Anda di halaman 1dari 9

Nama Pembanding : Christine Elisabeth Manalu (17.

3229)
Penyaji : Kevin Hutauruk (17.3283)
Mata Kuliah : Seminar Biblika
Dosen Pengampu : 1. Pdt. Dr. Dewi Sri Sinaga
2. Pdt. Dr. Pahala J. Simanjuntak

Bandingan Sajian
Ketaatan Yesus Sampai Mati di Kayu Salib (Filipi 2:8-11)
1. Pendahuluan
Pembanding mengapresiasi tulisan penyaji yang telah menuliskan dan memaparkan
sajian mengenai “Ketaatan Yesus Sampai Mati di Kayu Salib”. Penyaji mengulas teks surat
Filipi 2:8-11 tentang Paulus yang memberikan gambaran mengenai karya Kristus dalam hal
ketaatan-Nya melaksanakan kehendak Bapa. Jika melihat teks secara sederhana, teks ini
berbicara tentang kerendahan hati Yesus sebagai seorang hamba yang menjadi manusia. Penyaji
menuliskan sajian sudah cukup baik dengan memaparkan landasan teori yang memuat penjelasan
kata “taat dan mati” dengan melihat akar kata dalam bahasa asli dan hubungannya dengan kata
yang ada pada teks yang diulas. Surat Filipi ini ditulis oleh Paulus ketika ia berada di dalam
Penjara (Filp 1:7, 13, 17). Surat ini dikelompokkan bersama Surat Efesus, Kolose, dan Filemon
sebagai surat-surat dari penjara yang ditulis oleh Paulus secara langsung. Di dalam sajian,
pembanding melihat penyaji juga menuliskan pandangan-pandangan para ahli dan penulis buku
untuk memperkuat bahan sajian[ penyaji seperti Groenen, Barclay, John Stott dan lain
sebagainya.
2. Tanggapan Terhadap Sajian
Setelah melihat sajian secara keseluruhan, pembanding melihat ada beberapa bagian yang
perlu diperhatikan untuk menjadi perbaikan penyaji dan tambahan penyaji dalam memantapkan
tulisan kedepannya, yaitu:
- Di dalam sajian, pembanding banyak membaca kata-kata asing yang tidak diberikan
penjelasannya seperti pada halaman 3, terdapat kata eufemisme, di halaman 6 terdapat kata
Probatio/Argumentatio, Deliberative, Epideictic. Kalimat yang sedikit rancu dan tidak saling
berhubungan sehingga sulit dipahami seperti pada halaman 2 ada kalimat “Dia punya ini
ketaatan dalam pandangan dalam.”. di dalam halaman 3 ada kalimat “..kepada risalah
mereka menyatakan.” Kemudian di halaman 9 ada istilah “Kristologi adaptionis” tidak
dijelaskan penyaji secara jelas maksudnya. Dalam hal ini pembaca sulit memahami
maksudnya. Menurut pembanding, dalam perbaikan sajian penyaji lebih menggunakan
pemakaian kalimat yang lebih tepat sehingga lebih mudah dipahami.
- Dalam sajian ini pembanding menemukan penulisan kata yang salah, juga huruf-huruf yang
kurang pada setiap kata serta ada beberapa penulisan istilah asing seperti kata schema,
morphe pada halaman 7, appearance pada halaman 9 yang tidak dibuat dengan tulisan miring
(Italic).
- Pembanding menemukan penulisan kata yang seharusnya huruf kapital tetapi menjadi huruf
kecil, penggunaan tanda baca yang tidak sesuai dengan letak, banyak kata-kata yang saling
berdempetan atau tidak ada spasi dan dalam perbaikannya penulisan haruslah sesuai dengan
EYD dan font yang digunakan tidak secara merata menggunakan Times New Roman.
- Pembanding juga menemukan kesalahan dalam penulisan keterangan buku ataupun jurnal
seperti pada halaman 9 (Utley, 1997:245), halaman 10 (Niftrik & Boland, 2015:213),
(Cullman dalam Ladd, 1999:157), (Corpus Medicorum Graecorum, 1908 dst. V, 9, 1 hal 31,
5) yang diselipkan di tengah kalimat padahal penulis sajian telah menyertakan catatan kaki
pada bagian bawah halaman sajian.
