Anda di halaman 1dari 11

Nama Kelompok 10 : Elvina Hutasoit

Lena Ernawati

Susina Yanti Siagian

Semester : IV-B

Mata Kuliah : Dogmatika

Dosen Pengampuh : Pdt. Reni Tiar Linda Purba, M.Th

MASA DEPAN KITA

I. PENDAHULUAN

Sadar atau tidak sadar, kematian merupakan suatu kepastian yang akan dialami oleh
manusia. Sekuat apapun manusia ia tidak akan pernah dapat menghindar dari kematian. Dalam
Perjanjian Baru mengajarkan bahwa orang-orang yang telah mati akan dibangkitkan pada
waktu kedatangan Kristus kedua kali. Konsepsi ini, secara keseluruhan menyatakan keadaan
orang-orang mati dalam masa antara kematian mereka dan kedatangan Tuhan Yesus Kristus
yang kedua kali. Sekalipun mereka menunggu dalam kurun waktu “sementara” untuk
penghakiman tetapi mereka sedang menunggu di dalam suatu kondisi tertentu. Jika kalimat ini
dicermati, kondisi yang dialami bisa berbicara soal kebahagiaan atau penderitaan. Oleh sebab
itu, harus diselidiki yang lebih pasti kita yakini menurut Alkitab kita yakini sebagai pembuktian
kebenaran yang murni mutlak dengan utuh dalam menyatakan suatu kebenaran.

Penghukuman Allah yang akan dijatuhkan kepada manusia yang menolak atau yang
tidak mau percaya kepada Tuhan Yesus Kristus pasti akan dilaksanakan. Penghukuman Allah
tidak terjadi di bumi melainkan di tempat yang telah Allah tentukan dan sediakan bagi orang-
orang yang tidak percaya kepada Yesus dan penghukuman itu pasti terjadi. Penghukuman
Allah tidak terjadi pada saat ini ketika manusia menolak Yesus Kristus, tetapi penghukuman
itu akan terjadi di masa yang akan datang. 1 Maka dalam hal ini kelompok akan membahas lebih
dalam mengenai Masa Depan Kita.

1Calvin Tracts and treatisesof The Reformend faith, terjemah. H. Beveridge, (Grand Rapids: Eerdmand,
1958), III.
II. PEMBAHASAN

2.1. Arti Kematian, Kebangkitan, Penghukuman

2.1.1. Arti Kematian


Dalam Kamus Teologi dapat mengartikan kematian sebagai akhir kehidupan jasmani,
yang terjadi secara otomatis, menurut waktu yang ditetapkan oleh Tuhan, dan tidak ada
satupun manusia yang mampu menolak kematian. Dengan kematian sejarah hidup kita
dihadapan Allah mencapai bentuk yang lengkap dan tak dapat diubahkan. Kitab Suci
memandang kematian sebagai hal yang alami, (Mazmur 49:11-12; 40:6-7) dan sebagai
akibat dosa (Kej 3:19, Rom 5:12).2

Manusia adalah suatu kesatuan dari tubuh dan jiwa, suatu kesatuan yang utuh yang
tidak dapat dipisah-pisahkan. Kalau manusia mati ia mati sebagai tubuh dan jiwa. Itu yang
dikatakan oleh Alkitab dan itu yang akan terjadi dengan tiap-tiap manusia. Yang kekal dan
yang karena itu tetap hidup adalah Allah. Allah Perjanjian yaitu Allah yang selalu bersama-
sama dengan manusia. Allah bukan saja bersama-sama dengan kita, dalam hidup kita Ia
juga bersama-sama dengan kita. Allah yang kepadanya kita menyerahkan diri kita ialah
Allah yang untuk selama-lamanya menghubungkan dirinya dengan kita. Jaminan kita ialah
Yesus Kristus partner perjanjian yang sebenarnya dari Allah. Sebagai manusia yang takluk
kepada segala keterbatasan yang ada pada semua orang Ia juga mati baik tubuh maupun
jiwanya. Tetapi baginya kematian bukanlah kuasa yang terakhir. Sesudah tiga hari Allah
membangkitkannya dari antara orang-orang mati. Dan kebangkitannya ini seperti yang
telah kita katakan sebelumnya adalah pusat dari iman Kristen. Sudah sejak Perjanjian Lama
orang-orang percaya tahu bahwa yang Allah kehendaki bukan kematian tetapi kehidupan.
Tanda dari kehendak Allah ini ialah kebangkitan. Karena itu kebangkitan Yesus bukanlah
peristiwa yang terisolir. Kebangkitannya erat berhubungan dengan kebangkitan kita. Ia
seperti yang dikatakan oleh Rasul Paulus tidak dibangkitkan seorang diri tetapi sebagai
yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal (1 Korintus 15:20). Di dalam dia kita
telah dipilih, karena itu di dalam dia kita juga akan dibangkitkan.3

