Anda di halaman 1dari 15

TAFSIRAN 

 I YOHANES 3:11-18
       I.            Latar Belakang
Surat Yohanes yang Pertama, merupakan sebuah tulisan, dan merupakan sebuah
nasihat/wejangan untuk membina iman. Secara jelas surat pertama Yohanes ini merupakan
kesaksian Yohanes akan firman yang dilihatnya dan didengarnya mengenai Yesus Kristus,
kemudian Yohanes menjelaskan isi kesaksianya kepada umat Allah dengan harapan akan
terjalin suatu persekutuan yang penuh sukacita antara dirinya dengan para pembaca maupun
dengan Allah sendiri (1:1-4). Maka dapt disimpulakan bahwa:1Yoh itu bukan surat (tidak ada
kepala surat dan penutupnya). Bukan pula sebuah surat edaran (tanpa nama jemaat-jemaat
yang dialamatkan), tetapi sebuah tulisan yang berdiri sendiri dan mengandung isi pewartaan
imam (1Yoh 1:1-3) yang dipersatukan dengan pembelaan iman (1Yoh 4:4-6; 5:4-12) dan
ditujukan pada suatu kelompok kristen tertentu ataupun pada beberapa jemaat kristen tertentu
yang hidup di tengah dunia kafir yang dipengaruhi aliran gnostik. Di situ tidak dapat dilihat
adanya sebuah susunan yang jelas.

b.      Konteks Umat
Didalam tulisan surat 1 Yohanes, terdapat permasalahan yaitu adanya peperangan
melawan bidat (ajaran-ajaran sesat). Maksud dari penulisan surat ini adalah untuk melawan
ajaran sesat yaitu Gnostikisme,terutama Doketisme (pandangan yang lebih mengandalkan
akal). Ciri utama ajaran sesat yang dilawan adalah penyangkalan bahwa Yesus adalah Kristus.
Surat itu bermaksud memperingatkan ajaran-ajaran salah dan sekaligus menguatkan iman
kepercayaan pembacanya. Latar-belakang waktu yang tersirat di situ menunjukkan adanya
suatu kemajuan besar tentang pembentukkan jemaat orang kristen. Penulis bicara sebagai
saksi atas kejadian keselamatan (1Yoh 1:1-3) pada suatu keturunan, yang iman
kepercayaannya hanya dapat bertumpu pada pendengaran (1Yoh 3:11). Oleh karena penulis
menaruhkan nilai khusus pada perlunya Yesus menjelma jadi manusia, yang "datang dalam
daging" (1Yoh 4:2), maka orang mengira, bahwa orang bidaah, yang disebutnya sebagai anti-
Kristus (1Yoh 2:18) dan nabi palsu (1Yoh 4:1), adalah anggota sebuah aliran gnostik (:
Doketisme). Aliran ini menjurus pada kerohanian yang murni dan pada suatu persatuan yang
langsung dengan Allah tanpa manusia Yesus, tanpa persekutuan kasih dan tanpa hukum-
hukum yang membebani kewajiban-kewajiban.
c.       Muatan Teologis
Kristologis, Secara positif surat ini menyatakan peran Kristus dalam seluruh rangkaian
karya penyelamatan Allah dan bagaimana orang-orang beriman dapat bersekutu dengan Yesus
dan Allah Bapa. Penulis surat ini memberi kesaksian bahwa Kristus adalah Firman hidup (1:1),
Anak Tunggal Allah (1:3, 7; 3:23; 4:9, 14), yang berasal dari Allah (4:1-3), yang Kudus (2: 20),
pengantara Bapa (2:1), pendamaian bagi dosa-dosa kita (2:2; 3:5; 4:10,14), penyata Allah Bapa
(1:2; 5:20). Yang penting, surat ini merupakan satu-satunya kitab PB yang berbicara mengenai
Yesus sebagai pengantara (Yun. _parakletos_) kita dengan Bapa pada saat kita sebagai orang
yang sungguh percaya berbuat dosa (1Yoh 2:1-2; bd. Yoh 14:16-17,26; Yoh 15:26; Yoh 16:7-8).
 

