Iman Kristen dan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi Sejarah hubungan iman Kristen dengan ilmu
pengetahuan Manusia mulai merenungkan dirinya diluar Allah sejak masa Renaissance pada
abad 15-16 dan pada abad 17-18 ratio menjadi dasar pengukuran objek-objek ciptaan, hal ini
bertolak-belakang dengan pandangan sebelumnya, dimana Alkitab dan Wahyu Allah yang
dijadikan tolak ukur dari ciptaan. Lebih jauh lagi, terjadi konflik antara iman Kristen dan ilmu
pengetahuan.
Ditengah
situasi
ini
banyak
orang Kristen yang menjauhi gereja, tetapi tidak sedikit juga orang Kristen yang mau membela
kebenaran dari Alkitab. Sampai dengan sekarang tetap dirasakan adanya perseteruan antara
keduanya. Agama sendiri merupakan ilmu pengetahuan keduanya tidak perlu dipertentangkan.
Dalam agama Kristen ada dua sikap terhadap ilmu pengetahuan yang pertama, menolak segala
perkembangan ilmu pengetahuan, sikap kedua, menerima dan mencerna setiap perkembangan,
tanpa melihat pandangan agamanya. Kedua sikap ini tidak bermanfaat dalam memecahkan
persoalan yang ada. Alfred North Whitehead(1861-1974), agama dan iptek merupakan dua
kekuatan yang besar di dunia yang secara hebat mempengaruhi manusia.
Agama Kristen dengan ilmu pengetahuan teknologi dapat saling menopang satu sama lain,
sebaliknya dapat menjadi berlawanan, dimana seringkali ilmu pengetahuan menyerang ajaranajaran fundamental dalam agama yang dapr mengoyahkan iman percaya Kristen.
Agama mengalami pergeseran cara pemahaman yang diakibatkan oleh ilmu pengetahuan.Alkitab
yang tidak pernah berubah, tetapi dibaca oleh orang-orang yang yang tidak sama cara
pemikirannya daari zaman ke zaman.
Jalan tengah antara iman Kristen dan ilmu pengetahuan adalah, Iman tidak harus bersaing
dengan penjelasan ilmu, iman bukanlah suatu teknologi supranatural, dan dbantu dengan
pemikiran: bagaimana mungkin sustu ciptaan dapat mengerti akan Penciptanya (Allah) yang
telah menjadikan segala sesuatunya ada sebelum manusia ada.
Lalu Bagaimanakah orang Kristen bersikap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi? Apakah menerima atau menolak perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi? Adayang menolak dan tidak sedikit yang menerima teknologi. Penolakan terjadi
karena beranggapan hidup sederhana merupakan pola hidup yang paling cocok untuk manusia,
sedangkan bagi yang pro terhadap teknologi mengganggap teknologi mengambil peranan penting
dalam hidup serta bagi masa depan manusia. Lebih jauh terhadap ilmu pengetahuan dan
teknologi
dewasa
ini,
iptek
dapat
menjadi
suatu agama bila kita tidak menyadari konsep iptek yang sebenarnya dan peranannya dalam
hidup
manusia
(dapat
menentukan
baik/
buruknya
hidup
manusia).
Sejarah Perkembangan ilmu pengetahuan dari zaman ke zaman
1. Zaman gereja mula-mula Pada masa ini belum ada persoalan mengenai iman dan akal
budi/ ilmu pengetahuan. Seiring perkembangannya, muncul golongan Gnostik,
Montanus, Marcion, mereka merupakan golongan yang memberikan jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan mengenai pasal-pasal iman, dan hal itu hanya sebatas pengajaran.
Otoritas Alkitab belum dipermasalahkan pada masa ini.
2. Zaman sholastik Mulanya universitas (di Eropa) memiliki hubungan dengan gereja
maupun teologi, namun akhirnya lepas dari gereja dan teologi. Sejak masa itu terjadi
masalah antara iman dan akal budi. Sebagai contoh kita melihat pendapat tokoh yang ada
pada saat itu, seperti Anselmus (1033-1109) uskup besar Canterburry, berpendapat Credo
ut Inteligam artinya aku percaya maka aku mengerti. Pandangan yang bertolak belakang
dengan perkataannya diutarakan oleh Petrus Abelardus (1079-1142) yaitu aku mengerti
agar aku percaya. Dari kedua pandangan tersebut sudah dapat kita ketahui telah adanya
perbedaan pandangan yang sangat mendasar sekali dalam lingkungan Kristen sekali pun.
Thomas Aquinas (1225-1274) menggabunkan teologi Agustinus dengan fisafat
Aristoteles, hal inimengakibatkan teologia Wahyu menjadi teologia alamiah (naturalis),
yang beranggapan bahwa manusia mampu memikirkan hikmah ilahi hanya pemikiran itu
belum sempurna dan memerlukan rahmat Allah. Pandangan dari zaman ini akhirnya
ditinggalkan, karena orang menganggap ini hanyalah sebuah permainan pikiran yang
didalamnya terdapat berbagai macam pandangan oleh para tokoh. Kurang bermanfaat
bagi hubungan antara iman dan keKristenan dengan akal budi dan pengetahuan.
Amsal 1:7 memberikan dasar bagi kita bagaimana harus bersikap terhadap perkembangan iptek.
Takut Tuhan merupakan dasar pengertian yang benar tentang ilmu pengetahuan dan hikmat dari
Tuhan merupakan pegangan supaya kita tidak jatuh dalam pencobaan karena iptek. Sering kali
iblis memakai iptek untuk memperdaya kita melalui tipu muslihatnya. Internet, ponsel, televise,
mobil, bahkan apapun bisa membuat kita jatuh dalam pencobaan. Apapun bentuk pencobaannya,
sadar atau tidak sadar iptek sering kali membuat kita terlena. Efesus 6 : 10-17 membekali kita
untuk berperang melawan tipu muslihat iblis.
Perisai iman dan ketopong keselamatan Dengan keyakinan iman bahwa kita telah ditebus
dari dosa dan diselamatkan maka kita telah menjadi milik Kristus seutuhnya. Iman kita menjadi
perisai yang melindungi kita sehingga si jahat tidak akan dapat mengambil kita dari pada-Nya.
Ketika kita berada dalam posisi sulit dalam pencobaan, kita tahu dan yakin Tuhan akan
menyelamatkan kita karena kita adalah milik-Nya.
Pedang Roh Firman Allah Firman Allah menjadi pelita saat berjalan dalam dunia yang
semakin gelap (119:105). Membaca firman Tuhan setiap hari membuat kita semakin mengerti
kehendak Tuhan. Firman Tuhan yang tertanam dalam hati menjadi senjata bagi kita untuk
melawan godaan-godaan dari si jahat. Bahkan orang yang merenungkan firman Tuhan siang dan
malam akan bertumbuh dan berbuah seperti pohon yang ditanam di tepi aliran air (Mzm 1: 1-3).
Orang yang sungguh-sungguh merenungkan dan melakukan firman Tuhan bukan hanya menjaga
dirinya dari dosa tapi juga menjadi saluran berkat bagi orang lain.
Berdoa merupakan cara berkomunikasi secara pribadi dengan Tuhan. Dengan berdoa kita
mengundang campur tangan Tuhan dalam kehidupan kita. Doa seperti peperangan roh, Roh
Tuhan bekerja melawan si jahat, sementara kita diberi kekuatan untuk tetap bertahan dalam
pencobaan dengan tetap memiliki damai sejahtera dari Tuhan. Akhirnya kenakanlah sluruh
perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat iblis (Efesus
6:11).
dunia ini, misalnya, orang beriman yakin bahwa Allah-lah yang menciptakannya dari tidak ada
menjadi ada dengan firman-Nya. Kenapa? Karena Alkitab, firman Allah yang tertulis,
mengatakan demikian. So, percaya aja. Sedangkan yang pake otak nggak bias terima pokok
creatio ex nihilo. Yang masuk akal adalah apa yang ada sekarang terbentuk lewat sebuah proses,
atau multi-proses, dari yang sudah ada sebelumnya. Stephen Hawking, contohnya, mengajukan
teori Big-bang, Ledakan Besar, untuk menjelaskan terjadinya alam semesta ini. Sebenarnya, itu
nggak lain dari teori kebetulan. Kalo pemikiran seperti itu iman berlawanan dengan otak bikin
orang Kristen sampe menjauhi iptek demi memelihara imannya, sungguh mengerikan! Karena
ituberarti
dunia iptek bakalan dikuasai oleh orang-orang ateis yang tidak beriman, yang nggak takut sama
Tuhan.
Sebaliknya, dunia Kekristenan cuma diisi oleh orang-orang yang picik dan fanatik, yang Cuma
ngikutin emosi, bukan akal sehat. Quo vadis, dunia? Quo vadis, Gereja? Lebih dari itu, sikap
menjauhi iptek demi memelihara iman benar-benar berlawanan dengan firman Tuhan. Karena
Alkitab sendiri berpesan, Baiklah orang bijak mendengar dan menambah ilmu dan baiklah orang
yang berpengertian memperoleh bahan pertimbangan (Ams 1:5). Kalau begitu, bersikap
masabodoh terhadap iptek, apalagi menjauhi dan menolaknya, berarti menolak firman Tuhan!
Melawan kehendak Allah! Dosa! Orang Kristen justru harus pake otak. Pake akal sehat dalam
memahami segala sesuatu. Semaksimal mungkin.
Yang membedakannya dengan orang yang tidak percaya sebenarnya sangat sederhana. Tapi
mendasar. Orang Kristen waktu berpikir selalu melibatkan “unsur” Allah, bukan
Cuma apa yang kelihatan dan terukur dengan panca-indera yang terbatas. Jadi, misalnya, antara
orang percaya dan Stephen Hawking, bedanya sangat sederhana, namun mendasar. Yang pertama
percaya kepada “unsur” Allah sebagai the Ultimate Cause dari segala yang ada.
Sedangkan yang kedua percaya kepada “kebetulan.” Sama-sama percaya. Cuma
obyek kepercayaannya yang berbeda. Hayo, mana yang akalnya lebih sehat, yang percaya
kepada Allah atau yang percaya kepada kebetulan?
Demikian juga antara orang percaya dan kaum evolusionis, para penganut teori evolusi ala
Charles Darwin, bedanya sangat sederhana, namun mendasar. Para evolusionis berteori, pada
mulanya kehidupan berasal dari yang non-hidup, lewat proses yang sangat panjang. Mereka
berpikir demikian karena tidak melibatkan unsur Allah. Sedangkan orang percaya seperti
Georges Leopold Cuvier, ahli biologi terkenal dari Perancis pada abad ke-18, menentang
pemikiran ini. Ia menegaskan, bahwa “kehidupan selalu berasal dari kehidupan. Kita
melihat kehidupan dialihkan, tapi tidak pernah diciptakan”. Allah sang Sumber
Kehidupan yang memberikan kehidupan kepada ciptaan-Nya. Mana yang lebih masuk akal?
Benda mati jadi makhluk hidup lewat proses yang ajaib, atau Sumber Kehidupan membagikan
kehidupan-Nya kepada benda mati sehingga hidup? Para evolusionis berteori bahwa pelbagai
jenis hewan berevolusi menjadi spesies baru. Karena itu banyak jenis hewan yang nggak ada lagi
sekarang ini. Cuvier nggak setuju. Dia berhasil nunjukkin bukti-bukti bahwa hewan peliaraan
nggak berubah sejak zaman Mesir kuno. Juga bahwa lenyapnya pelbagai jenis hewan adalah
karena hewan itu punah, bukan karena berubah jadi spesies baru. Dokumen fosil nunjukkin hal
ini. Cuvier berkata, Jika spesies memang berubah secara bertahap, kita seharusnya bisa
menemukan jejak perubahan itu; antara fosil paleotherium dan spesies yang ada sekarang
seharusnya ada bentuk antara: tapi ini tidak pernah ada. Mana yang lebih masuk akal, penjelasan
para evolusionis or Cuvier?
