Anda di halaman 1dari 7

AJARAN PAULUS TENTANG KEMERDEKAAN ATAS KUK

PERHAMBAAN BERDASARKAN GALATIA 5:1-6 DAN


IMPLIKASINYA BAGI ORANG PERCAYA MASA KINI

Vikarman Gea, Yunus D. A. Laukapitang

Abstrak

Tujuan penulisan skripsi ini adalah pertama, untuk menjelaskan ajaran Paulus tentang
kemerdekaan atas kuk perhambaan berdasarkan Galatia pasal 5:1-6. Kedua, untuk
menjelaskan implikasi ajaran Paulus tentang kemerdekaan atas kuk perhambaan
berdasarkan Galatia 5:1-6 bagi orang percaya. Dari segi kehidupan rohani, semua manusia
telah mengalami perbudakan atau hidup di bawah kuk perhambaan. Manusia telah
diperhamba oleh dosa. Seseorang yang sudah mengalami kemerdekaan di dalam Kristus
perlu mempertahankan kemerdekaan tersebut dengan segenap hati atau sungguh-sungguh.
Hal ini berarti seseorang yang sudah dimerdekakan harus menunjukkan dan memiliki
kualitas kemerdekaan tersebut dalam kehidupannya. Dan beberapa sikap berikut yang
Paulus sampaikan kepada jemaat Galatia dalam mempertahankan kemerdekaan. Kepada
jemaat Galatia, Rasul Paulus berkata kepada mereka bahwa jikalau mereka melakukan
sunat yang merupakan bagian dari hukum Taurat maka Kristus tidak akan berguna lagi
bagi mereka dan mereka hidup di luar kasih karunia (Gal. 5:2-4). Hal ini ia sampaikan
kepada jemaat ini sebab diantara mereka telah beredar pengajaran yang salah tentang
keselamatan, di mana dalam mencapai keselamatan tersebut mereka harus taat pada hukum
Taurat dengan melakukan sunat.

Kata-kata Kunci: Kemerdekaan, Kuk, Perhambaan, Paulus, Kristus.

Pendahuluan

Latar Belakang Masalah


Kemerdekaan adalah kebutuhan setiap orang tanpa terkecuali, sebab tidak seorang
pun yang mau hidup dibawah suatu tekanan. Semua orang ingin hidup bebas dalam
mengekspresikan kehidupannya. Seperti halnya yang dilakukan oleh bangsa Indonesia,
demi merampas kembali hak kebebasan hidup yang telah dirampas oleh bangsa lain,
bangsa Indonesia telah membayar harga bahkan nyawa sekalipun untuk merebut kembali
kemerdekaan tersebut dari tangan para penjajah. Dari segi kehidupan rohani, semua
manusia telah mengalami perbudakan atau hidup dibawah kuk perhambaan. Manusia telah
diperhamba oleh dosa. Dosa menjadi tuan yang senantiasa menuntut agar dilayani manusia
(Rm. 7:14).1 Seluruh aspek kehidupan manusia telah rusak akibat dosa.

