Anda di halaman 1dari 5

TUBUH-KU UNTUK DIA

BACAAN ALKITAB: I KORINTUS 6:12-20

TUJUAN:

1. Umat menyadari bahwa hidupnya telah lunas ditebus oleh Kristus, sehingga hidup
terutama tubuhnya sudah menjadi milik Kristus.

2. Umat memiliki komitmen untuk melepaskan diri dari pikiran-pikiran kompromis yang
membawa mereka dalam perilaku dosa.

PENGANTAR

Di kalangan muda ada istilah yang dikenal dengan YOLO, You Live Only Once.
Artinya kamu hidup hanya satu kali. Pepatah ini tidaklah salah, karena kamu hidup hanya
satu kali maka pergunakanlah dengan maksimal. Hanya saja pengertian ini sering disalah-
artikan dengan pemikiran yang menyesatkan. Apa itu? Salah satunya adalah karena kamu
hidup hanya satu kali, nikmatilah hidup yang kamu jalani. Apa yang kamu senangi
lakukanlah itu. Bahkan ketika hal itu melanggar norma-norma kehidupan yang ada. Kalau
kamu suka perbuatlah, karena hidup itu hanya satu kali. Pemikiran seperti ini tentu sangat
menyesatkan, tetapi tidak bisa dimungkiri bahwa paham seperti ini muncul dan cukup marak.

Pikiran yang kompromis seperti uang koin. Di satu sisi kompromi terhadap standar
yang tinggi terkadang membuat hati lebih tenang. Selalu idealis bisa membuat orang tertekan,
hidup dengan penuh kecemasan, marah-marah karena tidak sesuai harapan. Tentu kompromi
semacam ini diperlukan agar hidup bisa lebih damai sejahtera. Sebaliknya, kompromi
terhadap sesuatu yang tidak seharusnya, malah akan membawa dampak buruk. Kompromi
terhadap perilaku tidak patuh lalu lintas contohnya. Pengendara yang mengambil jalur lain
hanya karena jalurnya macet. Tentu ini tidak bisa dibenarkan. Namun, karena tidak mau
terjadi keributan, kebanyakan orang menjadi kompromi terhadap hal itu. Akibatnya, semakin
banyak orang yang melakukan pelanggaran.
Hidup ini memang hanya satu kali, maka pergunakanlah sebaik-baiknya, bukan
seenak-enaknya. Adalah keliru apabila kehidupan yang telah dimerdekakan dari dosa tidak
dipelihara dengan hidup dalam kekudusan. Kekudusan hidup memang tidak menentukan
kehidupan kekal kita kelak, karena keselamatan itu sudah dianugerahkan oleh Allah dalam
diri Yesus Kristus. Namun kekudusan hidup sangat berpengaruh dengan damai sejahtera yang
dapat kita rasakan di tengah dunia. Dalam bacaan minggu ini, kita hendak belajar tentang
pentingnya memiliki pikiran yang sehat terhadap keselamatan yang telah dianugerahkan
Tuhan.

PENJELASAN

Surat Paulus yang pertama kepada Jemaat Korintus merupakan tulisan yang sangat
berbobot bagi kehidupan moral orang Kristen. Baik terhadap isu-isu kehidupan bergereja {ps.
1-4 (tentang perpecahan) & 11-14 (tentang pertemuan jemaat)}, maupun terhadap etika
berperilaku sebagai orang Kristen (ps. 5-7 (tentang kehidupan seks) & ps. 8-10 (tentang
makanan)}. Hal ini dikarenakan Korintus merupakan kota yang tinggi mobilitas
penduduknya. Korintus adalah kota pelabuhan utama di masa itu, maka di kota ini terjadilah
perjumpaan dengan berbagai kebudayaan dan pemikiran. Dampaknya penduduk kota ini
memiliki pemikiran lebih luas dan terbuka. Hanya saja perkembangan yang positif ini tidak
dibarengi dengan dasar yang kuat, mengingat saat itu kekristenan masih sangat muda. Orang
Kristen di Korintus harus berhadapan dengan kebudayaan Yunani dan Romawi yang usianya
sudah lebih tua. Tentu hal ini menjadi tantangan yang tidak mudah bagi jemaat Korintus kala
itu.

