Anda di halaman 1dari 3

Refleksi II-Maria Dhae (00000010586)

Keberadaan manusia sebagai gambar dan rupa Allah (Kej 1:26), menjadikan manusia
sebagai ciptaan yang istimewa diantara semua ciptaan. Pada awal penciptaan langit dan bumi,
bumi dan seisinya diciptakan dengan Firman, hanya manusia saja yang diciptakan segambar
dan serupa dengan Allah. Segambar (Tselem) dalam bahasa Ibrani berarti manusia
menggambarkan Allah atau merepresentasikan Allah di dunia artinya manusia sebagai
Ambassador Allah di dunia (Kej 1:26,28) yang bertugas untuk memelihara keutuhan ciptaan
di bumi. Kata seruparupa (Demuth) juga berasal dari bahasa Ibrani yang berarti “Mirip atau
serupa”. Keberadaan manusia sebagai gambar dan rupa Allah menyebabkan manusia
memiliki relasi yang khusus dengan Allah, dan Allah hadir dalam diri manusia sehingga
manusia memiliki aspek moral: mengetahui benar & salah, spiritual: memiliki relasi dengan
Tuhan, mental: berpikir logis, dan relasi: relasi manusia dengan Allah dan ciptaan lainnya.
Lalu apakah roh manusia adalah Roh Allah Jawabannya adalah TIDAK. Allah memang
menghembuskan napas-Nya kepada manusia sehingga dia menjadi hidup, tetapi ada
perbedaan antara Roh Allah dan roh manusia, Allah Pencipta dan manusia hanya ciptaan,
lagipula jika roh Adam dan Hawa adalah Roh Allah maka dosa tidak akan pernah ada di
dunia, karena Roh Allah adalah Kudus sehingga Adam tidak mungkin dapat berdosa, itu sama
saja dengan Allah menentang natur-Nya sendiri yang adalah Kudus, sehingga manusia hanya
sebatas gambar Allah bukan Allah. Bahkan setelah kejatuhan dalam dosa pun manusia masih
adalah gambar Allah namun telah menjadi gambar Allah yang rusak secara total.
Rusaknya gambar dan rupa Allah mencakup rusaknya citra diri manusia, yang
sebelum kejatuhan bersifat positif. Alkitab mencatat begitu banyak ayat yang menunjukkan
tingginya martabat manusia dihadapan Allah (Yes 43:4), bahkan diawal penciptaan manusia
yang berasal dari debu tanah dijadikan-Nya sebagai gambar dan rupa-Nya (Kej 1:26). Namun
setelah kejatuhan citra diri manusia berubah menjadi negatif (Kej 3:7), manusia cenderung
menilai dirinya secara rendah (Mzm 22:7), dan menyombongkan diri atas prestasi yang
dicapainya. Penebusan Kristus sebagai gambar Allah yang sempurna memperbaiki gambar
Allah yang telah rusak sehingga manusia dapat kembali menjalin relasi yang benar dengan
Allah, dan menunjukkan tingginya martabat manusia dihadapan Allah sekalipun ia telah
berdosa (Yoh 3:16) [ CITATION CBK05 \l 1057 ]. Citra diri yang telah rusak, masih harus
menjalani proses rekonsiliasi setiap hari (Daily Reconsiliation) untuk menjadi serupa dengan
Kristus sebagai gambar Allah yang sempurna (Roma 8:29).
Refleksi : Konsep manusia sebagai gambar dan rupa Allah yang dibahas dan
dipresentasikan di kelas, membuat saya menyadari betapa tingginya martabat saya di mata
Refleksi II-Maria Dhae (00000010586)

Allah. Kesadaran saya akan citra diri saya, membuat saya kembali berpikir mengenai
pembahasan bayi tabung di kelas ST 3 beberapa waktu yang lalu, setelah saya membaca
berita saya menyadari bahwa ini bukan hal mudah yang bisa disingkirkan dari kehidupan
orang modern, justru di zaman post-modern seperti sekarang bayi tabung dianggap sebagai
suatu tren yang menunjukkan status sosial pelakunya. Namun menurut perspektif Kristen
tentunya bayi tabung sangat dilarang, Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa “Tuhan yang
memberi, Tuhan juga yang mengambil” (Ayub 1:21), ini berarti Allahlah yang menciptakan
kehidupan (Kej 1:21,27), bayi tabung menjadikan manusia seolah-olah sebagai pencipta akan
kehidupan, sekalipun benih dari bagi tabung tetap berasal dari Tuhan, selain itu citra diri
manusia seolah-olah tidak berarti karna kehidupan manusia dapat dibayar dengan nominal
tertentu, apakah manusia yang adalah gambar dan rupa Allah dapat disamakan dengan
nominal uang tertentu Seharusnya ilmu teknologi semakin membuat kita menyadari betapa
luar biasanya Allah pencipta alam semesta ini, sehingga membuat kita semakin mencintai Dia
lebih lagi hari demi hari, seharusnya semua ilmu pengetahuan semakin membuat kita
menyadari Kemahakuasaan Allah yang membuat kita selalu bergantung kepada-Nya karena
begitu luar biasanya Dia.
Semua pembahasan ini menimbulkan suatu pertanyaan dalam diri saya: Dosa
mengubah citra diri manusia dari positif menjadi negatif yaitu cenderung meninggikan atau
merendahkan dirinya sendiri, namun karena kasih Allah kepada dunia maka Dia
mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal untuk merekonsiliasi manusia dari dosa, sehingga
mengubah citra diri manusia untuk dapat kembali berelasi dengan Allah dengan adanya
pekerjaan Roh Kudus setiap harinya, lalu rekonsiliasi citra diri manusia merupakan anugerah
khusus atau umum Apakah Roh Kudus bekerja dalam diri semua orang Jika tidak,
bukankah dosa dilakukan oleh Adam dan kemudian menyebar kepada semua manusia, lalu
kenapa hanya orang-orang pilihan yang mendapatkan anugerah khusus untuk merekonsiliasi
citra dirinya Bukankah ini tidak adil bagi manusia yang bukan orang Kristen atau belum
lahir baru Padahal salah satu natur Allah adalah adil.
Refleksi II-Maria Dhae (00000010586)

DAFTAR PUSTAKA
Barth, C., & Barth Frommel, M. C. (2008). Teologi Perjanjian Lama 1. Jakarta: Gunung
Mulia.
Kusmaryanto, C. (2005). Tolak Aborsi:Budaya Kehidupan Vs Budaya Kematian. Yogyakarta:
Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai