Anda di halaman 1dari 4

Nama (NIM) : Rachel Olivia Sabatini

Hari/Tanggal : Selasa, 23 Agustus 2022

Tempat : UPH Tuesday Morning Chapel

Pembicara : Dr. Niel Nielson

Nats Alkitab : 1 Korintus 6:12-20

I.POKOK PIKIRAN KHOTBAH

Paulus menulis surat didasari oleh kasihnya kepada jemaat di Korintus. Karena dasar kasihnya, ia
ingin menegur mereka karena khawatir akan berbagai permasalahan yang terjadi di Gereja, baik itu
perpecahan dan argumentasi, kesombongan dan kecemburuan, percabulan dan justru toleransi terhadap
dosa tersebut. Mereka juga saling menggugat sekawan seiman ke dalam pengadilan. 1 Korintus 5-7
hampir seluruhnya mengenai seks dan sexual immorality, dimana dalam pasal 5-6 tentang dosa-dosa
seksual dan dalam 7 tentang pernikahan, perceraian, dan melajang. Masalah ini sedang dihadapi oleh
jemaat Korintus sehingga Paulus ingin menegur mereka bagaimana cara menyikapinya. Paulus ingin
mengingatkan kita siapa kita sebenarnya dan apa yang telah Tuhan telah lakukan bagi kita sehingga kita
bisa sadar lalu kembali ke identitas kita di dalam Tuhan.
Dalam 1 Korintus 6, pada ayat 9 Paulut mengingatkan jemaat di Korintus siapa diri mereka
sebelumnya yaitu pencabul, pencuri, serakah, pemabuk. Tapi dalam ayat 11 ia mengatakan bahwa kasih
Tuhan melalui pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib telah membasuh, menguduskan, dan
membenarkan mereka sehingga mereka telah dibersihkan dari dosa itu. Ia memanggil umat-Nya untuk
datang, mengasingkan diri untuk tujuan Tuhan. Melalui pertobatan, manusia akan diubahkan dari dalam
sampai ke luar.
Dalam hukum Taurat, Tuhan mengatakan kepada Musa tentang hukum yang ke-7 yaitu jangan
berzinah. 1 Korintus 6 akan menggambarkan bagaimana latar belakang dari hukum tersebut. Paulus bukan
berbicara ke arah bahayanya penyakit menular seksual atau bahaya yang diakibatkan kepada masyarakat.
Tujuan perkataan Paulus lebih ingin mengingatkan kita akan apa yang kita percayai tentang Tuhan, tujuan-
Nya bagi semua manusia, dan bagaimana seharusnya kita menggunakan tubuh setiap harinya. Dari
perikop ini kita dapat melihat kepercayaan yang salah diyakini oleh jemaat Korintus.
Beberapa orang percaya bahwa tubuh itu sendiri jahat, tubuh hanya sbg pelindung dimana ketika
meninggall jiwa kita juga akan keluar sehingga tubuh itu tidak ada artinya atau dengan kata lain tidak ada
artinya tentang apa yang kita lakukan dengan tubuh itu (kita bisa melakukan apapun dengan tubuh
tersebut). Paulus ingin menekankan bahwa di dalam Kristus, tubuh adalah milik Tuhan. Tuhan
menciptakan tubuh dan jiwa dalam satu kesatuan. Tubuh itu seharusnya menjadi bagian yang mulia
karena itu diciptakan oleh tangan-Nya secara langsung.
Melalui 1 Korintus 6:12-20, Paulus membagi perikop tersebut ke dalam 3 bagian yaitu (1) Tubuh
adalah untuk kebebasan sejati, (2) Tubuh adalah tempat kediamaan Tuhan, dan (3) Tubuh adalah untuk
kemuliaan Tuhan.
Dalam bagian pertama (Tubuh adalah kebebasan sejati), Paulus tidak pernah lelah berbicara ttg
kebebasan kita dalam Kristus. Melalui kebebasan itu juga, Tuhan telah menyelamatkan kita dari dosa (Gal
5) bahkan kita telah dipanggil untuk bebas. Kebebasan untuk kemerdekaan yang dimaksudkan Paulus
adalah dimana kita harus tetap melakukan hal yang baik untuk mendapat keselamatan. Kita terikat dalam
suatu situasi dimana kita harus terus menyenangkan hati Tuhan. Orang-orang Kristen di Korintus seakan-
akan memutarbalikkan fakta tentang kebebasaan itu sebagai alasan untuk melakukan dosa. Meskipun
Yesus telah mati untuk menebus kita dari dosa, tapi jemaat tersebut seakan-akan menggunakan kasih
karunia Yesus untuk melakukan lebih banyak dosa; atau kesempatan untuk memenuhi keinginan daging
(Gal 5). Dosa-dosa (kecemburuan, kesombongan, ataupun percabulan) ini telah menjadi pola atau
kebiasaan dalam hidup mereka sehingga sulit untuk keluar dan melupakan kebiasaan itu. Yang mereka
lakukan justru mencari-cari alasan agar perbuatan mereka dpt dibenarkan. Mereka meyakini bahwa
melalui kemerdekaan yang mereka peroleh di dalam Kristus mengizinkan mereka untuk berbuat apapun.
