Anda di halaman 1dari 5

A.

Analisis

. Ditulis dalam suatu keadaan dimana Yohanes yang resah karena adanya suatu permasalahan yang timbul dalam
jemaat Efesus, dalam kurun waktu 90 M.

Suatu keadaan dimana ada beberapa buah pengajaran palsu yang menyimpang tentang esensi-esensi dasar dari
kekristenan yang menyerang kepercayaan Kristen, dan mengacaubalukan hal-hal yang mendasar dari Kekristenan dengan
dalih ingin membenarkan kekristenan dan mengangkat kekristenan dipandang dalam dunia filsafat. Akibatnya banyak
terjadi penyesatan dan mengakibatkan banyak orang Kristen ini mengelompok menjadi suatu golongan tertentu dan
mereka menjauhkan diri, berpaling dari persekutuan, serta menghina orang-orang Kristen lain di luar kelompok mereka.
Gerakan aliran ini disebut gnostikisme (ilmu pengetahuan).

Ada dua aliran gnostisisme yang sangat mempengaruhi dan menyesatkan banyak orang Kristen di sana. Pertama
adalah cerinthianisme yang dicetuskan oleh Cerinthus. Dalam pandangannya, Cerinthus memberi argument bahwa Yesus
adalah manusia biasa, yang ketika Ia dibaptis maka pribadi Kristus turun ke atas-Nya, sehingga Ia penuh dengan kuasa.
Namun sebelum penyaliban, Kristus pergi dari diri Yesus. Namun Cerinthus percaya bahwa Yesus bangkit dari antara
orang mati. Kedua, adalah paham doketisme yang beragumen bahwa Yesus Kristus tidak sungguh-sungguh manusia,
melainkan hanya tampak sebagai manusia. Doktrin ini mempertahankan bahwa Yesus Kristus hanya tampaknya saja
mempunyai tbuh. Maka dengan kata lan dapat dikatakan bahwa Yesus Kristus hanya memiliki tubuh surgawi dan hanya
berpura-pura saja menderita dan mati. Doketisme bukanlah sebuah mazhab atau sekte, tetapi suatu cara berpikir tentang
Yesus Kristus sejak zaman para rasul muncul dalam bentuk yang beraneka ragam.[1]

Ayat 5

keterkaitan ayat 5 ini dengan ayat atau perikob sebelumnya, yakni pada ayat 1-4. Dalam ayat 1-4, Yohanes memulai
suratnya dengan mengatakan tujuan kepada pembacanya apa yang didengarnya dan dilihatnya mengenai Firman hidup
yang dimanifestasikan dalam Yesus Kristus, dengan pengharapan akan tercipta persekutuan penuh sukacita antara
dirinya, pembacanya dan Allah sendiri.

Pada kalimat pertama pada ayat ini dijelaskan bahwa “inilah berita yang telah kami dengar (mungkin Yohanes dan
para rasul) dari Dia (Yesus), dan yang kami sampaikan kepada kamu (penerima surat, terutama jemaat Efesus)”. Dalam
kalimat pertama ini dijelaskan bahwa Yohanes hendak menyampaikan kepada jemaat Efesus tentang berita yang telah ia
dengar, secara langsung dari Tuhan Yesus Kristus saat Ia berada di muka bumi. Karena yohanes mendengar ada ajaran
palsu di jemaat efesus sehingga menjadi ada perbedaan dan terpecah belah.

