Anda di halaman 1dari 142

Kata torah dari kata kerja bahasa Ibrani yarah.

Dalam
pangkal verba (konjugasi) hifil, kata ‫(ירה‬yarah) berarti
"memberi pengajaran, mengajarkan, menunjukkan“
(misalnya pada Kitab Imamat 10:11). Jadi kata torah
dapat bermakna "ajaran" atau "instruksi", boleh ajaran
dari ibu, ajaran dari ayah, atau ajaran dari Tuhan.
Terjemahan yang paling sering dipakai, "hukum",
sebenarnya mengandung makna yang kurang tepat,
karena kata bahasa Ibrani untuk "hukum" adalah din.
Kesalahan pengertian "Torah" sebagai "Hukum" dapat
menjadi halangan untuk "memahami pemikiran yang
disarikan dengan istilah talmud torah (‫תלמוד תורה‬,
"pelajaran Taurat").
Selanjutnya kata "torah" lebih
digunakan dalam artian luas, meliputi
peraturan tertulis maupun lisan dan
akhirnya meliputi seluruh ajaran agama
Yahudi, termasuk Mishnah, Talmud,
Midrash and lain-lain. Selain itu, juga
dapat diterjemahkan sebagai
"pengajaran, petunjuk, perintah", atau
"kebiasaan" atau sistem.
Di dalam Alkitab Ibrani, judul yang dipakai untuk bagian
pertama ("Ta-" dari "Tanakh") adalah "Taurat Musa". Judul ini
sebenarnya tidak pernah dijumpai dalam Taurat itu sendiri
maupun dalam sastra periode pembuangan ke Babel. Nama ini
dipakai dalam Kitab Yosua (Yosua 8:31–32; Yosua 23:6) serta
Kitab 1 dan 2 Raja-raja (1 Raja-raja 2:3; 2 Raja-raja 14:6; 2
Raja-raja 23:25), meskipun tidak dapat dipastikan apakah ini
benar-benar meliputi keseluruhan 5 kitab. Sebaliknya, ada
kemungkinan bahwa pemakaiannya setelah pembuangan ke
Babel (Maleakhi 3:22; Daniel 9:11, 13; Ezra 3:2; 7:6; Nehemia
8:1; 2 Tawarikh 23:18; 30:16) diartikan sebagai keseluruhan.
Judul kuno lainnya "Kitab Musa" (Ezra 6:18; Nehemia 13:1; 2
Tawarikh 35:12; 25:4; bandingkan 2 Raja-raja 14:6) dan "Kitab
Taurat" (Nehemia 8:3) nampaknya adalah kependekan nama
lengkapnya, "Kitab Taurat Allah" (Nehemia 8:8, 18; 10:29–30;
bandingkan Nehemia 9:3).
Istilah Pentateukh, pertama kali digunakan
oleh orang Yahudi berbahasa Yunani di kota
Alexandria, yang bermakna "lima kitab", atau
sebagai "Hukum", atau "Hukum Musa". Orang
Islam menyebut "Torah" sebagai Tawrat
(bahasa Arab: ‫توراة‬, "Hukum"), kata bahasa
Arab untuk wahyu yang diberikan kepada
nabi Musa (‫موسى‬, Musa dalam tulisan Arab).
Perjanjian Lama adalah bagian utama pertama dalam
Alkitab, biasanya dibagi kepada kategori-kategori hukum,
sejarah, puisi dan nubuat. Semua buku-buku atau kitab-kitab
tersebut ditulis sebelum kelahiran Yesus. Perjanjian Lama
kadang-kadang disebut Kitab-Kitab Ibrani, karena 97% isinya
ditulis dalam bahasa Ibrani.
Seluruh kanon Perjanjian Lama adalah sama dengan kanon
dari Kitab Suci Yahudi yaitu Tanakh, tetapi dengan urutan
yang berbeda. Susunan urutan kanon Tanakh berakhir
dengan Kitab Tawarikh, sedangkan Perjanjian Lama berakhir
dengan Kitab Maleakhi.
Mengapa kita harus mempelajari Perjanjian
Lama?

Jawaban: Alkitab adalah wahyu progresif.


Perjanjian Baru hanya dapat dipahami secara
utuh ketika dipandang sebagai sesuatu yang
dibangun di atas dasar peristiwa-peristiwa, para
pemeran, hukum, sistem persembahan, perjanjian
dan berbagai janji Perjanjian Lama (PL). Jika kita
hanya memiliki Perjanjian Baru (PB) kita akan
datang kepada Injil tanpa mengetahui mengapa
orang-orang Yahudi mencari Mesias (Raja
Penyelamat).
 Tanpa PL, kita tidak akan mengerti mengapa Mesias datang (lihat
Yesaya 53); kita tidak dapat mengenali Yesus, orang Nazaret itu,
sebagai Mesias melalui berbagai nubuat mendetil mengenai Dia
(tempat kelahiranNya (Mikha 5:2); cara kematianNya (Mazmur 22,
khusus ayat 1, 7-8, 14-18; Mazmur 69:21, dll), kebangkitanNya
(Mazmur 16:10), dan banyak lagi detil pelayananNya (Yesaya 52:13;
9:2, dll).
 Tanpa PL kita tidak dapat memahami adat istiadat orang-orang Yahudi
yang disebutkan secara sambil lalu dalam PB. Kita tidak akan dapat
memahami pemutarbalikan yang dilakukan orang-orang Farisi terhadap
hukum Allah saat mereka menambahkan kebiasaan mereka sendiri
pada hukum itu. Kita tidak akan mengerti mengapa Yesus begitu
marah ketika Dia menyucikan halaman Bait Allah. Kita tidak akan
mengerti bahwa kita dapat menggunakan hikmat yang sama yang
digunakan Kristus ketika berulang kali Dia menanggapi para seterunya
(baik manusia maupun Iblis).
 Tanpa Perjanjian Lama kita akan kehilangan berbagai detil
nubuat yang hanya dapat digenapi kalau Alkitab adalah
Firman Allah, dan bukan dari manusia (lihat para nabi
besar dan kecil) (cth: Daniel 7 dan pasal-pasal berikutnya).
Nubuat-nubuat ini memberi detil terperinci mengenai
bangkit dan jatuhnya bangsa-bangsa, bagaimana mereka
akan jatuh, apakah mereka akan bangkit lagi, kuasa mana
yang akan menggantikan, siapa yang akan menjadi para
pemain utama (Darius, Aleksander Agung, dll) dan apa yang
akan terjadi pada kerajaan mereka ketika para pelaku
utama ini mati. Nubuat-nubuat terperinci ini begitu akurat
sehingga para skeptik menuduh bahwa nubuat-nubuat ini
ditulis setelah peristiwanya terjadi.
 PL juga mengandung berbagai pelajaran yang dapat kita petik dari
kehidupan banyak tokoh yang jatuh dalam dosa. Dengan mengamati
kehidupan mereka kita dapat didorong untuk percaya kepada Allah apapun
yang terjadi (Daniel 3) dan tidak berkompromi dalam hal-hal yang sepele
(Daniel 1) sehingga pada akhirnya kita dapat setia dalam hal-hal yang besar
(Daniel 6). Kita belajar bahwa paling baik mengaku dosa secepatnya dan
dengan sungguh-sungguh serta bukannya melemparkan kesalahan (1
Samuel 15). Kita dapat belajar untuk tidak bermain-main dengan dosa
karena dosa akan menerkam kita dan gigitannya mematikan (lihat Hakim-
Hakim 13-16). Kita dapat belajar bahwa kita perlu bersandar (dan taat)
kepada Allah jika kita mau mengalami kehidupan tanah-perjanjian Allah
dalam hidup ini dan firdaus di kemudian waktu (Bilangan 13). Kita belajar
bahwa jika kita membayangkan hal-hal berdosa, kita sementara
mempersiapkan diri untuk berdosa (Kejadian 3, Yosua 6-7). Kita belajar
bahwa dosa memiliki konsekwensi bukan hanya untuk diri kita sendiri,
namun juga untuk orang-orang sekitar kita yang kita kasihi, dan sebaliknya,
perbuatan baik kita bukan hanya berpahala untuk diri sendiri, namun juga
untuk orang-orang yang ada di sekitar kita (Kejadian 3; Keluaran 20:5-6).
 Perjanjian Lama juga mengandung sejumlah besar hikmat
yang tidak terdapat dalam Perjanjian Baru. Banyak dari hikmat
ini terdapat dalam Mazmur dan Amsal. Hikmat ini
mengungkapkan bagaimana saya dapat menjadi lebih bijak
dari guru saya, apa akibat dari berbagai dosa (membantu kita
melihat kail yang tersembunyi di balik umpan), dan apa hasil
dari kesuksesan dalam dunia (tidak ada!). Bagaimana saya
dapat mengenali bahwa saya orang bebal (yaitu orang yang
bodoh secara moral). Bagaimana saya bisa tanpa sengaja
namun dengan cepat membuat orang menjauh? Bagaimana
saya dapat membuka pintu untuk sukses yang langgeng?
Bagaimana saya dapat menemukan makna hidup? Sekali lagi,
begitu banyak yang menanti untuk diketemukan oleh orang
yang betul-betul mau belajar.
 Tanpa PL kita tidak memiliki dasar untuk menentang kesalahan
pemutarbalikan politik dalam masyarakat kita di mana evolusi
dipandang sebagai pencipta dari semua spesies selama jutaan
tahun (dan bukannya hasil dari penciptaan Allah secara khusus
dalam enam hari secara harafiah). Kita akan menerima bahwa
pernikahan dan keluarga adalah struktur yang berevolusi yang
harus terus berubah seiring dengan perubahan masyarakat, dan
bukannya sebagai desain Allah untuk membesarkan anak-anak
yang saleh dan untuk melindungi mereka yang kalau tidak akan
dimanipulasi dan disalahgunakan (paling sering adalah perempuan
dan anak-anak).
 Tanpa PL, kita tidak akan dapat mengerti janji-janji yang masih akan
digenapi Allah terhadap bangsa Yahudi. Akibatnya, kita tidak dapat
secara tepat melihat bahwa masa kesengsaraan besar adalah
masa tujuh tahun di mana Allah akan secara khusus berkarya
dengan bangsa Yahudi yang dulunya menolak kedatanganNya yang
pertama namun akan menerima Dia pada kedatanganNya yang
kedua kali. Kita tidak akan memahami bagaimana pemerintahan
1.000 tahun Yesus adalah sesuai dengan janji-janjiNya kepada
orang-orang Yahudi dan juga bagaimana itu cocok dengan bangsa-
bangsa bukan Yahudi. Kita juga tidak akan dapat melihat
bagaimana bagian akhir dari Alkitab menyimpulkan hal-hal yang
belum selesai yang dimulai di bagian awal dari Alkitab, bagaimana
Allah akan memulihkan dunia ini menjadi firdaus sebagaimana
yang direncanakanNya, dan bagaimana kita akan menikmati
hubungan yang dekat dengan Allah secara pribadi sebagaimana
yang terjadi di taman Eden.
 Perjanjian lama merupakan Alkitab Yesus Kristus:
- Yesus mengenal sejarah Perjanjian Lama (misalnya Yohanes 3:14;
bandingkan Bilangan 21:4-9); Yesus mendasarkan pengajaranNya
pada Perjanjian Lama (lihat Matius 5:17; bandingkan Markus 11:17);
Yesus menggunakan pengajaranNya untuk menentang pencobaan
(lihat Matius 4:1-11); Yesus menyatakan bahwa nubuat-nubuat
Perjanjian Lama digenapi dalam diriNya (misalnya Lukas 4:16-21;
Yohanes 15:25).
 Perjanjian lama sering dikutip oleh Perjanjian Baru. Ada kurang lebih
2650 kutipan dari Perjanjian Lama dalam Perjanjian Baru, yaitu kurang
lebih 350 kutipan langsung, dan 2300 kutipan tidak langsung, serta
persamaan bahasa. Dengan kata lain, terdapat rata- rata satu kutipan
Perjanjian Lama dalam setiap tiga ayat Perjanjian baru. Kitab Yesaya
dan mazmur paling sering dikutip (masing-masing lebih dari 400 kali);
dan hanya kitab Kidung Agung yang tidak dikutip dalam Perjanjian Baru
 Perjanjian lama merupakan dasar untuk pengertian Perjanjian baru antara
lain:
- dari segi bahasa (Perjanjian Baru ditulis dalam sejenis bahasa Yunani
yang banyak dipengaruhi oleh bahasa-bahasa Perjanjian Lama);
- dari segi sejarah (sejarah Perjanjian lama dilanjutkan oleh sejarah
Perjanjian Baru); dan
- dari segi teologi (tema-tema teologi Perjanjian lama, seperti penciptaan,
dosa, hukuman, pertobatan, kurban, keselamatan dan sebagainya menjadi
dasar teologi Perjanjian Baru).
 Baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru dinyatakan Allah yang
Esa. Allah Israel adalah sama dengan Bapa Yesus Kristus:
- sifatNya sama (mahakuasa, mahakudus, mahapengasih,
dsb.);rencanaNya sama (untuk keselamatan manusia dan penyempurnaan
dunia yang diciptakanNya);
- tuntutanNya sama (hidup yang suci; kasih kepada Allah dan sesama
manusia).
 Perjanjian Lama merupakan firman Allah. Allah berbicara
(berfirman) melalui Perjanjian lama, sebagaimana juga
melalui Perjanjian Baru, untuk menyatakan kasihNya dan
untuk menyampaikan kehendakNya kepada manusia.

 Perjanjian Lama mengandung sastra yang indah, termasuk


cerita yang termasyur, seperti cerita Yusuf, Rut, Daud, Elisa,
Yunus, Ester dan sebagainya; dan puisi yang bagus seperti
dalam Kitab Ayub, Mazmur, Yesaya dan lain-lain.
Perjanjian Lama adalah Bukti akan Kedaulatan dan Kesetiaan Allah .
Dibalik cerita sejarah bangsa Israel, PL juga menjadi bukti penting akan
kedaulatan Allah atas seluruh alam semesta yang diciptakan- Nya,
termasuk di dalamnya manusia. Dialah yang mengawasi sejarah dan yang
akan menyelesaikan rencana-Nya tepat pada waktu yang sudah
ditetapkan-Nya (Fil 1:6). Dia juga yang memilih hamba-hamba-Nya sesuai
dengan kedaulatan-Nya untuk melaksanakan rencana kekal-Nya. Di sini
sekaligus PL juga menjadi bukti penyataan progresif akan kesetiaan Allah
(Yes. 25:1). Allah turut bekerja dalam sejarah, termasuk ketika Israel tidak
taat, tetapi Allah tetap setia pada janji-Nya (Rom 3:3). Oleh karena itu
kitab-kitab PB tidak mungkin dilepaskan dari PL; Allah PB adalah juga
Allah PL yang setia melaksanakan rencana kedaulatan-Nya (keselamatan)
bagi umat pilihan- Nya
Perjanjian Lama adalah Firman Allah
Mengakui bahwa PL adalah Firman Allah adalah bagian yang penting dari iman Kristen,
karena apabila kita mengakui otoritasnya maka berarti kita bersedia tunduk pada
otoritas tsb. Namun yang menjadi pertanyaan sekarang, bagaimana kita tahu dan yakin
bahwa kitab- kitab PL adalah Firman Allah yang berotoritas? Berikut ini adalah beberapa
bukti bahwa PL adalah Firman Allah.

Pertama, bukti dari dalam Alkitab sendiri:


1. Yesus mengakui otoritas PL Selama Yesus hidup di dunia Ia mengakui otoritas PL
secara penuh. Hal ini terbukti jelas dalam kitab-kitab Injil bagaimana Yesus selalu
mengutip PL untuk menunjukkan dasar otoritas dan pengajaran-Nya. Misalnya pada
waktu Ia dicobai (Matius 4:1-11). Juga ketika Yesus harus mengklaim kedudukan-Nya
sebagai Anak Allah (Yohanes 10:31-36). Sikap Yesus yang menjunjung tinggi PL cukup
menjadi bukti bahwa PL memiliki otoritas sebagai Firman Allah.
2. Para Rasul mengakui otoritas PL Diantara para Rasul tidak ada bukti satupun yang
memperlihatkan bahwa mereka tidak mempercayai PL sebagai inspirasi dari Allah. Di
antara para rasul, Paulus adalah yang paling jelas memberikan pengakuan secara
penuh akan otoritas PL. 2 Tim. 3:16, "tulisan" yang dimaksud pada waktu itu adalah
tulisan dari kitab-kitab PL.
3. Para penulis Alkitab mengakui otoritas PL Pola pengakuan otoritas PL juga dijumpai
pada penulis-penulis PB lain, seperti Yakobus atau penulis kitab Ibrani. Mereka melihat
PL bukan sebagai rangkaian sejarah dan peraturan yang mati, tetapi merupakan kisah
yang hidup tentang karya Allah yang menyelamatkan manusia (Yak 1:22-23; Ibr. 4:12).
Bukti dari luar Alkitab:

