Anda di halaman 1dari 7

MENJAGA PERSEKUTUAN DALAM KONTEKS

SEHATI SEPIKIR
November 23, 2012 by komikmuda in Diary.

21 Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan
Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan, 2 karena itu sempurnakanlah sukacitaku
dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu
tujuan, 3 dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia.
Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih
utama dari pada dirinya sendiri; 4dan janganlah tiap-tiap orang hanya
memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga. :
5
Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang
terdapat juga dalam Kristus Yesus.
(Filipi 2:1-5)
Hakikat Sekaligus Masalah
Persekutuan orang percaya (Ing: fellowship; Yun: koinonia; hurufiah: berbagi hal yang
sama) itu sesungguhnya merupakan hakikat dari gereja. Sebab, persekutuan dengan
sesama orang percaya adalah akibat atau hasil dari persekutuan orang percaya
dengan Allah di dalam Kristus.
Seperti kata 1 Yoh 1:7, jika kita hidup di dalam terang (= persekutuan dengan
Allah) sama seperti Dia (= Kristus) ada di dalam terang (= persekutuan dengan
Allah), maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain.
Jadi, persekutuan orang percaya, atau gereja adalah hasil atau bukti bahwa orangorang percaya telah miliki dan tetap pelihara persekutuannya dengan Allah dalam
Kristus. Persekutuannya dengan Allah dalam Kristus itulah yang memampukan
mereka mau dan mampu bersekutu satu sama lain sebagai orang percaya.
Seperti kata Yesus, Barangsiapa tinggal di dalam (persekutuan dengan) Aku dan Aku
di dalam (persekutuan dengan) dia, ia berbuah banyak (termasuk: dapat bersekutu
dengan sesamanya), sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa (termasuk:
tidak dapat bersekutu dengan sesamanya) (Yoh 15:5). Betapa pun mereka mau,
orang percaya nyaris mustahil akan mampu untuk bersekutu satu sama lain, jika
mereka tidak miliki dan pelihara persekutuan dirinya dengan Allah dalam Kristus.
Karena itulah, persekutuan orang percaya dapat kita katakan merupakan hakikat
gereja. Sebab, hanya dengan itu gereja dapat buktikan bahwa mereka adalah orangorang percaya yang telah dan tetap miliki persekutuan dengan Allah dalam Kristus.
Namun, persekutuan orang percaya pun sekaligus merupakan masalah dari gereja di
segala zaman, termasuk di zaman rasul Paulus, dan di zaman kita sekarang ini.
Sebab, ketidak-sempurnaan, atau kedagingan manusia itulah yang selalu
mengancam persekutuan orang percaya, atau gereja dengan perpecahan.

Seperti kata rasul Paulus, Perbuatan daging telah nyata, yaitu: perseteruan,
perselisihan, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, dan
sebagainya (Gal 5:19-21).
Karena itu, setiap perpecahan dari persekutuan orang percaya, atau gereja menjadi
suatu penyangkalan terhadap otentisitas persekutuan orang percaya dengan Allah
dalam Kristus. Setiap orang percaya sesungguhnya membutuhkan persekutuan
dengan sesama orang percaya justru untuk membuktikan otentisitas persekutuannya
dengan Allah dalam Kristus.
Penyebab Umum Perpecahan
Menurut rasul Paulus, ada 3 (tiga) penyebab umum perpecahan persekutuan orang
percaya:
Pertama, egoisme, atau pementingan diri sendiri (ay 4, janganlah tiap-tiap
orang hanya memperhatikan kepentingan-nya sendiri, tetapi kepentingan orang lain
juga).
Egoisme adalah suatu pandangan, bahwa nilai baik-buruk (moral) dari segala sesuatu
itu ditentukan oleh kepentingan diri sendiri.
Contoh?
Datang terlambat dalam tugas pelayanan itu boleh-boleh saja buat diri sendiri,
tetapi buat orang lain tidak boleh, karena bisa-bisa ia/mereka kita kasih teguran atau
sanksi.
Merokok itu baik-baik saja buat diri sendiri (sekalipun bisa merugikan orang lain),
tetapi buruk dan tidak boleh buat orang lain (buat jemaat, apa lagi buat pasangan
dan anak-anaknya).
dan lain sebagainya
Padahal, Yesus memanggil setiap orang percaya untuk mengikuti teladan hidup-Nya
yang memperhatikan kepentingan orang lain lebih daripada memperhatikan
kepentingan diri-Nya sendiri, seperti firman-Nya katakan, Anak Manusia datang
bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya
menjadi tebusan bagi banyak orang (Mat 20:28).
Itulah pengosongan (baca: penyangkalan pementingan) diri Kristus!, kata rasul
Paulus (Fil 2:5-8, Kristus Yesus walaupun dalam rupa Allah telah
mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi
sama dengan manusia sampai mati di kayu salib).