    II.            Tafsiran
Ayat 11:
Pada bagian ayat ini, gambaran Yohanes mengenai Kasih didasarkan pada Kasih
Yesus Kristus melalui peristiwa kematianya, dan kata ‘berita’ dalam bahasa Yunaninya hanya
muncul 2 x dalam Perjanjian Baru, yaitu dalam 1Yoh 1:5 dan di sini. Pada ayat ini, kata itu
menunjuk kepada kewajiban dasar dari seorang Kristen (kita harus memperhatikan / melihat
bahwa 1:5 merupakan suatu ringkasan dari theologia Kristen; dan 3:11 merupakan suatu
ringkasan dari etika Kristen). Dengan demikian maka yang dimaksudkan dalam bagian ayat ini
yaitu mengenai kasih yang merupakan hukum yang sudah ada dalam zaman PL maupun dalam
perjanjian baru, yang terpenting bagi berita ini yaitu kasih merupakan yang pertama dan yang
terutama dengan wujud dari Kasih yang dilakukan oleh Yesus Kristus. Dengan demikian
pandangan ajaran gnostik mengenai kemanusiaan Yesus yang berlebihan dapat dibentang
melalui berita yang ada dalam ayat ini yaitu untuk meyakinkan para pembacanya mengenai
Yesus yang adalah anak Allah dan sebagai perantara Allah.  Mengapa ditekankan dalam ayat
ini yaitu kasih kepada sesama dan bukan kasih kepada Allah? Karena kasih kepada Allah
adalah yang terutama, tetapi kasih kepada sesama adalah bukti dari kasih kepada Allah, dan
karena itu di sini Yohanes menekankan hal itu. Juga kalau kita betul-betul adalah anak-anak
Allah (bnd 3:1-10), maka kita harus menyerupai Dia, yang adalah kasih.
Ayat 12
Dalam bagian ayatnya yang ke-12 Yohanes kemudian membandingkan peristiwa yang
merupakan lawan dari kasih (peristiwa Kain dan Habel) dimana Rasul dengan tegas
menyampaikan bahwa Kasih yang terdapat dalam ayat 11 selalu tumbuh bersamaan dengan
kejahatan untuk itu kata membunuh merupakan suatu penekan yang khusus dengan maksud
bahwa jika diantara umat ada yang membunuh maka tidak ada kasih yang tumbuh dalam
dirinya sekaligus merupakan penolakan terhadap kasih. Peristiwa berikut yang merupakan
penekanan rasul bukanlah mengenai perbuatan Kain saja melainkan perbuatan orang-orang
yang telah menyalibkan Yesus itu merupakan peristiwa yang logis dalam umat mengenai
penolakan terhadap kasih. Dan kemudian Yohanes membicarakan kebenaran Habel, supaya
kita bisa belajar untuk sabar pada waktu dunia membenci kita tanpa alasan (ay 13).
Ayat 13
Dalam bagian ayat ini penulis pertama-tama mengajak umat untuk tidak heran bahkan
harus berhenti untuk heran, melalui peristiwa-peristiwa yang terjadi disekitar mereka dimana
dunia telah lebih dulu membenci orang-orang percaya bahkan Kristus sendiri dibenci, untuk itu
Rasul menyampaikan agar umat tidaklah harus merasa heran akan peristiwa-peristiwa yang
terjadi (perlawan dari ajaran Gnostik), dan yang menjadi penekananya yaitu Kasih bukan
penyebab keselamatan, tetapi bukti keselamatan.
Ayat 14
Perlawanan mengenai kasih-benci, diteruskan dalam bagian ini, dengan suatu
penekanan khusus mengenai hidup dan maut, dengan ungkapan kita tahu yang merupakan
penegasan Yohanes bahwa orang Kristen telah memiliki pengetahuan, yang diperkuat
mengenai adanya perpindahan yang dialami orang Kristen dari Alam maut kedalam Hidup yang
kekal (bnd Yoh 5:4). Dengan demikian pada waktu sang Rasul mengatakan bahwa diketahui
dari kasih bahwa kita telah berpindah ke dalam kehidupan, ia tidak memaksudkan bahwa
manusia adalah pembebas dirinya sendiri, seakan-akan dengan mengasihi saudara-
saudaranya ia bisa menolong / menyelamatkan dirinya sendiri dari kematian, dan mendapatkan
kehidupan untuk dirinya sendiri; karena di sini ia tidak membahas penyebab dari keselamatan,
tetapi sebagaimana kasih adalah buah khusus dari Roh, itu juga merupakan simbol yang pasti
dari kelahiran baru. Tetapi adalah tidak masuk akal bagi siapapun untuk karena hal itu, dapat
menyimpulkan bahwa kehidupan didapatkan oleh kasih, tetapi karena kasih dalam urut-urutan
waktu dapat terhambat. Memang jelas bahwa kita diselamatkan hanya oleh iman. (bnd Ef 2:8-9
- “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu,
tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan
diri”).
Karena itu kita tidak boleh menafsirkan seakan-akan ay 14 di atas mengajarkan
keselamatan karena kasih. Kasih bukan penyebab keselamatan kita tetapi bukti dari
keselamatan kita. Kata ‘mengasihi’ ada dalam present tense, sehingga kita harus(= terus
menerus mengasihi). Jadi, kalau kita hanya melakukan tindakan kasih satu atau dua kali, itu
belum cukup untuk membuktikan keselamatan kita. Kita harus terus menerus mengasihi.
Dengan demikian Kita harus mengasihi seseorang sekalipun kita tidak menyenanginya karena
‘mengasihi’ harus melampaui ‘menyenangi’, kita bisa saja tidak ‘menyenangi’ seseorang, tetapi
harus harus ‘mengasihi’ dia. Sebagaimana kasih adalah bukti keselamatan, maka kebencian
adalah bukti bahwa seseorang belum selamat.