Bagi orang yang beriman mati sebelum kedatangan kembali Kristus bukanlah mati
begitu saja. Sebab orang beriman setelah mati tetap hidup, hanya saja hidupnya akan

2
Edward G. Farrugia, SJ. Kamus Teologia (Yogyakarta: Fakultas Teologi Wedabhakti, 1995), 137.
3
J.L. CH. Abineno, Pokok-Pokok Penting dari Iman Kristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2015), 240.
dihubungkan dengan Kristus. Oleh karena itulah orang beriman yang mati sebelum Kristus
datang kembali disebut “mati dalam Kristus” (1 Kor. 15:18; 1 Tes. 4:16). Jadi setelah orang
beriman mati ia masih berhubungan dengan Kristus (Rm. 8:38; 14:8). Maka Kristus juga
disebut “Tuhan atas orang mati dan atas orang hidup” (Rm. 14:9), bukan hanya atas orang
yang hidup saja.4

Dalam Konfessi HKBP kita percaya dan menyaksikan manusia telah tentu satu kali
mati dan kemudian dari pada itu datang hukuman. Ibr. 9: 27. Mereka itu akan berhenti dari
kelelahannya. Wahyu 14: 53. Dan Yesus Kristuslah Tuhan dari orang-orang yang mati dan
yang hidup. Dalam kita mengadakan peringatan kepada orang yang mati, kita mengingat
pula akhir kita sendiri dan menguatkan pengharapan kita pada persekutuan orang-orang
percaya, yang memantapkan hati kita dalam pergumulan hidup ini. (Wahyu 7: 9-17).5

2.1.2. Arti Kebangkitan


Kebangkitan manusia atau kebangkitan daging seperti yang dikatakan oleh apostolicum
bukan baru akan berlangsung di seberang kubur sana tetapi telah mulai sekarang dalam
hidup kita di dunia ini. Sebab bukankah kita oleh pekerjaan Kristus telah mati dan
dikuburkan bersama-sama dengan dia dalam baptisan dan telah dibangkitkan bersama-
sama dengan dia untuk suatu hidup yang baru di bawah pimpinan Roh Kudus (Roma 6: 4,
Kolose 2: 12. Yang dimaksud disini dengan suatu hidup yang baru ialah suatu hidup dalam
penurunan akan Kristus penurunan akan Kristus suatu hidup yang makin lama hidupnya. 6

Dalam perasaan setiap umat Tuhan sangat pasti bahwa otomatis memiliki pengharapan
akan kebangkitan dari kematian. Dan kebangkitan yang dimaksud ialah kebangkitan
daging. Oleh karena itu, R. Soedarmo mengatakan, dalam pengakuan iman rasuli seluruh
gereja mengakui ada kebangkitan daging, artinya maut bukanlah kebinasaan tubuh manusia
melainkan perpisahan antara tubuh dan jiwa. 7 Penjelasan ini menunjukkan bahwa setelah
kematian fisik masih ada kebangkitan daging. Kebangkitan dijelaskan dalam tiga istilah
yaitu: Devotion artinya doa-doa atau tindakan non-liturgis, seperti jalan salib dan rosario
yang mengembangkan kehidupan rohani seseorang dan memperdalam keyakinan iman.
Yang kedua, Resurrecition arti dari istilah ini bukan hanya berarti hidup lagi seperti yang

4
Harun Hadiwijono, Iman Kristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2015), 477.
5
Konfessi HKBP Tahun 1951&1996, Kantor Pusat HKBP, 70.
6
Ibid, 241.
7
R. Soedarmo Kamus Istilah Theologia (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1984), 46.
terjadi dengan anak Yairus (Markus 5:22-24, 34-35), melainkan peralihan yang dialami
oleh Tuhan Yesus melalui kematian ke dalam hidupnya yang sudah diubahkan dan abadi
(Roma 1:3-4, 1 Korintus 15:42-50), yang menjadi jaminan bagi kebangkitan manusia. Yang
ketiga Resurrection of the dead, kehidupan terakhir sesudah kematian yang disebabkan
oleh kekuatan illahi yang mencakup manusia seutuhnya (Tubuh dan Jiwa). 8

2.1.3. Arti Penghukuman

Penghakiman terhadap manusia telah dilakukan sejak manusia jatuh ke dalam dosa.
Namun penghakiman setelah kematian akan dilakukan Tuhan dengan hukuman yang
mengerikan. Pada saat manusia jatuh dalam dosa, Allah menghakimi mereka yang telah
melanggar perintah Tuhan.9

Dalam Konfessi HKBP kita percaya dan menyaksikan Tuhan kita Yesus Kristus akan
turun kelak pada hari kiamat untuk membangunkan orang-orang mati. (Yoh. 5:28; 1 Tess.
4:16; Mat. 24:3; Luk. 21:28; Wahyu 20: 11-15). Ia akan menghakimi segala manusia. (Mat.
25; 1 Kor. 15:52; 2 Kor. 5:10). Pada waktu itu Ia akan memanggil orang yang percaya ke
dalam hidup yang kekal. (Mat. 25: 34). Tempat dari orang-orang percaya akan menjadi
kekal di hadapan Allah sampai selama-lamanya. Mat. 25.10

2.2. Keselamatan Semua Orang


Keselamatan dalam Kekristenan, σωτηρία, adalah penyelamatan jiwa dari dosa dan
kematian. Keselamatan dapat juga disebut "pembebasan" ataupun "keamanan" dari kodrat
berdosa, dan merupakan janji akan kehidupan kekal melalui roh. Keselamatan adalah
kebebasan dari hasrat duniawi dan godaan yang mengarahkan manusia keluar dari
penerangan dan persekutan penuh dengan Allah. Dalam pengakuan Iman Rasuli,
keselamatan tidak disimpulkan dalam uangkapan-uangkapan seperti “pembaruan hidup”
atau “masyarakat yang baru”. Keselamatan itu pun tidak dipandang melalui soal akhirat,
dengan menyimpulkannya misalnya dalam kata ”surga”, sebagaimana terjadi dalam banyak

8
Ibid, 133.
9
Nico Syukur Dister, Teologi Sistematika 2: Ekonomi Keselamatan, (Yogyakarta: Kanisius, 2004), 91.
10
Ibid, 71-72.
khotbah dan nyanyian. Keselamatan yang menjadi realitas dalam hidup kita disini,
diungkapkan dalam istilah “pengampunan dosa”. 11

Karya penyelamatan ini mencakup semua orang, sebab penebusan yang dikerjakan oleh
kematian dan kebangkitan Kristus, bukan hanya untuk beberapa orang “yang terpilih” saja,
tetapi untuk seluruh umat manusia di dunia. BaptisaNya di atas mana baptisan kita
didasarkan mencakup semua orang. Itulah sebabnya Iaseperti yang kita katakan di atas,
mengutus hamba-hambaNya untuk memberitakan Injil kepada semua bangsa (oikumene)
dan untuk membaptis mereka, karena itu baptisan bukan hanya suatu kesaksian tentang
keselamatan pribadi kita, tetapi juga suatu proklamasi tentang keselamatan Allah untuk
seluruh dunia. Perjamuan malam memberitakan keselamatan yang sama dan karena itu
sama seperti pemberitaan Firman dan baptisan mempunyai sifat missioner dan eskatologis.
yang dipresentasikan dalam perjamuan malam ialah keselamatan yang dihasilkan oleh
kematian dan kebangkitan Kristus. Keselamatan yang diberikan dalam perjamuan malam,
berdasarkan atas keduanya: baik atas kematian, maupun atas kebangkitan Yesus.

Dalam Perjanjian Lama kepenuhan keselamatan dari Kerajaan Allah yang akan datang
telah dilihat sebagai suatu perjamuan gembira (Yes 25:6-9). Perjamuan gembira ini Yesus
nantikan dalam Kerajaan BapaNya. Siapa yang menjadi milikNya, akan turut mengambil
bagian di dalamnya: ia akan duduk bersama dengan Dia di meja perjamuan agung dalam
Kerajaan Allah (bnd Mat8:11; Luk 13:28). Di dalam perjamuan malam kita bukan saja
mendapat persekutuan dengan Kristus, tetapi oleh dan di dalam Dia juga seorang dengan
yang lain. Karena itu perjamuan malam mempunyai fungsi kritis. Dalam 1 Korintus 11,
disitu Rasul Paulus katakan, bahwa kalau anggota-anggota jemaat-dalam perjamuan
malam-hanya memperhatikan diri (keselamatan) sendiri dan tidakmemperhatikan diri
(keselamatan orang lain-dengan perkataan lain: kalau mereka terus mempertahankan
jurang yang ada anatara orang-orang kaya dan orang-orang miskin (bnd ayat 20:22) –
mereka “mendatangkan hukuman atas diri mereka”, karena mereka ”tidak mengakui tubuh
Tuhan” (ayat 29).12

Tentang keselamatan semua orang oleh karya penyelamatan Allah dalam Kristus
umpamanya dalam Yohanes 1:29 (anak domba Allah menghapus dosa manusia) 2 Korintus

11
Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 2: Keselamatan dan hidup baru, (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1992),1.
12
Ibid, 224.
5:19 (Allah, yang dalam Kristus, mendamaikan diriNya dengan dunia), 1 Timotius 4:10
(Kristus adalah Juruselamat semua orang) dan lain sebagainya. Dari nas-nas diatas nyata,
bahwa masa depan kita mempunyai dua muka yaitu keselamatan semua orang dan
penghukuman orang-orang yang menolak karya penyelamatan Allah.13

Dalam Konfessi HKBP kita percaya dan menyaksikan keselamatan adalah karya Allah,
yaitu kelepasan dari dosa, dari kuasa iblis dan maut, dan dari aneka ragam kuasa yang
bertentangan dengan Firman Allah. Karena dengan karunia dan kasih Allahlah keselamatan
dilaksanakan, yaitu dengan penebusan AnakNya yang tunggal, Tuhan Yesus Kristus, yang
mati di kayu salib, yang turun ke dalam maut setelah dikuburkan dan yang bangkit dari
kematian pada hari ketiga. Jalan untuk menerima keselamatan itu adalah melalui iman yang
dilahirkan oleh Roh Kudus dan iman itulah yang diperhitungkan Allah sebagai kebenaran
manusia. Keselamatan itu adalah kemuliaan Allah dan kebahagiaan manusia. Orang
percaya telah dibebaskan, walaupun dia masih mengalami pergumulan di dunia ini. Karunia
Allah senantiasa melepaskan orang percaya dari aneka ragam bahaya dalam kehidupan
sehari-hari, secara jasmani maupun rohani, baik perorangan maupun kelompok.
Penampakan dari keselamatan itu dalam kehidupan orang percaya di dunia ini ialah
kehidupan yang kudus, yang menghasilkan buah-buah Roh (1 Yoh 3: 16; 2 Kor 8: 9; K.
Rasul 4: 12; Gal 5: 22). Dengan ajaran ini kita menekankan tidak ada keselamatan selain
dari keselamatan yang dilakukan oleh Yesus Kristus dan hanya Yesus Kristuslah yang
empunya orang yang diselamatkanNya. Iblis maupun kuasa yang lain dari kekuasaan
Kristus tidak berkuasa merampasnya (Roma 8:38-39). Karena itu kita menolak ajaran yang
mengatakan, bahwa manusia dapat menyelamatkan dirinya dari kuasa dosa, dari kuasa iblis
dan dari kematian dengan cara meninggalkan keramaian di dunia ini. Kita juga menolak
ajaran yang mengatakan bahwa usaha manusialah yang menentukan keselamatannya. 14

