NIM : 2021.77.002
Mata Kuliah : Teologi Perjanjian Baru 2
Dosen P. : Dr. Andreas Rusmanto
SOTERIOLOGY PAULUS
I. Pendahuluan
A. Pengenalan Konsep Keselamatan
Di dalam jurnal Demsy Jura, Menjelaskan Soteriologi adalah konsep penting
dalam kajian teologi Kristen. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani yaitu kata sótérios
(ζωηήριον) yang artinya Keselamatan. Kata sótérios (ζωηήριον) ini berasal dari dua kata
yaitu: sótér (ζωηήρ) yang berarti Penyelamat dan logia (λόγια) adalah Perkataan. Dengan
demikian maka dalam segi etimologi, kata Soteriologi berarti ajaran tentang
keselamatan manusia.1
1
Demsy Jura, “Kajian Soteriologi Dalam Teologi Universalisme, Calvinisme, Dan Arminianisme Serta Kaitannya
Dengan Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen,” Jurnal Shanan 1, no. 2 (2017): 21–57,
https://doi.org/10.33541/shanan.v1i2.1484.
2
T. Jacobs SY, Paulus Hidup, Karya Dan Teologinya (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1983).
penganiayaannya terhadap jemaat Kristen dengan "kerajinannya" sebagai
seorang Yahudi. Dalam kata lain, Paulus menganiaya jemaat Kristen karena
keyakinan agamanya yang kuat pada saat itu. Namun, dalam Filipi 3:7, Paulus
dengan tegas menyatakan bahwa segala yang dahulu dianggapnya sebagai
keuntungan, sekarang dianggapnya sebagai kerugian karena Kristus. Dia
bahkan mengatakan bahwa dia telah melepaskan semuanya itu dan
menganggapnya sebagai sampah.3
Dalam hal ini, ada dua aspek yang perlu dipertimbangkan. Pertama,
penganiayaan yang Paulus lakukan terhadap jemaat Kristen pada awalnya
seharusnya tidak dapat disalahkan kepadanya, karena dia melakukan tindakan
itu berdasarkan keyakinan hati nuraninya yang subjektif pada saat itu. Dia
yakin bahwa tindakannya adalah yang benar sesuai dengan ajaran Yahudi yang
dia anut saat itu.
4
T. Jacobs SY.
5
Douglas J. Moo, The Epistle to the Romans (USA: Grand Rapids, Mich. : W.B. Eerdmans Pub. Co., 1996).
1. Keselamatan oleh Iman
Keselamatan oleh Iman adalah salah satu dasar ajaran Kristen yang
paling fundamental dan penting. Ini mengacu pada keyakinan bahwa
keselamatan manusia tidak dapat dicapai melalui perbuatan baik atau
kepatuhan terhadap hukum, tetapi hanya melalui iman dalam Yesus Kristus
sebagai Juruselamat.6
Paulus menuliskan suratnya untuk orang-orang yang terpengaruh oleh
ajaran Yahudi yang tekanan keselamatan karena perbuatan baik yaitu dengan
mentaati hukum Taurat (Band:Kis 15:1-2). Hal dijelaskan oleh Donald
Guthrie, “Bagi orang-orang Yahudi yang berpendapat bahwa jasa dapat
ditabung dengan cara memelihara hukum Taurat dengan cermat, “perbuatan
menurut Hukum Taurat” merupakan jalan keselamatan.” Pandangan ini
kontras dengan apa yang dijelaskan oleh Duyverman bahwa manusia tidak
hidup adil di hadapan Allah. Perbuatan baik dan keadaan manusia di dalamnya
menjalankan hukum Taurat (Yahudi: sunat-2:28, 29) tidak dapat
menyelamatkan diri-nya dihadapan Tuhan. Dengan timbulnya masalah
seperti itu, maka Paulus menekankan habis-habisan bahwa hanya imanlah
yang menyebabkan orang diselamatkan seperti yang ditulisnya dalam
Galatia2:16, danEefsus2:8-9. Yang menjadi pertanyaannya adalah apakah
yang dimaksud dengan keselamatan adalah dibenarkan karena iman? Iman
adalah dasar dari segala sesuatu yang diharapkan dan bukti dari segala sesuatu
yang tidak terlihat (Ibr.11:1). Sama seperti apa yang dikatakan oleh
Herman Ridderbos bahwa iman berperan sebagai sarana, instrumen, cara,
dasar, yang melaluinya, dengannya, atau di atasnya, manusia berbagi dalam
kebenaran Allah atau sebagai penengah, yaitu untuk menunjuk kepada obyek
iman yang menjadi dasar pembenaran. Yang membenarkan bukan iman
itu sendiri, melainkan apa yang menjadi obyek iman yakni Yesus Kristus.