Ayat 15
Ungkapan dalam bagian ayat ini menerangkan tentang arti benci, “setiap orang yang
membenci saudaranya adalah seorang pembunuh manusia. Dalam Matius 5:21-22, Yesus
mengatakan bahwa pandangan yang mengandung nafsu adalah Zinah dan kata-kata yang
mengandung kemarahan melanggar hukum. Bertolak dari hal itu Yohanes dalam (15a) bagian
ini menerangkan mengenai contoh-contoh peristiwa hingga ke akar-akarnya yang melingkup
kehidupan manusia saat itu. Sang Rasul menyatakan bahwa semua yang membenci saudara-
saudaranya adalah pembunuh. Ia tidak bisa mengatakan yang lebih buruk / kasar; dan apa
yang dikatakan itu bukan sesuatu yang bersifat hyperbolik / dilebih-lebihkan, karena kita ingin
orang yang kita benci itu binasa. Tak jadi soal jika seseorang menjaga tangannya dari tindakan
untuk mencelakakan orang; karena keinginan untuk menyakiti, sama seperti usaha untuk itu,
dikecam di hadapan Allah: bahkan pada waktu kita sendiri tidak berusaha untuk menyakiti,
tetapi jika kita berharap sesuatu yang buruk terjadi pada saudara kita dari seseorang yang lain,
maka kita adalah pembunuh. Seseorang yang membenci saudaranya adalah seorang
pembunuh. Itu hanya persoalan tingkat. Dan jika kebencian bertahan, sangat memungkinkan
bahwa itu akan menghasilkan tindakan lahiriah yang mengerikan, hal itu menunjukkan bahwa
sekalipun kebencian sudah merupakan pembunuhan, tetapi tingkat dosanya tetap berbeda
dengan pembunuhan yang sesungguhnya. Karena itu kalau saudara membenci, jangan lalu
melanjutkan dengan membunuh, dengan pemikiran (dosanya sama). Kemudian makna dari
Membenci / membunuh merupakan bukti tidak adanya kehidupan (ay 15b) meneranagkan
bahwa tidak adanya kasih adalah bukti dari kematian rohani.

Ayat 16-18
Pada bagian ayatnya yang ke 16-18 menerangkan mengenai kasih itu praktis. Seperti yang
di lakukanYesus di bukit Golgota yang telah menyerahkan nyawanya untuk menebus dosa kita.
Dengan demikian orang percaya haruslah mengalami hal yang sama. Yaitu menyerahkan
nyawanya demi saudara – saudaranya Menyerahkan nyawa demi saudara-saudara seperti
yang dibicarakan dalam ay 16 memang merupakan tindakan pahlawan, tetapi mungkin hal
seperti itu tidak terlalu sering terjadi. Karena itu sekarang dalam ay 17-18 Yohanes memberikan
contoh yang lebih sederhana, yang bisa terjadi setiap hari dalam kehidupan kita.