Bagaimanapun, iman dan iptek, sekalipun bisa bersandingan, nggak bisa dicampuraduk. Kalo
dicampuraduk, bakalan kacau. Coba bayangkan, kalau seorang fisikawan bekerja di
laboratoriumnya dengan berpedoman terutama kepada ayat-ayat Alkitab, bukan kepada metodemetode ilmiah tertentu, apa jadinya? Sebaliknya, jika ia mendengarkan khotbah di gereja pada
Hari Minggu dengan pendekatan ilmiah, apa jadinya? Pasti kacau! Atau, bagaimana jika seorang
dokter menangani pasiennya dengan mengandalkan terutama Alkitab, bukan pengetahuan
medisnya? Pasti kacau! Kita perlu sadar, setiap bidang kehidupan punya hukumnya sendiri. Juga
tujuannya sendiri. Di dunia dagang, ya cari untung. Di dunia politik, ya menghimpun kekuatan,
meraih suara, dan meraih kedudukan. Di dunia ilmu, ya mencari kebenaran ilmiah. Di gereja, ya
melayani tanpa pamrih, malahan berkurban kalo perlu. Jangan dicampuraduk, nanti kacau! Kalau
begitu, sikap seperti apa yang paling tepat? Nats kita menjawabnya. Takut akan TUHAN adalah
permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan (Ams 1:7). Apa
artinya? Sederhana, sang fisikawan boleh dan seharusnya bekerja di laboratoriumnya menurut
prinsip-prinsip ilmiah, karena memang tidak ada ilmu aljabar Kristen atau ilmu kimia Kristen.
Tapi ingat, ia tetap orang Kristen. Ia harus bekerja di laboratoriumnya sebagai ilmuwan Kristen.
Dengan takut akan Tuhan. Maksudnya, dengan menghormati Tuhan. Taat kepada Tuhan.
Mengabdi kepada Tuhan. Melayani umat manusia. Menjunjung tinggi harkat dan martabat
kemanusiaan. Misalnya begini. Seorang ilmuwan meneliti atau mengembangkan sesuatu dengan
prinsip-prinsip ilmiah. Dari risetnya itu, ia menemukan suatu penemuan yang luar biasa, yang
bias bikin namanya terukir dengan tinta emas dalam catatan sejarah perkembangan iptek. Tapi,
penemuan itu bisa juga disalahgunakan oleh pihak pihak tertentu buat bikin senjata yang sangat
mengerikan. Di sini, nasib umat manusia dipertaruhkan. Prinsip takut akan Tuhan harus bekerja.
Sang ilmuwan harus memilih untuk tidak mengumumkan hasil risetnya itu. Kalo manusia nggak
takut akan Tuhan. Nggak mengabdi kepada Tuhan dan sesama, apa yang bakalan terjadi? Kalo
diaseorang ilmuwan, dia akan bereksperimen gila-gilaan, sampe melanggar nilai-nilai
kemanusiaan. Bahkan tega ngejadiin sesamanya manusia kelinci percobaan.
Kalo dia seorang pengusaha, dia bakalan pake pengetahuan en pengalamannya buat meraih
keuntungan sebesar- besarnya, kalo perlu sampe ngorbanin sesamanya manusia. Wah, serem
sekali! Jadi, kembali ke pertanyaan awal, sebagai orang Kristen, dan dalam terang iman kristiani,
kita ini harus pro atau anti sama teknologi? Pro atau anti sama ilmu pengetahuan? Pilih iman atau
otak? Doktrin atau ilmu? Jawabannya, pertanyaan itu salah sekali, karena manusia memang
diciptakan Tuhan dengan kemampuan untuk mengembangkan teknologi. Itu berarti teknologi
pada dirinya sendiri baik. Inti teknologi khan mengubah apa yang ada. Manusia nggak bisa lari
sekencang kijang, maka teknologi menciptakan mobil supaya manusia dapat bergerak lebih cepat
dibandingin kijang.
Manusia nggak bisa terbang seperti burung, maka teknologi menciptakan pesawat terbang
supaya manusia bisa terbang lebih tinggi daripada burung. Manusia nggak bias menghindar dari
teknologi. Begitu kita pake payung waktu hujan, setel kipas angina supaya udara nggak terlalu
panas, kita udah pake teknologi. Jadi, persoalannya bukan pro atau kontra teknologi, tapi gimana
seharusnya menggunakan teknologi. Persoalannya ada pada manusianya! Takut akan Tuhan or
nggak?
Bagaimana dengan rekayasa genetika dengan isu terakhirnya, kloning manusia? Sama saja, yang
jadi persoalan, benarkah menjadikan manusia, sepapa apapun dia, kelinci percobaan? Sekalipun
dia rela? Apakah itu melanggar batas wilayah kerja manusia? Apa yang terutama menggerakkan
para ahli bioteknologi untuk mengembangkan rekayasa genetika, kesejahteraan sesama atau
keuntungan milyaran dolar? Perlu dicatat, bahwa pada kenyataannya rekayasa genetika adalah
suatu bisnis multi- miliar dolar. Ada dampaknya terhadap komitmen pernikahan? Apa
dampaknya
Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang didasarkan atas fakta-fakta di mana pengujian
kebenarannya diatur menurut suatu tingkah laku system.
Teknologi merupakan pengetahuan terhadap penggunaan alat dan kerajinan, dan bagaimana
hal tersebut mempengaruhi kemampuan untuk mengontrol dan beradaptasi dengan
lingkungan alamnya.
Dari pengertian ini bisa dilihat bahwa ilmu pengetahuan cenderung berpijak pada teori,
sedangkan teknologi merupakan suatu ilmu terapan.
Gereja adalah suatu persekutuan atau suatu individu yang percaya kepada Tuhan Yesus.
Teknologi sangat berkaitan erat dalam gereja karena gereja dan teknologi harus berjalan
selaras dan sesuai dengan pandangan Tuhan yaitu Alkitab.
B.
dan
hasil
kebudayaan
telah
nampak
berorientasi
menuju
bidang
teknologi.Secara etimologis, akar kata teknologi adalah "techne" yang berarti serangkaian
prinsip atau metode rasional yang berkaitan dengan pembuatan suatu objek, atau
kecakapan tertentu, atau pengetahuan tentang prinsip-prinsip atau metode dan seni.
Istilah teknologi sendiri untuk pertama kali dipakai oleh Philips pada tahun 1706 dalam
C.
Akan tetapi di sisi lain, kita akan melihat bahwa Allah juga menentang setiap
penciptan teknologi yang bermotivasikan kebesaran diri, kelompok, ataupun bangsa.
Beberapa contoh dapat saya ketengahkan sebagai berikut:
Dari tinjauan Alkitab ini bisa disimpulkan bahwa IPTEK telah dimulai sejak awal
sejarah manusia. Manusia memiliki daya cipta IPTEK karena dia diciptakan sebagai
gambar Allah dan sebagai pribadi yang berakal budi. Allah sendiri adalah pencipta alam
semesta, pendorong dan pencetus ide terhadap lahirnya IPTEK. Kita harus ingat bahwa
Yesus sendiri adalah tukang kayu (Mrk 5:3). Ia adalah seorang yang mengerti pondasi dan
mekanika tanah (Mat 7:24-27). Allah tidak pernah membatasi daya cipta dan kreasi
manusia akan IPTEK. Namun perlu juga dicatat bahwa ide dan tujuan penciptaan IPTEK
dan produknya oleh manusia akan dipengaruhi oleh pandangan-pandangannya terhadap
Allah, manusia dan alam semesta.
D.
Manusia diberikan kebebasan mutlak oleh Tuhan untuk menguasai alam ini seperti yang
tertulis didalam Kejadian 1 : 28.
Alatalat perlangkapan yang diciptakan hendaknya ditujukan yakni untuk memuji nama
Tuhan (1 korintus 10 : 13)
Jadi, manusia yang diberi kebebasan mutlak oleh Tuhan harus menguasai alam ini termasuk
teknologi yang diciptakan dengan tujuan yang baik dan yang terutama untuk memuji dan
memuliakan nama Tuhan.
E.
F.
IPTEK dapat menjadi berhala karena dapat menjelaskan segala perkara, masalah
hidup dan memenuhi harapan manusia. Maka IPTEK dijadikan dewa dan manusia
tidak memerlukan Tuhan
Menciptakaan keadaan tak bernorma. Ini telah terbukti dimana teknologi audio
dan visual seperti alat-alat elektronik, telah menciptakan dunia hiburan yang tak
bermoral.
Teknologi termasuk alat bukan tujuan, Contoh yang jelas adalah perkembangan
teknik nuklir. Penemuan tenaga atom adalah suatu penemuan yang hebat. Sama
pentingnya dengan penemuan api oleh manusia purba. Tetapi jika di dalam penggunaan
tenaga nuklir itu kita tidak bertanya, Untuk apa tenaga itu akan kita pergunakan?
maka tenaga nuklir itu akan menjadi alat yang dipergunakan manusia untuk
menghancurkan diri sendiri.
Alkitab menyatakan kepada kita beberapa tuntunan yang jelas tentang Teknologi:
1. Teknologi adalah tugas
Pengaruh kekristenan yang mendorong lahirnya IPTEK merupakan cermin sikap
kristiani yang bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan Allah kepada manusia
sebagaiamana tertulis dalam Kejadian 1:28 Allah memberkati mereka, lalu Allah
berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan
taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas
segala binatang yang merayap di bumi." Artinya, Tuhan memerintahkan kita seabagai
manusia untukmenguasai segala yang ada di bumi termasuk teknologi untuk memuji dan
memuliakan nama Tuhan.
2. Teknologi harus sesuai dengaan nilai moral
Setiap orang percaya dapat menggali dan mempergunakan teknologi sesuai dengan
nilai nilai moral, dengan taat dan bertanggung jawab kepada norma-norma Allah.
Teknologi juga digunakan harus sesuai dengan norma-norma yang berlaku di dalam
masyarakat. Penyalahgunaan teknologi dapat ditahan oleh penggunaan teknologi secara
positif sesuai dengan norma-norma Tuhan dan dengan perjuangan memberantas
penyalahgunaan teknologi.
G.
melakui ilmu pengetahuan manusia yang terbatas. Untuk memperoleh ilmu sejati, pertamatama orang harus mempunyai rasa hormat dan takut kepada TUHAN. Orang bodoh tidak
menghargai hikmat dan tidak mau diajar (Amsal 1:7-BIS). Hiduplah takut akan Allah
dengan menghormati-NYA sebagai Tuhan, maka DIA akan menolong kita untuk mengerti
akan hal-hal yang sulit dipahami.
KESIMPULAN :
Ilmu pengetahuan & teknologi memilki dua sisi yaitu sisi negatif dan sisi positif. Bailklah
kita sebagai manusia harus bisa dan memang seharusnya menggunakan teknologi kepada
hal-hal positif dan yang pasti tujuan utamanya adalah untuk memuji dan memuliakan
nama Tuhan Allah yang ESA dan besar.
permukaan bulan dan Mars. Bagaikan membuka sebuah pintu air raksasa, apa yang mengalir
melaluinya adalah suatu teknologi mumpuni yang membantu, meningkatkan, relaksasi, hiburan,
keamanan, menjawab pertanyaan dan harapan. Kita tidak lagi harus mengolah tanah dengan
susah payah, tidak perlu berdoa untuk hujan supaya mengairi tanah, tidak perlu mengikuti siklus
alam, dan tidak perlu memikirkan tidak ada suatu penyakitpun yang dapat diobati. Ilmu
pengetahuan bagi banyak orang telah menjadi dewa baru.
Sejenak waktu sebelum ilmu pengetahuan mencari penjelasan untuk hal-hal yang tidak diketahui,
manusia berpegang pada agama. Sejarah mencatat serangkaian cerita, tulisan, dan pengaruh
agama pada kehidupan masyarakat. Kuil-kuil / biara-biara yang didedikasikan untuk berbagai
dewa tersebar di seluruh dunia. Meskipun sains tidak menggantikan peran agama secara
keseluruhan, ia memberikan suatu argumen intelektual yang membenarkan penolakan atas
kedaulatan Tuhan, sebagaimana halnya pada teori Evolusi.
Tuhan / dewa hadir pada suatu masyarakat ketika masyarakat tersebut mencapai limitasinya akan
masa depan dan peristiwa-peristiwa alam. Dalam semua tradisi keagamaan, doa merupakan
pengharapan atas kebutuhan masyarakat agar Tuhan atau dewa-dewa dapt membantu. Akan
tetapi, saat ini kita dapat memiliki (sistem) irigasi untuk menggantikan (peran) hujan, obatobatan untuk menyembuhkan beragam penyakit, senjata untuk melindungi, dan televisi yang
mempengaruhi pikiran dan hati kita, kebutuhan pada hal-hal Teistik telah digantikan pada
kebutuhan memperoleh uang untuk mendapatkan manfaat dari teknologi: kenyamanan, rekreasi,
dan keamanan. Dunia -dengan demikian- telah mendapati suatu jenis agama baru: ilmu
pengetahuan, dimana para ilmuwan tampil sebagai imamnya dan rakyat umum sebagai
jemaatnya.