- Penyaji harus lebih memperhatikan peletakan angka untuk footnote adalah sesudah tanda
titik yang menutup sebuah kalimat atau paragraf dan di akhir setiap footnote hendaklah
digunakan tanda titik sesuai dengan Buku Panduan Penulisan Karya Ilmiah di halaman 38.
3. Kontribusi Pembanding
3.1. Latar Belakang Surat
Di dalam sajian, penyaji menjelaskan latar belakang penulisan surat Filipi yang ditulis
oleh Paulus ketika ia berada di dalam Penjara (Filp 1:7, 13, 17). Surat ini dikelompokkan
bersama Surat Efesus, Kolose, dan Filemon sebagai surat-surat dari penjara. Surat ini ditulis oleh
Paulus dan tidak ada yang bisa membantahnya. Paulus menulis surat ini dengan jelas selama
berada dalam penjara.1 Sebagai tambahan dari pembanding dari beberapa sumber, Filipi
merupakan sebuah kota yang dikunjungi dan dikirimi surat oleh Paulus, karena itulah maka
disebutkan bahwa penulis dari kitab Filipi adalah Paulus sendiri. Ada pendapat yang
mengatakan, bahwa kemungkinan surat ini ditulis Pauluspada saat ia dipenjarakan di Kaisarea
(Kisah Para Rasul 23:23; 24:27). Menurut Henry H. Halley, bahwa jemaat pertama yang
1
Samuel Benyamin Hakh, Perjanjian Baru: Sejarah, Pengantar dan Pokok-pokok Teologisnya,(Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2010, 185
didirikan oleh Paulus di Eropa ialah Jemaat Filipi. Jemaat ini didirikan pada tahun sekitar 51 M.
Pada bagian permulaan perjalanan pekabaran Injil Paulus yang kedua.2 Penyaji di dalam
sajiannya menuliskan bahwa ada sebuah “Praetorium” di tempat Paulus dipenjarakan (Fil 1:13).
Arti praetorium adalah tempat kediaman para pengawal pribadi dan pegawai-pegawai atau
gubernur. Berdasarkan keterangan yang ada, Paulus menulis surat ini dengan jelas selama berada
dalam penjara.3 Pembanding juga menemukan fakta bahwa ada sebagian lagi yang mengatakan
bahwa surat Filipi ini ditulis Paulus dalam penjara di Roma. Sebutan “istana” dalam Filipi 1:13
dapat berarti beberapa kemungkinan yaitu Kaisarea, Roma, atau Yerusalem (Matius 27:27). Ada
yang berpendapat bahwa sebutan mereka yang di “istana kaisar” (Filipi 4:22) menunjukkan
bahwa tempatnya di Roma.4
Surat kepada jemaat di Filipi merupakan surat Paulus yang keenam dalam Perjanjian
Baru. Ia menuliskan surat kepada jemaat tersebut karena ia mendengar berita buruk yang terjadi
pada jemaat itu melalui Eprafroditus. Paulus berkeinginan supaya jemaat Filipi tetap percaya
kepada Tuhan, ia tidak ingin jemaat Filipi meninggalkan Tuhan karena ia meninggalkan kota itu.