Kedua, egosentrisme, atau pemusatan kepada diri sendiri (ay 3, hendaklah


seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri).
Egosentrisme adalah suatu perasaan tertarik atau peduli hanya kepada diri sendiri,
sehingga tidak tertarik dan peduli kepada diri orang lain. Sebab, yang utama dan
layak diperhatikan itu hanya diri sendiri, sedang orang lain tidak perlu diutamakan
dan diperhatikan.
Contoh?
Pendapat sendiri inginnya selalu didengarkan, dan marah jika tidak didengarkan,
tetapi giliran pendapat orang lain tidak ingin mendengarkan, dan jika orang lain
marah, masa bodoh dan peduli amat, emangnya gue pikirin!
Kebutuhan sendiri (untuk dilayani) inginnya cepat ditanggapi, tapi giliran kebutuhan
orang lain (untuk dilayani) ditunda-tunda terus, sampai kelupaan!
dan lain sebagainya
Padahal, yang seharusnya menjadi pusat dalam kehidupan setiap orang percaya
adalah Allah (yang menyatakan kehendak-Nya) di dalam Kristus, seperti firman-Nya
katakan, Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk
ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di
sorga (Mat 7:21).
Karena itu, bagi setiap orang percaya, ia tidak pernah cukup hanya percaya kepada
Kristus, tetapi lebih dari itu ia harus mengikuti Kristus yang mengikuti kehendak
Allah di dalam seluruh hidup-Nya di dunia.
Ketiga, gengsi, atau penonjolan diri sendiri (ay 3, tidak mencari puji-pujian
yang sia-sia).
Gengsi itu terkait dengan segala sesuatu yang dilakukan untuk menjaga harga diri
atau mencari kehormatan diri.
Contoh?
Jika diminta mengerjakan tugas-tugas pelayanan yang memberi kepada kita
kesempatan tampil di depan jemaat atau umum, kita dengan penuh semangat mau
melakukannya, tetapi jika diminta mengerjakan tugas-tugas pelayanan yang tidak
kelihatan jemaat atau orang banyak (seperti ikut rapat, hitung uang persembahan,
dlsb) kita tidak bersemangat dan menghindar dengan pelbagai alasan.
Jika orang lain bersalah kepada kita, kita akan tuntut orang itu untuk mengaku
salah dan minta maaf kepada kita, tetapi sebaliknya jika kita sendiri bersalah kepada

orang lain, kita tidak mau mengaku salah, apa lagi minta maaf kepadanya. Biarlah
orang itu tahu sendiri saja dari sikap dan perbuatan saya kepadanya!, begitu kita
katakan.
dlsb
Padahal yang seharusnya setiap orang percaya lakukan adalah menjaga dan mencari
kehormatan dan kemuliaan Allah dalam Kristus. Seperti kata rasul Paulus, Kalau
segala sesuatu telah ditaklukkan di bawah Kristus, maka Ia sendiri sebagai Anak
akan menaklukkan diri-Nya di bawah Dia, yang telah menaklukkan segala sesuatu di
bawah-Nya, supaya Allah menjadi semua di dalam semua (1 Kor 15:28).
Kenyataannya, egoisme, egosentrisme dan gengsi yang dilakukan oleh siapa pun
(secara pribadi atau berkelompok) di dalam gereja cenderung telah dan akan
memecah persekutuan orang percaya. Sebab, ketiga hal itu akan menghalangi siapa
pun untuk melayani sesama orang percaya. Sebaliknya, ketiga hal itu cenderung
akan singkirkan sesama orang percaya.
Cara Pelihara Dan Kembangkan Persekutuan
Intinya, bersehati-sepikirlah dengan Kristus! Seperti nasihat rasul
Paulus, hendaklah kamu sehati sepikir menaruh pikiran dan perasaan yang
terdapat juga dalam Kristus Yesus (Fil 2:2,5).
Hanya cara Kristus dapat pelihara dan kembangkan terus persekutuan orang
percaya, yaitu:
Pertama, menjadikan persekutuan orang percaya tempat dan kesempatan
untuk membuktikan persekutuan kita dengan Allah dalam Kristus.
Kristus telah membuktikan, bahwa persekutuan-Nya dengan Allah Bapa-Nya
memampukan diri-Nya untuk bersekutu dengan orang percaya kepada-Nya, bukan
hanya dari kalangan Yahudi, tetapi juga dari kalangan bukan Yahudi.
Karena itu, benarlah, pernyataan 1 Yoh 1:7, Jika kita hidup di dalam terang (=
persekutuan dengan Allah) sama seperti Dia (= Kristus) ada di dalam terang (=
persekutuan dengan Allah), maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang
lain.
Benarlah juga nasihat Ibr 10:25, Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuanpertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita
saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang
mendekat.