Bumi berbentuk bulat - Dia yang bertakhta di atas bulatan bumi yang penduduknya seperti
belalang; Dia yang membentangkan langit seperti kain dan memasangnya seperti kemah
kediaman! (Yesaya 40:22)
Bumi tidak bergantung pada apapun - Allah membentangkan utara di atas kekosongan, dan
menggantungkan bumi pada kehampaan.(Ayub 26:7)
Bintang-bintang tak terhitung banyaknya - Lalu TUHAN membawa Abram ke luar serta
berfirman: "Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya."
Maka firman-Nya kepadanya: "Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu." (Kej. 15:5)
Keberadaan lembah dan laut -Lalu kelihatanlah dasar-dasar laut, alas-alas dunia tersingkap
karena hardikan TUHAN karena hembusan nafas dari hidung-Nya.(2 Sam 22:16)
Keberadaan mata air dan air terjun - Pada waktu umur Nuh enam ratus tahun, pada bulan
yang kedua, pada hari yang ketujuh belas bulan itu, pada hari itulah terbelah segala mata air
samudera raya yang dahsyat dan terbukalah tingkap-tingkap di langit. ( Kej 7:11)
Keberadaan samudera raya serta isinya - Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Gitit.
Mazmur Daud. Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi!
Keagungan-Mu yang mengatasi langit dinyanyikan. Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu,
bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan: apakah manusia, sehingga Engkau
mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? Engkau membuat
dia berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kauletakkan di bawah kakinya:
burung-burung di udara dan ikan-ikan di laut, dan apa yang melintasi arus lautan. (Maz 8:
1,2,4,5,7,9)
Siklus hidrologi - Ia membungkus air di dalam awan-Nya, namun awan itu tidak robek.(Ayub
26:8); Ia menarik ke atas titik-titik air, dan memekatkan kabut menjadi hujan, yang dicurahkan
oleh mendung, dan disiramkan ke atas banyak manusia.(Ayub 36:27-28) Angin bertiup ke
selatan, lalu berputar ke utara, terus-menerus ia berputar, dan dalam putarannya angin itu
kembali. Semua sungai mengalir ke laut, tetapi laut tidak juga menjadi penuh; ke mana sungai
mengalir, ke situ sungai mengalir selalu. (Peng 1:6-7)
Konsep entropi - Dahulu sudah Kauletakkan dasar bumi, dan langit adalah buatan tangan-Mu.
Semuanya itu akan binasa, tetapi Engkau tetap ada, dan semuanya itu akan menjadi usang seperti
pakaian, seperti jubah Engkau akan mengubah mereka, dan mereka berubah;(Maz 102:25-26)
Dasar dari kesehatan, kebersihan dan penyakit (Imamat pasal 12-14)
Apakah anda melihat dengan ilmu pengetahuan sebagai harapan, keamanan, dan jaring
pengaman anda? Apakah anda pergi menghadap Tuhan hanya ketika ilmu pengetahuan telah
gagal (mengungkap misteri), hanya ketika obat tidak berfungsi, atau hanya setelah kenyamanan
anda terancam? Apakah televisi menjadi berhala yang mengorbankan waktu dan energi anda?
Apakah kenikmatan yang ditawarkan oleh teknologi, yang merupakan anak kandung ilmu
pengetahuan sesuatu yang Anda cari lebih daripada Tuhan? Berapa banyak ketergantungan anda
kepada Tuhan telah digantikan oleh ketergantungan pada hal-hal tersebut?
Ilmu pengetahaun adalah ciptaan-Nya dan Dia-lah penguasa segalanya.
Carilah di melalui hatimu dan lihatlah siapa yang duduk di atas tahta.
Ini adalah nubuat nabi Yesaya yang akan digenapi, namun untuk waktu dan masanya manusia
akan berbeda pendapat karena hal ini belum dilalui oleh sejarah manusia. Saat ini sejarah
manusia berdasarkan Alkitab berada dalam masa anugerah.
(weruah.wordpress/2010/02/18/lintas-sejarah-manusia/) dan menantikan sederet
pengenapan Alkitab sebelum datangnya masa damai di bumi.
Masa hidup tanpa perang adalah suatu impian sejumlah orang namun yang terjadi justru
pertikaian dan perang. Mengapa perang? perang merupakan turunan sifat dasar manusia yang
tetap sampai sekarang memelihara dominasi dan persaingan sebagai sarana memperkuat
eksistensi diri dengan cara menundukkan kehendak pihak yang dimusuhi . Dengan mulai secara
psikologis dan fisik. Dengan melibatkan diri sendiri dan orang lain, baik secara kelompok atau
bukan. Dominasi dan persaingan disebabkan antara lain:
Perbedaan ideologi
Keinginan untuk memperluas wilayah kekuasaan
Perbedaan kepentingan
Perampasan sumber daya alam (minyak, hasil pertanian, tanah, sumber air dll)
Keadaan damai terjadi pada saat Dia sang Hakim ( lihat dan bandingkan juga dengan
weruah.wordpress/2010/02/10/sang-hakim/ ) bertindak menyatakan keadilan dan menjadi
wasit dalam menegakkan kebenaran, keadilan setelah manusia yang diberi kebebasan dan
tanggungjawab memelihara dan menjadi berkat bagi semua makhluk nyata-nyata merusak
bumi dan menjadi kacau karena perbedaan ideologi, kepentingan, kekuasaan dan perampasan
sumber alam dan kekayaan lainnya (intelektual, sosial-budaya / warisan budaya .....) Segala
usaha perdamaian manusia gagal dan atau justru sumber energi potensial yang membuat
perang meluas, terbuka dan merusak dunia. Kekeliruan pendekatan penyelesaian masalah
dapat memicu makin kompleknya masalah.
Masa damai tidak dapat dipisahkan dengan ciri / tanda yang menjadi pertanda hadirnya masa
damai. Tanda yang menjadi ciri masa damai adalah:
Yesaya 2:2 Akan terjadi pada hari-hari yang terakhir: gunung tempat rumah
TUHAN akan berdiri tegak di hulu gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit;
segala bangsa akan berduyun-duyun ke sana,
Yesaya 2:3 dan banyak suku bangsa akan pergi serta berkata: "Mari, kita naik ke
gunung TUHAN, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalan-Nya,
dan supaya kita berjalan menempuhnya; sebab dari Sion akan keluar pengajaran dan firman
TUHAN dari Yerusalem."
Yesaya 2:12 Sebab TUHAN semesta alam menetapkan suatu hari untuk menghukum
semua yang congkak dan angkuh serta menghukum semua yang meninggikan diri, supaya
direndahkan;
Berdasarkan ayat di atas maka ditandai dengan adanya persamaan ideologi yakni memiliki
kesamaan yakni semua hidup dalam pengajaran dan firman Tuhan dari Yerusalem dan Tuhan
dengan jelas tampak melakukan ketetapan dan peraturannya sehingga bukan hanya tidak ada
celah untuk melakukan perampasan bahkan meninggikan diri sekalipun akan
direndahkan. Semuanya berduyun duyun dari segala bangsa dapat bebas masuk ke Yerusalem
menandakan tidak adanya pemeriksaan dokumen imigrasi dan penjagaan keamanan meskipun
dari bangsa lain yang menandakan suatu pemerintahan yang bersifat global dimana diduga
sudah tidak ada ekspansi perluasan wilayah kekuasaan.
Masa damai adalah keadaan yang akan dinikmati manusia pada generasi mendatang setelah
nyata-nyata manusia berjuang menciptakan kedamaian namun tidak mampu. Saat ini umatNya diajarkan untuk berdamai dengan Tuhan sebagai dasar untuk berdamai dengan sesama
manusia justru dapat menimbulkan pertikaian dan pedang
(weruah.wordpress/2011/02/11/kedamaian-tetapi-pedang/)
Perang adalah bagian dari turunan sifat dasar manusia dan juga bagian dari hidup manusia.
(Pengkhotbah 3:8 ada waktu untuk mengasihi, ada waktu untuk membenci; ada waktu untuk
perang, ada waktu untuk damai.) Menghentikan perang terjadi biasa setelah ada pihak yang
kalah dan tidak dapat melanjutkan peperangan namun dalam damai yang abadi dilahirkan dari
sikap hati yang sudah diubahkan Tuhan menjadi manusia baru yang berjalan dalam Roh Tuhan
dan dalam lingkungan kudus penuh kemuliaan-Nya.
Dunia saat ini sudah terhilang dari kemuliaan-Nya dan Dia datang menghampiri manusia tetapi
manusia menolaknya namun setiap yang menerima menjadi anak-anak-Nya tetapi dunia masih
dalam pengaruhi Iblis. Jika Iblis diikat dan dilumpuhkan maka barulah dapat hadir kedamaian
mendekati dengan keadaan di Sorga.
Masa damai adalah masa otoritas kuasa Allah hadir di bumi demikian kuat dan hebat sehingga
Iblis lumpuh dan tidak berkutik.
Masa damai adalah jawaban doa yang sepenuhnya terjadinya dan diajarkan Tuhan Yesus.
Datanglah Kerajaan-Mu di Sorga dan jadilah kehendak-Mu di bumi.
Yesus mengajarkan setiap anak-anak-Nya berdoa kepada Bapa agar kerajaan-Nya nyata. Doa ini
harus menjadi seruan yang berkesinambungan sampai Allah sendiri mengenapkan janji-Nya
dengan hadir secara kuat dan nyata menjadi wasit bagi semua bangsa dan mendirikan masa
damai. Keadaan damai adalah kesempatan terbaik bagi manusia untuk memuliakan Allah
Pencipta Langit dan Bumi tetapi keadaan terbaik bukanlah jaminan manusia mencari Tuhan
Allah lalu percaya dan memuliakan Allah dengan segenap hati.
Dalam kondisi saat ini yang tidak dalam kondisi terbaik, namun Allah telah memberikan yang
terbaik yakni keselamatan, pengampunan dosa dan Roh-Nya yang memeteraikan kita masuk
dalam kerajaan sorga tempat kedamaian sempurna dan kekal sebagai impian manusia dalam
sejarah lintasan waktu yang diberikan Allah kepada manusia dan kita diberikan kesempatan
pada saat ini dan generasi saat ini menikmati yang terbaik dari Tuhan dan Tuhan mempunyai
banyak cara agar kita dapat diubah, diciptakan dan dijadikan manusia yang segenap hati
percaya dan memuliakan Tuhan
umber: weruah.wordpress.com/2011/BAB 7
MANUSIA, SAINS, TEKNOLOGI, DAN SENI
Salah satu bukti bahwa pada zaman purba telah muncul ketujuh unsur-unsur budaya
universal adalah pada zaman itu manusia telah mengenal adanya peralatan hidup atau teknologi
berupa alat-alat sederhana yang terbuat dari batu maupun tulang yang digunakan untuk
mencari makanan (berburu, meramu makanan, atau bercocok tanam secara sederhana atau
berladang). Kemudian, pada saat itu manusia purba juga telah mengenal adanya sistem
kepercayaan yang sekaligus menunjukkan adanya nilai seni serta sistem mata pencaharian
hidup manusia purba, yakni sebagaimana terpotret pada gambar-gambar mistis berupa lukisan
telapak tangan serta lukisan babi rusa yang terkena panah pada bagian perutnya, yang
ditemukan di gua-gua tempat tinggal mereka. Pada zaman purba, ternyata juga telah dikenal
adanya sistem pengetahuan dalam pelayaran yang menggunakan sandaran pengetahuan pada
perbintangan.
Demikianlah pada masa-masa sesudahnya, pelan tapi pasti Ipteks terus berkembang
semakin maju sejalan dengan kemajuan penalaran yang telah dicapai oleh umat manusia.
Bahkan, kini Ipteks yang pada awal perkembangannya berasal dari embrio filsafat, sekarang
pertumbuhannya telah bercabang-cabang menjadi puluhan, bahkan ratusan disiplin ilmu
ataupun teknologi yang masing-masing memiliki karakteristik serta dasar keilmiahannya
sendiri-sendiri.