2.3. Penghukuman Bagi Orang yang Menolak Keselamatan Allah Dalam Kristus
Penghukuman Allah yang akan dijatuhkan kepada manusia yang menolak atau yang
tidak mau percaya kepada Yesus Kristus pasti akan dilaksanakan. Penghukuman Allah
tidak terjadi di bumi melainkan di tempat yang telah Allah tentukan dan sediakan bagi
orang-orang yang tidak percaya kepada Yesus dan penghukuman itu pasti terjadi.
Penghukuman Allah tidak terjadi saat ini ketika manusia menolak Yesus Kristus, tetapi

13 Niftrik, G.C. Van & Boland, B.J, Dogmatika Masa Kini, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), 542-544.
14 Ibid, Konfessi HKBP, 132.
penghukuman itu akan terjadi di masa yang akan datang. Semua perkataan Allah dalam
Alkitab satu demi satu mulai tergenapi sejak dalam Perjanjian Lama sampai kepada
Perjanjian Baru. Alkitab mengatakan bahwa tidak ada satu perkataan Allah yang tidak
digenapi. Oleh sebab itu, berkaitan dengan penghukuman Allah bagi manusia yang
menolak dan yang tidak mau percaya kepada Anak Allah yakni Yesus Kristus. Maka di
masa depan Allah pasti akan menjatuhkan hukuman kepada siapa saja yang menolak Yesus
Kristus. Alkitab berkata: ”Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum;
barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam
nama Anak Tunggal Allah.” (Yoh. 3:18). Hukuman Allah sifatnya pasti dan berlaku hanya
bagi orang-orang yang menolak Anak Allah yakni Yesus Kristus. Dosa yang dilakukan
manusia saat ini bila tidak disertai dengan pertobatan yang sungguh kepada Allah di dalam
Yesus Kristus, maka dosa itulah yang akan membawa manusia kepada penghukuman
kekal Allah di masa yang akan datang. Allah tidak pernah benci kepada manusia, namun
dosa yang melekat dan menyatu dalam diri manusia yang membuat manusia ikut
mengalami hukuman kekal Allah. Allah tidak pernah tidak menepati akan janji-Nya bagi
manusia, oleh sebab itu manusia kiranya melihat janji Allah sebagai perkataan yang akan
ditimpahkan kepada setiap manusia yang mengabaikan dan meremehkan akan janji Allah
bagi manusia. Salah satu janji Allah yang akan digenapi di masa yang akan datang adalah
berkaitan dengan penghukuman Allah yang berlaku bagi semua manusia yang selama di
dunia ini menolak Anak Allah yakni Yesus Kristus yang telah mati di atas kayu salib. 15

Karya penyelamatan Allah telah diwartakan sebagai wujud anugerah Allah kepada
manusia. Namun jika karya tersebut ditolak maka akan ada dampaknya, yaitu:

a) Mati Akibat Dosa

Penolakan akan karya penyelamatan Allah akan berdampak kematian (Ef.2:1).


Kematian tersebut terjadi karena dia menolak anugerah Allah, sehingga statusnya tetap
sama yaitu sebagai pendosa. Dan pendosa akan mengalami kematian kekal.

b) Binasa Akibat Dosa

Kebinasaan akibat dosa menjadi dampak bagi setiap manusia yang menolak
penyelamatan Allah. Allah telah memberikan pilihan kepada manusia, jika dia