Pada ayatnya yang ke 17 menerangkan bahwa: Kasih yang sejati bukan hanya dinyatakan
dalam pengorbanan tertinggi tetapi hal itu harus dinyatakan dalam semua pemberian yang lebih
kecil. Mungkin tidak banyak dari kita dipanggil untuk menyerahkan nyawa kita dalam suatu
tindakan pahlawan, tetapi kita terus menerus mempunyai kesempatan yang biasa untuk
membagikan harta / milik kita dengan mereka yang ada dalam kebutuhan karena Kasih adalah
‘kerelaan untuk menyerahkan apa yang berharga untuk kehidupan kita sendiri, untuk
memperkaya kehidupan orang lain, Peralihan dari bentuk jamak (brethren = saudara-saudara,
ay 16) ke bentuk tunggal (his brother = saudaranya, ay 17) merupakan kesengajaan dan
mempunyai arti. ‘Adalah lebih mudah untuk bersemangat tentang Kemanusiaan dengan ‘K’
huruf besar daripada mengasihi individu laki-laki dan perempuan, khususnya mereka yang tidak
menarik, menjengkelkan, bejad, atau tak menarik. Mengasihi setiap orang secara umum bisa
menjadi alasan untuk tidak mengasihi siapapun secara khusus, dan tempat dimana kasih itu
harus tumbuh yaitu melalui orang kristen (orang-orang yang telah keluar dari maut), sahingga
dalam segala segi kehidupanya terdapat kasih yang nyata baik terhadap sesamanya maupun
terhadap Allah. Ayat 18: “Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau
dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran”.  Pada bagian ini Rasul
menerangkan bahwa Tidak ada harganya kalau saudara sebetulnya bisa memberikan
pertolongan praktis tetapi tidak melakukannya, dan hanya mengasihi dengan perkataan /
lidah. Dan maksud dari Rasul agar kebenaran yang mampu diperlihatkan dengan kasih bukan
melalui pengetahuan akan hidup yang kekal bagi orang kristen saja melainkan, haruslah
sebagai orang kristen mampu untuk merealisasikan kasih itu dalam konteks kehidupan yang
penuh dengan tekanan dari para nabi-nabi palsu dengan ajaran-ajaran yang menyesatkan.

 III.            Kesimpulan
Dalam bagian pembacaan Yohanes 3:11-18, tidaklah terlepas dari bagian ayat 1-10
pada pasal ini, karena, ketika Rasul hendak membicarakan mengenai Kasih yang sebenarnya
dalam ayat 11-18, Rasul hendak memperlihatkan kepemilikan kasih yang ada sebagai umat
Allah (anak-anak Allah), kemudian rasul membedakan antar Kasih yang beasal dari Allah dan
Kasih yang berasal dari Iblis, yang sangat berkaitan dengan keadaan yang dialami oleh anak-
anak Allah sendiri sebagai perwujudan dari umat yang berada di jemaat-jemaat saat itu,
sehingga jemaat tidklah ragu untuk mewujudkan kasih dengan saudara-saudaranya agar
tidaklah mudah terjadi perpecahan didalam jemaat jemaat itu sendiri (3:1-10). Ketika rasul
mengabarkan kabar sukacita itu, maka dalam bagian berikutnya rasul mengarahkan umat pada
suatu kehidupan yang baru yang telah didapatkan oleh orang-orang percaya, sehingga kasih
didalam persekutuan umat Allah haruslah selalu dipertahankan kemurnianya seperti kasih
Yesus Kristus sebagai perantara Allah, yang dinyatakan lewat kematian dan kebangkitanya
sebagai tanda hidup baru, sehingga jemaat menjadi sadar akan setiap peristiwa yang sedang
terjadi dan jemaat pun menjadi mampu untuk menyelasiakan setiap persoalan itu tanpa
meninggalkan Iman terhadap Yesus Kristus (3:11-18).
Yang merupakan inti dari ayat 11-18 yaitu mengenai:
1.      Jemaat harus saling mengasihi (11-13)
2.      Kasih kepada sesama adalah bukti keslamatan kita sebagai orang kristen(14-15)
3.      Kristus adalah teladan kasih yang sempurna bagi jemaat, karena Ia rela mengorbankan
nyawaNya untuk umatNya (16-18)

1 Yohanes 3:11-18 Kasih terhadap saudara sebagai tanda hidup baru

Ditulis olehgodandsky14 Januari 2018Diposkan padaTak Berkategori

Shalom

Selamat malam

1 Yohanes 3:11-18
Kasih terhadap saudara sebagai tanda hidup baru

Salah satu bukti bahwa kita sudah menjadi manusia baru ialah kita memiliki kasih.

Dari bacaan ini diberikan 2 contoh dimana satunya tentang Kain yang tidak memiliki kasih dan
yang satunya lagi tentang KRISTUS yang adalah kasih itu sendiri.
1. Kain membunuh adiknya, Habel sebab TUHAN lebih menerima persembahan Habel
sedangkan persembahannya tidak diterima TUHAN. Karena itulah, Kain menjadi cemburu dan
membencinya, padahal perbuatan Habel tersebut benar. Tindakan Kain ini berasal dari si jahat.
Sama juga seperti kisah ini, perbuatan benar anak-anak ALLAH seringkali dibenci oleh dunia.
Namun, kita tidak boleh terpengaruh dan harus tetap melakukan apa yang benar dan berkenan
di hadapan TUHAN. Tetaplah mengasihi orang-orang yang membenci kita, atau menghina,
menyiksa, mencaci kita, dsb. Jangan membenci mereka, sebab membenci sesama sama
dengan pembunuh manusia.
2. KRISTUS diutus oleh Bapa untuk datang ke dalam dunia menjadi sama dengan manusia
untuk melaksanakan karya penyelamatan-Nya. KRISTUS harus rela menanggung segala dosa
manusia. 2 Kor 5:21 “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita,
supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.” Dan semuanya itu dilakukan-Nya hanya karena
kasih-Nya yang begitu besar bagi umat manusia (Yoh 3:16). Ia rela menyerahkan nyawa-Nya
sendiri agar kita beroleh hidup. Oleh karena itu, orang yang percaya kepada-Nya patut
meneladani kasih KRISTUS. Kita pun harus dapat menyerahkan nyawa kita untuk saudara
seiman (karena kasih).

