Anda di halaman 1dari 6

Bahan Khotbah Minggu Minggu, 2 April 2023

Minggu Palmarum

DALAM KRISTUS ADA PENGHIBURAN KASIH


Lan Kristus nanai Pa’pakatana Pa’kaboro’
Bacaan Mazmur : Mazmur 31: 9-16
Bacaan 1 : Yesaya 50:4-9a
Bacaan 2 : Filipi 2:1-11 (BU)
Bacaan 3 : Matius 26:14-29
Nas Persembahan : Efesus 5:2
Petunjuk Hidup Baru : Yesaya 50:7/Mazmur 31:15

Tujuan
1. Jemaat memahami bahwa hanya di dalam Kristus ada penghiburan kasih.
2. Jemaat menikmati dan menghidupi penghiburan kasih dalam Kristus.

SUSPENSE :
LEAD :
Shalom…bapak/ibu/sdr.i dalam Tuhan…
Setiap kita saya percaya…sudah pernah mendapat penghiburan entah dari teman,
jemaat, pendeta, pasangan, sahabat, mungkin bisa juga dari mantan atau musuh sekalipun.
Nah tidak kebetulan tema kita hari ini berbicara ‘Dalam Kristus Ada Penghiburan
Kasih’. Maka pertanyaan pentingnya penghiburan kasih yang seperti apa yang Tuhan mau
saya mengerti? Dan bahwa penghiburan itu ada dalam Krsitus?
Karena itu…menarik untuk kita jawab bersama… Maka mari saya mengajak kita
untuk memperhatikan Bahan Utama kita Filipi 2:1-11.

PUNCH LINE :
Bapak/Ibu/Sdr.i yang baik hatinya dalam Tuhan…
Jemaat Filipi, adalah jemaat yang bisa kita katakan sangat Paulus puji, bahkan
terhadap jemaat ini, Paulus sampai berkata: “Aku mengucap syukur kepada Allahku setiap
kali aku mengingat kamu.” (Flp. 1:3). C. Groenen dalam bukunya Pengantar ke dalam
Perjanjian Baru (Groenen : 257) mengatakan: ‘Paulus memuji jemaat di Filipi setinggi langit
sebagai jemaat teladan yang doleh diteladani jemaat-jemaat lain (Bnd. TB-LAI, Flp. 1:5-10).
Karena itu, sebagai jemaat yang Paulus puji, tentulah ada harapan besar yang dapat
dicontoh dari jemaat ini.
1. Paulus menyerukan agar jemaat ini senantiasa hidup dalam sikap saling
mempertimbangkan (ay. 1-5).
Saudara…kesatuan pikiran, tidak mudah dikembangkan ketika manusia dari latar

1
belakang dan temperamen yang berbeda menemukan diri mereka berbagi satu sama lain.
Tidak mudah, tetapi bukan berarti tidak bisa. Inilah isi nasihat Paulus kepada jemaat yang
ada di Filipi kala itu.
Walaupun dalam jemaat, orang tentu berasal dari latar belakang yang berbeda dan tentu
memiliki temperamen yang berbeda, tapi itu bukan berarti kesatuan tidak bisa tercipta. Pasti
bisa. (Lih. Flp. 4:2). Mengapa?
Karena dalam ayat 1 ini Paulus menegaskan bahwa kalau hidup kita di dalam Kristus,
kalau iman kita di dalam Kristus, atau kalau hidup kalian diatur sepenuhnya oleh Yesus,
maka itulah yang membuat kalian kuat. Kalau Kristus mengasihi kalian, inilah yang
manghibur kalian. Kalian bersekutu dengan Roh Kudus, karena itulah kalian mempunyai
belas kasihan dan berbaik hati satu sama lain. Inilah alasan kenapa kesatuan bisa tercapai.
Mengapa kesatuan bisa tercapai? Karena semua orang telah mengalami kelembutan dan
kasih sayang-Nya dan karena itu dapat dengan lebih mudah menunjukkan kualitas yang
sama satu sama lain.
Jadi kalau Paulus mengatakan dalam ayat 1, jadi…dalam Kristus…ada penghiburan
kasih, maka dalam ayat ini terkandung arti: jemaat terhibur karena Kristus mengasihinya.
Dan kaliamt: “ada penghiburan kasih itu bisa juga berarti "kalian terhibur atau kalian tidak
perlu lagi kuatir karena Kristus mengasihimu.
Karena itu bagi Paulus, kalau pikiran ini menguasai seluruh orang percaya, secara
khusus jemaat di Filipi, maka dalam ayat 2-3 Paulus meminta jemaat untuk: sehati sepikir,
dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau
puji-pujian yang sia-sia.
‘Sehati sepikir’ (φρονεω phroneo / Pengucapan: fron-eh’-o) maksud Paulus di sini
menekankan bukan satu suara, seperti orang mau mengambil keputusan dalam rapat, atau
dalam memilih calon pimpinan. Tapi yang Paulus minta di sini adalah sikap batin total
dari pikiran atau kehendak yang berusaha mengejar satu hal yang lebih besar daripada
kebenaran manusia mana pun — (melampaui kebenaran: "milikku, milikmu, miliknya"),
suatu kesatuan semangat dan sentimen di mana ketegangan yang kuat disatukan oleh
kesetiaan yang melampaui satu sama lain sebagai saudara di dalam Kristus.
Jadi, kesatuan di sini bukan soal membuat semua orang tidak boleh berbeda pendapat.
Atau semua orang harus punya pikiran yang sama. Karena kalau itu yang terjadi hiudp ini
akan sangat membosankan. Tidak berwarna.
Melainkan, ‘sehati sepikir’ di sini dimaksud setiap ada perbedaan, di sana setiap orang
harus memberi ruang: melatih dirinya untuk memberi dan menerima berbagai pendapat