4. Bapak-bapak gereja secara aklamasi menerima


pengakuan akan otoritas PL melalui pengkanonan Alkitab.
Dinyatakan bahwa masing-masing Kitab PL menunjukkan
sifat yang tidak dapat dipisahkan dari pengilhaman ilahi.
5. Allahlah yang memberi inspirasi kepada para penulis PL.
Itulah sebabnya sekalipun para penulis PL hidup pada jaman
dan latar belakang yang berbeda, berita yang mereka
sampaikan tidak ada yang saling bertentangan, malah
sebaliknya memberikan satu benang merah berita yang
menunjuk pada karya keselamatan Allah.
6. Secara praktis terbukti bahwa kitab-kitab PL telah menjadi
standard kebenaran dan memberikan manfaat yang sanggup
mengubah kehidupan manusia, karena Allahlah yang ada
dibalik penulisan itu.
Perjanjian Lama berisi Nubuatan bagi Perjanjian Baru
Kitab-kitab dalam PL banyak menunjuk pada nubuatan-
nubuatan yang akhirnya digenapi pada masa PB (Mat.
9:31; Luk 24:44; Rom 10:4). Keseluruhan dan
kelengkapan berita keselamatan harus dimulai dari PL
dan diakhiri dengan PB; sehingga jelas keduanya tidak
dapat dipisah-pisahkan. Oleh karena itu PL harus
dipelajari sebagai sumber dan landasan untuk mengerti
penggenapan rencana agung Allah.
Kitab-kitab dalam PL juga penuh dengan tipologi-tipologi
yang kalau dipelajari akan menolong pembaca kitab-kitab
PB untuk mengerti lebih jelas KEUTUHAN KESELURUHAN
KEBENARAN Alkitab.
Perjanjian Lama adalah Bagian dari Rencana Allah
Cara Allah menyatakan Diri-Nya kepada manusia adalah dengan memberikan
Penyataan Umum dan Penyataan Khusus, yaitu melalui alam, sejarah, hati
nurani manusia dan juga melalui Firman dan Anak-Nya, Yesus Kristus. Di dalam
Penyataan-penyataan inilah Allah menyatakan Diri-Nya dan rencana-Nya
kepada manusia (Rom 1:19-20; Yes. 52:10). Dalam Perjanjian Lama, Allah
memakai hamba-hamba-Nya, dengan latar belakang satu bangsa, yaitu bangsa
Israel, untuk menjadi sarana dalam menyampaikan Penyataan-penyataan
rencana-Nya kepada manusia (Yes 49:6). Oleh karena itu sejarah lahirnya
bangsa Israel dan bagaimana Allah menyertai, menghukum dan memberkati
bangsa ini (yang kita pelajari melalui kitab-kitab PL) seharusnya menjadi
bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan iman Kristen. Karena melalui
sejarah bangsa ini Allah sebenarnya sedang memberitahukan kepada manusia
tentang Diri-Nya; siapakah Dia dan apakah rencana- Nya bagi umat manusia,
termasuk rencana-Nya bagi kita yang hidup sekarang. Dengan mempelajari PL,
maka kita akan melihat bagaimana Allah secara progresif menyatakan Diri-Nya
untuk dikenal; pertama melalui bangsa pilihan-Nya (Israel), lalu selanjutnya
melalui orang- orang yang dipilih-Nya pada masa Perjanjian Baru (Rom 1:16).
Secara ringkas, Perjanjian Lama adalah cermin yang memungkinkan kita
melihat diri kita dalam kehidupan pada tokoh PL dan menolong kita
untuk belajar dari pengalaman hidup mereka. PL mencerahkan kita
mengenai siapa Allah dan karya ajaibNya serta keselamatan yang
disiapkanNya. PL (khususnya Mazmur) memberi penghiburan bagi
mereka yang dalam penganiayaan dan masalah. Melalui berbagai
nubuat yang digenapi terungkaplah mengapa Alkitab adalah kitab yang
unik di antara kitab-kitab suci lainnya – hanya Alkitab yang dapat
membuktikan apa yang diklaimnya, yaitu firman Allah yang diilhamkan.
PL mengungkapkan Kristus dalam halaman demi halaman tulisannya. Di
dalamnya terkandung begitu banyak hikmat yang melampaui apa yang
disebut atau dikutip dalam PB. Secara singkat, kalau Anda belum
menjelajahi halaman-halamannya, Anda kehilangan banyak yang
disediakan Allah bagi Anda. Saat Anda membacanya, ada banyak yang
tidak dapat Anda langsung pahami, namun ada banyak yang dapat Anda
mengerti dan pelajari. Dan saat Anda terus mempelajarinya, mintalah
Allah untuk terus mengajar Anda, dan penggalian Anda akan
menghasilkan harta karun yang berkilauan.
PERJANJIAN ALLAH
Di bagian inti dari penyataan-diri ini, yang menggambarkan rencana Allah, terdapat
perjanjian Allah (covenant). Bahkan nama "Perjanjian Lama" menunjukkan bahwa
covenant itu merupakan konsep inti dari kumpulan kitab-kitab ini. Melalui covenant atau
perjanjian ini Allah menyatakna seperti apa Dia dan mengharuskan diriNya untuk
menuruti kelakukan tertentu. KesetiaanNya (khesed) pada covenant itu sering kali
menyebakan Dia melakukan tindakan kasih karunia dan kemurahan, namun keadilan
juga tercakup dalam covenant untuk memastikan pemberian pertanggungjawaban oleh
umatNya. Karena covenant itu merupakan sarana yang digunakan Allah untuk
mengadakan penyataan diri, Perjanjian Lama sering kali tampil sebagai sejarah
covenant, atau dari berbagai aspeknya, lebih dari sekedar sejarah Israel. Jadi kitab
Kejadian 12-50 adalah sejarah pengadaan perjanjian Abraham (atau Abrahamic
Covenant). Kitab Keluaran sampai dengan kitab Ulangan adalah sejarah mengenai
penetapan perjanjian di Sinai. Kitab Yosua adalah catatan mengenai kesetiaan Allah
terhadap perjanjian itu, sedangkan kitab Hakim-hakim adalah catatan mengenai
ketidak-setiaan Israel terhadap perjanjian tsb. Kitab Samuel dan Raja-raja adalah
sejarah perjanjian kerajaan (Perjanjian Daud atau Davidic Covenant). Perjanjian itu
sebagai rencana Allah terlihat dengan lebih jelas daripada orang-orang yang terlibat dari
generasi ke generasi.
Beberapa pendekatan yang berbeda-beda terhadap
Perjanjian Lama dapat dibedakan satu daripada yang
lain melalui paham setiap pendekatan itu mengenai
gagasan perjanjian dan kaitan berbagai perjanjian itu
terhadap satu sama lain. Adakah banyak perjanjian yang
berbeda-beda yang terlepas dari yang lain mengatur
berbagai periode sejarah, ataukah hanya ada satu atau
dua perjanjian yang mengatur yang memiliki beberapa
perjanjian tambahan lainnya yang menawarkan
perluasan dan penjelasan? Adakah satu perjanjian yang
tidak bersyarat yang terdiri atas beberapa perjanjian
bersyarat sebagai bagian pelangkapnya, ataukah
keseluruhannya merupakan perjanjian bersyarat?
Pertanyaan-pertanyaan ini yang dijawab dalam berbagai cara
oleh para sarjana yang berbeda-beda, menjelaskan berbagai
kontroversi teologis tentang Perjanjian Lama, hubungannya
dengan Perjanjian Baru dan keterkaitannya dengan kita dewasa
ini. Namun jawaban-jawaban yang diberikan untuk pertanyaan-
pertanyaan ini tidak mengubah citra Allah yang diberikan oleh
perjanjian itu. Hanya bentuk teologinyalah yang dipertaruhkan
dalam persoalan ini, dan bukan sifat Allah sebagaimana Ia
dinyatakan dalam Perjanjian Lama. Bahkan, jika seandainya
pun ada yang cenderung untuk membuat garis-garis pemisah
yang jelas di antara perjanjian-perjanjian itu, kesatuan organik
dari perjanjian- perjanjian tersebut tidak boleh diabaikan.
Ciri kesatuan organik inilah yang menolong kita untuk melihat rencana
Allah sebagai suatu wujud yang konsisten dan menyatu. Dalam
pandangan ini, perjanjian dengan Abraham menetapkan Israel sebagai
umat Allah "yang menyatakan Allah" maksudnya melalui umat Israel Allah
berkenan menyatakan diriNya kepada dunia. Taurat yang diberikan di
Sinai merupakan satu bagian utama dari penyataan yang akan diberikan
oleh perjanjian yang ditetapkan sebagai sasarannya. Pada waktu yang
sama, kitab Imamat, Ulangan, dan Yosua berisi pembaharuan perjanjian
yang memperkuat persetujuan itu. Perjanjian Daud (Davidic Covenant)
menggenapi beberapa dari janji-janji mula-mula Allah kepada Abraham
(misalnya, raja-raja akan berasal dari dia) dan pada waktu yang sama
memperluas persetujuan itu untuk mencakup suatu garis keturunan
dinasti. Para nabi berbicara tentang perjanjian yang akan datang
(bandingkan Yesaya 61:8; Yeremia 31:31-34; Yehezkiel 16:60-63; 34:25-
30; 37:19-28; Hosea 2:18:20), dan semua ini biasanya berhubungan
dengan penggenapan yang akan datang dari aspek-aspek perjanjian
terdahulu yang sama sekali tidak terwujud karena kegagalan umat Israel.
OTORITAS
Otoritaslah yang menjadikan Perjanjian Lama lebih dari sekedar sastra yang bagus.
Oleh karena itu Perjanjian Baru mengacu kepada Perjanjian Lama sebagai tulisan
yang dinapaskan Allah, atau "diilhami". Pengilhaman adalah sifat yang
menunjukkan Allah sebagai sumber dan menjamin bahwa karya tulisan yang
dihasilkan memiliki otoritas (II Timotius 3:16).
Apakah implikasi-implikasi dari otoritas yang dimiliki oleh teks?
Yang pertama adalah bahwa kita menerima apa yang dikatakan teks sebagai
kebenaran. Jika Allah tidak pernah mengadakan perjanjian dengan Abraham atau
tidak pernah berfirman kepada Musa di Sinai; jika penaklukkan negeri perjanjian
hanya sekedar suatu polemik khayal bagi Israel untuk memebela ekspansi
wilayahnya; jika perjanjian Daud tidak lebih dari suatu siasat politik yang dilakukan
oleh orang-orang Daud untuk menyatakan bahwa Allah membenarkan
keberlangsungan dinasti mereka, maka Alkitab bukanlah penyataan-diri Allah,
melainkan sekedar propaganda dan tidak ada sangkut paut sama sekali dengan
kita. Jika ada pengertian meskipun sedikit, yang menunjukkan bahwa Alkitab
adalah firman Allah, maka Alkitab harus diterima sebagai kebenaran.
Implikasi kedua adalah bahwa kita perlu menanggapinya. Jika Alkitab benar-benar
pernyataan-diri Allah yang berwenang, maka kita tidak boleh mengabaikannya
ataupun tidak mengambil peduli. Allah tidak hanya menghendaki penyembahan,
tetapi juga ketaatan, keadilan, kesetiaan, kekudusan, kebenaran, dan kasih.
Singkatnya, Ia ingin agar kita menjadi seperti Dia - itulah salah satu alasan Ia
menyatakan diri sebagaimana adanya itu.
II. LATAR BELAKANG GEOGRAFIS PERJANJIAN LAMA

1. MENGAPA PENTING MEMPELAJARI LATAR BELAKANG GEOGRAFI PL?

Pada pelajaran yang pertama telah kita pelajari bahwa melalui kitab-kitab PL, yang
berisi sejarah bangsa Israel, Allah telah menyatakan Diri-Nya dan rencana-Nya
kepada manusia. Untuk itu Allah telah melibatkan Diri dalam sejarah hidup umat
pilihan-Nya yang dibatasi dalam ruang dan waktu. Kisah sejarah bangsa Israel
dalam Kitab-kitab PL bukanlah karya sastra yang direka-reka dan direncanakan
oleh pikiran manusia. Kita patut bersyukur bahwa Alkitab adalah unik
dibandingkan dengan kitab suci-kitab suci agama lain, karena Alkitab menyebutkan
banyak sekali nama-nama tempat yang memang pernah ada di dunia ini. Itulah
sebabnya ada dua alasan penting untuk mempelajari latar belakang geografis
dunia PL:
a. untuk menjadi bukti bahwa sejarah umat Allah dalam PL adalah sejarah yang
sungguh terjadi di suatu tempat, di suatu waktu di dunia ini.
b. supaya kita dapat mengerti dan menginterpretasikan teks Alkitab dengan lebih
baik; ada ribuan nama tempat, gunung, sungai, bukit, laut dll. dalam Alkitab
sehingga diperlukan pengetahuan yang cukup tentang data-data geografis tsb.
untuk dapat menafsirkan ayat dengan tepat.
2. RUANG LINGKUP GEOGRAFIS PL
Adapun lingkup geografis PL dapat dilihat dari beberapa sisi:
a. Geografi secara fisik; berhubungan dengan bumi secara fisik: gunung, sungai,
lembah, dan struktur tanah, angin dan cuaca dll. Semua ini mempengaruhi
bagaimana masyarakat hidup di daerah itu; tipe bangunan rumahnya, tipe
pekerjaannya, gaya hidupnya dll.
b. Geografi secara politis; sehubungan dengan pengaturan kelompok masyarakat
yang ada, dari kelompok masyarakat sederhana yang tinggal berpindah-pindah
(nomandi) sampai akhirnya membentuk suatu daerah pemukiman yang memiliki
daerah teritori yang jelas dan bahkan menjadi kerajaan yang berkuasa atas daerah
yang lebih luas.
c. Geografi secara sejarah; berhubungan dengan perkembangan sejarah masyarakat
dalam satu tempat dan satu waktu. Alkitab mencatat bagaimana, di mana dan kapan
Allah menyatakan Diri dan rencana- Nya pada umat pilihan-Nya.
3. MAKNA TEOLOGIS LATAR BELAKANG GEOGRAFIS PL
Tanah Perjanjian
Wilayah tanah Kanaan memiliki porsi muatan makna teologis yang sangat besar dalam
seluruh kitab PL, karena tanah Kanaan merupakan komponen utama dalam perjanjian Allah
dengan bangsa pilihan-Nya, Israel. Hal ini dimulai ketika Abraham dipanggil untuk pergi ke
tanah yang akan Tuhan berikan kepadanya dan bangsa keturunannya, yaitu Tanah
Perjanjian, (Kej. 11:31 - 12:10). Wilayah Tanah Perjanjian itu disebutkan "mulai dari sungai
Mesir sampai ke sungai yang besar itu, sungai Efrat" (Kej. 15:18) dan janji itu dikonfirmasi
lagi kepada Ishak (Kej. 26:3) dan juga kepada Yakub (Kej. 28:13).
Luas tanah yang dijanjikan Tuhan kepada Abraham tidaklah jelas batasnya. Namun dapat
dipastikan lebih luas dari negeri Kanaan, karena ketika Lot memilih untuk tinggal di lembah
Yordan yang subur dan banyak air di sebelah timur, Abraham tinggal di tanah Kanaan, dan di
situlah Tuhan berkata kepada Abraham: "Pandanglah sekelilingmu dan lihatlah dari tempat
engkau berdiri itu ke timur dan barat, utara dan selatan, sebab seluruh negeri yang kaulihat
itu akan Kuberikan kepadamu dan kepada keturunanmu untuk selama- lamanya." (Kej.
13:14-15).
Ratusan tahun kemudian ketika Musa mengingatkan bangsa
Israel akan Tanah Perjanjian yang Tuhan telah berikan
kepada mereka, maka Musa menjelaskan batas-batas tanah
itu sebagai, "Majulah, berangkatlah, pergilah ke pegunungan
orang Amori dan kepada semua tetangga mereka di Araba-
Yordan, di Pegunungan, di Daerah Bukit, di Tanah Negeb dan
di tepi pantai laut, yakni negeri orang Kanaan dan ke gunung
Libanon sampai Efrat, sungai besar itu. Ketahuilah, Aku telah
menyerahkan negeri itu kepadamu; masukilah, dudukilah
negeri yang dijanjikan Tuhan dengan sumpah kepada nenek
moyangmu, yakni Abraham, Ishak dan Yakub, untuk
memberikannya kepada mereka dan kepada keturunannya."
(Ul. 1:7-8). Dan saat itu bangsa Israel telah menduduki tanah
bahkan sampai ke TransJordan, yang lebih luas dari batas
Tanah Perjanjian.
Pada masa Yosua, Tuhan memberi perintah kepada Yosua untuk
mengambil seluruh teritori seperti yang telah disebutkan oleh Musa
(Yos. 1:4). Namun selama masa itu Israel gagal untuk
mendapatkan seluruh tanah yang telah Tuhan janjikan, sebab
utamanya adalah karena ketidaktaatan mereka kepada Tuhan,
sehingga Tuhan menghukum mereka dengan tidak memberikan
seluruh tanah itu kepada bangsa Israel. Dan selama masa raja-raja
Israel, tidak ada satu raja pun yang berhasil mendapatkan seluruh
Tanah Perjanjian itu kecuali Daud (itupun masih ada satu bagian
tanah, Tanah orang Het yang tidak menjadi kekuasaan Israel).
Sebagai kesimpulan dapat di katakan bahwa konsep Tanah dan Perjanjian dalam PL
saling memiliki kaitan yang erat. Tanah merupakan anugerah Tuhan yang dijamin di atas
perjanjian (covenant) yang sah. Oleh karena itu Tanah Perjanjian merupakan simbol
akan ketergantungan mereka pada Tuhan. Hubungan Israel dengan tanah itu
merupakan indikasi hubungan mereka dengan Tuhan. Apabila mereka taat kepada
Tuhan maka kemakmuran yang luar biasa akan terjadi di atas tanah itu (Ul. 22).
Sebaliknya, ketidaktaatan bangsa Israel akan perintah Tuhan akan berakhir dengan
dibuangnya mereka dari Tanah Perjanjian (Ul. 4:25-28; 28:63-68; Yos. 23:13-16; I Raj.
9:6- 9; 2 Raj. 17:22-23; dll.). Dan akibatnya pada masa-masa itu orang Israel harus
hidup di tanah pembuangan dan dijajah bangsa-bangsa lain.
Namun karena janji bahwa Tuhan akan setia menyertai bangsa ini, maka tidak untuk
selamanya bangsa Israel tinggal di tanah pembuangan. Pada jaman Ezra, sejarah PL
mulai diwarnai dengan pertobatan dan perjanjian untuk menjauhkan diri dari
pemcemaran dosa dari bangsa kafir (Ez. 9:10-15) sehingga bangsa Israel akhirnya
pulang kembali ke tanah airnya dan tinggal di tanah yang Tuhan janjikan itu.
A.GARIS BESAR DAERAH KEJADIAN-KEJADIAN PERJANJIAN LAMA