1 Korintus 13:2 (TB) Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui
segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang
sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali
tidak berguna.

Jesus bless us

Kasih adalah pengikat hubungan. Hubungan yang sehat berlangsung timbal balik, bukan hanya
satu arah. Kasih dalam hubungan terungkap melalui cara kita memperlakukan orang yang kita
kasihi. Sayangnya, dalam hal mengasihi, orang kerap berhenti pada mengucapkan atau
membicarakannya. Orang kerap lalai bahwa kasih perlu ditunjukkan dalam bentuk perhatian
dan perbuatan.

Pada suratnya yang pertama, Rasul Yohanes berbicara tentang kasih. Ia mendorong kita agar
mengasihi dengan perbuatan, bukan dengan perkataan. Kata-kata atau ungkapan dari bibir kita
itu memang penting, tetapi menjadi tidak bermakna jika tidak terwujud dalam perbuatan.
Perbuatan ini pun, lanjut Yohanes, bergerak dalam koridor kebenaran. Artinya, kita menyadari
bahwa kasih itu bukan bersumber dari diri kita sendiri. Kasih itu bersumber dari Allah, yang
sudah terlebih dulu mengasihi kita melalui penebusan Kristus (ay. 16), dan dengan demikian
memampukan kita untuk mengasihi.

Bagaimana kita menerapkan kasih itu? Jika kita memiliki sesuatu dan melihat saudara kita
kekurangan, kita harus segera membantunya (ay. 17). Tidak cukup kita hanya berkata-kata
pada seseorang, tanpa benar-benar mencari tahu keadaan atau masalah yang sedang ia
hadapi. Akibatnya, kita tidak dapat memberikan bantuan atau dorongan semangat yang tepat.
Atau, kita tahu ada teman yang sedang bermasalah, namun kita diam saja, padahal sebenarnya
kita dapat membantu. Sebuah perhatian kecil yang tulus, bisa jadi akan sangat bermakna
baginya.–IST
PERKATAAN KASIH TANPA DIDUKUNG PERBUATAN
IBARAT SAYUR TANPA GARAM

KASIH ITU PRAKTIS ( 1 YOHANES 3:11-18


Kalau kita mendengar berita-berita di televisi semakin hari semakin memprihatinkan bukan?
Seorang ayah menggauli 2 putri kandungnya sendiri selama 1 tahun bahkan diketahui oleh
istrinya. Seorang mantan kepala desa tega mengupah seseorang untuk membunuh anak
kandungnya karena anaknya itu sering mabuk. Masih banyak lagi berita-berita kejahatan yang
membuat kita sedih mendengarnya. Benarlah apa yang dikatakan Yesus pada waktu murid-
muridNya bertanya : “…apakah tanda kedatangan-Mu dan tanda kesudahan dunia?” (Matius
24:3), Yesus menjawab : “ Dan karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih
kebanyakan orang akan menjadi dingin .” (Matius 24:12). Dengan meningkatnya kejahatan, itu
berarti kehangatan kasih sudah tidak ada lagi. Itulah tanda kedatangan Tuhan dan dunia akan
segera berakhir.
Rasul Yohanes menuliskan dalam surat edarannya kepada gereja-gereja yang berada
dibawah tanggung jawab rasulinya tentang lawan dari kasih adalah kebencian (1 Yohanes
3:11-15) dan juga tentang kasih sejati (1 Yohanes 3:16-18). Dalam ayat 11 dikatakan : “…inilah
berita yang telah kamu dengar dari mulanya, yaitu bahwa kita harus saling mengasihi…”. Rasul
Yohanes ingin menegaskan bahwa kasih adalah hukum pertama – pusat/jantung berita Kristen.
Kain sudah menolak kasih Allah (Kejadian 4-7). Akibat penolakan terhadap kasih, maka Kain
membunuh Habel yang tidak melakukan kesalahan apa-apa. Habel yang perbuatannya benar
berhadapan dengan Kain yang perbuatannya jahat karena memang berasal dari si jahat.
Seorang
yang membenci disamakan dengan pembunuh (ayat 15), sebab itu jangan ada kebencian
dalam
hati.
Allah mengasihi kita lebih dulu, maka kita yang sudah mengalami kasih, pengampunan
dan pertolongan-Nya wajib mengasihi dan menolong orang lain juga. Kristus telah memberikan
nyawa-Nya untuk kita, mari kita juga belajar terus menabur kasih dengan kerelaan berkorban
untuk orang lain. Kita terus mengasihi orang-orang dengan cara Tuhan mengasihi mereka.
Menegur orang-orang yang berjalan pada jalan yang salah dan memimpin mereka ke jalan
yang
benar dengan roh lemah lembut. Ketika kita mengasihi Allah lebih dari segalanya, maka kita
rela
menghadapi resiko ditolak karena memberitakan kebenaran. Sebaliknya ketika kita menerima
teguran-teguran mari kita memahami bahwa teguran-teguran itu sesungguhnya mengobati,
memperbaiki dan mengubah kita kearah yang benar. Itulah kasih sejati.
Saudara, jemaat Tuhan yang terkasih, mari kita tumbuh kembangkan kasih sejati dalam
keluarga, gereja dan masyarakat sekitar kita dengan saling memperhatikan, menasehati,
menolong, memberi semangat, mendoakan karena kasih bukan sekedar kata-kata (1 Yohanes
3:18) tapi sebuah keputusan dan sikap. KASIH ITU PRAKTIS.