Seks dianggap sebagai suatu keinginan normal yang dapat dipenuhi kapanpun yang diinginkan. Dari
keyakinan yang salah inilah Paulus ingin menegur mereka bahwa kebebasan dalam Kristus bukan agar kita
dapat melakukan dan menghalalkan segala perbuatan dosa. Kebiasaan dosa dapat membawa kita ke
dalam perbudakan dosa. Petrus dalam suratnya yang ke-2 juga mengatakan hal yang sgt mirip tentang hal
ini. Iblis sangat menginginkan kejatuhan manusia melalui kebebasan itu. Alih-alih bebas untuk hal yang
positif, justru masuk ke dalam perbudakan kesesatan. Dosa-dosa percabulan (pornogragi) layaknya
seperti “candu” dimana ketika kita mengizinkan diri kita jatuh dalam dosa itu maka akan membuat kita
menjadi ingin lebih lagi melakukannya. Hasrat seksual layaknya api di semua rumah (sangat berguna jika
ditempatkan dengan benar, tpi jika itu keluar dari areanya maka akan bersifat menghancurkan). Amsal
juga mengajarkan bahwa dosa seksual pada akhirnya akan menuntut kita kepada kematian. Dalam 1
Korintus 10, Paulus mengingatkan kita pada kisah dalam Bil 25 tentang Allah menghukum mereka dengan
keras krn percabulan yang dilakukan. Ini adalah penghukuman yang sangat keras yaitu 23.000 orang mati
dalam satu hari. Kebebasan sejati sehubungan dengan Tubuh maksudnya adalah kebabasan untuk
mengatakan “tidak” kepada percabulan sehingga dosa tidak bisa mengontrol lagi karena kita telah berada
di bawah karunia (bukan lagi di bawah hukum dunia). Hanya melalui pengudusan dan keselamatan Tuhan
lah kita dapat mengalami kebebasan sejati (manusia tidak lagi dikontrol itu hasrat keinginan daging, tidak
lagi menjadi budak percabulan dan hasrat seksual). Kita dibebaskan bukan untuk melakukan dosa, tpi
lebih kepada kebebasan untuk mengatakan “tidak” kepada dosa tersebut. Sama seperti Allah
membangkitkan Yesus dari dunia orang mati, maka Ia juga akan membangkitkan jiwa dan tubuh kita pada
hari-hari terakhir (saat kedatangan-Nya yang kedua kali).
Dalam bagian kedua (Tubuh adalah tempat kediaman Tuhan), Paulus mengatakan bahwa tubuh
adalah anggota Kristus dimana tubuh dan jiwa termasuk ke dalam tubuh rohani Kristus (tubuh kita
dipersatukan dengan Tuhan). Tubuh kita juga menjadi bait suci Roh Kudus dan bukan hanya sekadar “fisik”
yang akan menghilang nantinya (tidak berguna). Paulus menekankan bahwa perbuatan seksual bukan
hanya sekedar seks, tpi seks seringkali melibatkan adanya persatuan (sama seperti pernikahan dimana
suami-istri akan menjadi 1 daging). Gambaran pernikahan sama seperti melambangkan persatuan dengan
Tuhan. Dosa terhadap hubungan seksual adalah dosa yang berat terkait dengan hubungan kita dengan
Kristus seakan-akan kita melupakan bahwa Kristus juga berada di sana ketika melakukan dosa tersebut.
Ini sama saja seperti kita melakukan pemberontakan terhadap Roh Kudus yang tinggal dalam tubuh kita.
Paulus tidak mengatakan bahwa dosa seksual lebih penting di mata Tuhan dibanding dosa-dosa yang lain.
Dosa tersebut sama saja beratnya dengan pencurian, bersaksi dusta, dll. Perintah Paulus adalah agar kita
lari dari dosa itu (sama seperti kisah Yusuf yang lari dari Potifar) sejauh mungkin karena godaan dosa
sangatlah kuat dan jangan lupakan bahwa tubuh adalah kediaman bait Allah.
Dalam bagian ketiga (Tubuh adalah untuk kemuliaan Allah), Paulus mengingatkan bahwa tubuh
kita adalah ciptaan-Nya sehingga kita harus memuliakan Tuhan dengan tubuh kita, bukan hanya karena Ia
adalah pencipta kita tapi juga karena Ia telah menebus kita sampai lunas melalui darah Yesus Kristus.
Kematian Kristus bukan hanya sekedar kematian daging tapi juga jiwanya (secara keseluruhan) sehingga
kita bukan lagi milik diri kita sendiri tapi sudah milik Tuhan. Seringkali ada perbuatan dosa yang seringkali
dibenarkan seperti aborsi, euthanasia, atau LGBT. Mereka yang melakukan perbuatan ini seolah-olah ingin
mengatakan bahwa mereka memiliki kendala penuh terhadap dirinya sendiri. Tapi ingat bahwa tubuh kita
sudah menjadi miliknya sehingga kita harus melakukan segala sesuatu sesuai tujuan dan rencana-Nya
demi kemulian nama Tuhan.
II. REFLEKSI PRIBADI

Seringkali orang-orang modern saat ini memiliki motto “Jika merasa nyaman, maka lakukan saja”.
Hal ini berujung dengan banyaknya pelanggaran seksual yang terjadi, banyak juga keluarga yang hancur
karena prinsip seperti itu. Kenyaman terhadap pelanggaran dosa (perselingkuhan, pelacuran, ataupun
narkoba) dengan motto seperti itu benar-benar sangat berbahaya. Melalui perikop khotbah ini, saya
mengingat kembali bahwa Alkitab memberikan saya suatu motto yang penting dan menjadi inti dari hidup
saya sebagai seorang Kristen, sama seperti yang dikatakan Paulus bahwa tubuh saya bukanlah menjadi
milik saya prubadi karena saya sudah ditebus Tuhan dengan sebuah harga yang luar biasa dan tidak
tergantikan yaitu kematian Yesus Kristus di kayu salib untuk menebus dosa yang bukan Ia lakukan. Inilah
prinsip yang harus selalu saya ingat dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Saya harus menekankan
kembali bahwa status saya tidak bisa menjadi sama seperti dulu, yang bebas untuk berbuat dosa
(memenuhi keinginan daging semata), tetapi status saya sekarang sudah menjadi milik Kristus.
Sebagai orang Kristen pun, walaupun saya diberikan kebebasan memilih olehT Tuhan, realitanya
juga sebenarnya tidak bebas. Saya tidak bebas berbohong, menipu, mencuri, balas dendam, dan tidak
bebas membunuh karena itu memang bertentangan dengan apa yang tertulis dalam hukum Taurat.
Bahkan orang yang belum menjadi Kristen pun juga sebenarnya tidak bebas. Mereka memang bisa saja
bebas melakukan dosa tetapi mereka terikat oleh dosa itu, karena mereka harus melakukan dosa-dosa
tersebut. Hal itu sama saja kalau ketika saya mendapat nilai jelek dan takut ketahuan oleh orang tua maka
saya harus berbohong. Berbohong pun harus cari alasan yang masuk akal (otomatis engga bebas). Kalau
keinginannya tidak terbentuk maka rasanya akan gatal, panik, dan merasa gelisah karena takut ketahuan.
Tapi hal yang perlu diingat bahwa ketika saya membiarkan diri saya jatuh kepada keinginan sesat maka
saya akan merasa tergiur dan “kecanduan” untuk melakukan dosa-dosa itu berulang kali. Meskipun saya
seorang Kristen mungkin orang lain akan melihat saya tidak bebas karena diikat oleh gereja, perintah-
perintah Tuhan baik dalam hal makanan ataupun larangan lainnya. Setiap pagi dan malam melakukan
worship, tidak boleh makan seafood, maka ikan yang tidak bersisik, dan ketentuan makanan lainnya; tidak
mengonsumsi kopi, alkhohol, merokok, dan beberapa hal lainnya.
Lalu siapa yang bebas? Sebenarnya baik saya dan semua orang pun tidak ada yang bebas. Sebelum
menjadi Kristen (dibaptis), mereka (non-Kristen) harus menyerahkan anggota tubuhnya menjadi hamba
dosa. Setelah Kristen (begitu dengan saya), saya harus menyerahkan anggota tubuh sayya menjadi hamba
kebenaran. Perbedaannya adalah kerelaan dan kesukaan diri saya untuk berbuat kebenaran. Saya harus
mengingat bahwa saya memiliki moto penting dalam hidup saya bahwa tubuh saya sudah dibeli oleh
pengorbanan kasih Krisuts dan telah menjadi milik-Nya sehingga tubuh saya jika harus bisa menjadi alat
untuk menyampaikan kebenaran yang sejati.