Daerah Timur Kuno Daerah kejadian-kejadian Perjanjian lama pada garis besarnya termasuk
lembah utara dan delta/beting sungai Nil, semenanjung Sinai, negara-negara Palestina,
Fenesia, Aram (Siria), lembah- lembah sungai Efrat, Tigris, dan negara Persia (Iran).
Sekarang seluruh daerah yang luas itu disebut "Sabit Subur" (Fertile Crescent).
1. Penduduknya mendiami daerah yang berbentuk seperti dua garis memanjang yang
merupakan lengan daripada suatu sudut, dengan ujung sudut itu terletak di dekat mata air
sungai Efrat. Garis timur dari sudut tersebut menuju ke arah Selatan melalui lembah Efrat
sampai ke Teluk Persia. Pada garis itu terdapat bangsa Asyur, Babel dan Persia. Pada garis
Barat-daya, terdapat bangsa Aram (Siria), Fenesia, Israel dan Mesir.
2. Kedua sistem sungai yang besar, yaitu sungai Nil (bagian Barat daya) dan Efrat-Tigris
(bagian Timur laut) memungkinkan tanah datar yang luas dan berpengairan. Kedua daerah
daratan tersebut menjadi pusat daripada dua kekuasaan besar pada masa Perjanjian Lama,
yaitu Mesir dan Mesopotamia (Babel).
3. Perhatikanlah letak Israel di antara kedua kekuasaan besar tersebut. Mula-mula Mesir,
kemudian Asyur, setelah itu Babel, Persia dan kerajaan-kerajaan Ptolemy dan Seleucus (raja-
raja Yunani/Gerika), sangat mempengaruhi jalannya sejarah Israel. Dibandingkan dengan
kerajaan-kerajaan yang kuat itu, Israel kelihatan kecil dan tidak berdaya, bahkan tidak
berarti bagi pandangan duniawi. Akan tetapi Israel telah menandai dan mempengaruhi
sejarah dunia dari segi agama dengan cara yang tidak tercapai oleh kerajaan-kerajaan yang
lain itu.
B. TANAH PALESTINA :
Palestina Tanah Palestina atau Kanaan adalah daerah yang terletak di antara Lautan
Tengah sebagai batas Barat dan Padang Gurun Arab sebagai batas Timur. Batas Utara
dan Selatan tidak ditetapkan dengan pasti, tetapi kira-kira sesuai dengan ucapan yang
sering kali terdapat dalam Perjanjian Lama, yaitu "dari Dan sampai Bersyeba" (Hakim-
hakim 20:1; II Sam. 3:10; 17:11; I Tawarikh 21:2; II Tawarikh 30:5). Namun ""Palestina"
berasal dari nama "Filistin" sebab orang-orang itu menduduki dataran pantai.
Panjang Tanah Palestina dari Dan sampai Barsyeba kurang lebih 240 km, sedangkan
lebarnya kalau dihitung dari sungai Yordan ke pantai kurang lebih 95 km di bagian
Selatan, dan kurang lebih 50 km di bagian Utara. Di sebelah Timur sungai Yordan, garis
perbatasan agak kurang jelas.
1. Sifat Umum - pada umumnya, tanah Palestina berupa daerah pegunungan. Di antara
gunung-gunung itu, terdapat lembah-lembah yang cukup subur. Sebagai orang yang biasa
hidup di daerah pegunungan, bani Osrael kurang pandai berperang di tanah datar
(Hakim-hakim 1:9), walaupun kemudian mereka mulai memakai pasukan kuda untuk
melawan Siria dan Asyur. Oleh sebab itu bani Israel tidak dapat mempertahankan bagian
dataran pantai dalam waktu yang lama, sedangkan Dataran Esdralon sering menjadi
perjuangan, yang tidak selalu berhasil baik bagi tentara Israel.
2. Bagian-bagian Umum - Tanah Palestina dengan sendirinya terbagi
menjadi empat bidang dengan arah Utara-Selatan.
a. "Dataran Pantai", yang menyusur Lautan Tengah dari Gunung
Karmel ke Selatan.
b. "Pegunungan Tengah", yang mulai dari Libanon dan mengarah
terus ke padang gurun Selatan, dengan Datar Esdralon (Yiztreel) di
pertengahannya.
c. "Lembah Yordan" termasuk Laut Galilea dan Laut Mati.
d. "Pegunungan Timur", mulai dari G. Hermon sampai ke tanah Moab.
e. Dataran Pantai: Lebarnya berubah-ubah dari 8 sampai 24 km. Di
sebelah Utara G. Karmel terletak Fenesia dengan pelabuhan-
pelabuhannya yang terkenal yaitu Tirus dan Sidon. Tetapi dari Karmel
ke Selatan, garis pantai lurus saja dengan hanya satu tempat sebagai
kemungkinan pelabuhan, yaitu Yope (Jaffa), yang sejak semula
menjadi pelabuhan Kota Yerusalem
f. Pegunungan Tengah:
[1]. Bagian Utara - Disini sebenarnya terdapat dua pegunungan, yaitu Libanon dan Anti-
Libanon. Di antara dua pegunungan tersebut terdapat rute yang biasa dipakai oleh
penyerbu- penyerbu dari Utara/Timur. Para pemazmur dan nabi sering menyebutkan tentang
salju, pohon-pohon cedar, sungai- sungai, keindahan dan kesuburan daerah Libanon itu (Yer.
18:14; Kidung Agung 4:15; Yes. 60:13). Gunung yang paling tinggi di bagian ini adalah
Hermon (2800 m) yang ditutupi oleh salju, juga disebut "Siryon" di Perjanjian Lama (Ul. 3:9;
Maz. 42:7; 89:13; 133:3). Menuju ke Selatan pegunungan Libanon (Barat) menjadi
pegunungan Galilea, yang tidak setinggi pegunungan Libanon. Bagian ini jarang masuk
sejarah Perjanjian Lama karena jauh dari pusat kejadian-kejadian besar. Namun, pada
zaman Perjanjian Baru, daerah Galilea itu menjadi tempat yang sangat penting.
[2]. Pegunungan Samaria - sebelah Selatan Dataran Esdralon, Pegunungan Tengah
memasuki daerah "pegunungan Samaria", tanah yang berbukit-bukit dengan lembah-lembah
yang subur, misalnya Dataran Dotan di mana kakak-kakak Yusuf menggembalakan kambing
domba ayah mereka (Kej. 37:17). Di Samaria juga terdapat beberapa kota yang terkenal
pada zaman Perjanjian Lama, misalnya kota Sikhem (terletak di antara G. Ebal & Gerizim)
yang ada hubungannya dengan Abraham (Kej. 12:6) dan Yakub (Kej. 33:18), dan juga
menjadi tempat perkumpulan sidang-sidang besar orang Israel (Yos. 24).
[3]. Pegunungan Yudea - Menuju ke Selatan lagi, terdapat "pegunungan Yudea". Pada batas
Utaranya terdapat banyak benteng-benteng, yang menceritakan peperangan-peperangan
antara Yehuda dan Israel. Di bagian Selatan terletak kota Betlehem, tempat lahirnya Daud (I
Sam. 16:1) dan tempat kejadian kisah Rut (Rut 1:1,19). Agak ke Selatan lagi terletak Hebron,
kota yang paling tua di Palestina, dimana para kepala bangsa (patriarkh) dikuburkan di
dalam Gua Makhpela (Kej. 23:19; 25:9; 50:13), dan yang dijadikan ibu kota Yehuda oleh
Daud sebelum Yerusalem ditaklukkan (I Taw. 11:1,2).
g. Lembah Yordan
[1]. Sungai Yordan - mata airnya terletak di sebelah Barat G. Hermon, kurang lebih 525m. di
atas permukaan laut. Dia mengalir ke Selatan melalui dua danau, yaitu mata air Meron
(Danau Huleh) (Yos. 11:1-9) dan Laut Galilea, akhirnya masuk Laut Mati kira-kira 400m. di
bawah permukaan laut. Sebab daerahnya menurun, sungai itu mengalir cukup deras dan
tidak dapat dilayari secara praktis. Tetapi sungai Yordan dapat diseberangi dengan memakai
arungan yang terletak misalnya di Yerikho, dan di beberapa tempat di sebelah Utara Yabok.
Di tempat penyeberangan Yabok itu Yakub bergulat pada waktu malam (Kej. 32:33 dst.).
[2]. Laut Galilea - panjangnya 20 km. sedangkan pada bagian yang paling lebar 12 km.
Letaknya berupa tempat dalam (210m di bawah permukaan laut), dikelilingi bukit-bukit
tinggi. Laut ini jarang disebutkan dalam Perjanjian Lama, kecuali dengan memakai nama
"Kinerot" (Yos. 11:2) atau "Kineret" (Ul. 3:17).
[3]. Laut Mati - disebut "Laut Asin" dalam Perjanjian Lama (Kej. 14:3; Bil. 34:3), atau "Laut
Araba" (Ul. 3:17). Panjangnya 69 km, lebarnya 5 km. sampai 14 km, dan merupakan
genangan air yang paling rendah di dunia (397m. di bawah permukaan laut). Oleh sebab itu,
iklimnya panas sekali. Tidak ada saluran keluar, dan kalau air meluap, akhirnya menguap.
Oleh karena itu airnya penuh dengan garam dan mineral- mineral lain. Di sebelah barat
terletak jurang-jurang En- Gedi, tempat di mana Daud menyembunyikan dirinya (I Sam. 24:1).
h. Pegunungan Timur Di bagian ini terdapat tanah berbukit-bukit yang
cukup subur, dengan hutan dan kebun buah-buahan. Di sini juga
terdapat dataran tinggi Basan, yang terkenal karena lembu-lembunya
(Amos 4:1; Ul. 32:14) dan kota-kotanya yang besar. Ke Selatan lagi
terletak Gilead, yang terkenal karena rempah-rempahnya (Kej.
37:25), dan tanah Amori yang rajanya Sihon dikalahkan oleh Israel
(Bil. 21:21 dst.). Di daerah ini juga terletak Yabesy-Gilead, tempat
Saul pertama kali muncul sebagai seorang yang berkuasa di Israel (I
Sam. 11); juga Ramot-Gilead, dimana raja Ahab dikalahkan oleh
Aram dan mati (I Raja-raja fas. 22). Lebih ke Selatan lagi, yaitu dekat
Laut Mati dan sebelah Timurnya, terdapat bani Amon dan Moab,
tetangga yang sering menyerang Israel. Daerah paling Selatan
didiami bani Edom. Oleh karena daerah ini sukar sekali
dipertahankan, maka Israel tidak dapat menegakkan diri secara
tetap di sebelah Timur sungai Yordan.
i. Dataran Esdralon Daerah yang bersegi-tiga ini sangat penting di dalam sejarah Perjanjian
Lama, maka karena itu diperhatikan secara khusus. Letaknya di antara Galilea dan Samaria;
pegunungan Galilea sebagai batas Utara, pegunungan Karmel sebagai batas Barat- daya,
dan pegunungan Gilboa sebagai batas Timur. Sungai Kison mengalir daripadanya ke Lautan
Tengah. Jalan keluar dari sebelah Timur ke lembah Yordan ialah melalui lembah Yizreel
(dalam bahasa Yunani "Esdralon""). Dataran ini sangat penting karena letaknya sangat
strategis. Pedagang-pedagang dari Damsyik, Arabia dan Mesopotamia yang menuju ke
pantai Siria atau Mesir, biasanya melewati dataran Esdralon. Tanahnya juga subur sekali,
maka dari itu dipandang sebagai tanah yang berharga dan baik dimiliki. Oleh karena daerah
ini mudah dimasuki baik dari sebelah Timur maupun dari sebelah Barat, maka menjadi
medan peperangan Israel. Terutama, pernah terjadi empat perang besar di sini:
[1]. Sisera, panglima Kanaan, dikalahkan oleh Debora dan barak (Hakim-hakim 5:19-21)
[2]. orang Midian dihancurkan oleh Gideon dengan 300 prajuritnya di kaki Gunung Gilboa
(Hakim-hakim fasal 7).
[3]. Raja Saul dan anaknya Yonathan dibunuh di G. Gilboa oleh orang filistin (I Sam. 31) (iv)
Raja Yosia mati waktu dia berusaha menghalangi Firaun Nekho memasuki Dataran Esdralon
melalui jalan Megido (II Raja-raja 23:29, 30). Di G. Karmel, Elia mengadakan pengujian
terhadap nabi-nabi Baal (I Raja-raja 18:20 dst.) Kota Yizreel kadang-kadang menjadi tempat
tinggal Raja Ahab, dan di lereng gunung tersebut terletak kebun anggur Nabot yang
dirampas Ahab dengan tipu muslihat (I Raja-raja 21:1 dst).
Letak kota Yerusalem terletak 700m di atas permukaan laut, di daerah pegunungan Yudea.
Sebenarnya tempat itu kurang baik sebagai lokasi ibu kota negara - jauh dari laut (54km),
tidak terletak di tepi sungai besar, tidak dekat dengan jalan raya/dagang, persediaan airnya
kurang bagus dan termasuk daerah kurang subur. Namun demikian, tidak ada sebuah kota
lain yang telah sedemikian rupa mempengaruhi sejarah dunia.
C. PETA GEOGRAFIS PERJANJIAN LAMA
PETA 1, Peta Dunia Bapa Leluhur :
III. SEJARAH PERJANJIAN LAMA

SEJARAH SINGKAT PERJANJIAN LAMA

Para ahli Alkitab untuk meneliti dan menyusun urutan kejadian-


kejadian dalam Alkitab untuk melihat kembali bagaimana Allah
berkarya, menyatakan Diri-Nya dan bagaimana Ia bertindak dan
berhubungan dengan manusia. Tindakan Allah dalam sejarah
ciptaan-Nya ini membuktikan akan penyertaan dan pemeliharaan
Allah terhadap ciptaan-Nya. Apa yang Allah kerjakan dan tunjukkan di
masa lampau dalam sejarah Perjanjian Lama, memberikan dampak
dan pengharapan bagi kita yang hidup pada masa kini.
Untuk lebih jelasnya di bawah ini adalah hal-hal penting yang perlu
diketahui dalam mempelajari sejarah PL ini.
HAL-HAL PENTING YANG PERLU DIKETAHUI DALAM MEMPELAJARI SEJARAH PL

a. Sejarah PL adalah Sejarah KEHIDUPAN MANUSIA YANG NYATA


Sejarah PL bukanlah cerita-cerita usang belaka dari suatu bangsa yang hanya rekaan
manusia. Sejarah PL adalah kisah dari sebuah bangsa yang betul-betul ada di dunia, yang
telah dipilih Allah untuk menjadi saluran kasih-Nya. Setiap kejadian yang ada dalam
sejarah PL merupakan sebuah mata rantai sejarah Keselamatan Allah yang panjang yang
saling menyambung, karena kisah yang ada dalam PL tsb. Satu dengan yang lain memiliki
hubungan/kaitan yang sangat erat, baik hubungan sebagai kelanjutan cerita, tapi juga
hubungan akan penggenapan atas nubuat yang telah diberikan sebelumnya.

b. Sejarah PL adalah PEKERJAAN ALLAH


Alkitab PL bukan saja meliputi cerita kronologis bangsa Israel dari permulaan
pemilihan sampai jaman Yesus Kristus, tapi adalah sejarah pekerjaan Allah yang terus
menerus dinyatakan di dalam kehidupan orang-orang Israel agar mereka mengerti
tujuan pekerjaan dan rencana karya Allah untuk keselamatan mereka serta
menjadikan mereka rekan kerja Allah.
c. Sejarah PL adalah SEJARAH KESELAMATAN
Dari peristiwa-peristiwa yang disusun secara kronologis maka
terlihatlah suatu benang merah berita inti dalam seluruh sejarah
umat manusia, yaitu Sejarah Keselamatan yang Allah anugerahkan
kepada manusia. Manusia yang telah jatuh dalam dosa dan terputus
hubungan dengan Allah diberikan pengharapan baru; dan pada
setiap generasi, sejarah mencatat, Allah selalu mengulangi
panggilan-Nya agar manusia berbalik dan menerima keselamatan
yang dari Tuhan.
Dari tiga hal di atas jelaslah bahwa untuk mempelajari sejarah PL
kita harus melihat keseluruhan beritanya dalam konteks yang tepat.
Sejarah PL bukan berisi perintah-perintah yang harus kita ikuti atau
cerita yang bisa kita ambil dan mengerti secara terpisah- pisah,
karena masing-masing peristiwa memiliki latarbelakang historis yang
menuju ke satu berita utama, yaitu berita Keselamatan. Oleh karena
itu mempelajari sejarah PL akan menolong kita secara langsung
untuk mempelajari konteks dalam menafsirkan berita PL secara
benar.
KRONOLOGIS SEJARAH PL
Sebelum memberikan garis besar sejarah seluruh PL, perlu terlebih dahulu kita
mengerti bagaimana para ahli Alkitab dan sejarah menentukan waktu terjadinya
peristiwa-peristiwa tsb. secara kronologis.
Penentuan waktu kronologis sejarah PL (dari masa penciptaan, Adam dan
seterusnya) tidak begitu mudah untuk dipastikan, karena Alkitab sendiri tidak
ditulis untuk maksud memberikan catatan kronologis yang urut dan lengkap.
Tujuan Alkitab mencatat peristiwa-peristiwa penting adalah untuk memberikan
gambaran sehubungan dengan bagaimana Allah bertindak terhadap manusia pada
tempat dan waktu saat itu. Salah satu cara menentukan waktu kejadian
penciptaan Adam adalah dengan teori Ussher (sekalipun sekarang teori ini tidak
populer), yaitu dengan cara menjumlahkan kebelakang genealogi- genealogi
(silsilah) dan data-data kronologis lain yang terdapat dalam PL (dengan asumsi
bahwa silsilah-silsilah PL semua lengkap dan berurutan). Dengan cara ini
ditentukan bahwa waktu penciptaan Adam adalah thn. 4004 SM (Sebelum
Masehi). Banyak orang masih memakai pedoman pentarikhan waktu Ussher ini
sebagai pedoman pengurutan kronologisnya saja, sedangkan penentuan tahunnya
tidak diikuti.

Berikut ini adalah garis besar pembagian sejarah PL secara kronologis:


Jaman Adam sampai Abraham (kira-kira 5000 - 4000 SM)
Jaman ini oleh beberapa sarjana ditempatkan dalam ruang waktu antara 5000-4000 SM,
walaupun ada banyak pandangan yang berbeda- beda tentang penetapan waktu ini.
Dalam jaman ini dicatat dua peristiwa besar:
1. Air bah (Kejadian 6:13; 9:17) - 3000 SM, tahun ini ditentukan dengan memperhatikan
kesamaan antara Air Bah di dalam Alkitab dengan sebuah kisah air bah yang berasal dari
Babel.
2. Menara Babel (Kejadian 11:1-9) - 3000-2000 SM, karena kejadiannya ini tidak lama
sesudah air bah, (dimana semua manusia masih tinggal di satu daerah).
Jaman Patriakh-Patriakh (kira-kira 2000 - 1400 SM)
Kisah pengembaraan Abraham dalam Kejadian 12-50 dapat diyakinkan dari berbagai
keterangan yang cocok sekali dengan lingkungan kebudayaan periode tahun 2000-1600
SM, dimana cara hidup orang-orang jaman itu adalah mengembara (nomandik). Tanah
Palestina saat itu masih jarang penduduknya sehingga pengembaraan masih dapat
dilakukan dengan bebas di daerah-daerah yang subur, bahkan dari daerah Mesopotamia
(tempat asal Abraham) ke Palestina.
Jaman Keluaran/Eksodus dari Mesir (kira-kira 2000 - 1400 SM)
Ada dua periode besar pada jaman ini yang berjalan kira-kira 430 tahun (Kel. 12:40-41).
Pertama adalah masa Abraham dipanggil Tuhan sampai Yakub masuk ke Mesir (Kej. 12:4;
2:15; 25:26; 47:9). Dan kedua adalah masa bgs. Israel di Mesir sampai keluar dari Mesir.
Thn. 1290 SM diperkirakan sebagai tahun keluarnya (Eksodus) bangsa Israel dari Mesir.
Saat itu diperkirakan umur Musa adalah 80 tahun.
Jaman Hakim-Hakim (kira-kira 1400-1050 SM)
Jaman ini adalah masa sesudah kematian Yosua. Dalam periode ini ada 13 hakim yang
ditunjuk Tuhan untuk memimpin bangsa Israel hidup di Tanah Perjanjian. (Daftar Hakim-
hakim lihat di bahan Referensi). Masa Hakim-hakim ini dianggap sebagai masa gelap
bangsa Israel, diungkapkan sebagai masa dimana "setiap orang berbuat apa yang benar
menurut pandangannya sendiri." (Hak. 17:6). Pada masa ini sepertinya Tuhan tidak bekerja,
baik melalui mujizat maupun tanda-tanda lain yang menyertai. Kehidupan bangsa Israel
sangat mundur bukan hanya secara rohani tapi juga dalam hal keamanan dan
kesejahteraan jasmani. Mereka sering dikalahkan, dirampok dan diperlakukan sangat buruk
oleh bangsa-bagsa lain yang lebih kuat. Kunci dari masalah ini adalah karena dosa-dosa
yang diperbuat oleh bangsa Israel, sehingga Tuhan meninggalkan mereka.