Salah satu fungsi utama ilmu pengetahuan dan teknologi adalah untuk sarana bagi
kehidupan manusia, yakni untuk membantu manusia agar aktivitas kehidupannya menjadi
lebih muda, lancar, efisien, dan efektif, sehingga kehidupannya menjadi lebih bermakna dan
produktif. Oleh karena itu, khususnya dalam ilmu antropologi, istilah atau pengertian ilmu
pengetahuan dan teknologi tersebut sering dipakai untuk merujuk pada keterkaitan antara
manusia, lingkungan, dan kebudayaan. Hal ini dikarenakan dalam berinteraksi menghadapi
lingkungannya, manusia mau tidak mau pasti akan berusaha menggunakan sarana-sarana
berupa pengetahuan yang dimiliki serta menciptakan peralatan hidup untuk membantu
kehidupannya. Dengan demikian, Iptek bagi manusia selalu berkaitan dengan usaha manusia
untuk menciptakan taraf kehidupannya yang lebih baik.
Dalam definisi lain (terutama berdasarkan kajian filsafat ilmu), istilah Iptek (ilmu,
pengetahuan, teknologi) juga sering dibedakan secara terpisah atau sendiri-sendiri, karena
masing-masing ketiga istilah itu dianggap memiliki bobot keilmiahan yang berbeda-beda.
Menurut pengertian ini, pengetahuan merupakan pengalaman yang bermakna dalam diri tiap
orang yang tumbuh sejak ia dilahirkan. Oleh karena itu, manusia yang normal, sekolah atu tidak
sekolah, sudah pasti dianggap memiliki pengetahuan. Pengetahuan dapat dikembangkan
manusia karena dua hal,pertama, manusia mempunyai bahasa yang dapat mengomunikasikan
informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut;kedua, manusia
mempunyai kamampuan berpikir menurut suatu alur pikir tertentu yang merupakan
kemampuan menalar. Penalaran merupakan suatu proses berpikir menurut suatu proses
berpikir dalam menarik kesimpulan yang berupa pengetahuan.
Pengetahuan yang sifatnya acak perlu ditingkatkan lagi derajat atau bobot keilmiahannya
sehingga berubah menjadi ilmu. Dengan demikian pengetahuan yang bersifat acak serta terbuka
itu dengan melalui proses yang cukup panjang, dapat diorganisasikan dan disusun menjadi
bidang-bidang ilmu filsafat, humaniora, serta ilmu.
Ilmu dapat diartikan sebagai pengetahuan yang tersusun secara sistematis dengan
menggunakan kekuatan pemikiran, di mana pengetahuan tersebut selalu dapat dikontrol oleh
setiap orang yang ingin mengetahuinya. Berpijak dari pengertian ini, maka ilmu memiliki
Menggunakan penalaran.
Adanya aspek ontologis, artinya bidang studi yang bersangkutan telah memiliki objek
studi/kajian yang jelas, artinya dapat diidentifikasikan, dapat diberi batasan, serta dapat
diuraikan sifat-sifatnya yang esensial. Objek studi suatu ilmu itu sendiri terdapat dua macam,
yaitu objek material serta objek formal.
2.
Adanya aspek epistemologi, yang artinya bahwa bidang studi yang bersangkutan telah
memiliki metode kerja yang jelas. Dalam hal ini terdapat tiga metode kerja suatu bidang studi,
yaitu dedukasi, induksi, serta eduksi.
3.
Adanya aspek aksiologi, yang artinya bahwa bidang studi yang bersangkutan memiliki
nilai guna atau kemanfaatanya. Misalnya, bidang studi tersebut dapat menunjukkan adanya
nilai teoretis, hukum, generalisasi, kecenderungan umum, konsep, serta kesimpulan yang logis,
sistematis, dan koheren. Selain itu, bahwa dalam teori serta konsep tersebut tidak menunjukkan
adanya kerancuan, kesemrawutan pikiran, atau penentangan kontradiktif di antara satu sama
lain.
Sains atau ilmu pengetahuan (di dalamnya menyangkut pula bahwa teknologi), tidak bisa
bebas dari nilai-nilai. Jadi, sesuai dengan sifat sains itu sendiri yang kebenarannya bersifat
tidak mutlak.
Sedangkan berbicara masalah teknologi, dimana istilah teknologi sendiri sebenarnya
sudah mengandung pengertian sains dan teknik atauengineering, sebab produk-produk
teknologi tidaklah mungkin ada tanpa didasari adanya sains. Sementara itu, dalam sudut
pandang budaya, teknologi merupakan salah satu unsur budaya sebagai hasil penerapan praktis
dari sains. Walaupun pada dasarnya teknologi juga memilliki karakteristik objektif dan netral,
namun dalam kenyataannya teknologi tidak bisa netral seluruhnya karena memerlukan juga
sentuhan-sentuhan estetika yang bersifat objektif.
Pada titik inilah kita berbicara tentang seni. Seni berasal dari bahasa Latin, yaitu ars yang
berarti kemahiran. Secara etimologis, seni (art)diformulasikan sebagai suatu kemahiran dalam
membuat barang atau mengerjakan sesuatu. Pengertian seni merupakan kebalikan dari alam,
yaitu sebagai hasil campur tangan (sentuhan) manusia. Seni merupakan pengolahan budi
manusia secara tekun untuk mengubah suatu benda bagi kepentingan rohani dan jasmani
manusia. Seni merupakan ekpresi jiwa seseorang yang hasil ekspresi tersebut berkembang
menjadi bagian dari budaya manusia. Seni dan keindahan yang tercipta merupakan dua sisi
yang tidak bisa dipisahkan. Dengan seni, cipta dan karya manusia, termasuk teknologi, di
dalamnya mendapat sentuhan keindahan atau estetika.
Sains dan teknologi saling membutuhkan, karena sains tanpa teknologi bagaikan pohon
tak berakar (science without technology has no fruit, technology without science has no root).
Sains hanya mampu mengajarkan fakta dan nonfakta pada manusia, ia tidak mampu
mengajarkan apa yang harus atau tidak boleh dilakukan oleh manusia. Jadi, fungsi sains di sini
hanyalah mengoordinasikan semua pengalaman manusia dan menempatkannya ke dalam suatu
sistem yang logis, sedangkan fungsi seni sebagai pemberi persepsi mengenai suatu keberaturan
dalam hidup dengan menempatkan suatu keberaturan padanya. Tujuan sains dan teknologi
adalah untuk memudahkan manusia dalam menjalani kehidupannya. Sedangkan seni memberi
sentuhan estetik sebagai hasil budaya yang indah dari manusia.
B. DAMPAK PENYALAHGUNAAN IPTEKS PADA KEHIDUPAN
Semestinya, semakin tinggi penguasaan tinggi penguasaan terhadap Ipteks, harusnya
manusia semakin kritis dalam berpikir, semakin disiplin dalam bekerja, dan semakin efisien
dalam bertindak. Akan tetapi, pada kenyataannya kebanyakan manusia justru semakin merasa
dibuai dengan semua fasilitas dan produk yang dihasilkan oleh Ipteks sekarang ini.
Dampak langsung dari kemajuan Ipteks adalah kemudahan-kemudahan dalam
beraktifitas. Memang Ipteks diciptakan dengan tujuan untuk memberikan berbagai kemudahan
dan memperingan beban pekerjaan manusia yang tadinya sangat melelahkan menjadi ringan.
Namun, dampak negatif dari kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, dapat
mengakibatkan masyarakat semakin terbuai, karena mereka hampir tak sadar bahwa ternyata
dirinya telah berada dalam situasi pola hidup konsumtif, hedonistik, dan materialistik.
Perkembangan Ipteks yang demikian pesat mampu menciptakan perubahan-perubahan
yang berpengaruh yang demikian pesat mampu menciptakan perubahan-perubahan yang
berpengaruh langsung pada kehidupan masyarakat, khususnya dalam elemen-elemen sebagai
berikut:
1.
3.
4.
bermata dua atau bersifat dilematis. Di satu sisi, Ipteks secara positif telah mendatangkan
rahmat, dalam arti dapat meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Oleh karena itu, ada
pihak yang menyatakan bahwa Ipteks menjadi tulang punggung kesejahteraan. Namun di sisi
lain, seperti dapat kita amati dalam kehidupan, penerapan, dan pemanfaatan Ipteks itu juga
telah membawa dampak negatif atau membawa laknat dalam bentuk munculnya masalah
lingkungan, seperti pencemaran, kekeringan, banjir, tanah longsor, dan kenaikan suhu udara
global. Oleh karena itu, kita sebagai umat manusia tentunya harus penuh kewaspadaan dan
kehati-hatian dalam menerapkan dan memanfaatkan Ipteks, yakni yang sesuai dengan asasasas keserasian, keseimbangan, maupun kelestarian. Dengan demikian, kehidupan di bumi ini
akan tetap berjalan secara seimbang dan lestari.
B. PROBLEMATIKA PEMANFAATAN IPTEKS DI INDONESIA
Masalah yang dihadapi bangsa Indonesia terkait dengan pemanfaatan Ipteks ini dapat
diidentifikasi sebagai berikut (RPJMN 2004-2009):
1.
ini ditunjukkan dengan Indeks Pencapaian Teknologi (IPT) dalam lapaoran UNDP tahun 2001
menunjukkan tingkat pencapaian teknologi Indonesia masih berada pada urutan ke-60 dari 72
negara.
2.
Rendahnya kontribusi Ipteks nasional di sektor produksi. Hal ini antara lain
ditunjukkan oleh kurangnya efisiensi dan rendahnya produktivitas, serta minimnya kandungan
teknologi dalam kegiatan ekspor.
3.
kapasitas penyedia Iptek dengan kebutuhan pengguna, Masalah ini dapat dilihat dari belum
tertatanya infrastruktur Iptek, antara lain institusi yang menngolah dan menerjemahkan hasil
pengembangan Iptek menjadi preskripsi teknologi yang siap pakai untuk difungsikan dalam
sistem produksi.
4.
Lemahnya sinergi kebijakan Iptek, sehingga kegiatan Iptek belum sanggup memberikan
5.
Masih terbatasnya sumber daya Iptek, yang tercermin dari rendahnya kualitas SDM dan
kesenjangan pendidikan di bidang Iptek. Rasio tenaga peneliti Indonesia pada tahun 2001
adalah 4,7 peneliti per 10.000 penduduk, jauh lebih kecil dibandingkan Jepang sebesar 70,7.
6.
umum masih belum mencerminkan nilai-nilai Iptek yang mempunyai penalaran objektif,
rasional, maju, unggul, dan mandiri. Pola pikir masyarakat belum berkembang ke arah yang
lebih suka menciptakan daripada sekedar memakai, lebih suka membuat dari sekadar membeli,
serta lebih suka belajar dan berkreasi daripada sekedar menggunakan teknologi yang ada.
7.
Belum optimalnya peran Iptek dalam mengatasi degradasi fungsi lingkungan hidup.
Kemajuan Iptek berakibat pula pada munculnya permasalahan lingkungan. Hal tersebut antara
lain disebabkan oleh belum berkembangnya sistem manajemen dan teknologi pelestarian fungsi
lingkungan hidup.
8.
Masih lemahnya peran Iptek dalam mengantisipasi dan menanggulangi bencana alam.
Wilayah Indonesia dalam konteks ilmu kebumian global merupakan wilayah yang rawan
bencana. Banyaknya korban akibat bencana alam merupakan indikator bahwa pembangunan
Indonesia belum berwawasan bencana. Kemampuan Iptek nasional belum optimal dalam
memberiakn antisipasi dan solusi strategis terhadap berbagai permasalahan bencana alam,
seperti pemanasan global, anomali iklim, kebakaran hutan, banjir, longsor, gempa bumi, dan
tsunami.
09/15/waktu-damai-dan-berdamai-manusia-di-bumi/ Selama perjalanan sejarah, umat manusia telah
berhasil menciptakan berbagai macam kebudayaan. Berbagai macam atau ragam kebudayaan tersebut meliputi
tujuh unsur kebudayaan saja. Ketujuh unsur kebudayaan tersebut merupakan unsur-unsur pokok yang selalu ada
pada setiap kebudayaan masyarakat yang ada dibelahan dunia.
zaman prasejarah sekalipun, ketujuh unsur-unsur budaya universal tersebut telah ada, termasuk Ipteks, meskipun
tentunya pada tingkatan yang sangat sederhananatau primitif sekali.