Pada kalimat selanjutnya dikatakan bahwa “Allah adalah terang dan di dalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan”. Tentu
hal ini mengandung suatu penekanan tertentu. Ya, tentu saja ucapan ini merupakan sebuah pembelaan bagi pandangan
gnostik yang memandang bahwa untuk mencapai sebuah kesempurnaan, manusia boleh melakukan apa pun asalkan
(sekalipun hal tersebut sangat amoral) hal tersebut berguna menambah pengetahuan yang dapat membawa mereka
kepada keselamatan. Tentu saja hal ini sangat bertolak belakang dengan apa yang dipercayai bahwa Allah sangat
membenci dosa, dan menghukum mereka yang melakukannya.

berarti terang memiliki arti bahwa terang ilahi itu mengerjakan kebenaran dalam diri orang percaya untuk
menyingkapkan kebenaran moral dan rohani.[2] Kekudusuan Allah diungkapkan daalm istilah-istilah terang, mis 1 Tim.
6:16 dimana Allah dikatakan bersemayam dalam terang yang tidak terhampiri.[3] Maka tentu saja kegelapan (skotia) yang
berarti kejahatan[4] tidak mungkin dikerjakan-Nya sebab hal tersebut sangat dibenci-Nya.

Dalam kata lain, Allah adalah kebenaran yang menolak tindakan amoral dan menjaga kekudusan-Nya (Kel. 15:11;
dst).
Orang-orang percaya dianggap sebagai orang yang lahir dari Allah (1 Yoh. 2:29; 3:9; 4:7; 5:4; 5:18). Kelahiran baru akan
mengakibatkan perubahan secara rohani. Tidak ada seorang pun yang lahir dari Allah terus menerus berbuat dosa (1 Yoh.
3:9; 5:18), dan apabila orang tersebut terus menerus berbuat dosa sesungguhnya ia adalah anak iblis (1 Yoh. 3:18

Ayat 6

Jika seseorang mengatakan bersekutu dengan Dia (Kristen), namun masih hidup dalam kegelapan (dosa yang
disadari dan terus menerus), maka mereka berdusta dan tidak melakukan kebenaran.

Dalam hal ini yang mengandung makna intimasi, komuni, persekutuan (hubungan pribadi) yang dalam hal ini Allah
membawa umat-Nya masuk ke dalam persekutuan dengan Anak-Nya (1 Kor. 1:9).

Orang Kristen tidak lagi hidup dalam kegelapan (skotia) sebab kegelapan hanya dikerjakan oleh anak-anak si iblis (1
Yoh. 3:8, 10). Kegelapan berarti melakukan tindakan pembiaran dalam peran menghormati hal-hal yang ilahi serta tugas
sebagai manusia, dan “bersekutu” dengan musuh Allah dan tindakan amoral, yang memiliki konsekuensi berakhir dalam
kertakan di neraka.[10]

Artinya apabila seseorang menyatakan sebagai pengikut Kristus (Kristen) tetapi tergoda dengan hal-hal duniawi
seperti yang terjadi pada kisah yang melatar belakangi surat 1 Yohanes, seperti tindakan amoral, mencari pelacur bakti,
menerima jimat-jimat berhala, menjauhkan diri dari persekutuan Kristen dan bahkan merendahkan mereka maka
sebenarnya mereka bukan berasal dari Allah, dan mereka berbohong apabila mereka menyebut diri sebagai yang
bersekutu dengan Allah, karena Allah membenci dosa (zinah hati dan perbuatan, dan zinah rohani).

Ayat 7

Pada ayat 6 dijelaskan bahwa seorang Kristen yang berbuat dosa sebenarnya dia bukanlah orang Kristen yang sungguh-
sungguh. Maka pada ayat 7 ini kita menemukan bahwa jika hidup dalam terang sama seperti hakikat Allah, maka kita
bersekutu dengan yang lain (orang Kristen lain) melalui pengorbanan Kristus yang menyucikan kita dari dosa.

. kita harus melakukan tindakan berjalan. Tindakan berjalan dalam terang yang berarti menolak dosa merupakan tindakan
yang harus terus menerus dilakukan oleh setiap orang percaya.