2
dan sudut pandang untuk didiskusikan dan diperdebatkan dalam susasana
persaudaraan/persahabatan sebagai orang-orang yang hidupnya dikuasai Kristus, iman
kepada Kristus dan hidup dalam persekutuan dengan Roh Kudus.
Dan proses diskusi dan perdebatan seperti itu hanya akan terjadi apabila setiap orang
dengan rendah hati mendengar dan menaati suara Kristus.
Ada yang menarik di sini mengenai konsep ‘kerendahan hati’ yang dalam bahsa
Yunaninya : ταπεινοφροσυνη tapeinophrosune (Pengucapan: tap-i-nof-ros-oo’-nay).
Sebenarnya, kata ini dipakai dalam sensu malo, yaitu “dalam arti yang buruk” atau
mengandung kebencian. Kata sifat dari kata ταπεινοφροσυνη tapeinophrosune
(Pengucapan: tap-i-nof-ros-oo’-nay) adalah ταπεινός (Pengucapan: tap-i-nof-nos), yang
artinya "rendah hati" dan kata ini sering digunakan dan terutama untuk menggambarkan
mentalitas seorang budak. Istilah ini menggambarkan ide-ide dasar dari lusuh, tidak layak,
dan tidak berarti, bahkan bisa kejam. Jadi, pada masa itu, ide rendah hati itu oleh orang
kafir dipandang sebagai ide yang tidak popular. Karean itu tidak penting untuk dikejar.
Tidak ada gunanya.
Tapi berbeda dengan komuniat Qumran. Dalam komunitas Qumran, ide ‘kerendahan
hati’ dinilai sebagai kebajikan karena membawa unsur persatuan dan cinta dalam
persekutuan itu sendiri. Berulang kali dalam Peraturan Komunitas Qumran, para anggota
diberitahu bahwa “mereka semua harus berada dalam komunitas kebenaran dan
kerendahan hati yang bajik dan cinta kasih dan keadilan yang cermat”.
Menariknya, Paulus adalah pewaris ide-ide ini, dan terutama setuju dengan konsep
Qumran yang mengatakan bahwa ‘kerendahan hati’ sangat diperlukan untuk persatuan
dalam komunitas, yakni bahwa setiap anggota dalam sebuah komunitas, perilakunya itu
didorong oleh sikap kerendahan hati.
Akan tetapi, di sini, konsep tersebut Paulus hubungkan dengan Kristus Yesus, yakni
kerendahan hati dihubungkan dengan kasih yang merendahkan diri dari pribadi yang ada
dalam rupa Allah (lih. Flp 2:8). Jadi kerendahan hati, seperti yang Paulus pahami dan
dukung, bukanlah sikap merendahkan diri sendiri, melainkan sikap yang diilhami oleh
teladan Kristus dan oleh karena itu secara khusus bersifat Kristen: sikap saling mengasihi
di dalam gereja, yang sekaligus menjadi antitesis dari kesombongan, keangkuhan kosong
(κενοδοξία), dan ambisi egois (ἐριθεία).
Selain itu, kesatuan itu juga bisa tercapai apabila kerendahan hati yang menganggap
seorang lebih utama daripada yang lain sebagai sesuatu yang serius, dan bukan bukan
menganggap kepentingan diri mereka sendiri sebagai sesuatu yang serius, termasuk

