Anda di halaman 1dari 4

Minggu 25 September 2022 Atik Tung Ringkot..!!

15. SET-TRINITATIS ;
Ep; Mazmur 146: 1 – 10
Ev; 1 Timoteus 6: 6 – 10
Ibadah Disertai Rasa Cukup
Hadaulaton mardongan Sabam ni Roha
=====================================================
1. Buku I Timotius, adalah menasihat Paulus kepada Timotius, seorang pemimpin Gereja di
Efesus, untuk memastikan bahwa ajaran yang sehat diajarkanan tidak membiarkan
kesalahan2x untuk mengalihkan perhatian dari ajaran-ajaran Injil. Dalam Kitab 1 Timotius
pasal 6 yang adalah bagian terakhir dari Surat Paulus yang Pertama kepada Timotius
dalam Perjanjian Baru Dan khotbah pada Minggu 15. SET-TRINITATIS yang terdapat
pada 1 Timoteus 6: 6 – 10 mau mengajak kehidupan iman dan pengharapan kita yang
bertindak kepada sebuah hakekat kehidupan iman; “Ibadah Disertai Rasa Cukup =
Hadaulaton mardongan Sabam ni Roha”
2. “Rasa cukup” memang relatif, cukupnya seseorang berbeda dengan orang lain. Akan
tetapi, seseorang dapat menguji apakah yang diingini itu memang benar-benar
kebutuhan, atau ternyata berunsur keserakahan, kesombongan, dan upaya meningkatkan
harga diri. Kalau seseorang cukup dengan motor, ia harus merasa puas dengan motor.
Namun kalau ternyata memang ia membutuhkan mobil, apa salahnya ? Jangan berupaya
memiliki mobil dengan dasar kesombongan atau meningkatkan nilai diri, sebab di dalam
pemandangan manusia fasik hari ini, orang yang mengendarai mobil lebih berharga dari
yang hanya mengendarai motor. Seorang yang cukup dengan mobil niaga atau minibus
hendaknya puas dengan mobil kelas ini, dst…!!
3. Paulus memperingatkan Timotius tentang orang-orang yang menyesatkan di tengah
umat-Nya ketika itu (1 Timotius 6:3-10), yiaitu orang yang mengajarkan ajaran atau
doktrin yang berbeda dengan kebenaran firman Tuhan (1 Timotius 6:3). Isi pengajarannya
bukan hanya tidak setuju dengan kebenaran dari TUHAN, tetapi juga hal mengumpulkan
harta (Matius 6:19-34).
4. Rasa cukup dalam Kristus adalah salah satu bagian dari kesalehan hidup yang Allah
inginkan dimiliki oleh setiap anak-anak-Nya. Ayat 6 berkata, “Memang ibadah itu kalau
disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar.” Dalam terjemahan lain: “Memang
kesalehan itu kalau disertai rasa cukup…” Merasa cukup dengan apa yang Tuhan telah
berikan merupakan salah satu bentuk kesalehan yang ada di dalam hati seorang yang
percaya kepada Kristus. Arti dari kesalehan itu adalah ketundukan kepada Tuhan dan
mengikuti apa yang menjadi keyakinan. Seorang yang saleh tentunya adalah seorang
yang hidup berkenan kepada Tuhan.
5. Cara menumbuhkan rasa cukup ini dikatakan dalam ayat 8, “Asal ada makanan dan
pakaian, cukuplah.” Artinya, asalkan kebutuhan hidup yang paling utama dan mendasar
disediakan oleh Allah, itu sudah cukup. Rasa cukup didasari oleh iman kepada Allah yang
selalu mencukupkan segala keperluan setiap orang percaya (Flp. 4:19). Dan rasa cukup
1
ini disertai dengan kelimpahan secara rohani yang telah disediakan Allah dalam Kristus
(Yoh. 10:10). Secara jasmani dicukupi oleh Allah, namun secara rohani justru
berkelimpahan, itulah rasa cukup dalam Kristus. Kontras di dalam ayat 9 memaparkan
orang yang tidak pernah merasa cukup; mereka adalah orang yang cinta uang (ay. 10),
yang mana karena rasa tidak pernah cukup yang dimilikinya, membawanya kepada
kecelakaan, keruntuhan, kebinasaan, bahkan penyimpangan dari iman kepada Kristus.
Hal ini adalah peringatan serius dari Paulus bagi setiap orang percaya di segala zaman.
6. Rasa cukup dalam hati hanya dapat kita miliki apabila kita sungguh-sungguh
menundukkan diri dan segala keinginan kita hanya kepada kehendak Tuhan. Mengucap
syukur setiap hari bahkan setiap saat merupakan salah satu disiplin rohani yang sangat
baik, yang mana akan menghindarkan kita dari rasa tidak cukup. Miliki rasa cukup dalam
Tuhan, dan yakinilah bahwa Kristus adalah harta rohani terbesar dan kekal yang telah
dianugerahkan Allah bagi kita (Mzm. 73:25-26; 25 Siapa gerangan ada padaku di sorga
selain Engkau? Selain Engkau tidak ada yang kuingini di bumi. 26 Sekalipun dagingku
dan hatiku habis lenyap, gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya).
7. Kehidupan kita umat beragama masa kini dikelilingi dan digoda oleh roh-roh zaman:
materialisme, konsumerisme, hedonisme, dan roh sejenisnya, yang dapat
menjerumuskan siapa saja agar tidak lagi menyembah TUHAN. Jika masa dulu, orang
tergoda menyembah aneka batu atau pohon besar sebagai berhala, maka kini umat
digoda oleh apa yang disebut dengan keserakahan (hamongkuson). Alkitab
mengingatkan bahwa keserakahan adalah sama dengan penyembahan berhala (Kol.3:5;
Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan,
kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan
penyembahan berhala). Mahatma Gandhi meyebutkan: Bumi menyediakan cukup untuk
kebutuhan setiap orang, namun tidak cukup untuk keserakahan setiap orang (the earth
has enough for everyone"s need, but not enough for everyone"s greed). Keserakahan
tidak akan pernah berkata cukup dan tak akan pernah kenyang. Keserakahan ibarat: (a)
dunia orang mati; (b) rahim yang mandul; (c) bumi yang tidak pernah puas dengan air;
dan (d) api yang dapat melahap apa saja dan tidak mau berkata cukup, begitu kata
Alkitab (Amsal 30:15-16).
8. Sejarah gereja mula-mula, khususnya di lingkungan warga jemaat Efesus - di mana
Timotius sebagai pimpinan jemaatnya - warga gereja dan masyarakat digoda oleh ajaran
palsu yang bersemangat cari uang (materialisme). Terkait hal ini, dalam proses
kehidupan beragama di Indonesia, kita (pernah) merasa malu bahwa dalam
penyelenggaraan kehidupan keagamaam justru di situ banyak terjadi korupsi dan
penyelewengan uang. Rasul Paulus mengingatkan Timotius muda agar melawan roh
tersebut. Alkitab menegaskan bahwa akar segala kejahatan ialah cinta uang (urat ni nasa
hajahaton do roha na holongan di hepeng). Sebab oleh memburu uanglah beberapa
orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai duka (1 Tim
6:10). Dan kepada orang-orang kaya, Alkitab mengingatkan supaya jangan tinggi hati dan
hendaklah mau berbagi supaya ada keseimbangan (1 Tim. 6:17-18; 2 Kor. 8:15).
2
9. Rasul Paulus kepada Timotius dan juga kepada kita orang-orang percaya masa kini -
yang oleh Alkitab disebut sebagai manusia Allah (halak ni Debata) - diminta untuk
menjauhi semangat cinta uang dan kejar untung dalam kehidupan berjemaat. Tetapi
sebaliknya, warga jemaat diminta untuk mengejar keutamaan yang membangun jemaat,
yakni: keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran, dan kelembutan (1 Tim. 6:11; 1 Kor.
13:4-7). Tugas Timotius muda adalah menjadi saksi setia Kristus dan Injil. Tugas mulia ini
memiliki ganjaran (upah) spesial yaitu kehidupan abadi (2 Tim. 2:11).
10. Tentu dalam mengikut Tuhan Yesus, orang Kristen (baca;kita) harus merasa cukup.
maksudnya bukan berarti mengajak umat Tuhan untuk bersikap pasif dan akhirnya tidak
giat untuk pekerjaan sehari-hari. Namun nas ini mau mengajak umat seharusnya semakin
giat bekerja menjadi manusia yang maksimal untuk Tuhan dalam seluruh kegiatan hidup
baik di keluarga, dipekerjaan, di pelayanan dan di seluruh wilayah hidup ini. Sebab orang
yang mengasihi Tuhan harus dapat menunjukkan sikap hidup yang all out hidup bagi
Tuhan dan kerajaan-Nya. Dalam hal ini Paulus hendak mengajak kita semua umat Tuhan
mengalihkan fokus hidup kita agar tertuju hanya kepada Tuhan dan Kerajaan-Nya.
11. Dan untuk keperluan diri sendiri harus selalu merasa cukup sehingga kita tidak lagi jatuh
kedalam dosa cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah
menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka. Cinta akan
uang akan membuat level pertumbuhan iman dan rohani menjadi stagnan (mandeg, tidak
berubah), bahkan merosot tajam dan akhirnya mati sama sekali. Faktor awal hal ini bisa
terjadi disebabkan salah satunya adalah keberatan seseorang atas kewajiban untuk hidup
all out jika mau mengikut Yesus dan hadir dalam kehidupannya yang sebenarnya (baca;
haknya).
12. Ke gereja orang tidak merasa keberatan, tetapi kalau harus melepaskan semua ego,
ambisi pribadi, hak-hak dan sebagainya, banyak orang menilainya sebagai sesuatu yang
benar-benar sulit dan berat. Itulah sebabnya tidak banyak orang yang berani mengambil
keputusan untuk mengikut Yesus dengan standar yang benar. Orang seperti ini biasanya
akan mencari pemberitaan Firman yang sesuai selera pribadi yang enak didengar telinga
semata (2 Timotius 4:3), jika tidak menguntungkan bagi kebutuhan jasmani mereka maka
gairahnya mendengarkan Firman yang harusnya menjadi makanan rohnya akhirnya
terjatuh di semak berduri. Harus direnungkan, bahwa Tuhan Yesus tidak memberitakan
Injil yang sesuai dengan selera manusia (Yohanes 6:60–66).
13. Rasa puas dan rasa cukup berawal dari hati yang dipenuhi rasa syukur. Cukup bukan
berarti kita berhenti bekerja dan berusaha atau berpuas diri, tetapi cukup adalah melihat
dan menikmati apa yang kita terima dengan rasa syukur. Rasul Paulus dalam suratnya
memperingati Timotius agar waspaa dengan mereka yang serakah, mereka senang
mencari keuntungan tanpa batas untuk diri sendiri, bahkan dalam ibadah pun mereka
mencari keuntungan dan memecah-belahkan persekutuan, orang-orang seperti ini tidak
pernah puas dengan apa yang telah mereka miliki, mereka suka mencari-cari kesalahan,
memfitnah dan menipu, hanya untuk mendapatkan keuntungan.