Kasih Menurut 1 Yohanes 3: 11 - 18


13 Juli 2012   08:28 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:00  3286  0 0

Johanes, penulis lima buku di Alkitab Perjanjian Baru yaitu: Injil Johanes – 1 – 3 Johanes dan
kitab Wahyu.

Kitab Yohanes ini ditulis oleh Rasul Yohanes seorang murid yang paling dikasihi Jesus
(Johanes 13:23). Rasul ini menceriterakan pengalaman hidupnya bersama Kristus, bukan
hanya teori atau pengalaman orang lain tetapi pengalaman pribadi. Pribadi yang telah diubah
oleh Tuhan Yesus menjadi pribadi yang mengasihi.

Siapakah Yohanes sebelum diubah oleh kasih Kristus, dia adalah:

Markus 3:17 à Yohanes anak Zebedeus digelari anak-anak guruh, mungkin karena mereka
anak Galilea yang penuh vitalitas dan suka meledak - ledak.

Lukas 9:54 à Yohanes tidak punya toleransi karena

à Yohanes berani minta izin kepada Jesus agar api turun dari langit untuk membinasakan.

Markus 10:35-37 à Yohanes seorang yang ambisius, dia meminta kepada Jesus dan berkata:
“Guru kami harap supaya Engkau  kiranya mengabulkan suatu permintaan kami”. Jawab Yesus:
Apakah kiranya yang engkau kehendaki? Yohanes meminta: perkenankanlah kami duduk
dalam kemuliaanMu kelak yang seorang di sebelah kananmu dan seorang lagi di sebelah
kiriMu”. Lalu Yesus berkata: “Kamu tidak tahu apa yang kamu minta”. Barangsiapa ingin
menjadi besar diantara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu dan barangsiapa ingin
menjadi hamba untuk sesamanya bukan untuk dilayani melainkan untuk memberikan
nyawanya menjadi tebusan bagi orang banyak. Itulah kasih setia pengikut Kristus.

Latar belakang Yohanes yang sangat berbahaya ini telah diubah oleh Kristus menjadi pribadi
yang lembut dan mengasihi.
Kekasih dalam nama Tuhan Yesus Kristus,

Sejak manusia lahir sudah penuh dosa, kita melihat Kain dan Habel yang saling membunuh
karena tidak ada kasih.

Kita melihat Kain yang jahat dan Habel yang baik:

Kain yang berasal dari sijahat membunuh adiknya

Mari kita bandingkan antara Kain dan Habel:

qKain mempersembahkan hasil usahanya kepada Tuhan bukan dari hasil yang terbaik;

qKain memberi persembahan dengan bersungut - sungut;

qHabel memberikan persembahan yang terbaik dari usahanya dia rela memberi dengan
sukacita dan murah hati.

Mari kita mengikuti keteladanan Habel, memberikan yang terbaik, dengan murah hati, dengan
penuh sukacita membawa persembahan kepada Allah.

Kita harus mau mengasihi sesama saudara “Jika kita mau mengasihi tidak ada lagi
pembunuhan, tidak ada maut yang membenci dunia sebab maut adalah upah dosa”.