Pada pembahasan I Korintus 6:12-20 Paulus mengajarkan tentang bahayanya


percabulan. Paulus menemukan 2 pemikiran keliru yang menjadi alasan beberapa orang
Kristen melakukan percabulan, yaitu:

1. Oleh karena Kristus telah mematahkan segala kutuk dosa, maka segala sesuatu halal untuk
dilakukan (ay. 12). Bagi orang-orang itu tidak ada yang haram, maka sah-sah saja melakukan
segala sesuatu. Dalam pikiran mereka, keselamatan tidak lagi ditentukan oleh hal- hal
lahiriah, melainkan bagaimana mengimani Yesus Kristus sebagai Juruselamat mereka. Hidup
menjaga diri dari kenajisan tidak lagi diperlukan, karena hukum Taurat sudah tidak berlaku.
Pemikiran seperti ini sudah terlampau jauh. Di sinilah kesombongan rohani telah merusak
kehidupan orang percaya. Walaupun Kristus telah menggenapi hukum Taurat bukan berarti
semua pantas untuk dilakukan.

2. Sama seperti makanan untuk perut, dan perut untuk makanan begitu pula segala sesuatu di
dunia ini (ay. 13). Seakan-akan percabulan disamakan dengan makanan. Tanpa makanan
orang tidak bisa hidup, demikian juga percabulan. Pemikiran ini sangat dipaksakan dan tidak
bisa dibenarkan.

Kedua pemikiran ini membuat para petobat baru mengalami kebimbangan. Walaupun
mereka telah menjadi Kristen, tetapi mereka tetap melakukan tindakan-tindakan asusila
seperti itu. Oleh sebab itu, untuk meluruskan pemikiran yang menyesatkan seperti itu, Paulus
mengajukan beberapa argumen:

1. Segala sesuatu halal, tetapi tidak segala sesuatu berguna (ay. 12). Paulus menegur mereka
bahwa seharusnya orang-orang Kristen tidak hanya mempertimbangkan apa yang halal untuk
dilakukan, tetapi juga apa yang pantas untuk mereka lakukan. Sebagai orang yang telah
dimerdekakan dari dosa, maka tidak pantas lagi orang itu terikat dengan dosa. Dengan kata
lain mereka sesungguhnya belum benar- benar merdeka dari dosa. Mereka yang terikat
dengan percabulan telah diperhamba oleh nafsu kedagingan yang menyesatkan. Sehingga
mereka selalu mencari pembenaran akan apa mereka lakukan. Orang yang telah dibenarkan
oleh Kristus seharusnya melakukan sesuatu yang membangun orang lain, bukan
menghancurkanya.

2. Makanan dan perut saling mempengaruhi, tetapi tidak dengan percabulan (ay. 13).
Manusia tidak bisa meninggalkan makanan ketika ia hidup. Manusia akan mati apabila
mereka tidak makan. Karena selama hidup makanan sangat dibutuhkan untuk tubuh. Akan
tetapi, apakah itu sama dengan percabulan? Tentu tidak! Tidak ada orang yang akan mati
apabila tidak berbuat cabul. Sebaliknya, orang akan tetap hidup walaupun ia tidak pernah
melakukan persetubuhan. Kemudian di ayat yang sama, Paulus mengingatkan tujuan manusia
diciptakan oleh Allah. Manusia diciptakan untuk mengerjakan pekerjaan Tuhan (Kej. 1:28).
Pernikahan (beranak cucu) adalah amanat Tuhan, tetapi tidak dengan percabulan. Karena
percabulan bukan berdasarkan keinginan untuk melanjutkan generasi, melainkan hanya
memuaskan birahi. 3. Siapa yang mengikatkan diri pada percabulan, menjadi satu dengannya
(ay. 16). Jangan sangka percabulan seperti makanan. Yang Ketika dimakan akan dibuang ke
dalam jamban. Percabulan melibatkan hubungan badan yang artinya menjadikan dirinya
menjadi satu. Apa yang menjadi satu itu tidak bisa dilepaskan dengan mudahnya. Ibarat dua
benda yang telah direkat oleh lem/selotip, maka ketika dilepaskan akan ada kerusakan di
dalamnya. Demikian juga persetubuhan yang dilakukan kepada banyak orang akan merusak
manusia itu sendiri.

