Bagi orang Yahudi, segala sesuatu yang tidak sesuai dengan hukum Taurat
berarti dosa. Segala sesuatu dalam hidup mereka pasti selalu dikaitkan dengan
hukum Taurat. Oleh karena itulah, hukum taurat dapat dikatakan menjadi
pedoman bagi hidup mereka. Sehingga bagi mereka yang tidak sesuai dengan
ajarannya akan dikucilkan dan bahkan mengalami penganiayaan seperti orang
Kristen. Pada masa itu orang Kristen, mengalami penganiayaan oleh Saulus
bersama orang Farisi. Orang-orang Farisi dan Saulus melakukan penganiayaan
dengan mengatas namakan hukum Taurat (Dunn 2005, 142). Saulus sangat
memahami mengenai hukum Taurat, sehingga ia menganiaya orang Kristen karena
hukum Taurat. Dalam perjalanannya ke Damsyik untuk melakukan penganiayaan
itu, ia tersungkur di jalan dan mengalami peristiwa pertobatan. Semenjak itulah
namanya berubah menjadi Paulus, dan ia ditugaskan untuk tetap pergi ke Damsyik,
namun bukan sebagai menganiaya orang Kristen, tetapi untuk menjadi alat pilihan
Tuhan.
Ketika Yesus melakukan hal ini, Dia dituduh tidak mengikuti hukum Taurat,
namun Ia adalah penggenapan hukum Taurat (Guthrie 2010, 209). Dalam bahasa
Yunani kata Pleroo berarti penggenapan dalam artian Yesus melampaui hukum
Taurat (Guthrie 2010, 201). Seperti dalam hukum Taurat yang menyatakan akan
digenapi, dan dalam pemahaman iman Kristen, kata ini berarti Kristus adalah
perwujudan yang sempurna yang dibayangkan oleh Taurat dan para nabi.
Dalam Injil Markus, dicatat bagaimana kisah orang kaya yang ingin
memperoleh hidup yang Kekal (Mrk. 10:17-27). Yesus mengajarkan bahwa tidak
cukup hanya menaati hukum Taurat , namun juga harus berserah kepadad Firman
Allah. Lalu dalam Matius dijelaskan bahwa menaati hukum Taurat harus sebagai
bentuk ketaatan serta pernyataan kasih kepada Allah dan sesama. Oleh sebab
itulah hukum Taurat perlu dipahami dalam artian yang lebih luas lagi. Menurut
Yesus, hukum Taurat adalah ketetapan dari Allah (Mat. 23:5). Namun Allah
memberikan keselamatan bukan karena manusia hanya taat kepada hukum Taurat,
tetapi karena Allah rela untuk mengampuni dosa manusia yang dibuktikan dengan
datangnya Yesus ke dunia .
Dosa masuk melalui manusia pertama yang kemudian diikuti oleh hukuman
dan maut. Kemudian mencemari manusia lainnya karena semua telah berdosa.
Dalam pemaknaan yang lebih mendalam lagi, “kematian” yang biasanya adalah
desktruksi fisik dari sebuah tubuh, tetapi bagi Paulus kematian ialah keterpisahan
kekal dengan Allah. Hal ini dikarenakan bahwa tujuan utama dari dosa ialah
memisahkan antara ciptaan dengan Pencipta (Matera 2007, 176).
Tidak ada seorang manusia pun yang luput dari dosa, karena apa yang berlaku
kepada satu orang, berarti berlaku juga kepada semua orang. (Guthrie 2010, 206)
Dengan latar belakang dosa merupakan hasil dari kuasa-kuasa kegelapan atau
iblis, terlihat bahwa manusia yang jatuh dalam dosa juga terjatuh dalam
perbudakan atau genggaman iblis. Hal ini juga secara tidak langsung mendasari
pengertian Kristus sebagai penebus umat manusia dari kuasa kegelapan. (Guthrie
2010, 206)
Jika kita melihat perumpamaan yang diajarkan Yesus mengenai Anak Yang
Hilang yang terdapat dalam Lukas 15 ayat 11-32, terlihat bahwa anak bungsu yang
melawan atau memberontak ayahnya akhirnya sadar bahwa ia telah melakukan
dosa terhadap ayah dan Allah. Dosa yang ia lakukan bukanlah terletak ketika
menghambur-haburkan harta ayahnya, melainkan ketika ia tidak melakukan apa
yang sebagai anak harusnya lakukan. (Guthrie 2010, 206)
Terutama kita sebagai mahasiswa teologi, yang dapat dikatakan paham dan
sudah mempelajari mengenai hukum Kristen, Alkitab, atau dogmatika Kristen.
Tidak jarang ketika manusia merasa sudah tahu, ia lupa bahwa pengetahuannya
juga harus diamalkan dalam perbuatannya. Jangan sampai kita terjebak oleh hal itu
dan menjadi sama seperti orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat. Perlu diingatkan
bahwa semuanya itu berasal dari Tuhan. Ia yang telah menebus dosa kita secara
cuma-cuma. Patutlah kita berserah selalu kepadaNya, karena kita hanyalah
hembusan nafasNya.
Daftar Acuan
Bultmann, Rudolf. 1955. Theology of the New Testament. Terj. Kendriecj grobel.
New York: Charles Scribner’s Sons.
Dunn, James D. G. 2005. The New Perspective on Paul. Grand Rapids, Michigan:
William B. Eermands Publishing Company.
-----------------------. 2006. The Theology of Paul the Apostle. Grand Rapids, Michigan:
William B. Eermands Publishing Company.
Guthrie, Donald. 2010. Teologi Perjanjian Baru 1: Allah, manusia, Kristus. Terj. Lisda
Tirtapraja Gamadhi, dkk. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Matera, Frank J. 2007. New Testament Theology: Exploring diversity and unity.
Louisville, London: Westminster John Knox Press.
Ridderbos, Herman. 1975. Paul: An outline of his theology. Terj. John Richard de
Witt. Grand Rapids, Michigan: William B. Eerdmans Publiching Company.