Salah satu bukti bahwa pada zaman purba telah muncul ketujuh unsur-unsur budaya universal adalah pada zaman
itu manusia telah mengenal adanya peralatan hidup atau teknologi berupa alat-alat sederhana yang terbuat dari batu
maupun tulang yang digunakan untuk mencari makanan (berburu, meramu makanan, atau bercocok tanam secara
sederhana atau berladang). Kemudian, pada saat itu manusia purba juga telah mengenal adanya sistem
kepercayaan yang sekaligus menunjukkan adanya nilai seni serta sistem mata pencaharian hidup manusia purba,
yakni sebagaimana terpotret pada gambar-gambar mistis berupa lukisan telapak tangan serta lukisan babi rusa yang
terkena panah pada bagian perutnya, yang ditemukan di gua-gua tempat tinggal mereka.
Pada zaman purba, ternyata juga telah dikenal adanya sistem pengetahuan dalam pelayaran yang menggunakan
sandaran pengetahuan pada perbintangan.
Demikianlah pada masa-masa sesudahnya, pelan tapi pasti Ipteks terus berkembang semakin maju sejalan dengan
kemajuan penalaran yang telah dicapai oleh umat manusia. Bahkan, kini Ipteks yang pada awal perkembangannya
berasal dari embrio filsafat, sekarang pertumbuhannya telah bercabang-cabang menjadi puluhan, bahkan ratusan
disiplin ilmu ataupun teknologi yang masing-masing memiliki karakteristik serta dasar keilmiahannya sendiri-sendiri.
Salah satu fungsi utama ilmu pengetahuan dan teknologi adalah untuk sarana bagi kehidupan manusia, yakni untuk
membantu manusia agar aktivitas kehidupannya menjadi lebih muda, lancar, efisien, dan efektif, sehingga
kehidupannya menjadi lebih bermakna dan produktif.
Oleh karena itu, khususnya dalam ilmu antropologi, istilah atau pengertian ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut
sering dipakai untuk merujuk pada keterkaitan antara manusia, lingkungan, dan kebudayaan. Hal ini dikarenakan
dalam berinteraksi menghadapi lingkungannya, manusia mau tidak mau pasti akan berusaha menggunakan saranasarana berupa pengetahuan yang dimiliki serta menciptakan peralatan hidup untuk membantu kehidupannya.
"Dengan demikian, Iptek bagi manusia selalu berkaitan dengan usaha manusia untuk menciptakan taraf
kehidupannya yang lebih baik."
Dalam definisi lain (terutama berdasarkan kajian filsafat ilmu), istilah Iptek (ilmu, pengetahuan, teknologi) juga sering
dibedakan secara terpisah atau sendiri-sendiri, karena masing-masing ketiga istilah itu dianggap memiliki bobot
keilmiahan yang berbeda-beda. Menurut pengertian ini, pengetahuan merupakan pengalaman yang bermakna dalam
diri tiap orang yang tumbuh sejak ia dilahirkan.
Oleh karena itu, manusia yang normal, sekolah atu tidak sekolah, sudah pasti dianggap memiliki pengetahuan.
Pengetahuan dapat dikembangkan manusia karena dua hal, pertama, manusia mempunyai bahasa yang dapat
mengomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut; kedua, manusia
mempunyai kamampuan berpikir menurut suatu alur pikir tertentu yang merupakan kemampuan menalar. Penalaran
merupakan suatu proses berpikir menurut suatu proses berpikir dalam menarik kesimpulan yang berupa
pengetahuan.
Pengetahuan yang sifatnya acak perlu ditingkatkan lagi derajat atau bobot keilmiahannya sehingga berubah menjadi
ilmu. Dengan demikian pengetahuan yang bersifat acak serta terbuka itu dengan melalui proses yang cukup
panjang, dapat diorganisasikan dan disusun menjadi bidang-bidang ilmu filsafat, humaniora, serta ilmu.
Ilmu dapat diartikan sebagai pengetahuan yang tersusun secara sistematis dengan menggunakan kekuatan
pemikiran, di mana pengetahuan tersebut selalu dapat dikontrol oleh setiap orang yang ingin mengetahuinya.
Berpijak dari pengertian ini, maka ilmu memiliki kandungan unsur-unsur pokok sebagai berikut:
Berisi pengetahuan (knowledge)
Tersusun secara sistematis
Menggunakan penalaran
Dapat dikontrol secara kritis oleh orang lain.
Dalam kajian filsafat, suatu pengetahuan dapat dikatakan (dikategorikan) sebagai suatu ilmu apabila memenuhi tiga
kriteria sebagai berikut:
1. Adanya aspek ontologis, artinya bidang studi yang bersangkutan telah memiliki objek studi/kajian yang jelas,
artinya dapat diidentifikasikan, dapat diberi batasan, serta dapat diuraikan sifat-sifatnya yang esensial.
Objek studi suatu ilmu itu sendiri terdapat dua macam, yaitu objek material serta objek formal.
2. Adanya aspek epistemologi, yang artinya bahwa bidang studi yang bersangkutan telah memiliki metode
kerja yang jelas. Dalam hal ini terdapat tiga metode kerja suatu bidang studi, yaitu dedukasi, induksi, serta
eduksi.
3. Adanya aspek aksiologi, yang artinya bahwa bidang studi yang bersangkutan memiliki nilai guna atau
kemanfaatanya. Misalnya, bidang studi tersebut dapat menunjukkan adanya nilai teoretis, hukum,
generalisasi, kecenderungan umum, konsep, serta kesimpulan yang logis, sistematis, dan koheren. Selain
itu, bahwa dalam teori serta konsep tersebut tidak menunjukkan adanya kerancuan, kesemrawutan pikiran,
atau penentangan kontradiktif di antara satu sama lain.
Sains atau ilmu pengetahuan (di dalamnya menyangkut pula bahwa teknologi), tidak bisa bebas dari nilai-nilai. Jadi,
sesuai dengan sifat sains itu sendiri yang kebenarannya bersifat tidak mutlak.
Sedangkan berbicara masalah teknologi, dimana istilah teknologi sendiri sebenarnya sudah mengandung pengertian
sains dan teknik atau engineering, sebab produk-produk teknologi tidaklah mungkin ada tanpa didasari adanya sains.
Sementara itu, dalam sudut pandang budaya, teknologi merupakan salah satu unsur budaya sebagai hasil
penerapan praktis dari sains. Walaupun pada dasarnya teknologi juga memilliki karakteristik objektif dan netral,
namun dalam kenyataannya teknologi tidak bisa netral seluruhnya karena memerlukan juga sentuhan-sentuhan
estetika yang bersifat objektif.
Pada titik inilah kita berbicara tentang seni. Seni berasal dari bahasa Latin, yaitu ars yang berarti kemahiran. Secara
etimologis, seni (art) diformulasikan sebagai suatu kemahiran dalam membuat barang atau mengerjakan sesuatu.
Pengertian seni merupakan kebalikan dari alam, yaitu sebagai hasil campur tangan (sentuhan) manusia. Seni
merupakan pengolahan budi manusia secara tekun untuk mengubah suatu benda bagi kepentingan rohani dan
jasmani manusia. Seni merupakan ekpresi jiwa seseorang yang hasil ekspresi tersebut berkembang menjadi bagian
dari budaya manusia.
Seni dan keindahan yang tercipta merupakan dua sisi yang tidak bisa dipisahkan.
Dengan seni, cipta dan karya manusia, termasuk teknologi, di dalamnya mendapat sentuhan keindahan atau
estetika.
Sains dan teknologi saling membutuhkan, karena sains tanpa teknologi bagaikan pohon tak berakar (science without
technology has no fruit, technology without science has no root). Sains hanya mampu mengajarkan fakta dan
nonfakta pada manusia, ia tidak mampu mengajarkan apa yang harus atau tidak boleh dilakukan oleh manusia. Jadi,
fungsi sains di sini hanyalah mengoordinasikan semua pengalaman manusia dan menempatkannya ke dalam suatu
sistem yang logis, sedangkan fungsi seni sebagai pemberi persepsi mengenai suatu keberaturan dalam hidup
dengan menempatkan suatu keberaturan padanya. Tujuan sains dan teknologi adalah untuk memudahkan manusia
dalam menjalani kehidupannya. Sedangkan seni memberi sentuhan estetik sebagai hasil budaya yang indah dari
manusia.
Dampak Penyalahgunaan Iptek Pada Kehidupan
Semestinya, semakin tinggi penguasaan tinggi penguasaan terhadap Ipteks, harusnya manusia semakin kritis dalam
berpikir, semakin disiplin dalam bekerja, dan semakin efisien dalam bertindak. Akan tetapi, pada kenyataannya
kebanyakan manusia justru semakin merasa dibuai dengan semua fasilitas dan produk yang dihasilkan oleh Ipteks
sekarang ini.
Dampak langsung dari kemajuan Ipteks adalah kemudahan-kemudahan dalam beraktifitas. Memang Ipteks
diciptakan dengan tujuan untuk memberikan berbagai kemudahan dan memperingan beban pekerjaan manusia yang
tadinya sangat melelahkan menjadi ringan. Namun, dampak negatif dari kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni, dapat mengakibatkan masyarakat semakin terbuai, karena mereka hampir tak sadar bahwa ternyata dirinya
telah berada dalam situasi pola hidup konsumtif, hedonistik, dan materialistik.
Perkembangan Ipteks yang demikian pesat mampu menciptakan perubahan-perubahan yang berpengaruh yang
demikian pesat mampu menciptakan perubahan-perubahan yang berpengaruh langsung pada kehidupan
masyarakat, khususnya dalam elemen-elemen sebagai berikut:
1. Perubahan di bidang intelektual;masyarakat meninggalkan kebiasaan lama atau kepercayaan tradisional,
mereka mulai mengambil kebiasaan serta kepercayaan baru, setidaknya mereka telah melakukan
reaktualisasi.
2. Perubahan dalam organisasi sosial yang mengarah pada kehidupan politik.
3. Perubahan dan benturan-benturan terhadap tata nilai dan tata lingkungannya.
4. Perubahan di bidang industri dan kemampuan di medan perang.
Adanya sisi positif dan negatif dari Ipteks maka sering dikatakan bahwa kemajuan Ipteks bermata dua atau bersifat
dilematis. Di satu sisi, Ipteks secara positif telah mendatangkan rahmat, dalam arti dapat meningkatkan
kesejahteraan hidup manusia. Oleh karena itu, ada pihak yang menyatakan bahwa Ipteks menjadi tulang punggung
kesejahteraan. Namun di sisi lain, seperti dapat kita amati dalam kehidupan, penerapan, dan pemanfaatan Ipteks itu
juga telah membawa dampak negatif atau membawa laknat dalam bentuk munculnya masalah lingkungan, seperti
pencemaran, kekeringan, banjir, tanah longsor, dan kenaikan suhu udara global.
Oleh karena itu, kita sebagai umat manusia tentunya harus penuh kewaspadaan dan kehati-hatian dalam
menerapkan dan memanfaatkan Ipteks, yakni yang sesuai dengan asas-asas keserasian, keseimbangan, maupun
kelestarian. Dengan demikian, kehidupan di bumi ini akan tetap berjalan secara seimbang dan lestari.
Problematika Pemanfaatan Ipteks di Indonesia
Masalah yang dihadapi bangsa Indonesia terkait dengan pemanfaatan Ipteks ini dapat diidentifikasi sebagai berikut
(RPJMN 2004-2009):
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Rendahnya kemampuan Iptek nasional dalam menghadapi perkembangan global. Hal ini ditunjukkan
dengan Indeks Pencapaian Teknologi (IPT) dalam lapaoran UNDP tahun 2001 menunjukkan tingkat
pencapaian teknologi Indonesia masih berada pada urutan ke-60 dari 72 negara.
Rendahnya kontribusi Ipteks nasional di sektor produksi. Hal ini antara lain ditunjukkan oleh kurangnya
efisiensi dan rendahnya produktivitas, serta minimnya kandungan teknologi dalam kegiatan ekspor.
Belum optimalnya mekanisme intermediasi Iptek yang menjembatani interaksi antara kapasitas penyedia
Iptek dengan kebutuhan pengguna, Masalah ini dapat dilihat dari belum tertatanya infrastruktur Iptek, antara
lain institusi yang menngolah dan menerjemahkan hasil pengembangan Iptek menjadi preskripsi teknologi
yang siap pakai untuk difungsikan dalam sistem produksi.
Lemahnya sinergi kebijakan Iptek, sehingga kegiatan Iptek belum sanggup memberikan hasil yang
signifikan.