Jaman Kerajaan Bersatu (kira-kira 1050 - 931 SM)


Dalam rangkaian sejarah bangsa Israel, periode jaman ini dapat dikatakan sebagai
jaman yang paling gemilang dan makmur. Israel menjadi bangsa yang memiliki derajat tinggi
diantara bangsa- bangsa di sekitarnya. Hal ini ditandai dengan kemajuan-kemajuan yang
dicapai dalam berbagai bidang (ilmu pengetahuan, kesusasteraan, pembangunan dll.) Tapi
pada pihak yang lain sistem pemerintahan "Teokrasi", yaitu kepemimpinan langsung oleh
Tuhan, mulai ditinggalkan oleh bangsa Israel. Tuhan mengijinkan mereka memiliki raja
sendiri untuk memerintah karena kedegilan hati bangsa ini. Tetapi Tuhan memberikan
peringatan yang jelas (I Sam. 8) bahwa mereka akan menyesal dikemudian hari. (Daftar
Raja-raja Israel dapat dilihat di bahan Referensi).
f. Jaman Kerajaan Terpecah (kira-kira 930 - 586 SM)
Kejayaan kerajaan Israel berakhir setelah pemerintahan
raja Salomo, karena kemudian kerajaan ini mulai pecah dan
runtuh sedikit demi sedikit dan akhirnya hancur karena kejahatan
mereka di mata Tuhan dan penyembahan-penyembahan mereka
kepada patung- patung berhala. Karena janji dan kesetiaan Tuhan
pada bangsa ini maka tak henti-hentinya Tuhan berbicara dengan
mengirimkan utusan-utusan-Nya. Pada jaman ini beberapa nabi
dibangkitkan Tuhan untuk menyampaikan Firman-Nya kepada raja
dan rakyat dari kedua kerajaan yang pecah ini. (Daftar nabi-nabi
dapat dilihat di bahan Referensi).
Jaman pembuangan di Babel dan kembali ke tanah Israel (kira-kira 587 B.C).

Periode pertama jaman ini adalah masa yang sulit bagi bangsa Israel. Mereka berkali-kali jatuh ke
tangan bangsa lain, dijajah dan ditindas, bahkan mereka sempat dibuang ke tanah asing untuk menjadi
bangsa tawanan. Hal ini Tuhan ijinkan terjadi karena Tuhan sedang menghukum bangsa Israel atas dosa
dan kejahatan mereka dengan harapan supaya mereka mengoreksi diri lalu berbalik kepada Tuhan.
Pada saat yang sama Tuhan juga mengirimkan nabi-nabi-Nya untuk berbicara tentang janji kesetiaan
Tuhan bahwa Tuhan tidak akan meninggalkan mereka asal mereka mau berbalik dan mentaati perintah
Tuhan. (Daftar nabi-nabi dapat dilihat di bahan Referensi).
Di tanah pembuangan inilah bangsa Yahudi dan Yudaisme dilahirkan. Orang-orang yang Tuhan pakai,
seperti Ezra dan Nehemia, berhasil memimpin bangsa ini untuk kembali menegakkan "monotheisme"
dan menghargai Firman Tuhan yang diajarkan oleh nenek moyang dari generasi-generasi sebelumnya,
termasuk di dalamnya adalah Hukum Taurat sebagai pusat pengajaran mereka. Periode kedua dari
jaman ini adalah kembalinya bangsa Yahudi ke tanah Palestina yaitu setelah tahun 539 SM, ketika Raja
Koresy dari Persia menaklukkan Babel dan bangsa Israel pulang ke tempat asal dan membangun
bangsa dan tempat ibadah mereka kembali.
• Rombongan pertama dipimpin oleh seorang yang bernama Sesbazar (Ezra 1:11; 5:14) 538 SM
dimana fondasi Bait Suci diletakkan.
• Rombongan kedua dipimpin oleh Hagai dan Zakharia 520 SM berjumlah 42.360 orang (Ezra 2:64).
Bait Suci selesai dibangun.
• Tahun 458 SM ada pengutusan dilakukan oleh Ezra beserta serombongan besar orang Yahudi (Ezra
7:1-7) dan tahun 445 SM Nehemia datang ke Yerusalem menyelesaikan pembangunannya.
Pada akhir sejarah Perjanjian Lama kita ketahui bahwa orang-orang Yahudi yang pulang ke tanah air
mereka memiliki komitmen untuk menjunjung tinggi Hukum Taurat dan tempat ibadah Bait Suci karena
mereka memiliki keyakinan yang teguh bahwa merekalah umat pilihan Allah. Sampai pada permulaan
sejarah Perjanjian Baru kita masih melihat bahwa bangsa dan agama Yahudi berkembang terus dengan
subur.
•TINJAUAN SEJARAH MASA PERJANJIAN LAMA (KRONOLOGI )
Catatan:
Tidak ada sistem Kronologi Alkitab yang diterima
secara umum. Tahun-tahun yang dipakai di bawah ini
adalah penurut pentahunan Ussher, tetapi tahun-tahun
tsb. hanya sebagai patokan kerja saja bukan sebagai
pentahunan yang lengkap dan tepat.
.KANON ALKITAB PERJANJIAN LAMA

1. PENGERTIAN/DEFINISI "KANON"

Untuk mengerti lebih jelas apa yang dimaksud dengan Kanon Alkitab PL, marilah terlebih
dahulu kita mempelajari pengertian kata "Kanon".
Arti Etimologis
"Kanon" berasal dari kata Yunani 'kanon', artinya "buluh". Karena pemakaian buluh dalam
kehidupan sehari-hari jaman itu adalah untuk mengukur, maka kata "kanon" dipastikan
memiliki arti harafiah sebagai batang tongkat/kayu pengukur atau penggaris. (Yeh. 40:3;
42:16 = tongkat pengukur)
Arti Figuratif
Namun demikian kata "kanon" juga memiliki arti figuratif sebagai peraturan atau standard
norma (kaidah) dalam hal etika, sastra, dsb.
Arti Teologis
Dalam sejarah gereja abad pertama kata "kanon" dipakai untuk menunjuk pada peraturan
atau pengakuan iman. Tetapi pada pertengahan abad keempat (dimulai oleh Athanasius),
kata ini lebih sering dipakai untuk menunjuk pada Alkitab yang memiliki dua arti, yaitu: 1.
Daftar naskah kitab-kitab, yang berjumlah 66 kitab, yang telah memenuhi standard
peraturan-peraturan tertentu, yang diterima oleh gereja sebagai kitab kanonik yang diakui
diinspirasikan oleh Allah.
2. Kumpulan kitab-kitab, yang berjumlah 66 kitab, yang diterima sebagai Firman Tuhan yang
tertulis, yang berotoritas penuh (menjadi patokan= Gal. 6:16) bagi iman dan kehidupan
manusia.
KANON PERJANJIAN LAMA

Umat Yahudi mengakui 39 kitab (atau menurut mereka 22 kitab, karena kedua kitab Samuel
(1 Samuel dan 2 Samuel); kedua kitab Raja-raja (1 Raja-raja dan 2 Raja-raja); kedua kitab
Tawarikh (1 Tawarikh dan 2 Tawarikh); kitab Ezra dan kitab Nehemia; dan 12 kitab nabi-nabi
kecil: masing-masing dihitung satu kitab; dan kitab Rut digabungkan dengan kitab Hakim-
Hakim; dan kitab Ratapan digabungkan dengan kitab Yeremia) yang ditulis dalam bahasa
Ibrani (veritas hebraica) sebagai kanon.
Penetapan ke-39 kitab tersebut sebagai kanon terjadi pada sekitar tahun 95 M dalam
sebuah konsili yang diadakan di Yamnia (sekarang ini bernama Yabne, terletak di dekat
pantai Laut Tengah, di sebelah barat daya Israel. Setelah Yerusalem dihancurkan oleh
tentara Roma pada tahun 70 M, kota ini menjadi pusat umat Yahudi yang sangat penting).
Penetapan ini memberikan legitimasi, bahwa 39 kitab ini tergolong Kitab Suci. Orang-orang
Yahudi dewasa ini masih tetap mengakui kanonisasi berdasarkan penetapan di konsili
Yamnia. Tradisi Protestan juga menganut tradisi ini.
Di samping tradisi kanonisasi Ibrani terdapat juga di kalangan Yahudi kuno kanonisasi yang
didasarkan pada kitab-kitab Yunani yang terdapat dalam Septuaginta. Kitab-kitab Yunani
tersebut di kalangan Yahudi kuno (juga pada zaman Yesus dan jemaat Kristen perdana)
diakui sebagai kanonis. Tradisi kanonisasi Yunani pada awalnya mempunyai wibawa di
kalangan umat Yahudi, tetapi setelah tradisi ini dipegang oleh jemaat Kristen perdana dan
setelah kanonisasi di Yamnia, maka tradisi kanonisasi Yunani tidak lagi diakui oleh umat
Yahudi.
SEJARAH KANON PL
Kanon PL tidak mengalami banyak kesulitan untuk diterima karena pada waktu kita-kitab PL
itu selesai ditulis, saat itu juga langsung diterima sebagai kitab-kitab yang memiliki otoritas
yang diinspirasikan oleh Allah. Kitab-kitab (yang berupa gulungan- gulungan) disimpan
bersama-sama dengan Tabut Perjanjian yaitu di Kemah Tabernakel dan kemudian dibawa ke
Bait Allah. Para imam memelihara kitab-kitab itu dan mereka juga yang membuat salinan-
salinannya apabila diperlukan. Ul. 17:18; 31:9; 24:26; 1 Sam. 10:25; 2 Raj. 22:8; 2 Taw.
34:14
Pada waktu bangsa Yahudi dibuang ke tanah Babel, dan Yerusalem dihancurkan pada tahun
587 SM, kitab-kitab itu dibawa bersama-sama ke tanah pembuangan (Dan. 9:2). Pusat
ibadah mereka kini bukan lagi Bait Allah di Yerusalem, tetapi beralih kepada kitab-kitab yang
berotoritas itu. Setelah pembangunan kembali Bait Allah, kitab- kitab itupun tetap dipelihara
dan dipindahkan ke tempat yang baru. (Ezr. 7:6; Neh. 8:1; Yer. 27:21-22).
Penyusunan seluruh kitab-kitab PL selesai pada tahun 430SM. Menurut tradisi diakui bahwa
imam Ezralah yang memainkan peranan penting dalam proses pengumpulan dan
penyusunan kitab-kitab PL ini. Selain kitab-kitab Pentateuk (Kejadian sampai Ulangan) yang
sangat dihargai, kitab-kitab para nabi juga biasa dibaca dalam ibadah Yahudi (di sinagoge),
juga pada waktu jaman PB (Luk. 4:16-19).
Pada tahun 90M para ahli Taurat dan pemimpin bangsa Yahudi melakukan persidangan di
Yamnia. Salah satu keputusan yang diambil dalam persidangan itu adalah penerimaan
Kanon PL, yaitu 39 kitab sebagai Kanon Alkitab PL (seperti yang kita pakai sekarang). Jadi
penetapan itu sebenarnya hanya memberikan pengakuan akan kitab- kitab yang memang
sudah lama dipakai dalam ibadah orang Yahudi.
3. Pembentukan Kanon PL
Seperti sudah disebutkan sebelumnya bahwa pada umumnya kitab-kitab PL langsung
diterima sebagai kitab yang berotoritas. Namun demikian bukan berarti tidak ada proses
pembentukan sampai akhirnya kitab- kitab itu dikanonkan. Paling tidak ada 4 tahap yang
dikenal dalam proses pembentukan kanon kitab PL:
1. Ucapan-ucapan yang Berotoritas
Prinsip pengkanonan kitab dimulai ketika bgs. Israel menerima 10 perintah/hukum-hukum
dari Tuhan melalui Musa di gunung Sinai. Perintah-perintah itu disampaikan kepada Musa
sebagai perkataan (ucapan) Tuhan yang memiliki otoritas penuh. Dan umat Tuhan yang
menerima Perintah-perintah itu wajib tunduk kepada wewenangnya, bahkan generasi-
generasi berikutnya juga tunduk pada otoritas Perkataan Tuhan itu.
2. Dokumen (Tertulis) yang Berotoritas
Agar Perintah/Perkataan Tuhan itu menjadi warisan yang akan menuntun generasi-generasi
berikutnya, maka Musa secara teliti menjabarkannya (memberikan tambahan penjelasan)
dalam bentuk tulisan (Kel. 24:3), lalu umat Lewi diperintahkan untuk menyimpan
tulisan/dokumen itu di samping Tabut Perjanjian Allah (Ul. 31:24- 26). Demikian juga dengan
perkataan-perkataan Tuhan lain yang Tuhan sampaikan sepanjang sejarah bangsa Israel
melalui nabi-nabi-Nya, Tuhan seringkali memerintahkan agar apa yang Tuhan ucapkan itu
dituliskan untuk menjadi peringatan bagi umat-Nya. (Ul. 31:19, Yes. 30:2; Hos. 2:2). Tulisan-
tulisan itu menjadi dokumen-dokumen yang sangat berotoritas, karena di sanalah bangsa
Israel telah diikat dalam perjanjian (covenant) dengan Allah sebagai bangsa umat pilihan-
Nya.
3. Kumpulan Tulisan yang Berotoritas
Menurut tradisi, selama ratusan tahun, tulisan/dokumen-dokumen yang berotoritas itu
dikumpulkan sebagai kitab-kitab Ibrani, yang dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:
1. Kitab-kitab Hukum (5 Kitab Pentateuk)
2. Kitab-kitab Nabi-nabi (Nabi Besar dan Nabi Kecil)
3. Kitab-kitab Mazmur/Ucapan Bijaksana (Mazmur, Amsal, dll.)
Pengelompokan ini mungkin sekaligus menunjukkan bagaimana tahap- tahap pembentukan
kanon itu terjadi, sesuai dgn. pokok bahasannya. Namun demikian prosedur penyortiran
tulisan-tulisan itu memang tidak jelas. Yang dapat diketahui hanyalah bahwa para pemuka
agama Yahudi dengan dipimpin oleh Roh Allah menyepakati pilihan kumpulan tulisan itu
sebagai tulisan-tulisan yang berotoritas yang harus diterima oleh seluruh umat.

Kanon yang Diresmikan


Sebagian besar Tulisan-tulisan yang berotoritas (yang sudah dikelompokkan di atas) telah
ditulis dan dikumpulkan sesudah masa Pembuangan yaitu kira-kira thn. 550 SM (sebelum
Masehi). Namun Pengesahan pengelompokan "Kanon Ibrani" itu dikenal baru sesudah thn.
150 SM. Kemungkinan besar Kanon inilah yang juga dikenal oleh masyarakat Yahudi pada
jaman Yesus, karena Yesus menyebutkan: "dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan
kitab Mazmur" (Luk. 24:44). Suatu Konsili di Yamnia pada thn. 90 M, yang dihadiri oleh
tokoh- tokoh utama agama Yahudi (rabi), melalui suatu konsensus bersama, akhirnya
memberikan penetapan terhadap Kanon PL yang terdiri dari 39 kitab (sama dengan yang
dimiliki dalam Alkitab agama Kristen).
SUSUNAN PERJANJIAN LAMA (KANON)

Dalam mempelajari setiap buku, sangat penting kita mengetahui susunan isinya. Demikian
juga untuk Alkitab, dan dalam hal ini perlu diketahui suatu istilah, yaitu "kanon", yang berarti
"susunan kitab- kitab Alkitab" atau "daftar isi Alkitab". Ada dua kanon Perjanjian Lama yang
penting, yakni "Kanon Ibrani" dan "Kanon Yunani". Isinya sebenarnya sama, hanya susunan
kitab-kitabnya yang berbeda.

Kanon Ibrani ialah daftar isi yang berlaku untuk Alkitab dalam bahasa Ibrani. Kanon Ibrani
itu terdiri dari 24 kitab, yang dibagi atas tiga kelompok sebagai berikut:

KANON IBRANI = SUSUNAN ALKITAB BAHASA IBRANI

1. TAURAT (bahasa Ibrani: torah)

1. Kejadian
2. Keluaran
3. Imamat
4. Bilangan
5. Ulangan
2. NABI-NABI (bahasa Ibrani: nevi'im)
(a) Nabi-nabi yang dahulu 3. KITAB-KITAB (bahasa Ibrani: ketuvim)
14. Mazmur
6. Yosua 15. Amsal
7. Hakim-hakim 16. Ayub
8. Samuel 17. Kidung Agung
9. Raja-raja 18. Rut
19. Ratapan
(b) Nabi-nabi yang kemudian 20. Pengkhotbah
21. Ester
10. Yesaya 22. Daniel
11. Yeremia 23. Ezra-Nehemia
12. Yehezkiel 24. Tawarikh
13. 12 nabi
Yesus menyebut ketiga bagian kanon Ibrani dalam Lukas 24:44 (bagian ketiga disebut
"Mazmur", sesuai dengan nama kitab yang pertama dan terpenting dalam bagian itu). Dalam
Matius 23:35 Dia menyebut dua pembunuhan, yaitu yang pertama dan yang terakhir
dilaporkan dalam kanon Ibrani (Kej 4:8; 2Taw 24:20-21). Agaknya Yesus membaca Alkitab
dalam bahasa Ibrani dan mengenal Kanon Ibrani, sebagaimana biasa di antara orang-orang
Yahudi di Palestina pada zaman itu.