Dengan demikian dalam studi tentang Surat Filipi secara praktis tidak ada masalah kritis di
dalamnya sebab tak ada seorang pun diantara kritikus Perjanjian Baru yang ternama pernah
meragukan keasliannya. Hal ini membuktikan bagi kita bahwa kita dapat menerima Surat Filipi
tanpa ragu-ragu sebagai surat yang ditulis oleh Paulus sendiri. 5
Paulus mengangkat syair pujian tentang Kristus yang mau merendahkan diri-Nya bahkan
taat sampai mati di atas kayu salib. Pada hakikatnya Yesus Kristus selalu adalah Allah, setara
dengan Bapa sebelum, selama, dan sesudah masa hidup-Nya di bumi. Kristus “tidak
menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan” berarti bahwa
Ia melepaskan segala hak istimewa dan kemuliaan-Nya di sorga agar kita di bumi ini dapat
diselamatkan “Pengosongan diri Kristus” ini tidak sekadar berarti secara sukarela menahan diri
untuk menggunakan kemampuan dan hak istimewa ilahi-Nya, tetapi juga menerima penderitaan,
kesalahpahaman, perlakuan buruk, kebencian, dan kematian yang terkutuk di salib. Paulus
menitikberatkan bagaimana Yesus meninggalkan kemuliaan yang tiada taranya di sorga, hal ini

2
Henry H. Halley, Penuntun Ke Dalam Perjanjian Baru  (Surabaya: YAKIN,1965), 235
3
Samuel Benyamin Hakh, Perjanjian Baru: Sejarah, Pengantar dan Pokok-pokok Teologisnya, Hal 185
4
J. Sidlow Baxter,  Menggali Isi Alkitab IV Roma - Wahyu (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1990), 101
5
William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari; Surat Filipi, Kolose, 1 dan 2 Tesalonika (Jakarta:BPK Gunung
Mulia, 2004) 1
bukan berarti melepaskan keilahian-Nyadan mengambil kedudukan yang hina sebagai hamba,
serta taat sampai mati di kayu salib untuk kepentingan orang lain (Filipi 2:5-8).6
3.2. Landasan Teori
Sebagai tambahan dari pembanding, pembanding mencoba menawarkan pemahaman tentang
taat yang telah dipaparkan oleh penyaji menurut ahli yaitu John Chrysostom yang mengatakan,
bahwa ketaatan merupakan respon yang mesti dilakukan oleh Kristus. Sebab itu melibatkan masa
depan semua orang. Ketaatan yang dilakukan Kristus disini bertujuan supaya setiap orang yang
percaya tetap berpaut pada Allah. Dan ketaatan Kristus terhadap Allah dan firman-Nya adalah
hal yang wajib dilakukan oleh Kristus. Ketaatan di sini lebih jelasnya menurut John Chrysostom
adalah, “hear to “, specifically the subject relating to orders, rules, or teachings. What is meant
here is that we are not bound or confined by something we do not want, but it is an act of virtue
and carrying out the principle of truth. A obedience is an act of virtue and carrying out the
principle of truth, we know that God is the truth. And obedience is often associated with God’s
love for us7
Dalam hal ini John Chrysostom mengatakan, kepentingan yang lain sungguh diperhatikan
dan untuk itu, ada kerelaan untuk melepaskan dan membatasi kepentingan diri sebagai subjek
sekaligus untuk memberi diri bagi yang lain. Yang kedua, Hendy Wijaya, menyatakan bahwa
ketaatan merupakan jalan yang dipakai oleh Kristus untuk menjadi penebus dosa manusia
sehingga manusia bisa dilepaskan dari dosa, Iblis, dan maut. Dan melalui kematian di atas kayu
salib, Dia mengalahkan kematian Adam menjadi kehidupan kekal, Inkarnasi, Penyaliban, dan
kematian Kristus dikerjakan oleh Kristus dalam ketaatan sampai mati. Melalui ketaatan Kristus
sampai mati adalah harga pengorbanan Kristus untuk menyelamatkan kita dari dosa, Iblis, dan
kematian. Dan ketaatan Kristus sampai mati adalah kasih Kristus kepada manusia. Menurut
kamus Teologi, ketaatan (Obedience), merupakan kesediaan untuk tunduk kepada hukum, atau
perintah atau menerima pernyataan yang dikemukakan oleh pimpinan sebagai hal yang benar.
Yang keempat, adalah pendapat peneliti tentang ketaatan, yaitu suatu hal yang mutlak untuk
ditaati oleh semua insan manusia. Dan ketaatan adalah melakukan apa yang Allah perintahkan
kepada manusia baik melalui Firman-Nya yang tertulis maupun secara lisan.8

6
Veritas Lux Mea (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen) Vol 1, No. 2 (2019),140
7
John Crysostom, Homily VII, Bible Works10, 212-214.