Hidup Kristen berarti menolak dosa secara total: “karena itu setiap orang yang tetap berada di dalam Dia, tidak berbuat
dosa lagi; setiap orang yang tetap berbuat dosa, tidak melihat dan tidak mengenal Dia” (1 Yoh. 3:6). Meskipun Yohanes
tidak mengatakan bahwa seorang Kristen tidak pernah membuat kesalahan, tetapi dia mengatakan secara tegas bahwa
orang Kristen tidak bisa meneruskan cara hidup yang jahat. Tidak mungkin orang yang telah dilahirkan kembali dari kuasa
Allah terus bercokol dalam dosa. Kalau dia berdosa, itu tidak sebagaimana mestinya.[11]

Dalam ayat ini perihal pendamaian yang dikerjakan oleh Kristus sangat dominan. Jelas hanya kematian-Nyalah
yang penting. Ada sekelompok orang dari gereja mula-mula dulu yang tidak bisa menerima gagsan bahwa Kristus
disalibkan. Menurut paham mereka, Kristus yang ilahi turun ke atas manusia Yesus pada waktu Ia dibaptis, tetapi
meninggalkan Dia sebelum Dia disalibkan. Yohanes menandaskan bahwa tidak hanya baptisa tetapi juga salib Kristus
adalah penting. Bukan baptisan-Nya, melainkan kematian-Nyalah yang menghapus dosa.

Ayat 8

Apabila seseorang mengatakan dirinya tidak berdosa, maka kebenaran tidak ada dalam diri orang tersebut. Artinya
pengorbanan Kristus tidak bekerja pada orang yang tidak membutuhkan-Nya. Dalam hal ini tidak ada orang yang benar,
sebab semua orang telah kehilangan kemuliaan Allah (Rom. 3:23). Tidak ada seorang pun yang mampu menyelamatkan
dirinya sendiri sehingga perlu korban penebusan sekali untuk selamanya dan hal itu hanya dapat dikerjakan oleh Kristus
(Ibr. 10:2). Sebab hanya orang yang memakan tubuh Kristus dan meminum darah-Nya yang akan memiliki hidup (Yoh.
6:53).[12]

Jadi orang yang menganggap dirinya benar dan tidak berdosa, meniadakan pengorbanan Kristus, dan meniadakan karya
keselamatan dalam dirinya yang berarti ia tidak mempunyai hidup dan akan mengalami kebinasaan. Menolak Kristus
berarti menolak kebenaran, sebab kebenaran tidak dapat dikerjakan oleh manusia (Gal. 2:21).

Ayat 9

Allah selalu menepati janji-Nya.. Hal ini berarti sifat Allah yang setia dan adil merupakan sifat yang terus menerus
melekat pada Allah yang tidak mungkin tidak dilakukan-Nya, sebab Allah tidak mungkin lalai menepati janji-Nya (2 Pet.
3:9). Iman berbicara tentang kesetiaan Allah dimana Allah selalu menepati janji-janji-Nya (1 Tes. 5:24).

Ketika seseorang mengaku maka Allah yang setia dan adil pastilah mengampuni. Hal mengaku dan mengampuni
merupakan suatu hal yang tidak terpisahkan dalam konteks pada ayat ini, sebab kata mengaku mengikuti sifat Allah yang
setia dan bertindak mengampuni.

ὁμολογῶμεν (homologomen) yang berati mengaku merupakan tindakan berjanji, mendeklarasikan, dan pengakuan itu
sendiri yang diikuti dengan penyesalan.[13] Artinya tindakan mengaku bukan hanya saja diucapkan dalam bibir, tetapi
juga berasal dari dalam hati yang sungguh-sungguh menyesal kepada Allah.

Namun apabila hal ini ditujukan kepada orang-orang Kristen yang terpengaruh gnostik dan secara otomatis menolak Injil
Kristus dan kebenaran-Nya, bisa diartikan bahwa Yohanes mengajak pembacanya yang mungkin termasuk dalam
golongan ini untuk kembali bertobat sebab Allah akan mengampuni apabila orang itu sungguh-sungguh mau bertobat dan
mempercayai apa yang menjadi inti iman Kristen.

Ayat 10

Dalam hal ini Yohanes kembali memberikan sebuah pemikiran untuk mengajak para pembacanya berpikir dan
merenung.