Masih terbatasnya sumber daya Iptek, yang tercermin dari rendahnya kualitas SDM dan kesenjangan
pendidikan di bidang Iptek. Rasio tenaga peneliti Indonesia pada tahun 2001 adalah 4,7 peneliti per 10.000
penduduk, jauh lebih kecil dibandingkan Jepang sebesar 70,7.
Belum berkembangnya budaya Iptek di kalangan masyarakat. Budaya bangsa secara umum masih belum
mencerminkan nilai-nilai Iptek yang mempunyai penalaran objektif, rasional, maju, unggul, dan mandiri. Pola
pikir masyarakat belum berkembang ke arah yang lebih suka menciptakan daripada sekedar memakai, lebih
suka membuat dari sekadar membeli, serta lebih suka belajar dan berkreasi daripada sekedar
menggunakan teknologi yang ada.
Belum optimalnya peran Iptek dalam mengatasi degradasi fungsi lingkungan hidup. Kemajuan Iptek
berakibat pula pada munculnya permasalahan lingkungan. Hal tersebut antara lain disebabkan oleh belum
berkembangnya sistem manajemen dan teknologi pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Masih lemahnya peran Iptek dalam mengantisipasi dan menanggulangi bencana alam. Wilayah Indonesia
dalam konteks ilmu kebumian global merupakan wilayah yang rawan bencana. Banyaknya korban akibat
bencana alam merupakan indikator bahwa pembangunan Indonesia belum berwawasan bencana.
Kemampuan Iptek nasional belum optimal dalam memberiakn antisipasi dan solusi strategis terhadap
berbagai permasalahan bencana alam, seperti pemanasan global, anomali iklim, kebakaran hutan, banjir,
longsor, gempa bumi, dan tsunami.
10.
9. BAB II
PEMBAHASAN
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
b.
Rohani
Ruh atau yang mengisi dan menjalankan badan tersebut.Di mana dalam dimensi rohani
manusia terdapat cipta, rasa, dan karsa.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
2.
Sifat kodrat
Secara kodrati sifat kodrat manusia yaitu sebagai berikut:
a.
Makhluk individu
Manusia dikatakan sebagai makhluk individu karena setiap manusia tercipta dengan
kepribadian, keunikan, serta kekurangan dan kelebihan masing-masing sehingga setiap
individu manusia berbeda-beda dan memiliki ciri khas masing-masing.
b.
Makhluk sosial
Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial karena manusia tidak dapat hidup
sendiri.Setiap manusia saling membutuhkan untuk dapat melangsungkan hidupnya.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
3.
Kedudukan kodrat
Dalam kodratnya manusia memiliki kedudukan sebagai:
a.
Makhluk pribadi
Sebagai makhluk pribadi manusia mempunyai hak dan kewajiban.Dalam menjalankan
hak dan kewajiban ini haruslah berlandaskan moral dan tanggung jawab sehingga dapat
berjalan seimbang sebagaimana mestinya.
b.
Makhluk Tuhan
Sebagai makhluk tuhan manusia memiliki kewajiban beribadah kepada Allah SWT serta
segala sesuatu tindakan manusia akan diminta pertanggung jawaban oleh Allah. Selain
mempunyai hakekat hidup, manusia juga memiliki sifat-sifat, diantaranya yaitu:
1)
Sebagai makhluk yang berakal
2)
Sebagai makhluk yang berbahasa
3)
Sebagai makhluk yang beragama
Berdasarkan sifat-sifat tersebut di atas maka dalam diri manusia selalu
mempunyai pola pikir, pengharapan atau cita-cita serta kehendak untuk mendapatkan
penghidupan yang lebih baik dari dalam kehidupannya dengan cara menciptakan
sesuatu.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
2. Sains
Sains berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam semesta secara sistematis, dan
bukan hanya kumpulan berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip saja tetapi
juga merupakan suatu proses penemuan.
Menurut Medawar (1984)Sains(dari istilah Inggris Science) berasal dari kata: sienz,
cience, syence, scyence, scyense, scyens, scienc, sciens, scians.
Kata dasar yang diambil dari kata scientia yang berarti knowledge (ilmu).Tetapi, tidak
semua ilmu itu boleh dianggap sains. Yang dimaksud ilmu sains adalah: ilmu yang dapat
diuji (hasil dari pengamatan yang sesungguhnya) ) kebenarannya yang dikembangkan
secara bersistem dengan kaidah-kaidah tertentu berdasarkan kebenaran atau kenyataan
semata sehingga pengetahuan yang dipedomani tersebut boleh dipercayai, melalui
eksperimen secara teori.
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, sains adalah: Ilmu yang teratur (sistematik)
yang dapat diuji atau buktikan kebenarannya, berdasarkan kebenaran atau kenyataan
semata (missal:fisika, kimia, biologi).
46.
47.
Pendidikan sains menekankan pada pengalaman secara langsung. Sains yang diartikan
sebagai salah satu cabang ilmu yang mengkaji tentang sekumpulan pernyataan atau faktafakta dengan cara yang sistematik dan serasi dengan hukum-hukum umum yang
melandasi peradaban dunia modern. Sains merupakan satu proses unruk mencari dan
menemui sesuatu kebenaran melalui pengetahuan (ilmu) dengan memahami hakikat
makhluk, untuk menerangkan hokum-hukum alam.
Proses mencari kebenaran secara mencari jawaban kepada persoalan-persoalan secara
sistematik yang dinamakan pendekatan saintifik dan ia menjadi landasan perkemabangan
teknologi yang menjadi salah satu unsur terpenting peradaban manusia. Sains sangat
penting untuk perkembangan dan kemajuan kemanusiaan dan teknologi.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
3. Teknologi
Istilah teknologi barasal dari kata techne dan logia.Kata Yunani kuno techne berarti seni
kerajinan.Dari techne kemudian lahirlah technikos yang berarti seseorang yang memilki
keterampilan tertentu.Dengan berkembangnya keterampilan seseorang yang menjadi
semakin tetap karena menunjukkan suatu pola, langkah dan metode yang pasti,
keterampilan itu lalu menjadi teknik.
Istilah teknologi berasal dari techne atau cara dan logos atau pengetahuan. Jadi
secara harfiah teknologi dapat diartikan pengetahuan tentang cara. Pengertian teknologi
sendiri menurutnya adalah cara melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan manusia
dengan bantuan akal dan alat, sehingga seakan-akan memperpanjang, memperkuat atau
membuat lebih ampuh anggota tubuh, pancaindra dan otak manusia.
Menurut Jaques Ellul (1967: 1967 xxv) memberi arti teknologi sebagai keseluruhan
metode yang secara rasional mengarah dan memiliki ciri efisiensi dalam setiap bidang
kegiatan manusia. Pengertian teknologi secara umum adalah:
Proses yang meningkatkan nilai tambah
Produk yang digunakan dan dihasilkan untuk memudahkan dan meningkatkan kinerja
Struktur atau sistem di mana proses dan produk itu dikembamngkan dan digunakan
Pada permulaan abad XX ini, istilah teknologi telah dipakai secara umum dan
merangkum suatu rangkaian sarana, proses dan ide di samping alat-alat dan mesin-mesin.
Perluasan arti berjalan terus sehingga sampai pertengahan abad ini muncul perumusan
teknologi sebagai sarana dan aktivitas yang dengannya manusia berusaha mengubah atau
menangani lingkungannya.
Teknologi dianggap sebagai penerapan ilmu pengetahuan, dalam pengertian bahwa
penerapan itu menuju pada perbuatan atau perwujudan sesuatu.Demikianlah teknologi
adalah segenap keterampilan manusia menggunakan sumber-sumber daya alam untuk
memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya dalam kehidupan.Secara lebih umum
dapatlah bahwa teknologi merupakan suatu sistem penggunanaan berbagai sarana yang
tersedia untuk mencapai tujuan-tujuan praktis yang ditentukan.
58.
59.
60.
61.
4. Seni
Janet Woll mengatakan bahwa seni adalah produk social.Sedangkan menurut Kamus
B.Indonesia, seni adalah keahlian yang membuat karya yang bermutu (dilihat dari segi
kehalusannya, keindahannya, dll), seperti tari, lukis, ukir, dll.
Maka konsep pendidikan yang memerlukan ilmu dan seni adalah proses atau upaya sadar
antara manusia dengan sesame secara beradab, di mana pihak kesatu secara terarah
65.
5. Budaya
Budaya tidak dapat dilepaskan dan sangat terkait erat dengan pengertian The
Humanities yang berasal dari akar kata dalam bahasa Latin Humanus yang maknanya
secara etiologis manusiawi, berbudaya, dan halus (refined). Jadi budaya adalah
suatu sistem pengetahuan, gagasan dan ide yang dimiliki oleh suatu kelompok
masyarakat, yang berfungsi sebagai landasan pijak dan pedoman bagi masyarakat itu
dalam bersikap dan berperilaku.
Secara garis besar budaya merupakan suatu kekuatan yang tidak tampak (invisible
power), yang mampu menggiring dan mengarahkan manusia untuk bersikap dan
berperilaku sesuai dengan sistem pengetahuan dan gagasan dibalik kebudayaan
masyarakat, baik di bidang ekonomi, sosial, politik, kesenian, dan sebagainya.
66.
67.
68.
69.
70.
71.
72.
73.
74.
75.
76.
77.
78.
79.
80.
81.
82.
b)
c)
d)
e)
f)
83.
84.
85.
Oleh karena itu agar sains, teknologi dan seni dapat memberikan pengaruh yang positif
bagi manusia dan budaya, maka sains, teknologi dan seni seharusnya mampu
mengkolaborasikan antara nilai-nilai empiris dengan nilai-nilai moral dan menyesuaikan
dengan nilai-nilai religius, keagamaan, dan dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.
Sains dan teknologi saling membutuhkan, karena sains tanpa teknologi bagai pohon tanpa
buah, sedangkan teknologi tanpa sains bagaikan pohon tak berakar. Sains hanya
mengajarkan fakta dan non fakta pada manusia, ia tidak mampu mengajarkan apa yang
harus atau tidak boleh dilakukan oleh manusia. Jadi fungsi sains hanya
mengkoordinasikan semua pengalaman-pengalaman manusia dan menempatkannya
kedalam suatu system yang logis, sedangkan fungsi seni memberi semacam persepsi
mengenai suatu keberaturan dalam hidup dengan menempatkan suatu keberaturan
padanya.Sedangkan tujuan sains dan teknologi adalah untuk memudahkan manusia dalam
menjalani kehidupannya.
86.
87.
88.
89.
90.
91.
92.
sehingga menjadi ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kemudahan dalam menjalani
hidupnya.
93. 3.
Krisis Dunia Modern
94. Menurut E.F Schumacher, dalam Kecil itu indah, dunia modern yang dibentuk oleh
teknologi menghadapi tiga krisis sekaligus.
95. 1. Sifat kemanusiaan berontak terhadap pola-pola politik, organisasi, danteknologi yang
tidak berperikemanusiaan, yang terasa menyesakkan nafas dan melemahkan badan.
96. 2. Lingkungan hidup menderita dan menunjukkan tanda-tanda setengah binasa.
97. 3. Penggunaan sumber daya alam yang tidak dapat dipulihkan, seperti bahan baker, fosil,
sedemikian rupa sehingga akan terjadi kekurangan sumber daya alam tersebut.
98. 4.
Fenomena Pengaruh IPTEK
99. 1.
Situasi tertekan.
100.
Manusia mengalami ketegangan akibat penyerangan teknik-teknik mekanisme
teknik.Manusia melebur dengan mekanisme teknik, sehingga waktu manusia dan
pekerjaannya mengalami pergeseran.
101.
2.
Perubahan ruang dan lingkungan manusia.
103.
Teknik telah mengubah lingkungan dan hakekat manusia.Contoh yang sederhana
manusia dalam hal makan atau tidur tidak ditentukan lapar atau mengantuk, tetapi diatur
oleh jam.
102.
104.
3.
Perubahan waktu dan gerak manusia
106.
Akibat teknik manusia terlepas dari hakikat kehidupan.Sebelumnya waktu diatur
dan diukur sesuai dengan kebutuhan dan peristiwa-peristiwa dalam hidup manusia,
sifatnya alamiah dan kongkret.
105.
107.
4.
Terbentuknya masyarakat massa
Akibat teknik, manusia hanya membentuk masyarakat massa, artinya ada
kesenjangan sebagai masyarakat kolektif. Hal ini dibuktikan bila ada perubahan norma
dalam masyarakat maka akan muncul kegoncangan.
108.
109.
110.
5.
Teknik-teknik manusiawi dalam arti ketat.
Teknik-teknik manusiawi harus memberikan kepada manusia suatu kehidupan
manusia yang sehat dan seimbang, bebas dari tekanan-tekanan.
111.
112.
113.
114.
5.
Pengaruh IPTEK pada tatanan kehidupan masyarakat
Perkembangan IPTEK yang sedemikian pesatnya mampu menciptakan
perubahan-perubahan yang mempengaruhi langsung pada tatanan kehidupan masyarakat,
khususnya dalam empat bidang berikut :
117.
a)
Perubahan dibidang intelektual
118.
b)
Perubahan dalam organisasi-organisasi sosial yang mengarah pada
kehidupan politik
119.
c) Perubahan dan benturan-benturan terhadap tata nilai dan tata lingkungannya
120.
d) Perubahan di bidang industri dan kemampuan di medan perang.
115.
116.
121.
122.
123.
6.
Dampak Penyalahgunaan Ipteks Bagi Kehidupan
Konsekwensi negative yang tidak diharapkan dari pembangunan ilmu
pengetahuan dan teknologi menghasilkan reaksi romantis yang mengajak kembali kea
lam yang berbeda. Sebuah restorasi atas kemurnian alam yang tidak terkontaminasi dan
teralienasi oleh intervensi manusia. Semua sikap terhadap ala mini mewakili pola
dominasi hirarkis dan penaklukan, dominasi melalui pemilikan dan control, ataupun
melalui pencemaran nama baik, eksploitasi serta identitas dengan memelihara alam
sebagai surga untuk banyak orang.
126.
Reduksionisme
127.
Ilmu pengetahuan yang modern memiliki dasar pijakan pada reduksionisme.
Reduksionisme merupakan suatu keyakinan dalam ilmu pengetahuan yang mereduksi
kemampuan manusia yang menolak kemungkinan adanya cara produksi pengetahuan lain
maupun pengetahuan orang lain.
128.
Rekayasa Teknologi
129.
Penerapan IPTEK dalam rekayasa pertanian berupa revolusi hijau, rekayasa
kelautan berupa revolusi biru, industrialisasi, merupakan bukti kemampuan manusia
dalam mengembangkan daya dukung lingkungan alam.
130.
Dilema determinisme.
131.
Bagi para praktisi teknologi, fungsi teknologi tidak perlu dipertanyakan
lagi.Teknologi diciptakan untuk membantu mengatasi keterbatasan fisik manusia.Dia
berperan sebagai media untuk mencapai kepuasaan material.
132.
Fenomenologi teknologi
133.
Fenomenologi adalah kendaraan untuk mencari jawabannya.Studi fenomenologi
teknologi mengeksplorasi pengalaman manusia dan secara spesifik menjelaskan
bagaimana struktur pengalaman yang bersifat multidimensi tersebut tersusun.
134.
Bentukan sosial teknologi
135.
Prinsip-prinsip dalam fenomenologi teknologi tidak menjadi barang eksklusif
dalam studi filsafat.Jika kita menilik secara saksama, fenomenologi menjadi dasar
metodologi studi sosial teknologi, khususnya sosiologi teknologi dalam memahami relasi
antara teknologi dan masyarakat.
136.
Kekuasaan dalam konfigurasi
137.
Relasi kekuasaan dan teknologi adalah sebuah tema besar dalam studi sosial
teknologi. Setidaknya tiga kasus menarik bisa kita amati dalam domain ini untuk melihat
bagaimana kekuasaan dan teknologi saling bereproduksi satu sama lain.
138.
Budaya dan teknologi
139.
Mendekati kekuasaan melalui budaya dalam teknologi mengantarkan kita ke
konsep konstruksi budaya. Konstruksi budaya tersusun melalui proses interpretasireinterpretasi dan produksi-reproduksi simbol, identitas, dan makna di dalam masyarakat.
Aliran dari keluaran proses ini lalu ditransformasikan ke dalam artefak teknologi
124.
125.
140.
141.
142.
143.
BAB III
PENUTUP
144.
145.
146.
A. KESIMPULAN
Sains, teknologi, dan seni dapat memberikan pengaruh yang besar bagi kehidupan
umat manusia, tidak hanya dalam bidang ekonomi, sosial, dan budaya tetapi juga
pengaruh positif dan negatif terhadap peradapan umat manusia. Pengaruh tersebut
diantaranya sebagai berikut:
149.
1.
Pengaruh positif
150.
a)
Meningkatkan kesejahteraan hidup manusia (dalam segala aspek kehidupan)
151.
b)
Pemanfaatan yang tepat dan lebih mudah dalam memecahkan masalah yang
sedang dihadapi manusia.
152.
c)
Dapat memberikan pelayanan pada masyarakat
153.
d) Dapat memudahkan pekerjaan manusia.
154.
2.
Pengaruh negatif
155.
a)
Dapat merusak mental manusia khususnya generasi muda
156.
b)
Dapat merubah gaya hidup manusia dalam hal berfikir, berpakaian, dan
bergaul
157.
c)
Dapat menimbulkan kerusakan hidup seperti: pemanasan global, polusi
udara, air, dan tanah.
147.
148.
158.
Oleh karena itu dalam pemanfaatan sains, teknologi, dan seni haruslah di dasari
dengan sikap tanggung jawab dan moral yang tinggi supaya dapat menetralkan pengaruh
negatif dan meningkatkan pengaruh positif dari dampak sains, teknologi dan seni itu
sendiri. Dengan cara mengkolaborasikan antara yang empiris dengan nilai-nilai
keagamaan.
159.
160.
B. SARAN
Sebaiknya umat manusia tidak hanya mendalami pengetahuannya tentang sains,
teknologi dan seni saja, tetapi juga harus mendalami nilai-nilai religius, keagamaan untuk
menetralisir pengaruh buruk dari sains, teknologi, dan seni untuk mendapatkan
kesejahteraan hidup yang lebih baik lagi.
161.
162.
163.
164.
165.
DAFTAR PUSTAKA
166.
Setiadi, Elly M. dkk., 2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana
Predana Media Group.
171.
www.google.com penulis, dosen pendidikan biologi kopertis Wil.IV dpk FKIP
Unpas, Sekretaris HISPPIPAI, aktivis Paguyuban Pasundan Cabang Kota Bandung.
172.
Alvin Toffler, Future Shock, Bantam Books.,New York, 1971
173.
Zen MT., 1982. Sains, Teknologi, dan hari depan manusia, PT Gramedia, Jakarta.
170.
1. PENGERTIAN SAINS
Sains berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam semesta secara sistematis,
dan bukan hanya kumpulan berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip saja
tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.
Sains (dari istilah Inggris Science) berasal dari kata dasar yang diambil dari kata
scientia yang berarti knowledge (ilmu). Tetapi, tidak semua ilmu itu boleh dianggap
sains. Yang dimaksud ilmu sains adalah: ilmu yang dapat diuji dari hasil
pengamatan yang sesungguhnya yang kebenarannya dikembangkan secara
bersistem dengan kaidah-kaidah tertentu berdasarkan kebenaran atau kenyataan,
sehingga pengetahuan yang dipedomani tersebut boleh dipercayai melalui
eksperimen secara teori.
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, sains adalah: Ilmu yang teratur
(sistematik) yang dapat diuji atau dibuktikan kebenarannya, berdasarkan kebenaran
atau kenyataan semata.
2.PENGERTIAN TEKNOLOGI
Istilah teknologi berasal dari techne atau cara dan logos atau pengetahuan.
Jadi secara harfiah teknologi dapat diartikan pengetahuan tentang cara. Pengertian
teknologi sendiri adalah cara/keterampilan melakukan sesuatu untuk memenuhi
kebutuhan manusia dengan bantuan akal dan alat, sehingga seakan-akan
memperpanjang, memperkuat atau membuat lebih ampuh anggota tubuh,
pancaindra dan otak manusia. Dengan berkembangnya keterampilan seseorang
yang menjadi semakin tetap karena menunjukan suatu pola, langkah dan metode
yang pasti, keterampilan itu lalu menjadi teknik.
1)
Pada permulaan abad XX, istilah teknologi telah dipakai secara umum dan
merangkum suatu rangkaian sarana, proses dan ide di samping alat-alat dan mesinmesin. Perluasan arti berjalan terus sehingga sampai pertengahan abad ini muncul
perumusan teknologi sebagai sarana dan aktivitas yang dengannya manusia
berusaha mengubah atau menangani lingkungannya.
3. PENGERTIAN SENI
Janet Woll mengatakan bahwa seni adalah produk social. Sedangkan menurut
Kamus B.Indonesia, seni adalah keahlian yang membuat karya yang bermutu
(dilihat dari segi kehalusannya, keindahannya, dll), seperti tari, lukis, ukir, dll. Maka
konsep pendidikan yang memerlukan ilmu dan seni adalah proses atau upaya sadar
antara manusia dengan sesama secara beradab, di mana pihak kesatu secara
terarah membimbing perkembangan kemampuan dan kepribadian pihak kedua
secara manusiawi yaitu orang perorang. Oleh karena itu, budi bahasapun adalah
suatu seni.
1)
2)
3)
4)
Sistem bahasa,
5)
kesenian (seni),
6)
7)
Ketujuh unsur budaya tersebut merupakan unsur-unsur budaya pokok yang pasti
ada apabila kita meneliti atau mempelajari setiap kehidupan masyarakat. Karena
ada pada setiap kehidupan masyarakat manusia di dunia ini, maka ketujuh unsur
pokok dari kebudayaan yang ada di dunia itu sering kali dikatakan sebagai unsurunsur budaya yang bersifat universal, atau unsur-unsur kebudayaan universal.
Ilmu pengetahuan (sains), peralatan hidup (teknologi), serta kesenian (seni) atau
sering disingkat IPTEKS, termasuk bagian dari unsur-unsur pokok dari kebudayaan
universal tersebut. Maka dapat dipastikan IPTEKS akan kita jumpai pada setiap
kehidupan masyarakat manusia dimanapun berada, baik yang telah maju, sedang
berkembang, sampai masyarakat yang masih sangat rendah tingkat peradabannya.
Bahkan pada kehidupan masyarakat purba atau pada zaman prasejarah sekalipun,
ketujuh unsur-unsur budaya universal tersebut telah ada, termasuk IPTEKS,
meskipun tentunya pada tingkatan yang sangat sederhana atau primitif sekali.
Salah satu bukti bahwa pada zaman purba telah muncul ketujuh unsur-unsur
budaya universal adalah pada zaman itu manusia telah mengenal adanya peralatan
hidup atau teknologi berupa alat-alat sederhana yang terbuat dari batu maupun
tulang yang digunakan untuk mencari makanan (berburu, meramu makanan, atau
bercocok tanam secara sederhana atau berladang). Kemudian, pada saat itu
manusia purba juga telah mengenal adanya sistem kepercayaan yang sekaligus
menunjukkan adanya nilai seni serta sistem mata pencaharian hidup manusia
purba, yakni sebagaimana terpotret pada gambar-gambar mistis berupa lukisan
telapak tangan serta lukisan babi rusa yang terkena panah pada bagian perutnya,
yang ditemukan di gua-gua tempat tinggal mereka. Pada zaman purba, ternyata
juga telah dikenal adanya sistem pengetahuan dalam pelayaran yang
menggunakan sandaran pengetahuan pada perbintangan.
Salah satu fungsi utama ilmu pengetahuan dan teknologi adalah untuk sarana bagi
kehidupan manusia, yakni untuk membantu manusia agar aktivitas kehidupannya
menjadi lebih muda, lancar, efisien, dan efektif, sehingga kehidupannya menjadi
lebih bermakna dan produktif. Oleh karena itu, khususnya dalam ilmu antropologi,
istilah atau pengertian ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut sering dipakai
untuk merujuk pada keterkaitan antara manusia, lingkungan, dan kebudayaan. Hal
Dalam definisi lain (terutama berdasarkan kajian filsafat ilmu), istilah IPTEK (ilmu,
pengetahuan, teknologi) juga sering dibedakan secara terpisah atau sendiri-sendiri,
karena masing-masing ketiga istilah itu dianggap memiliki bobot keilmiahan yang
berbeda-beda. Menurut pengertian ini, pengetahuan merupakan pengalaman yang
bermakna dalam diri tiap orang yang tumbuh sejak ia dilahirkan. Oleh karena itu,
manusia yang normal, sekolah atau tidak sekolah, sudah pasti dianggap memiliki
pengetahuan. Pengetahuan dapat dikembangkan manusia karena dua hal, 1)
manusia mempunyai bahasa yang dapat mengomunikasikan informasi dan jalan
pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut; 2) manusia mempunyai
kemampuan berpikir menurut suatu alur pikir tertentu yang merupakan
kemampuan menalar. Penalaran merupakan suatu proses berpikir menurut suatu
proses berpikir dalam menarik kesimpulan yang berupa pengetahuan.