8
Gerald O’Collins, SJ and Edward G. Farrugia, SJ, Kamus Teologi (Yogyakarta: Kanisius, 1996), 141
3.3. Eksegese
Di dalam sajian penulis menjelaskan tafsiran ayat 8 yang menyatakan “Ia telah
merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati” ini merupakan singgunga pada terjemahan
septuaginta dari (Yes. 53:8), yang punya arti "ia telah menyerahkan nyawanya ke dalam maut"
secara harafiah adalah “telanjang” atau “menjadi telanjang” atau “mengosongkan”. Pembanding
mencoba menambahkan pokok bahasan pada bagian ini, Yesus Kristus mengambil rupa seorang
hamba dengan cara mengosongkan diri-Nya sendiri. Buktinya, Dia mau menjadi hamba. Hal ini
dibuktikan dalam pengakuannya yang terdalam dalam Alkitab yang terdapat dalam Markus
10:45, “Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan
untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” Peristiwa “pengosongan
diri” yang dilakukan oleh Kristus supaya Dia dapat memasuki kehidupan manusia. Dia telah
mengosongkan diri-Nta sendiri.9 Secara sederhana pengertian kenosis yaitu, dalam bahasa
Yunani berarti “mengosongkan”, dari kata (kenos) “kosong”. Padanan kata “kenos” dalam
bahasa Yunani adalah Mataios, yang mana lebih bersifat kemanusiaan secara personal serta
dihubungkan dengan perasaan, esensi dan juga usaha yang sia-sia.10
Maksudnya di sini adalah melepaskan kedudukan-Nya dan meninggalkan kemuliaan
yang ada pada-Nya mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia.
Mengambil rupa seorang hamba (morpen doulou), artinya “rupa yang hakiki”, yang berarti,
Yesus menjadi manusia bukanlah sandiwara, melainkan sungguh-sungguh. Dalam tubuh insani
Dia tetap sehakikat dan setara dengan Allah Bapa dan Roh. Yang terjadi ialah dalam tubuh insani
Dia membatasi pemanifestasian kemuliaan dan keilahian-Nya. Dia memiliki morphe
Allah  dan morphe manusia. Hal ini tentu unik karena Tuhan Yesus Kristuslah yang satu-satunya
mempunyai kepribadian Allah sejati dan Manusia sejati. 
Louis Berkhof menambahkan: “Kata kerja ekonosen tatkala mengacu pada morphe theou
(rupa Allah) tetapi kepada einai isa theoi (bentuk dativ), yaitu keberadaan-Nya yang setara
dengan Allah. Kenyataan bahwa Kristus mengambil rupa seorang hamba tidak mencangkup
menyingkirkan bentuk Allah-Nya. Tidak ada pertukaran dari yang satu pada yang lain.
Walaupun sejak praeksistensi Dia adalah Allah, Kristus tidak memperhitungkan keberadaan
yang setara dengan Allah itu sebagai suatu harga yang  tidak boleh diabaikan, tetapi Dia

9
Jonar T. H. Situmorang, Kristologi (Yogyakarta: ANDI, 2013), 47
10
Collin Brown, The New International Dictonary of New Testament theology Vol 1, (Michigan: Zondervan
Publishing House), 546-552.
mengosongkan diri-Nya dan mengambil rupa seorang hamba itu mencangkup apa saja?