Kanon Yunani berlaku untuk Alkitab berbahasa Yunani dan juga dipakai untuk Alkitab dalam
bahasa Indonesia. Dalam Kanon Yunani beberapa kitab yang terdiri dari lebih dari satu
bagian dihitung sesuai dengan jumlah bagian tersebut, misalnya Kitab Samuel menjadi 39,
yang dibagi atas empat kelompok sebagai berikut:
KANON YUNANI = SUSUNAN ALKITAB BAHASA
YUNANI/INDONESIA

1. TAURAT (b) Sejarah yang kedua


1. Kejadian 13. 1Tawarikh
2. Keluaran 14. 2Tawarikh
3. Imamat 15. Ezra
4. Bilangan 16. Nehemia
5. Ulangan 17. Ester

2. SEJARAH (a) Sejarah yang pertama 3. SASTRA


6. Yosua 18. Ayub
7. Hakim-hakim 19. Mazmur
8. Rut 20. Amsal
9. 1Samuel 21. Pengkhotbah
10. 2Samuel 22. Kidung Agung
11. 1Raja-raja
12. 2Raja-raja
4. NUBUAT
Kalau kita membandingkan Kanon Ibrani dengan
(a) Kitab-kitab nabi besar
Kanon Yunani, ternyata bahwa urutan kitab-kitab
23. Yesaya
adalah sama dalam kedua kanon untuk kelompok
24. Yeremia
kitab yang merupakan dasar Perjanjian Lama, yakni
25. Ratapan
"Taurat". Kitab- kitab yang lain disusun menjadi tiga
26. Yehezkiel
kelompok, sesuai dengan jenis masing-masing kitab,
27. Daniel
yaitu sejarah, sastra dan nubuat. "Nabi-nabi yang
dahulu" sebenarnya mengandung lebih banyak
(b) Kitab-kitab nabi kecil 28. Hosea
sejarah daripada nubuat, maka digolongkan sebagai
29. Yoel
sejarah. Sedangkan "Nabi-nabi yang kemudian"
30. Amos
kebanyakan terdiri dari nubuat-nubuat dan
31. Obaja
digolongkan dalam bagian terakhir sebagai nubuat.
32. Yunus
Kelompok "Kitab-kitab" dibagi dalam kanon Yunani
33. Mikha
menurut jenis masing-masing: Rut, Ester, Ezra-
34. Nahum
Nehemia dan Tawarikh berjenis sejarah; Mazmur,
35. Habakuk
Amsal, Ayub, Kidung Agung dan Pengkhotbah
36. Zefanya
dikumpulkan sebagai tulisan-tulisan sastra; dan
37. Hagai
Ratapan serta Daniel digolongkan sebagai kitab
38. Zakaria
nubuat.
39. Maleakhi
Kitab-kitab Apokrifa/Deuterokanonika

Kitab-kitab Perjanjian Lama yang disebut di atas adalah kitab-kitab yang diterima oleh
gereja-gereja Protestan (Reformasi). Perlu diketahui bahwa ada juga beberapa tulisan yang
diterima oleh gereja Katolik Romawi dan termuat dalam Alkitab terbitan pihak Katolik dan
dalam beberapa Alkitab terbitan ekumenis, yaitu:

• riwayat Tobit;
• riwayat yudit;
• Kitab I dan II Makabe;
• Kebijaksanaan Salomo;
• hikmat Yesus bin Sirakh;
• Kitab Barukh serta Surat Yeremia;
• tambahan-tambahan pada Kitab Ester dan Daniel.

Tulisan-tulisan tersebut dinamakan "Apokrifa" ('tersembunyi') atau "Deuterokanonika" ('kanon


yang kedua').
Tradisi kanonisasi ini kemudian diambil alih atau diteruskan oleh
Hieronimus dalam menyusun Vulgata. Gereja Katolik mengakui
tradisi ini. Jumlah kitab yang diakui sebagai kanonik adalah 46 kitab.
Jumlah ini 7 kitab lebih banyak dari tradisi Protestan, yaitu: Kitab
Tobit, Yudit, 1 dan 2 Makabe, Kebijaksanaan Salomo, Yesus Sirakh,
Surat Barukh, dan Tambahan-tambahan pada Kitab Ester, Daniel,
dan Tawarikh). Tujuh kitab ini disebut dalam tradisi Katolik sebagai
“Deuterokanonika”, sementara ke-39 kitab Ibrani disebut sebagai
Protokanonika. Kitab-kitab ini oleh kalangan Protestan dahulu
disebut “Apokrif”. Menurut Luther kitab-kitab ini baik dan berguna
untuk dibaca, tetapi tidak dapat dianggap sebagai kitab suci.
Teks-teks Perjanjian Lama
Teks Masoret
Teks tulisan tangan Perjanjian Lama kuno yang utuh sekarang ini adalah Kodeks B19 yang saat ini
berada di Perpustakaan di St. Petersburg. Teks ini dikenal dengan nama Kodeks Leningradensis, yang
juga dikenal dengan nama Kodeks Petropolitanus, ditulis pada tahun 1008 di Kairo dan merupakan teks
tulisan tangan terbaik, sehingga para ilmuan Alkitab banyak mengacu kepada teks ini.
Kodeks Leningradensis berasal dari tradisi penulisan teks Alkitab Ibrani yang sangat rumit, yaitu berasal
dari para Masoret dari abad ke-8 sampai ke-10 M di Tiberias di pantai danau Genesaret. Oleh karena itu
orang menyebut teks yang berasal dari tradisi penulisan ini sebagai teks Masoret. Terdapat dua keluarga
Yahudi dalam tradisi penulisan ini, yaitu Ben Asyer dan Ben Naftali. Pada dasarnya huruf-huruf Ibrani
adalah konsonan semua. Hal ini juga berlaku kepada teks Perjanjian Lama. Teks Perjanjian Lama yang
ditulis dengan huruf konsonan semua disebut teks konsonan. Pembacaan teks konsonan ini didasarkan
pada tradisi pembacaan kitab suci yang turun temurun. Kodeks Aleppo, yang merupakan teks konsonan,
yang menjadi teks dasar, diberi tanda vokal (vokalisasi) oleh Harun ben Asyer, lalu hasil dari vokalisasi
yang dilakukan oleh Harun ben Asyer disalin lagi oleh Samuel ben Yakub. Kodeks Leningradensis yang
telah disebutkan di atas adalah hasil salinan yang dikerjakan oleh Samuel ben Yakub.
Yang menjadi pendorong pemberian tanda vokal pada teks konsonan Ibrani yang dilakukan oleh Ben
Asyer dan Ben Naftali adalah Sekte Kareer ("Para Pengikut Kitab Suci"), yang pada abad ke-8
berkembang di daerah Babilonia. Sekte ini mengabaikan penafsiran rabi-rabi Yahudi yang didasarkan
pada tradisi Talmud, dan mereka lebih mengarahkan pengajaran mereka hanya pada Kitab Suci.
Sehingga pada waktu itu berkembang pemikiran, bahwa jika tradisi pembacaan ini terputus dan hilang,
maka anak-cucu mereka tidak dapat membaca Kitab Suci lagi serta tidak dapat memahaminya, karena
teks Kitab Sucinya adalah berbentuk konsonan. Kebutuhan yang mendesak ini juga dipikirkan oleh para
Masoret yang adalah para rabi (bukan berasal dari Sekte Kareer!), sehingga dua keluarga yang telah
disebutkan di atas mengerjakan vokalisasi teks konsonan.
Teks Pentateukh Samaritan
Tradisi penyalinan teks kitab suci yang dilakukan oleh orang-orang
Yahudi tersebut di atas yang biasa disebut teks masoret bukanlah
satu-satunya tradisi penyalinan teks kitab suci Ibrani. Di samping
tradisi penyalinan ini terdapat juga tradisi penyalinan yang dilakukan
oleh orang-orang Samaria. Tradisi penyalinan yang dilakukan oleh
orang-orang Samaria ini dimulai sejak keterpisahan (skisma) jemaat
Yahudi dan Samaria pada tahun yang tidak diketahui lagi, tetapi yang
pasti pada zaman setelah pembuangan. Orang-orang Samaria adalah
penduduk yang tinggal di wilayah Israel utara setelah pada tahun
722 SM ditaklukkan oleh bangsa Asyur. Mereka adalah campuran
antara Israel dan bangsa-bangsa lain yang tinggal di daerah tersebut.
Mereka hanya mengakui Pentateukh sebagai Kitab Suci mereka.
Teks tulisan tangan yang tertua dari tradisi ini yang masih ada
berasal dari abad ke-12 M yang sekarang ini berada di Perpustakaan
Universitas Leipzig.
Teks Qumran
Antara tahun 1947 dan 1956 ditemukan fragmen-fragmen teks
Perjanjian Lama dalam bentuk lebih dari 190 gulungan dari dalam
11 gua di Qumran, yang terletak di pantai Laut Mati, yaitu sekitar 15
km sebelah selatan dari kota Yerikho. Dimulai dari ketidak sengajaan
pada tahun 1947, yaitu ketika seorang gembala muda dari suku
Badui, yang mencoba untuk mencari dombanya yang hilang di sekitar
gua-gua di Qumran, dan ketika dia mencoba untuk mencari
dombanya di sebuah gua, dia secara tidak sengaja menemukan
gulungan-gulungan kitab. Penemuan ini merupakan penemuan
pertama gulungan-gulungan kitab Qumran, dan sejak saat itu para
arkeolog meneliti di Qumran dan menemukan gulungan-gulungan
kitab yang lainnya. Sebagian besar fragmen tersebut berasal dari
abad ke-2 SM dan ke-1 SM, namun ada juga sebagian kecil yang
berasal dari abad ke-3 SM. Setiap bagian dari kitab-kitab Perjanjian
Lama (kecuali kitab Ester) ditemukan di Qumran. (Lihat Naskah Laut
Mati) Gambar 1: Qumran
Teks Yunani
Tradisi penerjemahan Alkitab Ibrani ke Yunani juga merupakan sumber yang sangat penting,
yang disebut Septuaginta. Nama ini berasal dari bahasa Latin yang berarti "tujuh puluh" dan
biasanya disingkat dengan huruf romawi LXX. Legenda tentang Septuaginta ini didasarkan
pada Surat Aristeas pada abad ke-1 SM: Demetrius dari Phaleron, ketua Perpustakaan di
Alexandria, mengusulkan kepada Raja Ptolemeus II Philadelphus (285-246 SM) untuk
memasukkan kitab Taurat Yahudi ke dalam Perpustakaan Alexandria. Untuk melaksanakan
proyek ini, maka 72 tua-tua Yahudi (enam dari masing-masing suku Israel/ 6 x 12 = 72),
dikirim oleh Imam Besar Eliezer ke Alexandria untuk menerjemahkan kitab Taurat, dan
penerjemahan itu memakan waktu selama 72 hari dan hasil dari penerjemahan ini
digunakan oleh jemaat Yahudi yang saat itu berada di Diaspora Mesir. Legenda ini
didasarkan pada motif mujizat munculnya Septuaginta. Namun dari legenda ini kita dapat
memperoleh informasi, bahwa kitab Taurat dalam bahasa Yunani pada awalnya
dipergunakan oleh jemaat Yahudi yang berada di Diaspora Mesir yang tidak bisa berbahasa
Ibrani lagi, yaitu pada pertengahan abad ke-3 SM. Satu abad setelah itu, yaitu sekitar
pertengahan abad ke-2 SM, seluruh Alkitab telah diterjemahkan dalam bahasa Yunani. Hal
ini didasarkan pada Prolog kitab Sirakh (sekitar 132 SM), bahwa "Taurat, para Nabi, dan
kitab-kitab lain" (mengacu kepada tiga bagian dari kitab Ibrani, yaitu Torah, Nebi'im dan
Ketubim) telah diterjemahkan dalam "bahasa lain" (tentunya dalam hal ini bahasa Yunani).
Tradisi Septuaginta sangat berbeda dengan tradisi Masoret, baik dari sisi bahasa maupun
teksnya. Nampaknya teks Ibrani yang digunakan oleh para penerjemah adalah teks yang
berbeda dengan teks dari tradisi Masoret. Hal ini didasarkan pada bukti: bahwa (1)
Septuaginta memuat beberapa kitab di luar kitab Ibrani, (2) bahwa kitab Daniel dan Ester di
Septuaginta lebih panjang dari versi kitab Ibrani, dan juga kitab Yeremia versi Septuaginta
lebih pendek dari versi kitab Ibrani, secara khusus perbedaan bentuk teks antara teks Ibrani
yang digunakan oleh Septuaginta dan teks Ibrani Masoret akan nampak jika kita
membandingkannya secara mendetail dari kitab Daniel.
Pada awalnya tradisi Septuaginta menjadi teks yang sangat penting bagi orang Yahudi pada
waktu itu. Namun setelah konsili Yamnia (sekitar 95 M) tradisi ini menduduki peranan yang
tidak penting lagi. Hal ini mungkin karena teks Septuaginta menjadi pegangan penting bagi
orang Kristen mula-mula, dan teks ini mendapat tandingan dari terjemahan Yunani yang
baru, yaitu Aquila (130 M), Theodotion (abad ke-2 M) dan Symmakus (abad ke-3 M). Namun
tradisi ini mendapat tempat yang sangat penting dalam tradisi Kristen. Kemudian
Septuaginta direvisi oleh para ahli Kristen:
oleh Origenes (antara 232-254 di Kaisarea dalam edisi teks kritik Septuaginta),
oleh Uskup Mesir Hesikhius (meninggal sekitar 310),
oleh Tua-Tua Lukian di Antiokhia (meninggal sekitar 311).
Menurut keterangan Hieronimus, orang Kristen di Alexandria dan
Mesir menggunakan Septuaginta versi Hesikhius; sedangkan
orang Kristen di Konstantinopel sampai Antiokhia menggunakan
Septuaginta versi Lukian Sang Martir; dan di samping itu orang
Kristen di Palestina menggunakan Septuaginta versi Origenes.
Kemudian berdasarkan Septuaginta diterjemahan Alkitab
Perjanjian Lama dalam beberapa bahasa lain, yaitu pada abad
ke-3 M ke dalam bahasa Koptik, salah satu dialek bahasa Mesir;
lalu pada abad ke-4 M ke dalam bahasa Ethiopia; di samping itu
pada abad ke-4 M ke dalam bahasa Gotik oleh Uskup Gotik
Ulfias. Berdasarkan versi Origenes Alkitab Perjanjian Lama
diterjemahkan ke dalam bahasa Armenia pada sekitar tahun 440
M.
Targum
Ketika bahasa Ibrani bukan lagi menjadi bahasa pengantar di
Palestina, banyak orang yang tidak mengerti isi kitab suci, karena
kitab suci tertulis dalam bahasa Ibrani. Oleh karena itu diambil
inisiatif, bahwa dalam ibadah di Sinagoga, setelah dibacakannya
kitab suci dalam bahasa Ibrani, teks Ibrani tersebut diterjemahkan
(dalam tradisi lisan) ke dalam bahasa Aram. Terjemahan kitab suci ke
dalam bahasa Aram dalam tradisi lisan tersebut (targum, jamak:
targumim) baru mulai sekitar tahun 300 M ditulis oleh ahli-ahli kitab
suci. Oleh karena itu banyak terjadi kesalahan penerjemahan dan
ketidak-tentuan, karena penerjemahannya sendiri lebih berdasarkan
interpretasi. Namun di sisi lain, dalam kritik teks, Targum kadang juga
menjadi penting untuk diperhatikan, karena dia merupakan
terjemahan dari teks yang lebih tua dari teks Masoret. Terdapat dua
Targum yang terkenal dan penting, yaitu Targum Palestina dan
Targum Babilonia.
Pesyitta
Pesyitta merupakan terjemahan PL dalam tradisi Kristen. Penerjemahannya sangat
bergantung dengan Targum, sehingga kedudukannya dalam kritik teks tidaklah menduduki
tempat yang penting. Selain bergantung dengan Targum, Pesyitta juga menggunakan LXX.

Terjemahan-terjemahan dalam Bahasa Latin


Sampai sekitar tahun 250 M bahasa Yunani merupakan bahasa pengantar resmi di seluruh
kerajaan Romawi. Namun di beberapa provinsi, misalnya di Afrika Utara, bahasa Latin masih
menjadi bahasa pergaulan masyarakat, sehingga dibutuhkan penerjemahan kitab suci ke
dalam bahasa Latin untuk masyarakat yang berdiam di provinsi-provinsi tersebut.
Terjemahan-terjemahan kitab suci ke dalam bahasa Latin tersebut mulai muncul pada awal
abad ke-2 M. Tradisi penerjemahan yang tertua adalah terjemahan dari Afrika, dan yang
lebih muda adalah terjemahan dari Italia. Terjemahan-terjemahan Latin ini disebut dengan
nama "Vetus Latina" atau oleh orang Galia-Selatan disebut dengan nama "Itala" (versio Itala).
Penerjemahan-penerjemahan ini berdasarkan teks LXX.
Paus Damasus (366-384) memutuskan untuk merevisi Alkitab latin dan hasil dari perevisian
ini akan menjadi teks resmi gereja Katolik. Untuk mewujudkannya, dia memerintahkan kepa-
da Sophronius Eusebius Hieronimus (347-419) untuk menerjemahkan Alkitab ke dalam
bahasa latin atau sedikitnya merevisi teks-teks latin yang sudah ada. Hieronimus
menyelesaikan penerjemahannya pada tahun 406. Terjemahan Alkitab ke dalam bahasa
latin tersebut disebut Vulgata. Pada tahun 801 Vulgata kembali direvisi oleh Abt Alkuin.
Melalui keputusan pada Konsili Vatikan II Vulgata direvisi kembali dan revisi tersebut selesai
pada tahun 1979. Hasil revisi Vulgata tersebut disebut Nova Vulgata.
Sulitnya Mempelajari Perjanjian Lama
Ada faktor-faktor penghambat yang kadang menyulitkan kita mengerti maksud
sesungguhnya berita dalam PL. Kesulitan-kesulitan tsb. dapat dijelaskan sbb.:

Halangan Bahasa
Kitab-kitab asli PL disampaikan dalam bahasa Ibrani kuno yang kadang tidak dapat
secara jelas diterjemahkan dalam bahasa Indonesia.

Halangan Budaya
Seluruh konteks PL adalah budaya bangsa Israel kuno yang informasi sejarahnya tidak
dapat kita pahami dengan lengkap.

Halangan Ketekunan
Kurangnya ketekunan dalam mempelajari Alkitab secara menyeluruh dan
berkesinambungan.

Halangan Praduga yang Salah


Sering kita telah memiliki praduga yang salah tentang PL sehingga kita cenderung
hanya memilih berita yang kita sukai dan mengerti, tapi kemudian mengabaikan isi
berita PL yang lain.
Bahasa Kitab Perjanjian Lama
Kitab Perjanjian Lama sebagian besar ditulis dalam
bahasa Ibrani dan ada beberapa bagian ditulis dalam
bahasa Aram. Sebagian kecil yang ditulis dalam
bahasa Aram tersebut terdapat dalam kitab Daniel
dan Ezra.
Kanon Alkitab

Apa itu kanon Alkitab?