Pengetahuan yang sifatnya acak perlu ditingkatkan lagi derajat atau bobot
keilmiahannya sehingga berubah menjadi ilmu. Dengan demikian pengetahuan
yang bersifat acak serta terbuka itu dengan melalui proses yang cukup panjang,
dapat diorganisasikan dan disusun menjadi bidang-bidang ilmu filsafat, humaniora,
serta ilmu.
Ilmu dapat diartikan sebagai pengetahuan yang tersusun secara sistematis dengan
menggunakan kekuatan pemikiran, di mana pengetahuan tersebut selalu dapat
dikontrol oleh setiap orang yang ingin mengetahuinya. Berpijak dari pengertian ini,
maka ilmu memiliki kandungan unsur-unsur pokok sebagai berikut:
1)
2)
3)
Menggunakan penalaran;
4)
1)
Adanya aspek ontologis, artinya bidang studi yang bersangkutan telah
memiliki objek studi/kajian yang jelas, artinya dapat diidentifikasikan, dapat diberi
batasan, serta dapat diuraikan sifat-sifatnya yang esensial. Objek studi suatu ilmu
itu sendiri terdapat dua macam, yaitu objek material serta objek formal.
2)
Adanya aspek epistemologi, yang artinya bahwa bidang studi yang
bersangkutan telah memiliki metode kerja yang jelas. Dalam hal ini terdapat tiga
metode kerja suatu bidang studi, yaitu dedukasi, induksi, serta eduksi;
3)
Adanya aspek aksiologi, yang artinya bahwa bidang studi yang bersangkutan
memiliki nilai guna atau kemanfaatanya. Misalnya, bidang studi tersebut dapat
menunjukkan adanya nilai teoretis, hukum, generalisasi, kecenderungan umum,
konsep, serta kesimpulan yang logis, sistematis, dan koheren. Selain itu, bahwa
dalam teori serta konsep tersebut tidak menunjukkan adanya kerancuan,
kesemrawutan pikiran, atau penentangan kontradiktif di antara satu sama lain.
Sains atau ilmu pengetahuan (di dalamnya menyangkut pula bahwa teknologi),
tidak bisa bebas dari nilai-nilai. Jadi, sesuai dengan sifat sains itu sendiri yang
kebenarannya bersifat tidak mutlak.
Pada titik inilah kita berbicara tentang seni. Seni berasal dari bahasa Latin, yaitu art
yang berarti kemahiran. Secara etimologis, seni (art) diformulasikan sebagai suatu
kemahiran dalam membuat barang atau mengerjakan sesuatu. Pengertian seni
merupakan kebalikan dari alam, yaitu sebagai hasil campur tangan (sentuhan)
manusia. Seni merupakan pengolahan budi manusia secara tekun untuk mengubah
suatu benda bagi kepentingan rohani dan jasmani manusia. Seni merupakan ekpresi
jiwa seseorang yang hasil ekspresi tersebut berkembang menjadi bagian dari
budaya manusia. Seni dan keindahan yang tercipta merupakan dua sisi yang tidak
bisa dipisahkan. Dengan seni, cipta dan karya manusia, termasuk teknologi, di
dalamnya mendapat sentuhan keindahan atau estetika.
Sains dan teknologi saling membutuhkan, karena sains tanpa teknologi bagaikan
pohon tak berakar (science without technology has no fruit, technology without
science has no root). Sains hanya mampu mengajarkan fakta dan nonfakta pada
manusia, ia tidak mampu mengajarkan apa yang harus atau tidak boleh dilakukan
oleh manusia. Jadi, fungsi sains di sini hanyalah mengoordinasikan semua
pengalaman manusia dan menempatkannya ke dalam suatu sistem yang logis,
sedangkan fungsi seni sebagai pemberi persepsi mengenai suatu keberaturan
dalam hidup dengan menempatkan suatu keberaturan padanya. Tujuan sains dan
teknologi adalah untuk memudahkan manusia dalam menjalani kehidupannya.
Sedangkan seni memberi sentuhan estetik sebagai hasil budaya yang indah dari
manusia.
Perkembangan IPTEKS yang demikian pesat mampu menciptakan perubahanperubahan yang berpengaruh sedemikian pesat akan mampu menciptakan
perubahan-perubahan yang berpengaruh langsung pada kehidupan masyarakat,
khususnya dalam elemen-elemen sebagai berikut:
1)
Perubahan di bidang intelektual: masyarakat meninggalkan kebiasaan lama
atau kepercayaan tradisional, mereka mulai mengambil kebiasaan serta
kepercayaan baru, setidaknya mereka telah melakukan reaktualisasi;
2)
3)
4)
Adanya sisi positif dan negatif dari IPTEKS maka sering dikatakan bahwa kemajuan
IPTEKS bermata dua atau bersifat dilematis. Di satu sisi, IPTEKS secara positif telah
mendatangkan rahmat, dalam arti dapat meningkatkan kesejahteraan hidup
manusia. Oleh karena itu, ada pihak yang menyatakan bahwa IPTEKS menjadi
tulang punggung kesejahteraan. Namun di sisi lain, seperti dapat kita amati
dalam kehidupan, penerapan, dan pemanfaatan IPTEKS itu juga telah membawa
dampak negatif atau membawa laknat dalam bentuk munculnya masalah
lingkungan, seperti pencemaran, kekeringan, banjir, tanah longsor, dan kenaikan
suhu udara global. Oleh karena itu, kita sebagai umat manusia tentunya harus
penuh kewaspadaan dan kehati-hatian dalam menerapkan dan memanfaatkan
IPTEKS, yakni yang sesuai dengan asas-asas keserasian, keseimbangan, maupun
kelestarian. Dengan demikian, kehidupan di bumi ini akan tetap berjalan secara
seimbang dan lestari.
Bangsa Indonesia dari dulu sudah menyadari akan pentingnya peranan IPTEKS
dalam pembangunan. Faktor yang paling menentukan dalam hal penguasaan
IPTEKS adalah manusia, yaitu para pelaku yang menggeluti bidang penelitian dan
Pengembangan serta rancang bangun dan perekayasaan.
Kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak dapat kita hindari dalam kehidupan
ini, karena kemajuan teknologi akan berjalan sesuai dengan kemajuan ilmu
pengetahuan. Setiap inovasi diciptakan untuk memberikan manfaat positif bagi
kehidupan manusia. Memberikan banyak kemudahan, serta sebagai cara baru
dalam melakukan aktifitas manusia. Khusus dalam bidang teknologi masyarakat
sudah menikmati banyak manfaat yang dibawa oleh inovasi-inovasi yang telah
dihasilkan dalam dekade terakhir ini. Namun demikian, walaupun pada awalnya
Perubahan cepat dalam teknologi informasi telah merubah budaya sebagian besar
masyarakat dunia, terutama yang tinggal di perkotaan, perubahan budaya lokal dan
sosial akibat revolusi informasi merupakan kelompok masyarakat yang langsung
terkena pengaruh budaya global.
Media elektronik, khususnya TV yang selalu menayangkan kebudayaan luar, hal ini
dengan mudah mengubah pola pikir masyarakat khususnya para generasi muda.
Mereka cenderung melupakan kebudayaan sendiri dan beralih ke budaya luar.
Masalah yang dihadapi bangsa Indonesia terkait dengan pemanfaatan IPTEKS ini
dapat diidentifikasi sebagai berikut (RPJMN 2004-2009):
1)
Rendahnya kemampuan IPTEKS nasional dalam menghadapi perkembangan
global. Hal ini ditunjukkan dengan Indeks Pencapaian Teknologi (IPT) dalam
lapaoran UNDP tahun 2001 menunjukkan tingkat pencapaian teknologi Indonesia
masih berada pada urutan ke-60 dari 72 negara;
2)
Rendahnya kontribusi IPTEKS nasional di sektor produksi. Hal ini antara lain
ditunjukkan oleh kurangnya efisiensi dan rendahnya produktivitas, serta minimnya
kandungan teknologi dalam kegiatan ekspor;
3)
Belum optimalnya mekanisme intermediasi IPTEKS yang menjembatani
interaksi antara kapasitas penyedia IPTEKS dengan kebutuhan pengguna. Masalah
ini dapat dilihat dari belum tertatanya infrastruktur IPTEKS, antara lain institusi yang
mengolah dan menerjemahkan hasil pengembangan IPTEKS menjadi preskripsi
teknologi yang siap pakai untuk difungsikan dalam sistem produksi;
4)
Lemahnya sinergi kebijakan IPTEKS, sehingga kegiatan IPTEKS belum sanggup
memberikan hasil yang signifikan;
5)
Masih terbatasnya sumber daya IPTEKS, yang tercermin dari rendahnya
kualitas SDM dan kesenjangan pendidikan di bidang IPTEKS. Rasio tenaga peneliti
Indonesia pada tahun 2001 adalah 4,7% peneliti per 10.000 penduduk, jauh lebih
kecil dibandingkan Jepang sebesar 70,7%;
6)
Belum berkembangnya budaya IPTEKS di kalangan masyarakat. Budaya
bangsa secara umum masih belum mencerminkan nilai-nilai IPTEKS yang
mempunyai penalaran objektif, rasional, maju, unggul, dan mandiri. Pola pikir
masyarakat belum berkembang ke arah yang lebih suka menciptakan daripada
sekedar memakai, lebih suka membuat dari sekadar membeli, serta lebih suka
belajar dan berkreasi daripada sekedar menggunakan teknologi yang ada;
7)
Belum optimalnya peran IPTEKS dalam mengatasi degradasi fungsi
lingkungan hidup. Kemajuan IPTEKS berakibat pula pada munculnya permasalahan
lingkungan. Hal tersebut antara lain disebabkan oleh belum berkembangnya sistem
manajemen dan teknologi pelestarian fungsi lingkungan hidup;
8)
Masih lemahnya peran IPTEKS dalam mengantisipasi dan menanggulangi
bencana alam. Wilayah Indonesia dalam konteks ilmu kebumian global merupakan
wilayah yang rawan bencana. Banyaknya korban akibat bencana alam merupakan
indikator bahwa pembangunan Indonesia belum berwawasan bencana. Kemampuan
IPTEKS nasional belum optimal dalam memberiakan antisipasi dan solusi strategis
terhadap berbagai permasalahan bencana alam, seperti pemanasan global, anomali
iklim, kebakaran hutan, banjir, longsor, gempa bumi, dan tsunami.
KESIMPULAN
Sains secara umum dapat diartikan ilmu yang teratur (sistematik) yang dapat diuji
atau dibuktikan kebenarannya, berdasarkan kebenaran atau kenyataan semata
(misalnya : fisika, kimia, biologi). Sains juga diartikan sebagai suatu cabang ilmu
yang mengkaji sekumpulan pernyataan atau fakta-fakta dengan cara sistematik dan
serasi dengan hukum-hukum umum dilandasi peradaban dunia modern. Sains
merupakan suatu proses untuk mencari dan menemukan suatu kebenaran melalui
pengetahuan (ilmu) dengan memahami hakikat makhluk.
Sains dan teknologi saling membutuhkan, karena sains tanpa teknologi bagaikan
pohon tak berakar (science without technology has no fruit, technology without
science has no root). Jadi, fungsi sains di sini hanyalah mengoordinasikan semua
pengalaman manusia dan menempatkannya ke dalam suatu sistem yang logis,
sedangkan fungsi seni sebagai pemberi persepsi mengenai suatu keberaturan
dalam hidup dengan menempatkan suatu keberaturan padanya. Tujuan sains dan
teknologi adalah untuk memudahkan manusia dalam menjalani kehidupannya.
Sedangkan seni memberi sentuhan estetik sebagai hasil budaya yang indah dari
manusia.
REFERENSI