Apabila seseorang tidak berbuat dosa maka Firman Allah tentu tidak ada dalam diri orang tersebut. Selain itu kita
membuat-Nya menjadi pendusta, sebab kedatangan Kristus ke dunia adalah untuk menyelamatkan orang berdosa.
[15] Menolak pekerjaan Kristus berarti menolak Allah yakni Firman itu sendiri (Yoh. 1:1) dan kebenaran itu tidak ada di
dalam diri.

B. Sintesis

Sebagai kesimpulan dari pembahasan 1 Yohanes 1:5-10 ini kami berpendapat bahwa seseorang yang menjadi
seorang pengikut Kristus dan berada di dalam-Nya harus menjauhkan diri dari segala kejahatan. Sebab ketika
seseorang telah menjadi anak Allah, diri mereka harus jauh dari tindakan duniawi (dosa). Orang Kristen mungkin saja
berbuat salah, namun pada tabiatnya seorang Kristen harus melepaskan dirinya dari perbuatan dosa yang terus menerus.
Artinya ketika seseorang menyebut dirinya sebagai orang Kristen tetapi masih melakukan perbuatan yang jahat,
sesungguhnya orang tersebut bukan orang Kristen sejati sebab orang yang diselamatkan akan mengerjakan buah-buah
pertobatan. Iman yang menyelamatkan, namun disamping itu ada sebuah tindakan yang harus dipertanggung jawabkan
di hadapan Allah sebab iman tanpa perbuatan hakekatnya adalah mati. Kedua hal ini tidak bertentangan tetapi saling
melengkapi satu sama lainnya, seperti dua sisi pada sebuah koin bahwa dua sisi itu merupakan suatu kesatuan.

Dalam hal ini kita bisa melihat bahwa Yohanes begitu resah dengan keadaan jemaat di Efesus yang tergunjang-
ganjing oleh pengajaran sesat, sehingga ia merasa perlu untuk meyakinkan jemaat untuk kembali kepada kepercayaan
semula tentang Kristus yang adalah sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia yang menebus umat-Nya dari
dosa. Penyangkalan akan Dia akan membawa orang masuk ke dalam kegelapan yang membinasakan hidup. Tetapi apabila
orang mengaku Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat maka orang itu akan diampuni dan disucikan.

Penutup

Pada bagian penutup saya akan menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang saya cantumkan di atas.

Daftar pertanyaan penelitian:

1. Berita apa yang dimaksud? (ay. 5)

Berita ini berarti Injil Kristus dimana di luar Dia tidak ada keselamatan dan hanya kegelapan yang ada. Terang Allah
dinyatakan dalam kekudusan-Nya yang juga dituntut pada diri setiap orang percaya. Yesus mengajarkan bahwa orang
percaya harus hidup secara benar dan suci, baik secara moral dan bukan hidup serampangan seperti kebiasaan orang kafir
yang tidak mengenal Allah.

2. Bagaimanakah pengertian terang dan kegelapan? (ay. 5)

Dalam konteks ini fos berarti terang berarti kekudusan Allah, tindakan yang benar yang sesuai dengan moral yang sangat
bertentangan dengan kegelapan atau perbuatan dosa yang dilakukan dalam perbuatan tidak bermoral.

3. Apa yang dimaksud dengan “persekutuan dengan Dia”? (ay. 6)

Orang yang bersekutu dengan Dia adalah orang yang masuk di dalam bagian-Nya. Artinya orang Kristen yang
percaya, yang telah disucikan dan dibenarkan oleh Allah melalui pengorbanan Kristus.

4. Bagimana cara hidup dalam terang? (ay. 7)

Menjauhi cara hidup yang bergumul dalam dosa terus menerus, dan mengerjakan buah-buah pertobatan. Sebab
orang yang hidup dalam terang tidak lagi berada dalam kegelapan. Orang Kristen akan mengerjakan perbuatan yang baik
sebagai tanda syukur akan anugerah Allah yang telah menyelamatkan orang tersebut.