III. KOMITMEN PRIBADI

Dari firman Tuhan yang saya dengarkan, saya harus menyadari betapa saya harus lebih bersyukur
karena saya telah dimiliki oleh Kristus karena saya tidak dibiarkan terlantar, saya tidak menjalani
pergumulan itu sendiri tetapi Tuhan membantu saya melewatinya. Saya harus bersyukur bahwa saya telah
menjadi domba Allah oleh karena itu ketika saya mengalami kesulitan atau pergumulan saya harus
mengingat status bahwa saya adalah milik Tuhan yang sudah dibeli dengan harga yang mahal. Ia tidak
akan meninggalkan milik-Nya terlantar tanpa pertolongan. Sebagai orang Kristen dan sudah menjadi milik
Kristus, saya harus berkomitmen untuk berubah meninggalkan kebisaaan-kebiasaan dosa. Sama ketika
mendapatkan nilai jelek saya harus berusaha tetap jujur, meninggalkan dosa itu (berbohong) meskipun
saya akan dimarahi tetapi dari situ saya belajar untuk berubah menjadi yang lebih baik lagi. Menjadi
pengikut Kristus bukan berarti kita akan mendapat kelancaran ataupun kesenangan setiap hari, kita juga
akan menghadapi cobaan dan tantangan setiap saat. Tetapi melalui itu semua, Tuhan melatih kita agar
ketika dihadapkan dengan tanggung jawab yang lebih besar maka kita mampu untuk menjalaninya dengan
bijaksana sesuai dengan kehendak Tuhan. Meskipun saya memiliki talenta (seperti bermain musik), saya
tetap saja tidak bisa menggunakan itu untuk tujuan kesombongan tapi saya harus memakai apa yang telah
Tuhan titipkan ataupun berikan kepada saya untuk melayani Tuhan. Meskipun saya memiliki talenta itu
dan saya tidak menggunakannay, saya juga berdosa karena saya tidak berhak untuk mengubur talenta itu.
Dimiliki Kristus berarti saya tidak berhak untuk menyia-nyiakan talenta yang Tuhan berikan kepada saya.
Saya harus bertanggung jawab untuk memakainya.

Anda mungkin juga menyukai