1
Herman Ridderbos, Paulus Pemikiran Utama Dan Teologinya (Surabaya: Momentum, 2010), 111-
112.

81
Manusia mengalami hambatan untuk menikmati relasi sejati dengan Allah, karena
dosa telah yang menjadi penghalang relasi tersebut. Dosa telah membuat manusia sulit
berkomunikasi dengan Allah secara terbuka, bahkan terhadap relasi dengan sesamanya.2
Dosa memiliki arti tidak meleset dari kehendak Allah (harmatia).3 Dosa telah menjadi
natur dalam diri manusia.4 Dalam hidup manusia, dosa merupakan masalah besar yang
harus diselesaikan dan yang tidak boleh dibiarkan terus menerus memperhamba manusia.
Dosa yang telah merusak seluruh totalitas hidup manusia dihadapan Allah, maka Ia
menyatakan anugerah-Nya kepada manusia. Puncak kemuliaan Kristus adalah kemuliaan
anugerah-Nya yang mampu memberikan sukacita kekal bagi pribadi yang menjadikan-Nya
sebagai hal paling berharga.5 Kehadiran Kristus membawa manusia keluar dan
dimerdekakan dari ikatan dosa melalui kematian-Nya di kayu salib merupakan karya yang
terbesar bagi kehidupan manusia. Dosa berdampak dalam kehidupan umat manusia dalam
segala aspek yang tidak hanya sebatas kematian, bahkan perbudakan.6 Allah berinisiatif
memberikan kebebasan bagi manusia yang dibatasi dengan tujuan agar manusia tidak
menggunakan kebebasan untuk menghancurkan relasi dengan Allah, sesama, dan alam.7
Inisiatif Allah tersebut sungguh murni untuk menyelamatkan jiwa yang berdosa.8 Manusia
mengalami kemerdekaan atas perbudakan dosa tidak lain karena kehendak Allah sendiri.
Hal ini menunjukkan, karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia
telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-
Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh. 3:16). Keadaan manusia
sungguh malang karena tanpa Kristus, maka manusia hidup dalam daging dan tanpa
pengharapan (Ef. 2:11-12).9 Karya Kristus di atas kayu salib telah mengubah seluruh aspek
kehidupan manusia. Penebusan yang telah Yesus lakukan telah membawa sukacita bagi
setiap orang percaya.
Penebusan di dalam Kristus adalah suatu totalitas yang membebaskan manusia dari
10
dosa. Walaupun sudah menjadi pengikut Kristus, namun hal tersebut tidak menjamin
bahwa sudah mengalami kasih Tuhan dengan benar dan tidak lagi mengalami kuk
perhambaan. Ada banyak orang Kristen yang belum meninggalkan kehidupan lama karena
belum mengenakan kehidupan baru yang Kristus kehendaki.11 Dapat dikatakan bahwa,
masih banyak ditemukan sekarang ini yang mengatakan dirinya telah diselamatkan oleh
Yesus Kristus, akan tetapi pada dasarnya masih terikat atau diperhamba dengan keinginan-
keinginan daging yang tidak memuliakan Tuhan. Contoh sederhananya banyak pertikaian

2
Arie Jan Plaisier, Manusia, Gambar Allah (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000), 67.
3
Louis Berkhof, Teologi Sistematika 3 (Surabaya: Momentum, 2009), 142.
4
Sonny Zaluchu, “Penderitaan Kristus Sebagai Wujud Solidaritas Allah Kepada Manusia,”
Dunamis: Jurnal Penelitian Teologi dan Pendidikan Kristiani 2, no. 1 (November 2017): 61,
https://doi.org/10.30648/dun.v2i1.129.
5
John Piper, Dosa-dosa Spektakuler Dan Tujuan Globalnya Bagi Kemuliaan Kristus (Surabaya:
Momentum, 2012), 2.
6
Ridderbos, 112.
7
Ebenhaizer I. Nuban Timo, Allah menahan Diri, Tetapi Pantang Menyerah (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2015), xxi.
8
Berkhof,148.
9
Darius dan Robi Panggarra, “Konsep Manusia Baru Berdasarkan Perspektif Paulus Dalam Efesus
4:17-32 Dan Implementasinya Dalam Kehidupan Orang Percaya,” Jurnal Jaffray 11, no. 2 (Oktober 2013):
36, https://doi.org/10.25278/jj71.v11i2.80.
10
J. Knox Chamblin, Paulus dan Diri: Ajaran Rasuli Bagi Keutuhan Pribadi (Surabaya:
Momentum, 2011), 55.
11
Hengki Wijaya, “Pengenaan Manusia Baru Di Dalam Kristus: Natur, Proses, Dan Fakta Serta
Implikasi Teologis Dan Praktisnya,” Jurnal Jaffray 14, no. 1 (22 Maret 2016): 112,
https://doi.org/10.25278/jj71.v14i1.194.