Apakah kita-kita ini sungguh - sungguh telah mengasihi Tuhan dan saudara-saudara atau
keluarga kita. Kita lihat apa yang telah kita perbuat.

qKita harus berusaha menolong orang lain dan saudara-saudara kita;

qKita harus menutupi segala sesuatu kekurangan, kelemahan dan melupakan kesalahan orang
lain (1 Korintus 13:17a).

Kalau kita telah melakukan seperti ini pasti kita telah mengasihi sesuai yang diajarkan Tuhan
Yesus.

3
Kekasih dalam nama Yesus Kristus,

Semua agama di dunia ini mempunyai, undang-undang dan larangan-larangan yang harus
dipatuhi oleh pengikutnya. Misalnya Agama Yahudi mempunyai “Sepuluh Hukum” yang disebut
Hukum Taurat dan agama-agama lain juga mempunyai aturan tentang cara yang baik dan apa
yang tidak boleh dilakukan.

Di lain pihak ke-Kristenan bukanlah semata-mata urusan hukum, larangan dan perintah. Tetapi,
segala sesuatu yang diperintahkan Tuhan Yesus bagi kita harus dipatuhi yaitu: “PRINSIP
KASIH”. Tuhan Yesus memerintahkan kita dalam Yohanes 13:34 “Aku memberikan perintah
baru kepada kamu yaitu supaya kamu saling mengasihi. Aku mengasihi kamu, demikian
pula kamu saling mengasihi.”

Rasul Paulus berkata dalam 1 Korintus 13:4-7: sungguhlah indahnya kasih itu: kasih itu sabar,
kasih itu murah hati, kasih itu tidak cemburu, kasih itu tidak memegahkan diri, tidak
mencari keuntungan sendiri, kasih itu tidak pernah menyalahkan orang lain dan kasih itu
adil dan selalu menutupi kekurangan orang lain. Kita harus menempatkan kasih sebagai
prioritas utama sebagaimana yang diperintahkan Tuhan Yesus, yaitu: “Iman, pengharapan
dan kasih dan yang paling besar ialah KASIH”. Jadi yang paling besar dalam Kerajaan Allah
adalah: “Mereka yang besar dalam kesalehan batin dan kasih bagi Allah” bukan mereka
yang besar bagi prestasi lahiriah dan yang memegahkan diri.

Bagaimana kita melaksanakan perintah ini?

Perintah Tuhan ini memberikan kewajiban bagi kita:

1.Kewajiban kita Terhadap Allah

Secara spiritual Allah telah memberikan suatu talenta bagi manusia, yang jauh lebih tinggi
nilainya daripada harta benda lainnya. Karunia rohani ini adalah anugerah Allah yang
memungkinkan kita untuk mewujudkan kehidupan yang berguna.

Allah Tuhan kita, Dialah sumber dari segala yang kita punya, maka kita senantiasa harus
memandang kepadaNya di dalam kondisi dan situasi apapun dalam hidup kita (karena Dialah
Allah yang berpengasihan).

Inilah yang diperintahkan Tuhan Yesus Kristus agar kita selalu mengasihi Allah dengan
segenap hati kita dan segenap jiwa kita. Dengan pengakuan ini kita tidak akan pernah
memegahkan diri malah sebaliknya kita menyangkal diri kita sendiri.
2.Kewajiban Mengasihi Orang Lain

Siapapun diantara kita tidak akan dapat hidup seorang diri. Karena itu Kristus
memerintahkan kasihanilah saudaramu, kasihanilah orang lain sebagaimana Tuhan yang
mengasihi kita.

Perikop kita hari ini sangat sangat kuat untuk mengingatkan kita kembali bahwa jika kita
mengabaikan kasih terhadap sesama, mengabaikan kasih terhadap manusia dan
berpura-pura mengasihi Allah, kita adalah menipu diri sendiri.

Karena, bagaimanakah kita mungkin dapat mengasihi Allah yang tidak nampak oleh mata
kita sendiri apabila kita gagal untuk mengasihi sesama manusia yang hidup bersama-
sama dengan kita.

3.Kewajiban untuk Mengasihi Diri Sendiri

Kita semua diciptakan Allah dengan sempurna menurut gambar dan rupaNya (Kej. 1:26). Kita
adalah Bait Allah dan Roh Allah berdiam di dalam diri kita (1 Korintus 3:16-17). Demikianlah kita
berkewajiban untuk mengasihi diri kita sendiri sebelum kita mengasihi orang lain sehingga kita
dapat mengasihi sesama atau orang lain.

Karena itu kita perlu mengukur ketulusan kasih terhadap sesama manusia dengan kasih
terhadap tubuh kita sendiri secara moral, spiritual dan fisik.