Jawabannya adalah keadaan yang rela menempatkan diri untuk senantiasa taat.”11
“He was found in fashion as a man” (AV), “menjadi sama dengan manusia” (LAI). Paulus
menyingkapkan arti yang sama di sini. Kata yang diterjemahkan AV dengan fashion (bentuk)
dan yang kami terjemahkan dengan appearance (penampakan) ialah schema, yang sudah dibahas
artinya di atas yang berarti bentuk yang dapat berubah. Ayat 6-8 merupakan perikop yang amat
singkat; namun inilah perikop dalam Perjanjian Baru yang ditulis begitu menggugah untuk
menyingkapkan realitas keallahan dan kemanusiaan Yesus. Bagian Alkitab ini juga
menggambarkan pengurbanan yang begitu hidup yang Ia perbuat dengan menyisihkan keallahan-
Nya dan mengambil kemanusiaan bagi diri-Nya. Bagaimana terjadinya, kita tidak dapat
mengatakan. Inilah misteri kasih yang begitu agung sekalipun kita tidak dapat memahaminya
dengan penuh, namun kita dapat mengalaminya dan menghormatinya.12
Puji-pujian kepada Kristus sebagaimana ditemukan dalam Filipi 2:5-11, yang sekali lagi,
tidak dikarang oleh Paulus tetapi hanya dia kutip, berjalan selangkah lebih jauh dari konfensi
dalam Roma 1:3-4. puji-pujian ini berkata-kata lebih banyak mengenai cara berada Anak Allah
itu, karena ia berkata-kata mengenai keberadaanNya “dalam rupa Allah”, dan sebagainya “yang
setara dengan Allah” (ay.6).13
Penyaji dalam tulisan bagian tafsiran menyatakan bahwa analisis kalimat “Yesus adalah
Tuhan” adalah hanya sebagai pengakuan iman pribadi Gereja awal kepada masyarakat (Rm. 10:9;
I Kor. 8:6; 12:3). Gereja Kristen mengikrarkan keesaan Yesus Kristus dengan Allah Bapa,
Allahnya orang Israel. Memang banyak fakta yang menyatakan ungkapan “Yesus Kristus adalah
Tuhan merupakan konfesi gereja mula-mula (bd. Kis. 2:36; Rom. 10:9; 1 Kor. 11:23; 12:3;
16:22). Namun menurut pembanding, melalui beberapa sumber makna pernyataan itu diikuti kata
sebelumnya, yaitu segala lidah (glw/ssa) secara terbuka mengakui bahwa Yesus Kristus adalah
Tuhan, dan dalam ayat ini sudah dijelaskan nama Yesus yang dimaksudkan, yakni nama di atas
segala nama adalah “Tuhan”. Ayat ini memaksudkan, demikian dikatakan Hawthorne bahwa
segala makhluk di dunia ini secara terbuka dan dengan sukacita mengakui bahwa Yesus Kristus
sendiri layak memerintah. Ayat ini bersama-sama dengan ay. 10 membuat jelas apa yang

11
Louis Berkhof, Teologi Sistematika “Doktrin kristus” (Surabaya: Momentum, 2008), 57.
12
William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari,. 58-62.
13
Bernhard Lohse, Pengantar Sejarah Dogma Kristen: Dari Abad Pertama Sampai Dengan Masa Kini, (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2008) 95.
terkandung dalam tindakan Allah meninggikan Kristus dan menganugerhkan namaNya sendiri
kepadaNya. Yakni “Tuhan” (kurios. YHWH).
Hal ini dilakukan supaya semua ciptaan di langit, di bumi dan di bawah bumi didamaikan
kepadaNya dengan sukarela dan sukacita dan dengan penyangkalan diri serta kemuan melayani
yang lain (bd. Ep. 1:10).14 Ini sesuai dengan apa yang dikatakan Cullmann, bahwa Kristus adalah
Allah yang hadir, yang sejak peninggianNya memerintah gereja dunia dan kehidupan setiap
pribadi, Logos yang kekal yang telah menyatakan diri. 15 Abineno juga mengatakan hal yang
sama, bahwa : Allah hadir dalam seluruh hidup Yesus dan bertindak di dalam Dia. Ia adalah juga
manusia yang sesungguhnya. Dalam terang kebangkitan-Nya kita percaya bahwa Allah datang
kepada kita”.16 Akhirnya perlu diingat bahwa walaupun Yesus menyandang nama “Tuhan”
(kurios, nama Allah sendiri (terj. PL. YHWH) dan Dia adalah Tuhan dengan segala hak istimewa
sebagai Tuhan, Dia bukan menjadi saingan Allah. Sebagaimana hymnus membuat jelas bahwa
ototritas yang dimiliki Yesus adalah otoritas karena Allah meninggikan Dia; Allah menobatkan
Dia; Allah mengaruniakan nama yang istimewa; Allah bertujuan bahwa segala ciptaan sujud dan
patuh kepadaNya. Segala pemuliaan Kristus sekarang dan yang akan datang adalah anugerah
pada, bahwa Allah semua di dalam semua.17
3.4. Hubungan ke Perjanjian Lama
Syair pujian dalam Filipi 2:8-11 ini adalah salah satu perikop kunci mengenai ajaran
Paulus tentang siapa Kristus. Ada banyak perdebatan mengenai bagian ini, apakah syair pujian
dari masa sebelum Paulus atau tidak. Ada pandangan bahwa Paulus mengambil syair ini dan
menyadur dalam surat Filipi. Pandangan lain adalah bahwa ini sendiri yang menulisnya 18. Latar
belakang gagasan-gagasan yang terdapat dalam bagian ini dapat mempengaruhi penafsiran
istilah-istilah yang digunakan di dalamnya, antara lain:
(i) Pandangan bahwa gagasan Kristologi di dalamnya merupakan perpaduan pemikiran-
pemikiran masa pra Kristen dengan pemberitaan tetang Kristus.