Persekutuan dengan Allah dan persekutuan dengan sesama orang percaya itu harus
berjalan seiring sejalan. Yang satu tidak bisa dan tidak mungkin dilakukan tanpa yang
lain!.
Kedua, menjadikan persekutuan orang percaya tempat dan kesempatan
untuk menyatakan dan mempraktekkan kasih Allah dalam Kristus.
Kristus bukan hanya mengasihi Allah dan menyampaikan pengajaran tentang kasih,
tetapi seluruh hidup-Nya menyatakan dan mempraktekkan kasih-Nya kepada
persekutuan orang percaya (Ia mengasihi mereka sampai kepada
kesudahannya, Yoh 13:1), bahkan kepada semua orang di dunia (Anak Manusia
memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang, Mat 20:28)
Karena itu, bercermin dari teladan hidup-Nya, kita pun hanya mungkin mengasihi
Allah, jika kita mengasihi sesama manusia, dan mempraktekkannya pertama-tama
dalam persekutuan orang percaya. Seperti diingatkan oleh 1 Yoh 4:20, Jikalau
seorang berkata: Aku mengasihi Allah, dan ia membenci saudaranya, maka ia
adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya,
tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya).
Kasih yang dilakukan atau dipraktekkan selalu memelihara dan mengembangkan,
serta tidak pernah memecah persekutuan orang percaya, karena kasih tidak
berbuat jahat terhadap sesama manusia (Rom 13:10).
Ketiga, menjadikan persekutuan orang percaya tempat dan kesempatan
untuk menyangkal diri, merendahkan diri dan menaati kehendak Bapa di
sorga.
Seluruh hidup Yesus di dunia, termasuk di tengah persekutuan orang percaya,
ditandai dengan penyangkalan diri-Nya, perendahan diri-Nya dan ketaatan-Nya
kepada kehendak Bapa.
Karena itu, Ia sendiri boleh menggenapi kehendak Allah yang selalu Ia
ajarkan, Barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa
merendahkan diri, ia akan ditinggikan (Mat 23:12).
Itulah sebabnya, kata rasul Paulus, Allah (akhirnya) sangat meninggikan Dia dan
mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama (Fil 2:9).
Artinya? Hal yang kurang-lebih sama akan kita alami di penghujung hidup kita, jika
kita mau menyangkali diri, merendahkan diri dan menaati kehendak Bapa di sorga di
dalam hidup kita, termasuk pertama-tama di dalam hidup kita di tengah-tengah
persekutuan orang percaya.
Ya, dengan ketiga cara itulah persekutuan orang percaya kita pelihara dan
kembangkan! Sebab, sesungguhnya, lebih dari persekutuan orang percaya
membutuhkan diri kita, diri kitalah yang membutuhkan persekutuan orang percaya!

Persekutuan orang percaya adalah salah satu dari anugerah-Nya yang indah dan
yang selalu harus kita jaga, pelihara serta kembangkan! Bukan kita pecah-belah!.
Biar pun untuk itu, selalu ada harga yang harus kita bayar. Namun, the price is
really worthy!.
Jakarta, Jumat, 16 Nopember 2012

Hendrik Komandangi (HK)


Irene Natalia Komala (INK)
Komikmuda
Laras Putriasih (LP)
Leonita Triwachyuni (LTw)
Lina Tjindra (LTj)
Melissa Octoviani (MO)
Nirmala Putri (NP)
Seno Suwasono Bangun (SSB)
Stef
uthe
Cerita yuk!
Christnadi Putra Hendartha (XND)
Clarissa Pangse (PANG)
Denis Benito Amando (DBA)
Diary
Featured
Gilbert C.K. (GCK)
Hadassah Alexandria
Healthy LIfe
His Words

Kompa News
liputan
Merry Lopulalan Malau (MLM)
Merry Malau (MRM)
Playground
Politics
Raynard Tantra (RT)
Relationship

Anda mungkin juga menyukai