4. Orang yang melakukan percabulan berdosa terhadap dirinya sendiri, tetapi tidak dengan
dosa lain (ay. 18). Apakah artinya Paulus membeda- bedakan dosa? Apakah ada dosa yang
kecil dan besar? Tidak. Dosa tetaplah dosa. Upahnya adalah maut. Akan tetapi, maksud dosa
lain terjadi di luar dirinya dapat diartikan sebagai dosa yang tidak terlampau banyak
menyalahgunakan tubuh. Seperti halnya anggur bagi seorang pemabuk, makanan bagi orang
yang rakus. Dosa seperti itu juga tidak memberikan kuasa atas tubuh kepada orang lain. Akan
tetapi, dosa percabulan akan terus mengikat karena tidak bisa dihapuskan dari memorinya.
Apalagi jika orang tersebut ketahuan oleh orang lain, maka status 'cabul tidak akan pernah
bisa dilepaskan dari namanya. Sedemikan besar kuasa percabulan atas tubuh sampai Paulus
mengatakan 'Jauhkanlah dirimu dari percabulan!'

5. Kita telah dibeli dan lunas oleh penebusan Kristus, maka kita adalah milik Kristus, bukan
diri kita sendiri (Ay. 15,17,19-20a). Penebusan yang dilakukan oleh Kristus untuk kita
manusia bersifat total. Artinya seluruh kehidupan kita, tubuh, jiwa dan roh kita sudah menjadi
milik Tuhan. Sama seperti seorang budak yang dibeli oleh majikannya, maka tubuhnya,
keinginannya, haknya menjadi milik tuannya. Manusia yang telah menjadi milik Tuhan tidak
berkuasa untuk melakukan tindakan semena-mena. Karena apabila seorang budak melakukan
apa yang tidak berkenan kepada tuannya, maka tuannya berhak untuk melakukan tindakan
tegas kepada budaknya. Oleh sebab itu, Paulus mengingatkan kepada jemaat Korintus yang
menyeleweng itu untuk mengerti hakikat kehidupan sebagai pengikut Kristus. Selanjutnya
Paulus menekankan bahwa tubuh adalah Bait Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan
sendiri. Tubuh adalah tempat Tuhan bersemayam. Sama halnya dengan Bait Suci yang harus
bebas dari kenajisan, demikian juga tubuh.

6. Muliakanlah Allah dengan tubuh (ay. 20b). Bagaimana caranya? Cara yang sederhana
adalah dengan menjaga tubuh dari segala tindakan yang mencemarkan. Tidak saja dengan
cara menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan percabulan yang nyata, tetapi juga dari
perzinahan di dalam hati, seperti yang pernah disebut oleh Tuhan kita (Mat. 5:28). Cara yang
lebih rumit adalah dengan memelihara dan meningkatkan kualitas tubuh agar berguna bagi
pekabaran Injil. Dengan tubuh yang sehat, orang akan melihat kualitas iman orang itu.
Selama tubuh ini masih kuat, maka sebisa mungkin melakukan apa yang baik untuk
dikerjakan. Itulah cara memuliakan Tuhan dengan Tubuh.

PERTANYAAN PANDUAN DISKUSI

1. Apa saja alasan yang dipakai orang Korintus untuk kompromi terhadap perbuatan-
perbuatan dosa. Dan apakah pemikiran tersebut masih sering dipakai dalam konteks zaman
sekarang?

2. Apa saja bentuk percabulan lain di masa kini yang berkamuflase sebagai bentuk-bentuk
lain?

3. Bagaimana cara Saudara untuk menangkal pikiran-pikiran kompromis seperti itu?

4. Sebutkan tindakan nyata yang dapat memuliakan Tuhan dengan rubuh di masa sekarang!

VARIASI METODE

1. Pemimpin PA bisa memulai dengan membawa contoh-contoh kasus prostitusi yang sedang
marak di masyarakat. Bisa mengambil contoh terbongkarnya rumah produksi film porno di
Indonesia, atau penangkapan ibu penjaga warnet yang mencabuli anak-anak kecil, atau
beberapa contoh lain yang mengungkapkan bahwa hal-hal seperti ini nyata terjadi di
Indonesia. Lalu diskusikan mengapa ini mulai menjadi marak di Indonesia.

2. Kemudian Pemimpin PA dapat menggali teks 1 Korintus mengenai argumen yang dipakai
Jemaat Korintus yang terikat dengan dosa percabulan seperti di dalam penjelasan. Lalu
melakukan diskusi singkat dengan pertanyaan panduan diskusi no 1-3.

3. Selanjutnya Pemimpin PA menjelaskan mengapa dosa percabulan menjadi penting untuk


diberitakan dan diwaspadai oleh pengikut Kristus di masa sekarang. Jelaskan pentingnya
kesadaran bahwa tubuh kita adalah milik Kristus seperti di bagian Penjelasan.

Pdt. Timothy Setiawan GKI Beringin, Semarang

Anda mungkin juga menyukai