82
terjadi dalam gereja, orang Kristen terlibat dalam kekerasan, penipuan serta berbagai
tindakan lainnya yang masih menunjukkan dosa mereka. Karya penebusan Allah
membawa seseorang kepada kehidupan baru (Ef. 4:17:32). Contoh lainnya pada saat ini
yang terjadi dalam kehidupan kekristenan adalah masih banyak anak muda Kristen
Indonesia meninggalkan persekutuan-persekutuan dalam gereja, dicatat bahwa sebanyak
50% generasi muda Kristen meninggalkan gereja.12 Banyak orang berpikir bahwa
anugerah keselamatan yang Kristus kerjakan di kayu salib hanya sebatas penebusan saja
tanpa menuntut kehidupan yang baru sesuai firman Tuhan. Hal ini tidak benar,
sesungguhnya hasil dari penebusan itu menghasilkan gaya hidup yang baru, dan
menanggalkan gaya hidup yang lama. Seperti halnya yang dialami oleh jemaat di Galatia,
kemerdekaan yang telah mereka terima dari Yesus Kristus tidak sungguh-sungguh mereka
nikmati. Paulus berkata, Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah
memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk
perhambaan Galatia 5:1. Ajaran Paulus membawa mereka keluar dari perbudakan yang
didapatkan dari Taurat, sehingga Paulus mau mereka menerima setiap ajarannya (4:8-20).13
Jemaat di Galatia tidak dengan sungguh-sungguh hidup sesuai dengan Injil yang
telah Paulus sampaikan dalam jemaat ini, mereka masih taat dengan hukum Taurat, yang
dimana hukum Taurat tidak lagi mereka harus taati sebenarnya karena mereka telah hidup
di bawah hukum kasih karunia. Hal ini menunjukkan orang-orang percaya masih belum
memahami dengan benar kemerdekaan dalam Kristus yang sesungguhnya. Kemerdekaan
Kristus menjadikan umat percaya sebagai anak-anak dari perempuan merdeka (4:12-31),
bukan hidup dalam kewajiban bersunat yang membawa kehidupan kembali pada
perbudakan. Pengenalan yang benar akan keselamatan yang Yesus telah kerjakan, akan
membawa perubahan hidup secara total di hadapan Tuhan. Namun jemaat Galatia tidak
mengalami hal ini, hukum-hukum yang selama ini yang menawan dan memperhamba
mereka masih mereka mengalaminya walaupun mereka telah percaya kepada Yesus
sebagai Juruselamat hidup mereka.
Oleh sebab itu, berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk
menjelaskan tentang kemerdekaan atas kuk perhambaan berdasarkan surat Galatia 5:1-6
dan implementasinya bagi orang percaya masa kini. Untuk itu penulis membuat karya
ilmiah yang berjudul AJARAN PAULUS TENTANG KEMERDEKAAN ATAS KUK
PERHAMBAAN BERDASARKAN GALATIA 5:1-6 DAN IMPLEMENTASINYA
BAGI ORANG PERCAYA MASA KINI.

Pokok Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi pokok masalah
dalam penyusunan skripsi ini adalah:
Pertama, apa ajaran Rasul Paulus tentang kemerdekaan atas kuk perhambaan
berdasarkan Galatia pasal 5:1-6?
Kedua, apa implikasi ajaran Rasul Paulus tentang kemerdekaan atas kuk
perhambaan terhadap kehidupan orang percaya masa kini?

12
Sinar Kasih satuharapan.com, “Satu Harapan: Dirjen Kristen: 50% Generasi Milenial RI
Tinggalkan Gereja,” SatuHarapan.com, diakses 18 Juli 2019, http://www.satuharapan.com/read-
detail/read/dirjen-kristen-50-generasi-milenial-ri-tinggalkan-gereja.
13
D. A. Carson & Douglas J. Moo, An Introduction To The New Testament (Malang: Gandum Mas,
2016), 526.

83
Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok masalah di atas maka tujuan penulisan ini, yaitu:
Pertama, untuk menjelaskan ajaran Paulus tentang kemerdekaan atas kuk
perhambaan berdasarkan Galatia pasal 5:1-6.
Kedua, untuk menjelaskan implikasi ajaran Paulus tentang kemerdekaan atas kuk
perhambaan berdasarkan Galatia 5:1-6.

Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penulisan yang ingin dicapai melalui penulisan skripsi ini adalah:
Pertama, supaya melalui tulisan ini dapat menolong dan memberi pemahaman baru
bagi setiap orang percaya tentang kemerdekaan atas kuk perhambaan dengan benar.
Kedua, untuk memenuhi salah satu persyaratan akademik untuk mencapai gelar
sarjana teologi di sekolah Tinggi Filsafat Jaffray Makassar.

Metode Penelitian
Adapun metode yang digunakan oleh penulis dalam penyusunan skripsi ini adalah:
Pertama, penelitian kualitatif melalui hermeneutik eksegesis.14 Dalam kamus
Webster, ”hermeneutik sebagai ilmu menafsir, atau ilmu untuk menemukan arti dari
perkataan atau frasa dari seorang penulis, lalu menjelaskannya kepada orang-orang lain,
eksegesis, terutama berlaku untuk penafsiran ayat-ayat Kitab Suci.15 Sehingga metode
penelitian yang digunakan oleh penulis adalah penelitian kualitatif melalui metode
hermeneutik untuk meneliti nas tersebut.
Kedua, metode penelitian kepustakaan (Library Research).

Batasan Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini, penulis membatasi dan memfokuskan penulisan yakni
Surat Galatia 5:1-6 saja.

Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah:
Bab pertama, merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah,
masalah pokok, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, batasan
penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab kedua, merupakan latar belakang surat Galatia, yang terdiri dari gambaran
surat Galatia, penulis surat Galatia, tempat dan waktu penulisan surat Galatia, penerima
surat Galatia, tujuan surat Galatia, keunikan surat Galatia, garis besar surat Galatia.

14
Frederik, 69; Sugiono, 87.
15
Kevin J. Corner, Interpreting The Scriptures (Malang: Gandum Mas, 2004), 1.

84
Bab ketiga, merupakan eksegesis dari ajaran Paulus tentang kemerdekaan atas kuk
perhambaan berdasarkan Galatia 5:1-6, yang terdiri dari genre nas Galatia, analisis
konteks, analisis struktur dan analisis teks.
Bab keempat, merupakan implikasi dari ajaran Paulus tentang kemerdekaan atas
kuk perhambaan berdasarkan Galatia 5:1-6 dalam kehidupan orang percaya masa kini.
Bab kelima, merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

Kesimpulan
Keadaan orang percaya masa kini yang mengalami kemerosotan rohani karena
belum hidup sungguh-sungguh dalam kemerdekaan yang Kristus telah kerjakan bagi orang
percaya. Setelah menjelaskan ajaran Paulus tentang kemerdekaan atas kuk perhambaan,
maka penulis menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut. Pertama, kemerdekaan yang
telah Kristus kerjakan membawa orang percaya hidup dalam kasih karunia Kristus. Kasih
Karunia Kristus telah menolong manusia untuk hidup layak dihadapan Allah dan telah
membebaskan manusia dari dosa-dosa yang meperhamba sebelumnya. Percaya sungguh-
sungguh kepada Allah dan hidup seturut kendak Tuhan akan membawa orang percaya
menikmati kemerdekaan yang telah Kristus kerjakan dalam hidupnya. Hidup yang
sungguh-sungguh di dalam Kristus akan membuat orang percaya kaya secara rohani dalam
kehidupannya dengan tidak mengikuti ajaran-ajaran yang tidak sesuai dengan firman
Tuhan.
Kedua, Orang yang telah dimerdekakan oleh Kristus adalah orang yang telah
meninggalkan gaya hidup yang lama (tidak sesuai dengan kebenaran firman Tuhan) dan
telah mengenakan hidup yang baru (hidup berdasarkan firman Tuhan). Orang percaya
adalah orang yang hidup dalam pimpinan Roh Kudus. Menempatkan Kristus sebagai yang
utama dalam iman pengharapannya.

Saran-saran
Dalam bagian akhir tulisan ini, penulis memberikan saran. Pertama, penulis sangat
menyadari bahwa tulisan ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Penelitian yang
terdapat dalam tulisan ini masih bisa dikembangkan lebih lanjut lagi. Kedua, kepada gereja
agar dapat mengajarkan ajaran kemerdekaan yang telah Kristus kerjakan dengan baik
kepada jemaat sehingga tidak terpengaruh oleh pengajaran-pengajaran yang tidak benar
tentang kemerdekaan dalam Kristus
Ketiga, bagi setiap orang tua agar dapat mengajarkan kepada anak-anak dalam
rumah tangga tentang kemerdekaan yang benar dalam Kristus sehingga mereka dapat
mengerti dan memahami hal tersebut dan membuat mereka semakin bertumbuh dalam
iman. Keempat kepada orang percaya, agar tidak terlibat dengan ajaran-ajaran yang tidak
benar tentang karya keselamatan Kristus dan memberi diri lebih mengenal Yesus dalam
kehidupan sehari-hari.