Kekasih dalam nama Tuhan Yesus Kristus,

Allah sesuai dengan keberadaannya tidak mementingkan dirinya. Dengan murah hati ia
menganugerahkan kasihNya, kemurahan dan rahmatNya kepada manusia KARENA IA
BERKENAN UNTUK BERBAGI DIRINYA DAN KEKAYAANNYA BAGI KITA.

Demikianlah kita menikmati anugerah, keselamatan, sebagai orang-orang percaya akan


menjadi teladan, bukti nyata tentang kemurahanNya.

Pemazmur berkata kepada kita: “sebab kasih setiaMu Tuhan lebih baik daripada hidup
bibirku yang memegahkan Engkau”.
Sungguh ajaib anugerah Tuhan, karena anugerah Tuhan itu tidak dibayar, hanya dituntut
kesetiaan. Tak satu mata uangpun yang sanggup membayar anugerah Tuhan, tetapi
anugerah ajaib itu berlimpah dengan cuma-cuma.

Kekasih dalam Nama Tuhan Yesus Kristus!

Ketaatan akan Firman Tuhan hanya nyata di dalam tindakan. Seluruh hukum Tuhan dan
nubuatan para nabi dihimpun dalam Firman Tuhan yang mengajak kita untuk hidup dalam
KASIH. Sebagai jemaat Tuhan kita harus memupuk persatuan, persaudaraan dengan orang-
orang disekitar kita.

Persatuan dan persaudaraan dalam segala hal adalah untuk kemuliaan Tuhan, persatuan dan
persaudaraan yang didasari kasih kepada Allah. Kita satu di dalam Kristus, penderitaan orang
lain menjadi penderitaan kita, sukacita orang lain menjadi sukacita kita juga. Artinya, ada
kepedulian kita (simpati dan empati) kepada orang lain. Jadilah menjadi lilin dan garam yang
memupuk hidup di dalam kasih persaudaraan dengan sesama. Pasti akan tercipta
persaudaraan yang rukun dan kesanalah Tuhan memerintahkan.

Kekasih dalam nama Yesus Kristus,

Yang menjadi pertanyaan: Kenapa kita saling mengasihi?

MENGASIHI = MEMBERITAKAN YANG TERBAIK

Betapa mudahnya Gereja ini semakin baik dan bertumbuh apabila kita saling mengasihi.
Memang kita harus akui masalah harta duniawi, bukanlah hal yang mudah ketika Tuhan Yesus
didatangi orang muda yang kaya (Matius 19: 19 + 21). Tuhan Yesus berkata, jika mau ikut saya
kata Yesus: juallah hartamu dan berikanlah kepada orang miskin, orang kaya yang muda itu
menjawab sedih tidak mau melakukannya. Orang kaya muda ini mau mengikuti Yesus  tetapi
dia tidak punya iman.

Orang kaya muda itu tidak punya iman.

Jesus berkata:

Iman tanpa perbuatan adalah mati à Jika seorang saudara kita tidak mempunyai
makanan dan pakaian sehari-hari, kita berkata: “selamat jalan kenakanlah baju panas
dan makanlah kenyang” tetapi kita tidak memberikan keperluannya selama dalam
perjalanan, jelas kita tidak berpengasihan.

Untuk itu kita harus berbuat sesuatu.

Amsal 3:27-28

Janganlah menahan kebaikan kepada orang yang berhak, yang memerlukan pertolongan
kita, padahal kita sanggup / mampu memberikannya.

Janganlah katakan:

“Pergilah dan kembalilah, besok akan kuberi, sedang yang diminta ada pada kita”
Bagaimana kasih kita terlaksana kalau besok dia sudah tidak ada, kitalah yang akan menyesal.
Amsal 19:17 menyatakan: “Siapa yang menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah
dia memiutangi Tuhan an membalas perbuatannya itu berlipat ganda”. Sebab Tuhan tidak
mau berutang.

Saudara-saudara kekasih dalam nama Yesus Kristus,

Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih


hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.

Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu
senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam
pelbagai kebajikan.

11

"Ia membagi-bagikan, Ia memberikan kepada orang miskin, kebenaran-Nya tetap untuk


selamanya."

Ingat Lukas 6:38

Berilah dan kamu akan diberi suatu takaran yang dipadatkan dan dicurahkan keribaanmu
dan hidupmu akan berkelimpahan.
Galatia 6:7

Jangan sesat, Allah tidak mau dipermainkan karena apa yang ditabur orang itulah yang akan
dituainya. Kalau orang tidak pernah menabur dia tidak akan pernah menuai.

12

Amen…

Anda mungkin juga menyukai