Buku-buku yang tak termasuk kanon dimasukkan ke dalam kitab Deuterokanonika, yang
secara harfiah berarti "kanon kedua". Buku-buku ini disebut pula buku-buku apokrifa
("tersembunyi").
Istilah kanonisitas merujuk pada seberapa jauh suatu tulisan dapat dianggap berwibawa
dan memenuhi syarat untuk diterima sebagai kanon atau tidak.
Sejarah
Orang-orang Yahudi telah membakukan bahwa kitab-kitab yang kita sebut Perjanjian Lama
diilhami Allah, sedangkan yang lain tidak. Ketika orang-orang Kristen berhadapan dengan
berbagai ajaran sesat, mereka mulai merasakan pentingnya membedakan tulisan-tulisan
yang sesungguhnya diilhami Allah dan yang tidak. Dua kriteria penting yang dipakai gereja
untuk mengenal kanon (istilah Yunani yang artinya "standar") adalah yang berasal dari para
rasul dan tulisan-tulisan yang dipakai di gereja-gereja.
Dalam mempertimbangkan tulisan rasuli, gereja menganggap Paulus sebagai salah seorang
rasul. Meskipun Paulus tidak berjalan bersama-sama dengan Kristus, Paulus bertemu
dengan Kristus dalam perjalanannya ke Damaskus. Aktivitas penginjilannya yang tersebar
luas – yang dibenarkan dalam Kisah Para Rasul – menjadikannya model seorang rasul.
Setiap Injil harus dihubungkan dengan seorang rasul. Dengan demikian, Injil Markus yang
dihubungkan dengan Petrus dan Injil Lukas yang dihubungkan dengan Paulus, mendapat
tempat dalam kanon. Setelah para rasul wafat, orang-orang Kristen sangat menghargai
kesaksian yang ada dalam Injil tersebut, meskipun Injil tersebut tidak mengungkapkan nama
rasul yang terkait.
Tentang penggunaan tulisan-tulisan yang dipakai di gereja-gereja, petunjuknya
ialah, "Jika banyak gereja memakai tulisan tersebut dan jika tulisan tersebut dapat
terus-menerus meningkatkan moral mereka, maka tulisan tersebut diilhami".
Meskipun standar ini menunjukkan pendekatan yang agak pragmatis, namun ada
juga logikanya di balik itu. Sesuatu yang diilhami Allah akan mengilhami juga para
penyembah-Nya; tulisan yang tidak diilhami pada akhirnya akan lenyap juga.
Namun, standar-standar tersebut saja tidak cukup untuk menentukan sebuah kitab
sebagai kanon. Banyak tulisan ajaran sesat membawa-bawa nama rasul. Di
samping itu, ada gereja-gereja yang memakai tulisan tersebut sedangkan yang
lainnya tidak.
Menjelang akhir abad kedua, keempat Injil, Kisah Para Rasul dan surat-surat
Paulus sangat dihargai hampir di semua pelosok. Meskipun tidak pernah ada
daftar "resmi", gereja-gereja cenderung berpaling pada tulisan-tulisan ini karena
dianggap memiliki otoritas spiritual. Para uskup yang berpengaruh seperti Ignasius,
Clemens dari Roma dan Polikarpus telah menjadikan tulisan-tulisan ini mendapat
pengakuan yang luas. Namun perdebatan masih berlangsung terhadap Ibrani,
Yakobus, 2 Petrus, 2 dan 3 Yohanes, Yudas serta Wahyu.
Daftar ortodoks mula-mula, yang disusun sekitar tahun 200, adalah Kanon Muratori Gereja
Roma. Daftar ini meliputi sebagian besar Perjanjian Baru seperti yang kita ketahui masa kini,
dan menambahkan Wahyu Petrus dan Kebijaksanaan Salomo. Kumpulan yang muncul di
kemudian hari telah menghapuskan satu buku dan membiarkan yang lain, namun semuanya
itu tetap mirip. Karya-karya seperti Gembala Hermas, Didache dan Surat Barnabas sangat
disanjung, meskipun banyak orang enggan mengakui buku itu sebagai tulisan yang diiihami.
Pada tahun 367, Athanasius, uskup Alexandria yang ortodoks dan berpengaruh itu, menulis
"Surat Paskah" yang beredar cukup luas. Di dalamnya ia menyebut kedua puluh tujuh buku
yang sekarang kita kenal dengan nama Perjanjian Baru. Dengan harapan mencegah
jemaatnya dari kesalahan, Athanasius menyatakan bahwa tiada buku lain dapat dianggap
sebagai Injil Kristen, meskipun ia longgarkan beberapa, seperti Didache, yang menurutnya,
akan berguna bagi ibadah pribadi.
Kanon yang dibuat Athanasius tidak menyelesaikan masalah. Pada tahun 397, Konsili
Kartago mensahkan daftar kanon tersebut, tetapi gereja-gereja wilayah Barat agak lamban
menyelesaikan kanon. Pergumulan berlanjut atas kitab-kitab yang dipertanyakan, meskipun
pada akhirnya semua pihak menerima Kitab Wahyu.
Pada akhirnya, daftar kanon yang dibuat Athanasius mendapat pengakuan umum, dan sejak
itu gereja-gereja di seluruh dunia tidak pernah menyimpang dari kebijakannya.
Istilah Kanonisasi
Kata 'Kanon' merupakan sebuah kata yang berasal
dari bahasa Ibrani qāneh, yang secara harfiah dapat
diterjemahkan dengan "ukuran" atau "tali pengukur"
dan kemudian dalam bahasa Yunani berubah menjadi
kanōn dan mendapat makna yang lebih penting: Pada
abad ke-2 M kata kanones (bentuk jamak) dipakai
sebagai istilah untuk Aturan atau Tata Gereja. Sejak
abad ke-4 kata kanōn berarti 'ukuran' bagi iman
Kristen. Jika istilah ini dipakai bagi Alkitab, maka
Alkitab dipercayai sebagai 'ukuran' bagi Iman dan
Hidup orang Kristen.
Pada abad mula-mula dari gereja, orang-orang Kristen
kadang-kadang dibunuh karena memiliki salinan Alkitab
(pada zaman itu kitab-kitab itu adalah dalam bentuk
gulungan, bukan disatukan dalam satu jilid sebagaimana
sekarang ini). Karena penganiayaan ini, muncul
pertanyaan, “Kitab-kitab apa yang layak untuk nyawa
dipertaruhkan?” Ada kitab-kitab tertentu yang mungkin
mengandung kata-kata Yesus, namun apakah mereka
diilhamkan sebagaimana yang dikatakan dalam 2 Timotius
3:16? Konsili-konsili gereja berperan dalam mengakui
kanon Alkitab secara terbuka, namun sering gereja-gereja
tertentu secara individu atau secara berkelompok
mengakui kitab tertentu sebagai kitab yang diilhamkan
berdasarkan tulisan di dalamnya (misalnya Kolose 4:16; 1
Tesalonika 5:27).
Sepanjang abad-abad permulaan hanya sedikit kitab yang dipertentangkan dan daftar yang
lengkap pada dasarnya sudah disepakati pada tahun 303 A.D. Dalam hubungannya dengan
Perjanjian Lama, ada tiga faktor yang mereka pertimbangkan: 1) Perjanjian Baru mengutip
atau menyinggung semua kitab Perjanjian Lama, kecuali 2 kitab. 2) Yesus mendukung kanon
Ibrani dalam Matius 23:35 ketika Dia mengutip satu dari narasi yang permulaan dan satu
lagi dari narasi yang terakhir dari Kitab Suci pada zamanNya. 3) Orang-orang Yahudi
memelihara Kitab Suci Perjanjian Lama dengan teliti, dan mereka jarang memiliki
kontroversi mengenai mana yang termasuk dan mana yang bukan. Kitab-kitab Apokripa dari
Katolik Roma tidak mencapai standar dan tidak termasuk dalam definisi Kitab Suci, dan
tidak pernah diakui oleh orang-orang Yahudi. Kebanyakan pertanyaan mengenai kitab-kitab
mana yang termasuk dalam Alkitab berhubungan dengan tulisan-tulisan dari zaman Kristus
dan sesudahnya. Gereja mula-mula memiliki beberapa kriteria yang amat spesifik bagi kitab-
kitab yang dipertimbangkan sebagai bagian dari Perjanjian Baru. Kriteria-kriteria ini meliputi:
Apakah kitab tsb ditulis oleh seseorang yang adalah saksi mata dari Yesus Kristus? Apakah
kitab tsb. lulus “ujian kebenaran”? (yaitu apakah kitab itu sepaham dengan kitab-kitab
lainnya yang telah disepakati sebagai bagian dari Kitab Suci?). Kitab-kitab Perjanjian Baru
yang diterima mereka pada waktu itu telah menjalani ujian waktu dan ortodoksi Kristen telah
menerima kitab-kitab ini, dengan hanya sedikit tantangan, selama berabad-abad.
Keyakinan akan penerimaan kitab-kitab tertentu dapat ditelusuri kembali kepada para
pembaca di abad pertama yang memberikan kesaksian langsung mereka mengenai
otentisitas kitab-kitab itu. Selanjutnya topik akhir zaman dari kitab Wahyu dan larangan
untuk menambahkan kata-kata kitab ini dalam 22:18 memberikan dalih yang kuat bahwa
kanon sudah ditutup pada saat tulisan tsb. dituliskan (sekitar 95 A.D.) Ada poin teologis yang
penting yang kita tidak boleh abaikan. Allah telah menggunakan FirmanNya selama ribuan
tahun dengan satu tujuan – untuk mengungkapkan diriNya dan berkomunikasi dengan umat
manusia. Pada akhirnya konsili-konsili gereja tidak menentukan apakah kitab tertentu itu
adalah Firman Tuhan; Allah yang menentukan itu ketika manusia sebagai penulisnya dipilih
olehNya untuk menulis. Untuk mencapai tujuan akhir ini, termasuk pemeliharaan FirmanNya
selama berabad-abad, Allah menuntun konsili-konsili gereja mula-mula dalam pengenalan
mereka akan kanon.
Akuisisi pengetahuan mengenai hal-hal seperti natur Allah yang sejati, asal mula alam
semesta dan hidup, tujuan dan makna hidup, keajaiban keselamatan, dan peristiwa-
peristiwa masa depan (termasuk nasib umat manusia) adalah di luar kemampuan
pengamatan dan pengetahuan manusia secara alamiah. Firman Allah yang telah diberikan,
yang dihargai dan diterapkan secara pribadi oleh orang-orang Kristen selama berabad-abad,
adalah cukup untuk menjelaskan kepada kita segala yang kita perlu ketahui mengenai
Kristus (Yohanes 5:18; Kisah Rasul 18:28; Galatia 3:22; 2 Timotius 3:15) dan untuk
mengajar, menyatakan kesalahan, dan mendidik orang dalam kebenaran (2 Timotius 3:16).
Bagaimana dan kapan kanon Alkitab dikumpulkan?
Jawaban: Istilah ”kanon” digunakan untuk menggambarkan kitab-kitab yang diinspirasikan
oleh Allah dan karenanya merupakan bagian dari Alkitab. Aspek yang sulit dalam penentuan
kanon Alkitab adalah bahwa Alkitab tidak memberi kita daftar dari kitab-kitab dalam Alkitab.
Penentuan kanon adalah sebuah proses, pertama-tama oleh para rabbi and sarjana Yahudi,
dan kemudian oleh orang-orang Kristen mula-mula. Pada akhirnya adalah Tuhan sendiri yang
menentukan kitab-kitab mana yang merupakan bagian dari kanon Alkitab. Sebuah kitab
menjadi bagian dari kanon sejak saat Tuhan menginspirasikan penulisannya. Adalah Tuhan
yang memberikan keyakinan kepada manusia-manusia pengikutNya kitab-kitab mana saja
yang perlu dimasukkan ke dalam Alkitab.
Dibandingkan dengan Perjanjian Baru, perdebatan mengenai kanon Perjanjian Lama adalah
sangat sedikit. Orang-orang percaya berbahasa Ibrani mengenali utusan-utusan Tuhan, dan
menerima tulisan-tulisan mereka sebagai diilhamkan oleh Tuhan. Tentu saja ada beberapa
perdebatan sehubungan dengan kanon Perjanjian Lama. Namun pada tahun 250 A.D. telah
dicapai kesepakatan yang hampir bersifat universal mengenai kanon Alkitab Ibrani. Satu-
satunya hal yang masih menjadi masalah adalah apokripha ... yang perdebatan dan
pembicaraannya masih berlanjut hingga sekarang. Mayoritas umum dari sarjana-sarjana
Ibrani menganggap Apokripha sebagai dokumen religi dan historis yang bagus, namun tidak
pada tingkat yang sama dengan Alkitab Ibrani.
Untuk Perjanjian Baru, proses pengenalan dan pengumpulannya dimulai pada abad-abad
pertama dari gereja Kristen. Sejak awal sekali beberapa kitab Perjanjian Baru telah diakui.
Paulus menganggap tulisan-tulisan Lukas memiliki otoritas yang sama dengan Perjanjian
Lama (1 Timotius 5:18, lihat pula Ulangan 25:4 dan Lukas 10:7). Petrus mengakui tulisan-
tulisan Paulus sebagai Kitab Suci (2 Petrus 3:15-16). Beberapa kitab Perjanjian Baru
diedarkan di antara gereja-gereja (Kolose 4:16; 1 Tesalonika 5:27). Klemen dari Roma
mencatat paling sedikit delapan kitab Perjanjian Baru (A.D. 95). Ignatius dari Antiokhia
mengenali sekitar tujuh kitab (A.D. 115). Polikarpus, murid Rasul Yohanes, mengakui 15
kitab (A.D. 108). Di kemudian hari Irenaeus mencantumkan 21 kitab (A.D. 185).

