. Kaidah atau prinsip komitmen dengan skala prioritas syariah, di mulai dari yang wajib,
sunah, dan mubah.
Adapun belanja umum yang dapat dilakukan pemerintah apabila sumber dananya tersedia,
mencakup pengadaan infrastruktur air, listrik, kesehatan, pendidikan, dan sejenisnya. Selanjutnya
adalah belanja umum yang berkaitan dengan proyek yang disepakati oleh masyarakat berikut
sistem pendanaannya. Bentuk belanja seperti ini biasanya melalui mekanisme produksi barang-
barang yang disubsidi. Subsidi sendiri sesuai dengan konsep syariah yang memihak kepada
kaum fuqara dalam hal kebijakan keuangan, yaitu bagaimana meningkatkan taraf hidup mereka.
Tetapi konsep subsidi harus dibenahi sehingga mekanisme tersebut mencapai tujuannya. Konsep
tersebut di antaranya adalah dengan penentuan subsidi itu sendiri, yaitu bagi yang membutuhkan
bukan dinikmati oleh orang kaya, atau subsidi dalam bentuk bantuan langsung.
II.l. Analisis Kebijakan Pengeluaran Negara Sepanjang Sejarah Dalam Islam
Menurut Ibnu Taimiyah,, prinsip dasar dari pengelolaan pengeluaran adalah pendapatan
yang berada di tangan pemerintahan atau negara merupakan milik masyarakat sehingga harus
dibelanjakan untuk kebutuhan masyarakat sesuai dengan pedoman Allah SWT. Saat
membelanjakan membelanjakan uang masyarakat, maka harus diprioritaskan kepada hal-hal
yang penting. Dalam pandangannya, pembelanjaan utama antara lain:
a. Kaum miskin dan yang membutuhkan.
b. Pemeliharaan tentara untuk jihad dan pertahanan.
c. Pemeliharaan ketertiban dan hukum internal.
d. Pensiun dan gaji pegawai.
e. Pendidikan.
f. Infrastruktur.
g. Kesejahteraan umum.
Dalam pengalokasian sumber penerimaan terhadap pengeluaran tidak serta-merta
dilakukan untuk pengeluaran tersebut di atas. Ada pengaturan dan penyesuaian antara sumber
pendapatan dan pengeluaran. Untuk penerimaan dari zakat dan ganimah peruntukannya sudah
ditentukan seara jelas dalam Al-Qur’an, sedangkan fai pemanfaatannya lebih fleksibel untuk
meng-cover pengeluaran publik lainnya.
Menurut Sakti, dalam Islam, semua jenis pendapatan dimasukan ke dalam bait al-ma>l,
lalu digunakan pada dua jenis penyaluran, anggaran untuk kesejahteraan dan anggaran untuk
umum. Adapun anggaran untuk umum berasal dari pendapatan lainnya, seperti pajak dan non-
pajak. Didapatkan bahwa Islam lebih terfokus pada kesejahteraan masyarakatnya daripada
pertumbuhan ekonomi semata. Dalam pengelolaan agama Islam pemerintah sebaiknya
mendahulukan kepentingan syariah daripada pertimbangan negara yang bersifat keduniaan.
Berikut ini tabel alokasi pengeluaran dari sumber penerimaan negara:
Alokasi Pengeluaran dari Sumber Penerimaan Negara
Penerimaan Pengeluaran
Jenis Regulasi
Zakat Kebutuhan dasar
Kharaj Kesejahteraan sosial
Jizyah Pendidikan dan penelitian
Jenis Sukarela
Usyr Infrastrukutur (fasilitas publik)
Infak-sedekah Dakwah dan propaganda Islam
Wakaf Administrasi Negara
Jenis Kondisional
Khums
Pajak
Keuntungan BUMN
Lain-lain
Dari Kebijakan yang dilakukan Rasulullah, menurut kami sebagai pemakalah, kebijakan
beliau dalam menggunakan harta negara lebih memprioritaskan kepada masyarakat dan
persediaan dana untuk perang, tujuannya tidak lain demi kemaslahatan umat.
BAB III
PENUTUP
III.a Kesimpulan
Manajemen Keuangan adalah aktivitas pemilik dan manajemen perusahaan untuk
memperoleh sumber modal yang semurah-murahnya dan menggunakannya se-efektif, se-efisien,
seproduktif mungkin untuk menghasilkan laba.
Perkembangan manajemen keuangan sangat dipengaruhi oleh berbagai factor antara lain
kebijakan moneter, kebijakan pajak, kondisi ekonomi, kondisi social, dan kondisi politik.
Anggaran mempunyai karakteristik:
Membantu pemerintah mencapai tujuan fiskal dan meningkatkan koordinasi antar bagian
dalam lingkungan pemerintah.
Membantu menciptakan efisiensi dan keadilan dalam menyediakan barang dan jasa
publik melalui proses pemrioritasan.
Memungkinkan bagi pemerintah untuk memenuhi prioritas belanja. Meningkatkan
transparansi dan pertanggungjawaban pemerintah kepada DPR atau MPR dan
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Bastian Indra. Akuntansi Sektor Publik di Indonesia, BPFE UGM, Yogyakarta, 2001.
Ihyaul Ulum. Akuntansi Sektor Publik, UMM PRESS, Yogyakarta, 2004.
Mardiasmo. Akuntansi Sektor Publik. ANDI Yogyakarta, Yogyakarta, 2002.
Richard A. Musgrave, Keuangan Negara dalam Teori dan Praktek. Erlangga, Jakarta 1993
Drs. M. Suparmoko, M.A, Ph.D Keuangan Negara dalam Teori dan Praktek, BPFG,
Yogyakarta.2000.
J. Fred Weston & Thomas E. Copeland. Manajemen Keuangan Edisi Revisi Jilid I, Binarupa
Aksara. 1995.