3
14. Oleh sebab itu Paulus menasehati Timotius (baca; orang Kristen) agar memberi
pengajaran dan nasehat tentang ibadah yang sesungguhnya, yaitu ibadah yang disertai
rasa cukup, bahwa Tuhan sudah lebih dahulu memberi berkat yang cukup kepada kita
dan karena itu kita harus bersyukur dan memuji Nama-Nya. Sebagai orang percaya, kita
harus mengakui bahwa, telah begitu banyak berkat yang kita terima dari Allah, baik
jasmani maupun rohani, terutama penyertaan, perlindungan dan keselamatan yang telah
kita alami sampai saat ini.
15. Bahkan semua kebutuhan hidup kita telah dicukupkan oleh Tuhan, artinya kita tidak
pernah berkekurangan apalagi kelaparan disaat musibah dan bencana mendera hidup
kita, sebab dalam Tuhan ada berkat, selalu tepat pada waktunya. Itulah pengakuan kita
sebagai orang percaya, karena itu seluruh hidup kita, ibadah kita, kerja kita, hendaklah
disertai rasa cukup dan sebagai ungkapan syukur kita kepada Allah.
16. Mengucapkan kata cukup membuat kita lebih melihat apa yang telah kita terima, bukan
apa yang belum kita dapatkan. Jangan biarkan kerakusan manusia membuat kita sulit
berkata cukup. Belajarlah mencukupkan diri dengan apa yang ada pada diri kita hari ini,
maka kita akan menjadi manusia yang berbahagi dan itulah ibadah kita (baca;orang
percaya). Tanpa rasa cukup, kita tidak dapat merdeka dalam Tuhan sehingga akan
dikendalikan oleh nafsu duniawi dan ambisi pribadi.Tergadainya hakekat hidup manusia
adalah karena tidak hadirnya hidup dalam rasa cukup. Tuhan memberkati.

Salam Sehat..!
Pdt. Ro Sininta Hutabarat, MTh
GKPI JK-SK

Anda mungkin juga menyukai