Kepustakaan
Alkitab. Lembaga Alkitab Indonesia. Jakarta, 2006.
Andrews, E. H. Free In Christ The Message of Galatians. USA: Evangelical Press, 2005.
Barclay, William. Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Galatia-Efesus. Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1983.
Berkhof, Louis. Teologi Sistematika 4. Surabaya: Momentum, 2010.

85
____________. Teologi Sistematika 3. Surabaya: Momentum, 2009.
Bertens, K. Etika. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1994.
Bible Works Version 7.
Boice, James Montgomery. Dasar-Dasar Iman Kristen. Surabaya: Momentum, 2015.
Bruce, F. F. Ensiklopedia Alkitab Masa Kini A-L. Jakarta: Yayasan Bina Kasih/OMF,
1992.
Chamblin, J. Knox. Paulus dan Diri: Ajaran Rasuli Bagi Keutuhan Pribadi. Surabaya:
Momentum, 2011.
Chapman, Adina. Pengantar Perjanjian Baru. Bandung: Kalam Hidup, 2014.
Conner, Kevin J. dan Ken Malmin. Interpretting The Scriptures Hermeneutik. Malang:
Gandum Mas, 2004.
________. Interpreting The Scriptures. Malang: Gandum Mas, 2004.
Cung, Sung Wong. Teologi Sistematika. Bandung: Visipress, 2011.
Darius dan Robi Panggarra. “Konsep Manusia Baru Berdasarkan Perspektif Paulus Dalam
Efesus 4:17-32 Dan Implementasinya Dalam Kehidupan Orang Percaya.” Jurnal
Jaffray 11, no. 2 (Oktober 2013): 30-40. Diakses 15 Mei 2019.
https://doi.org/10.25278/jj71.v11i2.
Dju, Nyoman Lisias Fernand. “Analisis Kata menō Berdasarkan Surat 1 Yohanes.” Jurnal
Jaffray 14, no. 1 (9 Maret 2016): 50-85. Diakses pada 16 Juli 2019.
https://doi.org/10.25278/jj71.v14i1.
Douglas, J. D. Ed. Ensiklopedi Masa Kini Jilid I. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina
Kasih/OMF, 1997.
Drane, John. Memahami Perjanjian Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000.
Frederik, Hanny. “Prinsip-prinsip Kepemimpinan Penggembalaan Berdasarkan Yohanes
10:1-21 dan Implementasinya dalam Kepemimpinan Gereja.” Jurnal Ilmu Teologi
dan Pendidikan Agama Kristen 1, no. 2 (Desember 2020): 69-86.
https://ojs.sttjaffray.ac.id/jitpk/article/view/487.
Gering, Howard M. Analisa Alkitab (Jakarta: Yayasan Pekabaran Injil Imanuel, 1992.
Gunning, J. J. W. Tafsiran Surat Galatia. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1979.
Guthrie, Donald. Teologi Perjanjian Baru 1. (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995.
Hakh, Samuel Benyamin. Perjanjian Baru Sejarah, Pengantar dan Pokok-pokok
Teologisnya. Bandung: Bina Media Informasi, 2010.
Halley, Henry H. Penuntun Ke Dalam Perjanjian Baru. Surabaya: YAKIN, 1979
Henry, Matthew. Tafsiran Matthew Henry – Surat Galatia, Efesus, Filipi, Kolose, 1 & 2
Tesalonika, 1 & 2 Timotius, Titus, Filemon. Surabaya: Momentum, 2015.
Houser, Charles dan Scott Tunseth, Ed. Alkitab Edisi Studi. Jakarta: LAI, 2015.
Jervis, L. Ann. Understanding The Bible Commentary Series Galatians. United States of
America: Baker Books, 2011.
Jhonston, Philip. IVP Introduction To The Bible. Bandung: Kalam Hidup, 2011.
Lasor, W. S., D. A. Hubbard dan Bush, F. W. Pengantar Perjanjian Lama 1 Taurat &
Sejarah. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2014.
Lumintang, Stevril L. Theologia Abu-Abu Pluralisme Agama. Malang: Gandum Mas,
2004.
Milton, S. Terry. Biblical Hermeneutics: A Treatise on The Interpretation of The Old and
New Testaments. Grand Rapids: Zondervan, 1974.
Pfeiffer, Charles F. & Everent F. Harrison. Ed. Tafsiran Alkitab Wycliffe Cetakan Ketiga.
Malang: Gandum Mas, 2013.
Piper, John. Dosa-dosa Spektakuler Dan Tujuan Globalnya Bagi Kemuliaan Kristus.
Surabaya: Momentum, 2012.