5. Apa yang dimaksud dengan membuat Dia menjadi pendusta? (ay. 10)

Allah tidak mungkin berdusta. Allah tahu bahwa semua orang berdosa dan tidak ada seorang pun yang benar, sehingga
perlu pengorbanan Kristus untuk menyelamatkan mereka. Sehingga apabila ada orang yang mengatakan ia tidak berdosa,
maka orang itu membuat Allah menjadi pendusta.

Refleksi

Sebagai orang Kristen maka kita dituntut untuk hidup di dalam kebenaran-Nya. Seorang yang percaya kepada Allah
tidak mungkin mengerjakan perbuatan seperti orang yang tidak percaya. Perbuatan tidak menyelamatkan, tetapi
perbuatan yang mencerminkan orang tersebut apakah ia seorang yang sungguh-sungguh diselamatkan atau tidak.

Orang seringkali menganggap bahwa percaya kepada Kristus adalah hal yang cukup (meskipun pada kenyataannya
memang demikian), sehingga ia dapat berlaku serampangan dan berbuat sesuka-sukanya karena berpikir bahwa dirinya
telah diselamatkan. Tetapi kita harus mengerti bahwa orang yang tahu bahwa dirinya telah diselamatkan tidak mungkin
mengerjakan perbuatan yang serampangan.

Kita hanya diselamatkan oleh iman kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat! Tapi apakah benar orang yang
mengaku percaya Kristus kemudian melakukan hidup yang tidak bermoral merupakan orang yang sebenarnya sungguh-
sungguh beriman dan percaya kepada Kristus? Dapat dikatakan hal itu adalah mustahil, sebab iman akan mengerjakan
buah pertobatannya dan tidak mungkin tidak.

Jadi ingatlah bahwa iman yang menyelamatkan pastilah disertai perbuatan (buah pertobatan) yang sesuai dengan
kehendak Allah. Hanya di dalam Kristus ada keselamatan dan apabila seseorang mungkin pernah mengalami desersi
dalam kekristenan, Allah akan mengampuni apabila orang itu sungguh-sungguh bertobat dan percaya kepada Kristus,
sebab tidak aka n ada lagi pertobatan ketika orang sudah meninggal.

Terang tidak bisa bercampur dengan gelap (I Yohanes 1:5-10)

Pendahuluan:
Dikatakan dalam 2 Korintus 5:17, “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah
berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang”. Ini memberikan penekanan bahwa kita yang sudah mengalami terang
Kristus, tidak dipengaruhi oleh apa yang jahat. Untuk itu, di bawah ini ada tiga kebenaran yang harus dipahami, yaitu:
1. “Kita harus membuahkan kebaikan, keadilan dan kebenaran” (Efesus 5:8-9)
- Mengajar kebenaran (Matius 4:23)
- Memberitakan Injil kebenaran (Matius 4:23)
- Melenyapkan pekerjaan setan (Matius 4:23)
2. “Kita harus mengaku dosa secara berkala”
- Mengakibatkan hubungan kita dengan Allah semakin baik
- Darah Yesus telah menyucikan segala dosa kita
- Kita telah diberi kuasa menjadi anak-anak Allah (Yohanes 1:12)

3. “Tidak hidup dalam kedagingan, keinginan mata serta keangkuhan”


- Jangan mengasihi seperti sistim dunia (I Yohanes 2:15)
- Jangan mencari kehormatan atau penghargaan dari manusia (I Yohanes 2:16)
- Menyesali dosa yang telah diperbuat (Matius 5:4)

Kesimpulan:
Ketahuilah bahwa, semakin kita setia melakukan apa yang Allah kehendaki, Iblispun semakin berupaya dengan
berbagai cara untuk membuat kita melakukan apa yang jahat. Ingatlah bahwa terang tidak mungkin bersatu dengan
kegelapan.

Anda mungkin juga menyukai