Hippolytus mengakui 22 kitab (A.D. 170-235). Kitab-kitab Perjanjian Baru yang paling
diperdebatkan adalah kitab Ibrani, Yakobus, 2 Petrus, 2 Yohanes dan 3 Yohanes. “Kanon”
pertama adalah kanon Muratoria yang disusun pada tahun A.D. 170. Kanon Muratoria
mencantumkan semua kitab Perjanjian Baru kecuali kitab Ibrani, Yakobus dan 3 Yohanes.
Pada A.D. 363 Konsili Laodikea menjelaskan bahwa hanya Perjanjian Lama (bersama
dengan Apokripha) dan 27 kitab-kitab Perjanjian Baru yang dibaca di gereja-gereja. Konsili
Hippo (A.D. 393) dan Konsili Kartage (A.D. 397) juga meneguhkan ke 27 kitab yang sama
sebagai kitab-kitab yang memiliki otoritas.
Konsili-konsili ini mengikuti sesuatu yang sesuatu yang mirip dengan
prinsip-prinsip berikut ini untuk menentukan apakah suatu kitab
Perjanjian Baru betul-betul diilhamkan oleh Roh Kudus. 1) Apakah
penulisnya adalah seorang rasul atau memiliki hubungan dekat
dengan seorang rasul? 2) Apakah kitab itu diterima secara umum
oleh Tubuh Kristus? 3) Apakah kitab itu mengandung ajaran moral
yang tinggi dan nilai-nilai rohani yang mencerminkan pekerjaan Roh
Kudus? Sekali lagi penting untuk diingat bahwa gereja tidak
menentukan kanon. Tidak ada konsili gereja mula-mula yang
menentukan kanon. Adalah Tuhan, dan hanya Tuhan, yang
menentukan kitab-kitab mana termasuk dalam Alkitab. Tuhanlah
yang meyakinkan para pengikutNya kitab-kitab mana yang telah
diputuskan olehNya. Apa yang dilakukan oleh manusia dalam proses
pengumpulan kitab-kitab Alkitab tidaklah sempurna, namun Tuhan,
dalam kedaulatanNya, tanpa memandang kebodohan dan keras
kepala kita, telah membimbing gereja mula-mula untuk mengenali
kitab-kitab yang diilhamkanNya.
IV. BUDAYA PERJANJIAN LAMA
Membicarakan tentang sosio-budaya PL adalah sangat luas, oleh karena itu dalam pelajaran
ini pembahasan akan dibatasi hanya pada struktur masyarakat, kehidupan ibadah, dan
sistem pendidikan masa PL.
1. STRUKTUR MASYARAKAT PERJANJIAN LAMA
KELUARGA adalah unit utama dalam struktur masyarakat PL, karena memang
sejak dari semula Allah memulai rencana penebusan-Nya melalui satu keluarga, yaitu
keluarga Abraham. Dan melalui keluarga Abraham inilah Allah memanggil keluar umat-Nya
untuk membina suatu hubungan yang istimewa dengan Dia, yang dikokohkan dengan
membuat suatu Perjanjian (Covenant). Itu sebabnya anggota yang termasuk dalam
Perjanjian ini adalah mereka yang disebut sebagai "keturunan" (secara jasmani) Abraham -
dan selanjutnya keturunan Ishak dan Yakub (Im. 26:42,45). Kata "keturunan" ini (Ibr. 'ab'
artinya bapak) muncul seribu dua ratus kali dalam PL. Konsep "keturunan" secara fisik
sangat penting bagi bangsa Israel, karena disitulah ikatan keanggotaan dalam Perjanjian
didasarkan. Oleh sebab itu tidak heran jika banyak sekali ditemui catatan silsilah dalam
Alkitab, termasuk dalam kitab-kitab PB (Mat. 1 dan Luk. 3). Jika mereka termasuk dalam
silsilah itu maka mereka memiliki hak sebagai anggota masyarakat Yahudi yang terikat
dalam hubungan Perjanjian dengan Allah.
Keluarga
Dasar pelembagaan keluarga diletakkan oleh Allah sendiri dalam Kej.
2, sebagai kesatuan ikatan yang permanen antara seorang laki-laki
dan seorang perempuan. Istilah Ibrani yang dipakai untuk keluarga
adalah 'misphahah' dan 'bayit' yang arti harafiahnya adalah "rumah"
(bhs. Inggris 'household' atau dalam bhs. Indonesia lebih tepat
"rumah tangga") yaitu diartikan sebagai mereka yang tinggal dalam
satu atap rumah. Namun demikian, dalam PL sering kali keluarga
bukan hanya terdiri dari suami, istri dan anak-anak, karena
(tergantung dari konteksnya) yang dimaksud keluarga dalam PL lebih
cenderung sebagai perluasan keluarga, yaitu suami, istri, anak-anak
(sampai dua/tiga generasi), budak-budaknya dan termasuk juga
keluarga dekat lain yang tinggal bersama, bahkan kadang seluruh
suku juga disebut sebagai satu keluarga (1 Taw.13:14).
Lembaga Perkawinan
Ikatan permanen antara seorang laki-laki dan seorang perempuan dalam perkawinan
yang diresmikan oleh Allah sendiri sebelum kejatuhan manusia dalam dosa (Kej. 1:26-
27). Perkawinan dalam PL diterima sebagai suatu norma umum (tidak ada kata
"bujangan" dalam bahasa Ibrani). Ketika Allah memberikan Hawa kepada Adam,
dikatakan, "Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku" (Kej. 2:23)
sebagai pengakuan Adam akan keserupaan dan kesepadanannya dengan Hawa.
Hubungan permanen perkawinan/pernikahan yang harmonis yang diciptakan oleh Allah
ini rusak setelah manusia jatuh dalam dosa. Dan sejak itu, institusi pernikahan menjadi
kabur dan akibatnya manusia lebih cenderung untuk merusak daripada
mempertahankannya. Dalam seluruh PL ada ditunjukkan bentuk-bentuk
penyelewengan pernikahan yang dilakukan oleh nenek moyang bangsa Israel, misalnya
dalam praktek-praktek poligami dan perceraian (Baca Referensi 1 - Poligami dan
Perceraian PL).
Suami
Dalam masyarakat PL, suami mempunyai kedudukan sebagai "tuan" yang memerintah
atas istri dan anak-anak dan keluarga anak- anaknya, juga seluruh anggota keluarga
yang lain dan budak- budaknya. Tapi pada sisi yang lain, suami juga menjadi
penangungjawab atas semua tindakan yang dilakukan oleh seluruh anggota
keluarganya. Oleh karena itu tidak jarang kepala keluarga akan menanggung hinaan,
bahkan hukuman, untuk tindakan yang dilakukan oleh anak-anaknya (keluarganya).
Suami juga mempunyai tanggungjawab untuk mencarikan istri/suami bagi anak-
anaknya. Untuk itu ia harus paham betul hal-hal apa yang boleh dan tidak boleh
dilakukan sehubungan dengan pernikahan menurut hukum bangsa Israel (Im. 18; Ul. 7;
20). Silsilah keluarga PL diurutkan dengan mengikuti keturunan dari suami, karena
suamilah yang memberi identitas dan nama bagi keluarganya. Itu sebabnya dalam
hukum Israel disebutkan berbagai peraturan untuk melindungi kelangsungan keluarga
(Im. 25:47-49; Yer. 32:68; Ruth 2,3,4). Suami PL juga mempunyai fungsi sebagai imam
bagi keluarganya. Ia diharapkan memimpin seluruh keluarganya dalam mengikuti
perayaan-perayaan keagamaan Yahudi. Seluruh tanggungjawab pendidikan anak-anak,
khususnya anaknya laki-laki juga ada di tangannya. Sebagai negara yang dikelilingi oleh
bangsa-bangsa kafir, tugas ini merupakan tugas yang tidak ringan.
2. Istri
Sekalipun kelihatannya tanggungjawab suami lebih besar, namun tidak berarti bahwa
istri PL pasif. Amsal 31 menceritakan secara panjang lebar tentang tugas-tugas
seorang istri yang berbudi dan ideal. Dari tugas yang begitu banyak itu, tugas utama
istri adalah untuk menghasilkan keturunan. Tapi itu bukan berarti tugas satu-satunya.
Dari Amsal 31 dapat diambil kesimpulan bahwa istri PL tidak hanya melakukan tugas
yang sehubungan dengan anak-anak dan rumah saja, Alkitab pada dasarnya
memberikan tanggung-jawab yang besar bagi istri PL untuk menguasai bidang-
bidang lain di luar rumahnya. Dalam peristiwa-peristiwa khusus, PL juga mencatat
istri-istri menjalankan tugas-tugas yang tidak lazim dilakukan dalam budaya Israel,
mis. memimpin perang (Debora), menjadi nabi (Miryam), bertindak untuk suami
(Abigail), dll. Dalam perkawinan Yahudi, istri dengan kerelaan menundukkan diri di
bawah suaminya dan mengambil kedudukan sebagai "penolong" (Kej, 2:18). Setelah
melahirkan anak mereka akan menyusui anak- anaknya sampai usia dua atau tiga
tahun. Pendidikan anak sampai usia lima tahun adalah tanggung jawab ibu, namun
kemudian anak laki-laki akan dididik oleh ayahnya, sedangkan anak perempuan akan
diajar oleh ibunya bagaimana menjadi seorang istri dan ibu yang sukses. Kesuksesan
istri menjalankan keluarga seringkali menjadi ukuran bagaimana suami Yahudi akan
dihormati di antara para pemimpin Israel.
Anak-anak
Anak-anak adalah berkat dari Tuhan, buah yang diharapkan dari perkawinan. Itu sebabnya
keluarga PL selalu mengharapkan sebuah keluarga yang besar. Merupakan suatu dukacita
dan aib bagi keluarga PL yang tidak dikaruniai anak, seperti peristiwa yang menimpa Sara
dan Hana. Sebaliknya banyak puji-pujian yang ditujukan bagi wanita yang melahirkan banyak
anak (Maz. 128). Anak dalam PL diterima sebagai anggota masyarakat Israel secara penuh.
Oleh karena itu tanggungjawab memelihara dan mendidik mereka adalah juga
tanggungjawab masyarakat, selain tentu saja keluarganya. Ul. 6:4-9 merupakan perintah
langsung dari Tuhan akan pentingnya pendidikan anak, untuk itu yang harus diperhatikan
adalah:
- Orang tua yang mengasihi Tuhan dan menyimpan Firman Tuhan dalam hatinya menjadi
teladan bagi anak-anaknya (ay. 4-6).
- Firman Tuhan harus menjadi percakapan utama dalam keluarga supaya tertanam dalam
diri anak-anak (ay. 7).
- Firman Tuhan harus dilahirkan dalam tingkah laku sehari-hari (ay. 7-9).
Anak laki-laki dalam keluarga Yahudi adalah tumpuan harapan bagi pemeliharaan masa tua
orang tuanya, yaitu supaya mereka mendapat penguburan yang layak. Anak sulung dalam
keluarga Yahudi, baik laki-laki maupun perempuan, mendapat tempat yang istimewa.
Sepanjang hidupnya ia akan dituntut untuk memiliki tanggung jawab yang lebih besar atas
tindakannya dan tindakan saudara- saudaranya yang lain. Apabila orang tuanya mati, anak
sulung akan mendapat bagian warisan dua kali lipat. Jika ayahnya tidak memiliki anak laki-
laki maka anak perempuan akan mewarisi seluruh harta ayahnya jika ia menikah dengan
kaum keluarganya sendiri. Dibandingkan dengan bangsa-bangsa tetangga Israel, anak
perempuan Yahudi mendapatkan perlakukan yang jauh lebih baik.
Anak perempuan Yahudi diijinkan menikah sesudah usia 12 tahun. Pada usia itu diharapkan
ia telah mempelajari semua kecakapan mengurus rumah tangga dan bagaimana menjadi
istri dan ibu yang baik. Sebelum menikah maka ayahnya memiliki hak penuh atas putrinya.
Ayah jugalah yang bertanggungjawab mencarikan suami bagi putrinya. Sesudah menikah
maka ibu mertuanya akan mengambil alih pendidikan selanjutnya. Apabila karena sesuatu
hal suaminya mati, maka ia akan dinikahkan dengan saudara laki-laki dari suaminya untuk
menyelamatkan garis keturunan keluarganya. Namun jika suaminya tidak memiliki saudara
laki-laki lain yang dapat menikahinya, maka seringkali ia akan kembali ke rumah ayahnya
lagi (contoh kasus Ruth dalam keluarga Naomi).
Strata Dalam Masyarakat PL
Sekalipun tidak ditonjolkan, ada perbedaan klas-klas dalam masyarakat PL, khususnya setelah
jaman kerajaan terbentuk. Perbedaan antara mereka yang kaya dan miskin menjadi sangat nyata.
Beberapa orang mendapat penghasilan dari tanah yang berlebihan dan akhirnya menjadi kaya.
Tapi ada juga yang karena melakukan praktik- praktik yang tidak adil sehingga menekan pihak
lain untuk mendapatkan keuntungan, sehingga mereka yang tidak diuntungkan menjadi miskin.
Berikut ini adalah perbedaan strata dalam masyarakat PL secara umum:
Kelompok masyarakat yang berpengaruh
Mereka adalah para tua-tua agama dan kepala rumah tangga. Setelah jaman kerajaan, muncul
kelompok yang disebut sebagai para pemuka, yaitu pembantu-pembantu raja dan juga para
pahlawan.
Penduduk asli setempat
Mereka yang memiliki tanah dan tinggal sebagai penduduk asli di Palestina.
Penduduk asing
Mereka adalah pendatang dan orang bebas (bukan budak) tetapi tidak memiliki hak penuh
sebagai warganegara Palestina.
Pekerja upahan
Mereka tidak memiliki tanah, hidup sebagai tenaga upahan.
Pedagang
Mereka adalah orang-orang asing yang datang untuk berdagang.
Budak-budak
Mereka bukan hanya orang Israel saja (yang miskin), tetapi juga pendatang asing yang hidup
sebagai tawanan perang. Perbudakan adalah salah satu kebiasaan cara hidup pada masa PL
(Baca Referensi 2 - Perbudakan).
SISTEM PENDIDIKAN PL.
Keluarga menjadi pusat dimana pendidikan diberikan pada masa PL, khususnya oleh mereka
yang telah berumur. Sumber bijaksana dan pengetahuan, dipercaya oleh bangsa Israel,
didapatkan dari pertambahan umur seseorang. Oleh karena itu orang-orang muda akan belajar
segala sesuatu dari orang-orang tua (tua-tua) yang ada di sekitar mereka. Keluarga memiliki
tanggung jawab penuh bagi pendidikan anak-anaknya, khususnya pendidikan rohani. Tidak ada
pilihan untuk mereka menyerahkan pendidikan ini kepada orang lain karena alasan kesibukan.
Seperti telah disebutkan sebelumnya, anak-anak Israel pada usia balita dididik oleh ibu mereka.
Ketika anak laki-laki cukup besar maka ayah akan memperkenalkan mereka pada pekerjaannya
sehari-hari, dan sejak itu anak akan terus mendengar didikan ayahnya sambil bekerja.
Sedangkan ibu akan bertanggung jawab terhadap pendidikan anak perempuannya, untuk
menjadikannya istri dan ibu yang baik. Setiap makan malam orang tua akan menggunakan
waktu berkumpul dengan keluarganya dan mengajarkan nilai-nilai luhur ajaran nenek moyang
mereka, dengan meminta anak-anak yang terkecil dalam keluarga untuk menanyakan apa saja
yang dilakukan oleh nenek moyang mereka.
Jika seorang anak Yahudi mendapat didikan dari orang lain selain ayahnya sendiri, maka ia juga
akan memanggilnya "ayah". Hal pertama yang diajarkan kepada mereka adalah pelajaran
tentang sejarah bangsa Israel, dalam bentuk kredo-kredo dimana inti sari sejarah Israel telah
diformulakan. Dan untuk itu anak harus menghafal luar kepala selama satu tahun. Namun
demikian pada dasarnya tidak ada sekolah formal pada masa PL. Anak belajar bersama dengan
orang tuanya dan orang dewasa yang lain dengan terlibat dalam urusan kehidupan sehari-hari.
Mereka bertanya dan belajar sepanjang kehidupan mereka melalui setiap kesempatan yang
datang, dan orang tua akan selalu siap memberikan penjelasan.
Sebagaimana diketahui, bahwa semua orang Yahudi sejak kecil mendapat didikan wajib
belajar Yahudi, dengan jenjang usia yang dibagi sebagai berikut: 1) pada usia sekitar 5
tahun anak-anak mulai diberi pelajaran dasar membaca Taurat, 2) usia 10 tahun mulai
diberi pengajaran, yaitu Misyna, 3) pada usia 12-13 tahun anak-anak wajib menaati
sepenuhnya peraturan hukum Yahudi, yaitu Mitswoth. Pada tahap itu anak laki-laki
telah dianggap sebagai anak-anak hukum Taurat, yaitu Bar-mitswa.
Sekolah Yahudi pada abad-abad pertama Masehi adalah sekolah dasar yang disebut
“beth-ha-sefer”artinya “rumah sang kitab” (beth artinya rumah; sefer artinya kitab). Di
sekolah ini diajarkan pengetahuan Taurat kepada anak-anak Yahudi, di mana Taurat
dibaca berulang-ulang dan anak-anak wajib menghafalnya secara saksama dan harfiah.
Tingkat yang lebih untuk pengajaran hukum diberikan di “rumah pengajaran”, beth-ha-
midrasy (beth = rumah; midrash = pengajaran), sekolah ini bukan hanya mempelajari isi
Taurat, tapi yang utama adalah penelitian mengenai manfaat dan maknanya.
Henk Ten Napel, Jalan yang lebih utama lagi, (Jakarta : BPK Gunng Mulia, 1991), 26.
G. Riemer, Ajarlah Mereka, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1998), 35-36.

Reimer, Ajarlah, 34.


BUDAYA PERJANJIAN LAMA
POLIGAMI DAN PERCERAIAN
POLIGAMI
Walaupun poligami memang ada dalam Perjanjian Lama, namun
jangkauannya jangan dilebih-lebihkan, karena hampir terbatas pada
raja-raja atau para pemimpin atau pejabat tinggi. Kecuali Salomo,
umumnya yang sering terdapat adalah bigami, bukan poligami.
Monogami tampaknya biasa terdapat dikalangan rakyat. Bapak-
bapak leluhur kadang-kadang dianggap sebagai contoh untuk
poligami. Tetapi poligami harus dibedakan dari perseliran.
Pembedaan itu kelihatannya tidak penting bagi kita, tetapi sangat
penting di dunia kuno. Seorang selir adalah budak, sangat berbeda
dan jauh lebih rendah dalam hubungannya dengan tuannya, bila
dibandingkan dengan istrinya. Baik Abraham maupun Ishak
membunyai hanya satu istri, sedang Yakub, yang sebenarnya
menginginkan hanya satu istri, mengenal empat perempuan dalam
kehidupannya (dua istri dan dua selir) akibat tipu daya dan iri hati.
"Tetapi sejak semula tidaklah demikian" (Mat. 19:18). Kata-
kata yang diucapkan Yesus tentang perceraian itu berlaku
juga untuk poligami. Riwayat penciptaan secara jelas
berbicara tentang satu suami satu istri, "satu daging"
antara satu laki-laki dan satu perempuan (Kej. 2:24). Di
samping itu, ada bagian-bagian dalam tulisan-tulisan
hikmat yang mendorong, atau setidak-tidaknya
menganjurkan, monogami yang kokoh (Ams. 5:15-20;
18:22; 31:10-31, Kidung Agung) dan ada penggunaan
gambaran pernikahan untuk melukiskan hubungan yang
eksklusif antara Allah dan Israel. Meskipun orang sadar
bahwa dari segi teologis poligami adalah kurang ideal,
namun poligami ditoleransi di Israel sebagai suatu
kebiasaan sosial. Tetapi ada hukum-hukum yang
membatasi dampak-dampaknya yang mungkin menghina
pihak perempuan.
Seperti dikatakan di atas, kedudukan seorang selir adalah jauh di bawah
kedudukan seorang istri, tetapi para selir mempunyai hak legal, sebagaimana
dinyatakan dalam Keluaran 21:7:11. Ia tidak dapat dijual kembali oleh tuannya; ia
harus diperlakukan sebagai selir satu orang saja, bukan mainan keluarga. Kalau
tuannya mengambil selir lain, ia tidak boleh mengabaikan kewajibanya kepada selir
yang pertama dalam hal materi maupun seksual. Kalau demikian hak-hak selir,
maka hak-hak istri dalam keadaan poligami tentu saja tidak kurang dari itu.
Ulangan 21:10-14 juga melindungi hak seorang perempuan tawanan perang yang
diambil menjadi istri. Ia harus diperlakukan secara layak dan manusiawi dan tidak
dapat diperlakukan sebagai budak. Hukum warisan dalam Ulangan 21:15-17
secara tidak langsung mengecam bigami bahwa seorang laki-laki tidak dapat
mencintai dua orang perempuan secara sama, atau pada akhirnya salah seorang
sama sekali tidak dicintainya lagi. Istri yang tidak dicintai itu dilindungi dari
perlakukan yang tidak adil; jika anak laki-lakinya adalah anak sulung maka anak itu
tidak bileh kehilangan warisannya karena ibunya tidak dicintai. Cerita tentang
Elkana dan istri-istrinya yang saling bersaing (1 Sam. 1) memang tidak untuk
mengkritik bigami secara langsung, tetapi bisa menjadi ilustrasi yang hidup tentang
kesengsaraan yang dapat ditimbulkan oleh praktik tersebut.
PERCERAIAN
Poligami diterima tanpa persetujuan yang jelas, namun ada hukum yang mengecamnya
secara tidak langsung. Perceraian juga diijinkan, tetapi akhirnya dikecam pula secara
langsung. Perceraian hampir tidak disinggung dalam hukum Perjanjian Lama, sebab
pernikahan dan perceraian bukanlah kasus perdata seperti dalam kebudayaan masa kini.
Kedua-duanya termasuk yuridiksi rumah tangga. karena itu, orang tidak harus pergi ke
pengadilan untuk bercerai.
Hukum-hukum mengenai perceraian menyebutkan tentang keadaan yang tidak mengijinkan
adanya perceraian dan aturan-aturan mengenai hubungan kedua belah pihak setelah
perceraian terjadi. Dalam kedua kasus ini perlindungan terhadap perempuan rupanya
menjadi pokok utama hukum-hukum tersebut. Dalam, Ulangan 22:28-29 ada larangan
untuk menceraikan perempuan yang harus dinikahi oleh laki-laki yang telah
memeperkosanya. Peraturan dalam Ulangan 24:1-4 menjadi pokok pertentangan antara
Yesus dan orang Farisi. Peraturan itu tidak "memerintahkan" perceraian tetapi
mengandaikan bahwa perceraian sudah terjadi. Dalam kasus ini, sang suami diminta
menulis surat cerai untuk melindungi istrinya. Jika tidak, ia atau suami barunya yang
kemudian dapat dituduh berzinah. Suami pertama dilarang mengambil kembali perempuan
apabila suaminya yang berikut menceraikannya atau meninggal dunia. Dapat disebutkan lagi
kasus perempuan tawanan yang hendak diceraikan dan tidak boleh dijual sebagai budak,
kalau suaminya tidak merasa puas. Dalam hal itu perceraian tampaknya lebih baik daripada
perbudakan. Setidak-tidaknya martabat dan kemerdekaan masih dipertahankan, bila
dibandingkan dengan perbudakan (Ul 21:4).
Dengan demikian perceraian ditoleransi dalam batas-batas
hukum. dibandingkan dengan poligami, perceraian lebih jauh
dari kehendak Allah. Dalam Maleakhi 2:13-16 ada serangan
yang tidak mengenal kompromi terhadap perceraian, yang
memuncak dengan kecaman yang terang-terangan: "Aku
membenci perceraian, firman Tuhan, Allah Israel". Tidak ada
kecaman atas poligami yang setajam atau dilengkapi dengan
argumen teologis yang kuat seperti itu, barangkali karena
poligami hanya merupakan "perluasan" pernikahan yang
melampaui batasan monogami yang dimaksudkan Allah, tetapi
perceraian sama sekali menghancurkan pernikahan. Dalam
kata Maleakhi, perceraian berarti "menutup [diri] dengan
kekerasan"". Poligami menggandakan hubungan tunggal yang
Allah kehendaki, sedangkan perceraian menghancurkan
hubungan itu atau mengandaikan hubungan itu sudah hancur.
PERBUDAKAN
Perjanjian lama, sebagaimana juga Rasul Paulus, sering dikecam karena membiarkan
perbudakan. Dalam dunia kuno pada zaman Perjanjian Lama perbudakan adalah bagian
integral dari kehidupan sosial, ekonomi dan kelembagaan, sehingga sulit membayangkan
masyarakat tanpa perbudakan itu atau bagaimana Israel dapat menghapuskannya secara
efektif. Namun demikian, ada dua hal yang dapat dicatat.
Pertama, perbudakan dalam masyarakat yang relatif kecil seperti Israel sangat berbeda
dengan perbudakan dalam peradapan yang besar, seperti kekaisaran-kekaisaran Timur
Tengah kuno sezamannya dan khususnya kekaisaran-kekaisaran Yunani dan Romawi
kemudian. Di sana pasar-pasar budak penuh dengan tawanan perang dan orang-orang
buangan. Para budak diperlakukan sebagai mesin kerja tanpa perikemanusiaan. Tetapi
dalam masyarakat Israel yang bertani dan beternak, budak biasanya melayani dan tinggal
dalam suatu rumah tangga; tenaganya melengkapi tetapi tidak menggantikan tenaga
anggota-anggota rumah tangga yang bebas. Dengan kata lain, tenaga kerja budak tidak
melepaskan orang Israel yang bebas dari kerja fisik, seperti dalam masyarakat Yunani kuno.
Sepanjang mereka diperlakukan secara manusiawi (seperti yang dituntut oleh hukum),
perbudakan itu dapat dikatakan tidak begitu berbeda dengan berbagai jenis pekerjaan
upahan. Dan seperti yang kita akan lihat di bawah, budak-budak mempunyai lebih banyak
hak dan perlindungan hukum di Israel daripada di masyarakat lain sezamannya. Sungguh,
budak-budak menikmati lebih banyak jaminan hukum dan ekonomi daripada orang- orang
yang bebas tetapi tidak mempunyai tanah, para pekerja sewaan dan tukang sewaan.
Kedua, perbudakan dalam Perjanjian Lama tidak dibiarkan tanpa kritik. Beberapa segi
pemikiran dan praktik Perjanjian lama dalam bidang ini sebenarnya "menetralkan"
perbudakan sebagai suatu lembaga dan menjadi benih penolakan yang radikal terhadap
perbudakan dalam pandangan Kristen kemudian. Tentu saja segi-segi itu membuat Israel
menjadi unik di dunia kuno dalam sikapnya terhadap perbudakan, suatu hal yang diakui
secara bulat oleh para ahli Timur Tengah kuno. Ada tiga pokok yang perlu diperhatikan.