3
memutlak-mutlakkan idenya, atau lebih menonjolkan perbedaan pemikiran tertentu, yang
kalau mau jujur…, sebenarnya itu juga berangkat atau berasal dari pemahaman kita yang
tidak sempurna entah tentang Injil atau tentang sesuatu. Dalam arti, kita juga tidak
menutup kemungkinan bisa salah. Karena pikiran kita mempunyai keterbatasan. Ada hal-
hal tertentu yang jujur tidak bisa juga kita jangkau. Secerdas apapun saudara.
Jadi, orang yang ‘te’geran’ itu penting memahami ini. Orang yang selalu merasa diri
paling benar dari orang lain perlu memahami ini. Sebab dia juga bisa salah. Kalau pikiran
mereka juga terbatas. Karena terbatas, tidak selalu yang diucapkan bisa mewakili
kebenaran tunggal.
Karena itu… perhatikan… kalau kita terlibat dalam diskusi dan debat, dan kita rasa-
rasa hal itu tidak lagi bersahabat, dan kita mulai masuk dalam suasan di mana masing-
masing kita mulai berusaha saling menyingkirkan satu sama lain, apalagi terkesan
mempermalukan sesama kita, STOP. Berhenti. TOBAT NGANA. TOBAT! Karena, dosa
kesombongan sedang mengintip.
Saudara…jangan lakukan apa pun karena ambisi egois. "Jangan pernah bertindak
untuk tujuan egois" (Bnd. Flp. 8:2) atau "jangan lakukan apa pun karena semangat
persaingan". Kata Paulus; lupakan semua pikiran tentang prestise pribadi. Karena dari
situlah akar kesombongan. Dan kesombongan seharusnya tidak memiliki tempat dalam
kehidupan Kristen. Karena yang menjadi ciri orang Kristen adalah kebalikan dari
kesombongan, sesuatu yang berkualitas, yaitu kerendahan hati. (Bnd. Ams. 3:34 dikutip
dalam Yakobus 4:6; 1 Pet. 5:5. Lih. Juga Mat. 11:29).
Karena itu, dalam ayat 4 Paulus menegaskan untuk: ‘janganlah tiap-tiap orang hanya
memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga’. Atau dengan
kata lain, jika teladan Kristus harus diikuti, lebih baik memperhatikan hak orang lain
daripada hak kita sendiri dan kewajiban orang lain daripada kewajiban kita sendiri.
Karena itu…bagaimana supaya hal ini bisa terjadi?
2. Paulus mau setiap jemaat Menaruh Pikiran dan Perasaan yang Terdapat Juga dalam
Kristus Yesus (ay. 5-11)
Paulus bilang dalam ayat 5, setiap orang dalam komunitas Kristen, termasuk dalam
jemaat Filipi dan Jemaat Gereja Toraja, untuk memiliki sikap yang sama … seperti sikap
Kristus Yesus.
Pikiran dan perasaan seperti apa yang Kristus miliki dan yang harus juga menjadi
iskap seluruh orang Kristen dalam komunitasnya? Ayat 7-8 katakan: yang walaupun
dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus

4
dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa
seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia,
Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
Alkitab mengatakan: “tetapi Dia mengosongkan dirinya sendiri.” Hati-hati dengan
pernyataan ini. Tuhan Yesus melepaskan diri-Nya,' bukan dalam arti Yesus melepaskan
kodrat ilahi-Nya, karena ini tidak mungkin, tetapi 'kemuliaan, hak prerogative-Nya sebagai
Tuhan. Intinya adalah Tuhan Yesus tidak memperlakukan kesetaraan-Nya dengan Tuhan
sebagai alasan untuk menonjolkan diri atau membesar-besarkan diri. Sebaliknya, Dia
memperlakukannya sebagai kesempatan untuk melepaskan setiap ‘keuntungan’ atau hak
‘istimewa’ yang mestinya diperoleh-Nya, karena Dia memang Tuhan. Dengan demikian,
tindakan menjadi sama seperti manusia bagi Yesus, sebagai kesempatan untuk pemiskinan
diri dan pengorbanan diri tanpa pamrih. Dengan menjadi sungguh-sungguh manusia
(bukan mirip manusia tapi 100% manusia), alih-alih mengeksploitasi kesetaraan-Nya
dengan Allah untuk keuntungan-Nya sendiri, Yesus justru memilih menjadikan diri-Nya
bukan apa-apa. Artinya apa? Yesus menambahkan sesuatu yang belum ada pada diri-Nya!
Apa itu? Tuhan yang menjadi manusia. Seluruh hidupnya dari palungan hingga kubur
ditandai dengan kerendahan hati yang tulus.
Pelajaran bagi orang Kristen Filipi jelas: sebagaimana Kristus mengesampingkan
kepentingan sendiri demi kepentingan orang lain, demikian pula seharusnya mereka. Dan
kita juga. Mengapa itu harus kita lakukan? Karena saat ini, D ialah yang sekarang baik
jemaat Filipi maupun kita semua akui sebagai Tuhan atas segalanya. Maka teladan Yesus
yang adalah TUHAN DAN JURUSELAMAT kita, harus menentukan bagi kita semua.
Maka kalau YESUS itu kita imani sebagai TUHAN dan JURUSELAMAT kita, maka
sikap rendah hati, mewarnai seluruh hati dan perasaan kita.
Saudara siaap yang bermartabat tinggi dalam gereja? Para pendeta, majelis gereja,
pastor, uskup, ketua-ketua apapun? Tidak! Bukan mereka. Kita semua orang yang
mengakui Yesus sebagai TUHAN dan JURUSELAMAT, harus melayani. Siapa yang
lebih penting dalam gereja? Semua. Yang dibaptsi dan ataupun tidak dibaptis. Termasuk
anak bayi. Anak-anak. Semua adalah sama. Dan ketika ada Sebagian yang merasa diri
paling penting dari yang lain dan selalu ingin dihormati, dia sebenarnya keliru. Itu
bukanlah panggilan yang ditawarkan Yesus. Karena panggilan yang YESUS berikan baik
kita dan termasuk mereka yang merasa diri berada di posisi tertinggi melayani dan
bersikap rendah hati.
Maka jika dalam gereja kita menemukan seseorang dengan jabatan tinggi namun

5
bersikap sombong dan angkuh, beranilah untuk berkata ‘betapa malang dirimu’ dan
berdoalah untuknya. Termasuk orang-orang yang selalu merasa berjasa buat TUHAN.
Orang-orang yang selalu melayani dan merasa berjasa, kalau bukan karena saya, gereja ini
tidak akan maju. Saudara Musa, Joshua, Daud, Para Nabi, Para Rasul, Para Martyr, semua
mati…tapi pelayanan berjalan terus. Saya pun akan mati. Tapi saya yakin pelayanan
dalam Gereja Toraja pasti akan berjalan terus.
Saya hormat…saudara memang orang-orang hebat, yang luar biasa dalam pelayanan.
Gereja ini belum lengkap tanpa saudara. Tapi kalau saudara dan saya mati…
percayalah….pekerjaan dan pelayanan gereja TUHAN ini akan berjalan terus. Karena
yang bekerja adalah TUHAN di dalam ROH KUDUS melalui kita, bukan kita memakai
TUHAN untuk kebutuhan kita. Yang setuju katakana: ‘Amin’!
Lallu mengapa ada sikap ‘sombong’ seperti itu? Karena dia tidak mengerti apa arti
terdalam panggilan TUHAN.
Apa itu Panggilan TUHAN? Panggilan Tuhan adalah sembah sujud kepada BAPA, DI
dalam YESUS KRISTUS TUHAN DAN JURUSELAAMT KITA, cinta pada gereja dan
pelayanan yang digerakkan oleh kuasa ROH KUDUS. Amin.

Anda mungkin juga menyukai