Louis Berkhof melanjutkan bahwa Paulus dengan tegas menerangkan
kedudukan iman sebagai satu-satunya sarana untuk keselamatan. Dalam
melakukan hal ini, ia banyak membicarakan Kristus sebagai obyek iman,
sebab hanya melalui obyek inilah iman mendapatkan apa yang
dimaksudkan. Iman membenarkan dan menyelamatkan hanya jika terus
berpegang pada Kristus. Disini Paulus membahas suatu pertanyaan
6
Moo.
bagaimana orang berdosa dapat dibenarkan, yaitu diampuni dosanya
diterima oleh Allah dan memiliki hubungan yang benar dengan-Nya. Hal ini
tidak akan terjadi dengan melakukan hukum Taurat, tetapi oleh iman yang
hidup dalam Kristus Yesus.7
2. Keselamatan melalui Anugerah
Paulus menyatakan bahwa Kitab Suci dapat memberi manusia “hikmat
dan menuntun ke keselamatan oleh iman kepada Yesus Kristus” (2 Tim 3:15),
dan menyediakan sarana-sarana yang penting untuk menikmati keselamatan
yang penuh. Dengan memperluas dan menerapkan konsep PL tentang keadilan
Tuhan yang menjadi bayang-bayang bagi keadilan yang menyelamatkan
didalam PB, Paulus menunjukkan betapa tidak ada keselamatan oleh hukum.
Sebab hukum hanya dapat menunjukkan kehadiran dan memancing aktivitas
dosa, dan membungkamkan manusia dalam kesalahannya di hadapan Allah
(Roma 3:19; Gal 2:16). Keselamatan disediakan sebagai anugerah dari Allah
yang adil yang berbuat dalam rahmat kepada pendosa yang tidak layak.
Pendosa yang oleh anugerah iman, percaya kepada keadilan Kristus,
memberikan kepada pendosa yang tak layak itu (yaitu memperhitungkan
baginya keadilan Kristus yang sempurna), mengampuni dosa-dosanya,
mendamaikan dia dengan diri-Nya sendiri di dalam dan melalui Kristus yang
sudah “membuat perdamaian melalui darah salib-Nya” (2Kor 5:18; Roma
5:11;Kolose 1:20), mengangkatnya menjadi keluarga-Nya (Galatia 4:5; Efesus
1:13; 2Kor 1:22) memberinya materai, kesungguhan, dan buah sulung dari
Roh-Nya didalam hatinya, dan dengan demikian menjadikannya mahluk baru.
Oleh Roh yang sama sarana keselamatan berikutnya memampukan dia
berjalan dalam kehidupan yang baru, sambil makin mematikan perbuatan-
perbuatan daging (Roma 8:13) sampai akhirnya ia dijadikan sama dengan
Kristus (Roma 8:29) dan keselamatannya digenapi dalam kemuliaan (Filipi
3:21).8
IV. Kesimpulan
7
Menurut Millard J Erickson, “Pentingnya Memahami Soteriologi Paulus Dan Yakobus” 2, no. 1 (2020): 28–39.
8
Boy Rio Sinaga, Sekolah Tinggi, and Teologi Arastamar, “Keselamatan Adalah Pengangkatan” 8, no. 1 (2020):
38–53.
Konsep keselamatan menurut Paulus dalam ajaran Kristen tetap memiliki relevansi
yang kuat di era modern. Ini menawarkan harapan bagi mereka yang merasa berdosa dan
terjauh dari Allah, mengingatkan kita bahwa keselamatan bukanlah hasil dari perbuatan baik
atau usaha manusia, tetapi anugerah Allah yang diberikan secara gratis. Pertobatan Paulus,
sebagai perubahan mendalam dalam keyakinan dan nilai-nilainya, juga menggambarkan
potensi transformasi spiritual yang dapat dialami oleh individu dalam era ini, menunjukkan
kekuatan pengampunan dan pembaruan yang ditemukan dalam iman Kristen. Selain itu,
konsep ini juga mempromosikan perdamaian dan hubungan yang benar dengan sesama
manusia, sesuatu yang sangat dibutuhkan dalam masyarakat yang sering kali terbelah dan
penuh konflik. Dengan demikian, konsep keselamatan menurut Paulus terus memberikan
panduan moral, harapan, dan makna dalam konteks era modern yang kompleks ini.
REFERENSI
Erickson, Menurut Millard J. “Pentingnya Memahami Soteriologi Paulus Dan Yakobus” 2,
no. 1 (2020): 28–39.
Jura, Demsy. “Kajian Soteriologi Dalam Teologi Universalisme, Calvinisme, Dan
Arminianisme Serta Kaitannya Dengan Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen.”
Jurnal Shanan 1, no. 2 (2017): 21–57. https://doi.org/10.33541/shanan.v1i2.1484.
Moo, Douglas J. The Epistle to the Romans. USA: Grand Rapids, Mich. : W.B. Eerdmans
Pub. Co., 1996.
Sinaga, Boy Rio, Sekolah Tinggi, and Teologi Arastamar. “Keselamatan Adalah
Pengangkatan” 8, no. 1 (2020): 38–53.
T. Jacobs SY. Paulus Hidup, Karya Dan Teologinya. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1983.