15
Paul Enns, The Moody Handbook of Theology, (Malang: Literatur SAAT, 2010), 285.
menerima akan memperoleh hidup kekal, tetapi jika menolak maka dia akan binasa
(Yoh. 3:16). Dalam bahasa Yunani, kata binasa menggunakan kata apóllymi yang
berarti kehancuran yang mutlak dan permanen. Rupanya penolakan tersebut bukan
sekedar berdampak pada kematian tapi juga kehancuran yang mengerikan.

c) Dihukum di Neraka

Penolakan akan karya penyelamatan Allah akan membawa manusia berdosa pada
murka Allah dan penghukuman yang mengerikan. Hal ini selaras dengan pernyataan
Milne berikut: “Kengerian hukuman yang kekal tercermin dengan jelas dalam sejumlah
ayat (Mat.5:29-30; Mark.9:43; Why.14:11). Ajaran Alkitab di sini sangat jelas dan
mengandung kesungguhan yang mengerikan. Orang yang tidak bertobat ketika
dihadapkan pada panggilan Allah, yang menolak kehendak-Nya walaupun mereka
mengetahuinya, dan yang sepanjang hidupnya terus melakukan dosa yang berarti
penghujatan dan pemberontakan terhadap Allah, akan dihadapkan pada murka Allah
yang adil. Murka Allah yang adil akan membawa mereka yang menolak karya
penyelamatan Allah menuju neraka. Eksistensi neraka sebagai tempat penghukuman
kekal bagi para pendosa berulang kali dinyatakan oleh Tuhan Yesus. Tuhan Yesus
menyebutnya dalam Matius 5:22, 29 dan 30. Kengerian neraka dapat dilihat dari
beberapa istilah yang digunakan untuknya yaitu: “api yang tak pernah padam” (Mat.
3:21; Mark. 9:43, 48), “dapur perapian” (Mat. 13:42,50), “kegelapan yang sangat
gelap” (Mat. 8:12; 22:13; 25:30), “api kekal” (Mat. 25:41), “lautan api dan batubara”
(Why. 21:8) dan “lautan api” (Why. 19:20; 20:10, 14, 15).16

16 Bruce Milne, Mengenali Kebenaran, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996), 374.
III. IMPLEMENTASI

Bagi orang yang beriman mati sebelum kedatangan kembali Kristus bukanlah mati
begitu saja. Sebab orang beriman setelah mati tetap hidup, hanya saja hidupnya akan
dihubungkan dengan Kristus. Oleh karena itulah orang beriman yang mati sebelum Kristus
datang kembali disebut “mati dalam Kristus” (1 Kor. 15:18; 1 Tes. 4:16). Dari dalam hidup ini
kita menyongsong hidup baru yang akan datang yang kita sebut sebagai masa depan kita. Hidup
sesudah kematian ialah hidup dalam persekutuan dengan Allah. Hidup kita yang sekarang akan
Allah rubah menjadi keberadaan manusia yang lain, suatu keberadaan manusia yang baru dan
mulia. Bedanya penghakiman terakhir dengan penghakiman-penghakiman yang telah
berlangsung dalam hidup kita di dunia ini ialah, bahwa penghakiman terakhir akan
“menyatakan” eksistensi kita yang sekarang. Kita semua harus menghadap takhta terhadap
takhta penghakiman Kristus (2 Kor 5:10).

Pengharapan kita tentang masa depan tidaklah boleh bersifat individualistis atau
egoistis (dengan hanya meningkat kepada diri sendiri). Pokok inti injil ialah bahwa di dalam
Yesus Kristus, keselamatan yang dari Allah telah datang kepada dunia dan umat manusia.
Dengan kematian dan kebangkitanNya, Kristus telah mengalahkan kuasa-kuasa dosa, maut,
dan iblis, yang kepadanya dunia dan umat manusia telah menaklukkan diri. Apabila ia datang
kembali, maka di hadapan mata semua orang akan dinyatakan kemenangan yang telah
diperolehNya itu. Oleh dan di dalam Dia terbuka lagi jalan kepada kehidupan. Karena itu,
berdasarkan kehendak Tuhan ini kita boleh mengharapkan penyelamatan semua orang.
Kedatangan keselamatan itu akan meliputi segala sesuatu, supaya Allah menjadi semua di
dalam semua (1 Kor 15:28). Penyelesaian rencanaNya terhadap dunia dan umat manusia adalah
meliputi juga penyelamatan diri kita sendiri. Juga kita sendiripun boleh ambil bagian dalam
keselamatan yang akan dinyatakan kelak. Kita akan mengalami persekutuan dengan Allah,
dimana dengan sempurnanya kita akan mengenal Allah, mengasihi Dia, memuji serta
memuliakan namaNya. Sebab demikianlah rencana Allah terhadap dunia dan kita manusia.
Maka segala sesuatu akan memberi hormat kepada Allah dan kehormatan Allah itu akan
menjadi keselamatan bagi kita.
IV. KESIMPULAN