(ii) Pengaruh latar belakang tradisi Yahudi dan menafsirkannya dengan latar belakang
Hamba Tuhan dari kitab Yesaya.

14
Bdn. Gerald F. Hawthorne, Ralph P. Martin, Word Biblical Commentary Philippians, 87
15
O. Cullmann, The Christolgy of The New Testament, SCM Press LTD, Bloomsbury Street, London, 1963, 306.
16
Abineno, Aku Percaya Kepada Allah Bapa, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1983., 65.
17
Bdn. Gerald F. Hawthorne, Ralph P. Martin, Word Biblical Commentary Philippians., 94
18
Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 1 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009) 146
Nubuat tentang Kristus telah dinubuatkan dalam Yesaya 8:23-9:6. Fokus utama dari nubuat
Yesaya adalah visinya mengenai Allah sebagai “Yang Mahakudus, Allah Israel” yang
dikemukakan dengan hidup dalam panggilan dramatis kenabian Yesaya (pasal 6). Kekudusan
Allah mencerminkan perhatian kitab Yesaya terhadap keseriusan dosa.19 Adapun alasan
berikutnya dari nubuat mengenai keselamatan dan sukacita pembebasan adalah kelahiran seorang
anak, pemberian seorang putra bagi bangsa yang masih berdiam dalam kegelapan ini. Siapakah
anak itu, tidak nyatakan melainkan hanya diberitahukan mengenai nama yang disandangnya serta
lingkup kekuasaannya. Adapun nama yang disandang oleh anak itu dinyatakan sebagai
“Penasihat Ajaib” namun sebaiknya diterjemahkan sebagai “Allah Penasehat Ajaib.” 20 Adapun di
dalam tradisi Yahudi asli tidak ditemukan konsep keilahian seorang raja sebagaimana yang
dinyatakan dalam teks Yesaya 9:5-6 sebagai “Allah Yang Perkasa, Raja Damai!” 21 Jelaslah bahwa
nubuat Yesaya dalam teks ini telah digenapi melalui pribadi Yesus Kristus sebagai Tuhan yang menjadi
daging (Yoh. 1:14).
4. Penutup
Yesus telah memberikan contoh sempurna dengan merendahkan diri-Nya dan taat sampai
mati di kayu salib. Salib menjadi tempat penderitaan-Nya terakhir dan di atas kayu salib itu
seluruh penderitaan manusia ditanggung-Nya, diteguhkan dengan perkataan-Nya, “Sudah
selesai” (Yoh. 19:30). Karena ketaatan Yesus kepada Bapa-Nya, Allah sangat meninggikan Dia
dan mengaruniakan kepada-Nya Nama di atas segala nama (Flp. 2:9). Konsep ini sangat
berlawanan dengan konsep dunia. Yesus memperoleh Nama besar tak tertandingkan didahului
dengan merendahkan diri serendah-rendahnya, melepaskan kedudukan-Nya sebagai Allah serta
mengo-songkan diri-Nya, mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia.