86
Plaisier, Arie Jan. Manusia, Gambar Allah. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000.
Ridderbos, Herman. Paulus Pemikiran Utama Dan Teologinya. Surabaya: Momentum,
2010.
Ronda, Daniel. Dasar Teologi Yang Teguh Panduan Teologi Sistematika Di Perguruan
Tinggi. Makassar: Sekolah Tinggi Theologia Jaffray Makassar, 2013.
Sabda. “Intisari Alkitab - Galatia.” Diakses 18 Juli 2019.
http://www.sabda.org/sabdaweb/biblical/intro/?b=48&intro=pintisari.
Satuharapan.com, “Satu Harapan: Dirjen Kristen: 50% Generasi Milenial RI Tinggalkan
Gereja,” SatuHarapan.com. Diakses 18 Juli 2019.
http://www.satuharapan.com/read-detail/read/dirjen-kristen-50-generasi-milenial-
ri-tinggalkan-gereja.
Sosipater, Karel. Etika Perjanjian Baru. Jakarta: Suara Harapan Bangsa, 2010.
Stamps, Donald C. Ed. Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan. Malang: Gandum Mas,
2013.
Stuart, Douglas. Eksegesis Perjanjian Lama. Malang: Gandum Mas, 2012.
Suawa, Ferdinan K. Memahami Gramatika Dasar Bahasa Yunani Koine. Bandung: Kalam
Hidup, 2009.
Sugiono. “Pendekatan Penginjilan Kontekstual Paulus Berdasarkan Kisah Para Rasul
17:16-34.” Jurnal Ilmu Teologi dan Pendidikan Agama Kristen 1, no. 2
(Desember 2020): 87-102. https://www.ojs.sttjaffray.ac.id/jitpk/article/view/492.
Susanto, Agus. Tata Bahasa Yunani Koine. Bandung: Bina Media Informasi, 2011.
Susanto, Hasan. Perjanjian Baru Interlinear Yunani-Indonesia dan Konkordansi
Perjanjian Baru Jilid II. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 2003.
Sykes, R. H. Galatians Liberty in Christ. Sri Lanka: Everyday Publications Inc, 1987.
Tenney, Merrill C. Survei Perjanjian Baru. Malang: Gandum Mas, 2013.
Thiessen, Henry C. Teologi Sistematika. Malang: Gandum Mas, 1992.
Timo, Ebenhaizer I. Nuban. Allah menahan Diri, Tetapi Pantang Menyerah. Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2015.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 1994.
Utley, Bob. Anda Dapat Memahami Alkitab Keunggulan Perjanjian Baru. Wahyu. Texas:
Bible Lesson International Marshall, 1999.
Wiersbe, Warren W. Merdeka Di Dalam Kristus Tafsiran Surat Galatia. Bandung: Kalam
Hidup, 1975.
Wijaya, Hengki. “Pengenaan Manusia Baru Di Dalam Kristus: Natur, Proses, Dan Fakta
Serta Implikasi Teologis Dan Praktisnya.” Jurnal Jaffray 14, no. 1 (22 Maret
2016): 109-130. Diakses 16 Juli 2019. https://doi.org/10.25278/jj71.v14i1.
Wijaya, Hengki, Ed., Metodologi penelitian Pendidikan Teologi. Makassar: Sekolah
Tinggi Theologia Jaffray, 2016.
Zuck, Roy B. Basic Bible Interpretation. Malang: Gandum Mas, 2014.

87

Anda mungkin juga menyukai