Dalam Kamus Teologi dapat mengartikan kematian sebagai akhir kehidupan jasmani,
yang terjadi secara otomatis, menurut waktu yang ditetapkan oleh Tuhan, dan tidak ada satupun
manusia yang mampu menolak kematian. Allah yang akan dijatuhkan kepada manusia yang
menolak atau yang tidak mau percaya kepada Tuhan Yesus Kristus pasti akan dilaksanakan.
Karya penyelamatan ini mencakup semua orang, sebab penebusan yang dikerjakan oleh
kematian dan kebangkitan Kristus, bukan hanya untuk beberapa orang “yang terpilih” saja,
tetapi untuk seluruh umat manusia di dunia. BaptisaNya di atas mana baptisan kita didasarkan
mencakup semua orang. Kematian, kebangkitan, penghukuman.

Penghukuman Allah yang akan dijatuhkan kepada manusia yang menolak atau yang
tidak mau percaya kepada Yesus Kristus pasti akan dilaksanakan. Penghukuman Allah tidak
terjadi di bumi melainkan di tempat yang telah Allah tentukan dan sediakan bagi orang-orang
yang tidak percaya kepada Yesus dan penghukuman itu pasti terjadi. Penghukuman Allah
tidak terjadi saat ini ketika manusia menolak Yesus Kristus, tetapi penghukuman itu akan
terjadi di masa yang akan datang. Semua perkataan Allah dalam Alkitab satu demi satu mulai
tergenapi sejak dalam Perjanjian Lama sampai kepada Perjanjian Baru. Penyelesaian
rencanaNya terhadap dunia dan umat manusia adalah meliputi juga penyelamatan diri kita
sendiri. Juga kita sendiripun boleh ambil bagian dalam keselamatan yang akan dinyatakan
kelak. Kita akan mengalami persekutuan dengan Allah, dimana dengan sempurnanya kita akan
mengenal Allah, mengasihi Dia, memuji serta memuliakan namaNya. Sebab demikianlah
rencana Allah terhadap dunia dan kita manusia. Maka segala sesuatu akan memberi hormat
kepada Allah dan kehormatan Allah itu akan menjadi keselamatan bagi kita.
V. DAFTAR PUSTAKA

Calvin Tracts and treatisesof The Reformend faith, terjemah. H. Beveridge, Grand Rapids:
Eerdmand, 1958, III.
G. Farrugia Edward, Kamus Teologia, Yogyakarta: Fakultas Teologi Wedabhakti, 1995.

Abineno, J.L. CH, Pokok-Pokok Penting dari Iman Kristen, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2015.

Hadiwijono Harun, Iman Kristen, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2015.

Konfessi HKBP Tahun 1951&1996, Kantor Pusat HKBP.

Boland, B.J & Niftrik, G.C. Van, Dogmatika Masa Kini, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006.

Soedarmo. R, Kamus Istilah Theologia, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1984.

Dister Syukur Nico, Teologi Sistematika 2: Ekonomi Keselamatan, Yogyakarta: Kanisius,


2004.

Guthrie Donald, Teologi Perjanjian Baru 2: Keselamatan dan hidup baru, Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1992.

Enns Paul, The Moody Handbook of Theology, Malang: Literatur SAAT, 2010.

Milne Bruce, Mengenali Kebenaran, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996.

Anda mungkin juga menyukai