Dampaknya, di dalam Nama Yesus segala yang ada di langit, yang ada di atas bumi dan yang
ada di bawah bumi bertekuk lutut (ay. 10). Ini menunjukkan bahwa kuasa-Nya tidak terbatas dan
kemenangan mutlak diraih-Nya atas semua musuh sehingga timbul pengakuan yang menyatakan
tidak ada kemuliaan lain di luar Nama Yesus Kristus (ay. 11).
Konteks Filipi 2:6-11 bukan tentang keselamatan (soteriologis). Fokusnya lebih ke arah
Kristus (Kristologis). Yang dibicarakan bukan karya penebusan dan hasilnya, melainkan

19
F. Pfeiffer, Everett F. Harrison. The Wycliffe Bible Commentary Volume 2. Malang: Gandum Mas, 2005, 437).
20
Aeron Sihombing,. The Biblical Doctrine of Reign of God”; diakses 24 November 2021
http://aeronsihombing01.blogspot.com/2014/02/the-biblical-doctrine-of-reign-ofgod.html.
21
Gregorius Marlan, Daun Allo. “Identitas Raja Damai Yesaya 8:23-9:7,” diakses 23 November 2021,
http://www.academia.edu/8730376/Identitas_Raja_Damai
perendahan diri Yesus dalam semua proses tersebut dan bagaimana Allah pada akhirnya
memuliakan Dia. Bahkan ketika menyinggung tentang kematian Yesus di atas kayu salib, himne
ini tidak mengaitkan hal itu dengan dosa. Penyaliban hanya dibicarakan sebagai wujud
perendahan diri Yesus yang total. Jika inkarnasi Kristus di ayat 6-8 tidak membahas tentang
penebusan (keselamatan), maka pengakuan terhadap ke-Tuhanan Yesus di ayat 9-11 juga tidak
perlu dikaitkan dengan keselamatan dari orang-orang yang memberikan pengakuan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Abineno, Aku Percaya Kepada Allah Bapa, BPK Gunung Mulia, Jakarta.
Barclay, William. 2004. Pemahaman Alkitab Setiap Hari; Surat Filipi, Kolose, 1 dan 2
Tesalonika. Jakarta:BPK Gunung Mulia.
Baxter,  J. Sidlow. 1990. Menggali Isi Alkitab IV Roma  – Wahyu. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Berkhof, Louis. 2008. Teologi Sistematika “Doktrin kristus” Surabaya: Momentum.
Collins, O. Gerald . SJ and Edward G. Farrugia, SJ,1996.  Kamus Teologi.Yogyakarta: Kanisius
Crysostom, John . Homily VII, Bible Works10
Cullmann, O. 1963. The Christolgy of The New Testament, SCM Press LTD, Bloomsbury Street,
London.
F. Pfeiffer, Everett F. Harrison. The Wycliffe Bible Commentary Volume 2. Malang: Gandum
Mas, 2005.
Guthrie, Donald. 2009. Teologi Perjanjian Baru 1. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Hakh, Samuel Benyamin. 2010. Perjanjian Baru: Sejarah, Pengantar dan Pokok-pokok
Teologisnya, Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Halley, Henry H. 1965. Penuntun Ke Dalam Perjanjian Baru. Surabaya: YAKIN.
Hawthorne, Gerald F. Ralph P. Martin, Word Biblical Commentary Philippians.
Lohse, Bernhard. 2008. Pengantar Sejarah Dogma Kristen: Dari Abad Pertama Sampai Dengan
Masa Kini. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Mea, Veritas Lux. 2019. Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen. Vol 1, No. 2
Situmorang, Jonar T.2013. H. Kristologi. Yogyakarta: ANDI.
Sihombing,. Aeron. The Biblical Doctrine of Reign of God”; diakses 24 November 2021
http://aeronsihombing01.blogspot.com/2014/02/the-biblical-doctrine-of-reign-ofgod.html.
Marlan, Gregorius dan Daun Allo. “Identitas Raja Damai Yesaya 8:23-9:7,” diakses 23
November 2021, http://www.academia.edu/8730376/Identitas_Raja_Damai

Anda mungkin juga menyukai