Faktor pertama dan yang paling berpengaruh dalam pandangan teologis dan perlakukan hukum
Israel terhadap perbudakan adalah sejarah Israel sendiri. Israel tidak pernah melupakan bahwa
asal usulnya ialah sekelompok rakyat miskin dari budak-budak yang dibebaskan. Hal ini memang
luar biasa, kalau tidak unik, di antara cerita- cerita tentang asal usul suatu bangsa. Karena
kebanyakan mitos etnis mengagungkan masa lalu nenek moyang bangsanya. tetapi Israel melihat
kembali perbudakan para leluhurnya selama empat abad di negeri asing, yang semakin lama
menjadi semakin menindas, tidak manusiawi dan tidak tertahankan. Pengalaman itu benar-benar
mewarnai sikap mereka selanjutnya terhadap perbudakan. Pada satu pihak, orang Israel tidak
diperbolehkan memperbudak atau memaksakan syarat-syarat kerja atas teman sebangsanya.
Perbuatan itu tidak sesuai dengan kedudukan mereka sebagai saudara-saudara yang sama-
sama ditebus Allah, budak-budak Allah sendiri (bdn. Im. 25:42-43, 46, 53, 55). Pada pihak lain,
perlakukan Israel terhadap orang asing dalam masyarakatnya, baik sebagai orang merdeka yang
menjadi pekerja sewaan tanpa memiliki tanah ataupun budak belian, harus ditandai dengan
belas kasihan, mengingat perbudakan di Mesir yang tidak mengenal belas kasihan. Prinsip ini
sangat jelas dalam hukum Perjanjian lama yang tertua, yaitu Kitab Perjanjian dalam Keluaran 21-
23: "Orang asing janganlah kamu tekan, karena kamu sendiri telah mengenal keadaan jiwa orang
asing, sebab kamupun dahulu adalah orang asing di tanah Mesir" (Kel. 23:9; bnd. 22:21; Ul.
15:15).
Kedua, sikap yang lahir dari sejarah itu diterjemahkan ke
dalam perundang-undangan khusus yang memberikan
budak-budak di Israel kedudukan, hak, perlindungan yang
tidak terdapat pada bangsa-bangsa lain. Budak-budak pun
diikutsertakan dalam kehidupan keagamaan masyarakat.
Mereka dapat disunat dan ikut ambil bagian dalam
perjamuan Paskah (Kel. 12:44). Mereka boleh mengikuti
perayaan- perayaan besar (UL. 16:11-14; khususnya ay.
12). Mengingat tugas mereka mungkin yang paling
bermanfaat adalah perintah yang memberi kesempatan
bagi budak-budak, laki-laki dan perempuan, untuk ikut
beristirahat pada hari sabat (Kel. 20:10). Bahkan dalam
Keluaran 23:12 dikatakan bahwa perintah itu memang
diperuntukkan bagi para budak dan binatang yang bekerja.
Tidak hanya dalam bidang sosio-kultis, budak-budak juga mendapat
perlindungan dalam hukum perdata. Ada dua buah hukum dari Kitab
Perjanjian (Kel. 21:20-21, 26-27) yang berkenaan dengan perlakukan
seorang majikan atas budak-budak sendiri. Itulah sebabnya hukum-
hukum itu bersifat unik di antara hukum-hukum Timur Tengah kuno.
Dalam perundang-undangan yang lain ada banyak hukum mengenai
pemukulan atau pembunuhan atas budak-budak orang lain, tetapi
tidak ada hukum mengenai budak sendiri. Dalam hukum Israel, kalau
seorang majikan memukul seorang budak sehingga mati, maka
budak itu harus "dibalaskan"". Demikianlah makna harafiah kata
kerja yang dipakai di sini. Dalam konteks lain kata itu berarti pihak
yang bersalah akan dibunuh oleh keluarga korban. Meskipun
beberapa penafsir ragu- ragu menerimanya, arti yang wajar dari
hukum itu adalah bahwa majikan yang membunuh budaknya harus
dihukum mati oleh masyarakat atas nama budak itu, yang tidak
mempunyai keluarga untuk membalasnya.
Hukum yang berikutnya melindungi seorang budak dari kecelakaan tubuh. Jika ia
dilukai oleh tuannya ia harus dibebaskan. Kata "gigi" memperlihatkan bahwa luka
yang dimaksud bukan hanya luka yang mengurangi kemampuan budak untuk
bekerja. Di situ ada keprihatinan yang mendalam atas kemanusiaan budak itu.
Perlu dicamkan bahwa peraturan ini adalah hukum perdata, bukan seruan untuk
berbuat baik. Oleh sebab itu dalam keadaan demikian, seorang budak dapat naik
banding kepada peradilan para tua-tua melawan majikannya sendiri. Hal ini juga
menjadi hak yang unik. Kelihatannya Ayub menunjuk pada peraturan ini ketika ia
menyatakan tidak pernah berbuat tidak adil terhadap budak-budaknya ketika
mereka beperkara dengannya (Ayb. 31:13).

Setelah melayani selama enam tahun, seorang budak diberi kesempatan untuk
bebas pada tahun ketujuh. Karena ia tetap tidak memiliki tanah, sangat mungkin
"kemerdekaan" itu hanya berarti dapat berganti majikan. Dalam Ulangan 15: 13-14
hukum asli itu diperluas dengan pemberian yang melimpah, yakni suatu bentuk
tunjangan pengangguran pada zaman itu. Perbudakan tidak harus bersifat
menindas. Hal ini tampak dari hukum Taurat yang mengandaikan seorang budak
sering lebih suka tinggal dalam rumah tangga tuannya daripada kebebasan (Ul.
15:16-17).
Namun yang paling unik dan mengagumkan ialah hukumt tentang
suaka yang terdapat dalam Ulangan 23:15-16. Budak yang melarikan
diri tidak dihukum atau dikembalikan pada tuannya, tetapi diijinkan
hidup bebas di tempat pilihannya. Dalam masyarakat lain pada
waktu itu budak yang melarikan diri dihukum keras dan siapa saja
yang membantunya juga dihukum. Tetapi hukum Israel tidak hanya
memberi kebebasan bahkan memerintahkan agar ia dilindungi.
"Luar biasa sekali, satu-satunya masyarakat Timur Tengah kuno yang
hukumnya melindungi budak yang melarikan diri adalah masyarakat
yang berasal dari kelompok budak-budak yang melarikan diri dari
Mesir! .... Israel telah mengalami Allah sebagai Allah yang bersimpati
kepada budak-budak yang melarikan diri. Jadi peraturan ini bukanlah
hanya suatu prinsip etis atau hukum yang mempertahankan hak-hak
asasi manusia saja, tetapi mencerminkan pengalaman keagamaan
Israel sendiri dan itulah ciri khusus etika Alkitab." (Clines: hal. 8)
SISTEM IBADAH PL
Israel dikelilingi oleh bangsa-bangsa tetangga yang tidak mengenal Allah (kafir). Itu sebabnya
Allah berkali-kali harus mengingatkan bangsa Israel untuk tidak mengikuti kebiasaan
peribadahan bangsa- bangsa tsb. Namun demikian telah berulang kali terjadi bangsa Israel
tidak taat dan selalu jatuh pada dosa yang sangat dibenci Allah yaitu menyembah kepada
ilah yang lain. Tidak jarang Tuhan menghukum mereka, bahkan dengan menyerahkan
mereka untuk dikalahkan dan dijajah oleh bangsa-bangsa lain. Cara-cara beribadah
bagaimanakah yang diikuti bangsa Israel sehingga membuat Allah Yahweh murka dan
menghukum mereka?
Berikut ini adalah beberapa karakteristik penyembahan agama kafir:
a. Mereka memiliki banyak tuhan (dewa), karena kebanyakan agama kafir adalah
politheistik.
b. Mereka menyembah kepada patung-patung, atau gambaran-gambaran yang menyerupai
binatang, manusia atau benda-benda lain sebagai simbol akan allah mereka.
c. Keselamatan adalah usaha manusia untuk melepaskan diri dari kecenderungan berbuat
dosa.
d. Mereka percaya bahwa persembahan-persembahan yang mereka bawa kepada ilah-ilah
mereka dapat memberikan kekuatan gaib yang akan menghindarkan mereka dari
kecelakaan atau bahaya.
Dibandingkan dengan penyembahan yang dilakukan oleh bangsa Israel kepada Allah
Yahweh, Israel sendiri sebenarnya mempunyai cara-cara ritual yang telah dipelihara sejak
masa Adam dan Hawa; juga Kain dan Habel. Dari contoh-contoh itu jelas bahwa Allah
menerima penyembahan manusia (Kej. 4:6). Tidak dikatakan dengan jelas oleh Alkitab
mengapa mereka harus memberikan korban persembahan, tapi dari konteks Kejadian 4,
terlihat bahwa persembahan itu diberikan sebagai ucapan syukur atas pemeliharaan Tuhan
yang disertai dengan harapan bahwa Allah akan senantiasa memelihara mereka di hari-hari
kemudian. Tetapi Alkitab juga tidak menjelaskan mengapa Allah menerima persembahan
Habel tetapi Kain tidak. Tapi inilah pertama kali disebutkan dalam Alkitab korban
persembahan memakai binatang. Dan sejak itu persembahan binatang dipakai sebagai
korban bakaran untuk menjadi salah satu tata upacara yang dilakukan dalam ibadah.
Pada masa Musa penyembahan kepada Allah tidak lagi dilakukan di tanah terbuka, tapi di
kemah pertemuan Bait Suci, sedangkan penjelasan secara lengkap diberikan dalam Kel.
27:1-3, sesuai perintah yang diterima Musa dari Allah, dan Musa sendiri bertindak sebagai
imam, menjadi perantara antara Allah dan umat Israel. Pada masa iman-iman, bangsa Israel
telah memiliki kelompok imam yang dipilih dari keturunan keluarga Harun, suku Lewi, yang
bertugas untuk mengatur tata ibadah kepada Allah. Kitab Imamat mencatat berbagai
macam peraturan tata ibadah bagi bangsa Israel. Tidak selalu bangsa Israel melakukan
ibadah yang benar, karena ibadah yang sejati bukanlah tergantung dari tempat dan tata
caranya tetapi dari sikap hati yang benar. Tapi sering kali bangsa Israel tidak memiliki hati
yang tertuju kepada Tuhan, sehingga tata ibadahpun tidak ada gunanya.
Ketika akhirnya bangsa Israel dihukum karena telah meninggalkan Tuhan, dan Tuhan
menyerahkan mereka sebagai tawanan kepada bangsa- bangsa lain, barulah bangsa Israel
menyadari betapa pentingnya kembali beribadah kepada Tuhan dan memelihara Taurat-Nya.
Oleh karena itu dalam rangka menyelamatkan kehancuran bangsa ini karena tidak lagi
hidup sebagai umat Tuhan, maka Ezra, Bapak Yudaisme, mulai
mengembalikan/membangkitkan kesukaan untuk beribadah dan memelihara Firman Tuhan
agar bangsa ini boleh berjalan sesuai dengan jalan Tuhan. Tetapi karena di tanah
pembuangan mereka tidak dapat lagi pergi beribadah ke Yerusalem (apalagi Bait Allah di
Yerusalem telah dihancurkan musuh), maka didirikanlah tempat ibadah sinagoge di tanah
pembuangan Babel. Di sinilah akhirnya agama Yudaisme lahir dan berkembang. Sekalipun di
sinagoge mereka tidak lagi memberikan korban bakaran seperti di Bait Suci, namun di
sinagoge ini bangsa Israel belajar Taurat Tuhan dengan teliti dan tradisi nenek moyang
mereka terpelihara dengan baik sampai dengan masa Perjanjian baru.
PEMAHAMAN EKSISTENSI TUHAN DI ASIA BARAT DAYA KUNO
Pemahaman agama di sekitar Kanaan sering terjadi semacam saling adopsi antara daerah
satu dan daerah lainnya. Hal ini bisa dipahami karena letak wilayah yang berdekatan dan
kondisi sosial yang masih serumpun antara satu dengan lainnnya.
Babel
Nama Babel merupakan salah satu kota penting yang dibangun oleh Nimrod di tanah
Sinear (Sumer), Babilonia kuno. Babel disebut bersama Erekh dari Akad ( Kejadian
10:10). Menurut kebiasaan Babilonia dalam Epos Gilgamesh, kota itu didirikan oleh dewa
Marduk, dan dihancurkan oleh Sargon kira-kira 2350 sM sewaktu ia mengambil tanah dari
situ untuk mendirikan ibukotanya yang baru, yaitu kota Agade.
Babel dikelilingi tembok bersusun yang rumit. Tembok luar panjangnya 27 km, sangat kuat
dan cukup lebar untuk dilewati kereta-kereta di atasnya, juga dilengkapi dengan menara-
menara pertahanan, serta mempunyai 8 pintu. Di arah utara terdapat gerbang-gerbang
yang besar dari Isytar menuju ke jalan raya terus ke tembok ke Esagila, kuil Marduk, dan
ziggurat Etemenanki di dekatnya. Jalan besar yang dialasi batu ini panjangnya 920 m,
tembok-temboknya dihiasi dengan batu yang dilapisi dengan gambar 120 ekor singa
(lambang Isytar), 575 naga-naga (Marduk), dan lembu-lembu jantan (Bel) disusun silih
berganti deretannya, kota ini diperintah oleh dinasty Erek, Raja Erek ini memerintah
selama 120 tahun.
Andre Parrot, The Tower of Babel, (London, Southampton : The Camelot Press Ltd, 1955),
19.
S.H. Hooke, Middle Eastern Mythology, (England : Penguin books Ltd, 1963), 49-50.
Sejak tahun 3000 sM terkumpulkan nama dewa-dewa dengan gelarnya, juga kuil-kuil.
Hingga abad 7 sM tercatat lebih dari 2.500, mayoritas dapat diidentikikasikan sebagai dewa-
dewa dari Sumeria kuno yang diadopsi oleh orang Semit setelah dinasti pertama dari Babel
(sekitar 1800 sM), sehingga jumlah yang pasti dari dewa-dewa yang disembah pada tiap
zaman tidaklah demikian besarnya.
Babel terkenal dengan istilah negeri seribu dewa dewi, Dewa-dewa yang terutama adalah
Anu (bahasa Sumeria An), yaitu dewa langit, dengan kuil pertamanya Eanna di Uruk. Ia
adalah ‘El dari bangsa Semit, dan istrinya Innana, atau Innin yang kemudian dikacaukan
oleh Isytar. Sinkritistis yang sama ditemukan juga tentang Enlil, dewa udara, sifat-sifatnya
kemudian diberikan kepada Bel (Baal) dan Marduk (Merodakh). Istrinya yang namanya Ninlil
atau Ninhursag kemudian disamakan dengan Isytar juga. Dewa yang ke-3 dari ketiga yang
tertinggi adalah Ea (bahasa Sumer Enki) ‘tuan dari air yang dalam’, dewa kebijaksanaan
dan oleh karena itu berkenan pada manusia: ia memberinya cara belajar akan maksud
dewa-dewa melalui dewa ini dan ia menjadi pengantara manusia. Kuilnya, Eabzu, ada di
Eridu dan istrinya bernama Dam-gal, Nin-mah atau Damkina, istri agung dari bumi dan langit.
Hooke, Middle Eastern, 51.
Hooke, Middle Eastern, 20.
H.R Hall, M. A. ,. F.S.A The Ancient History Of The Near East. From The earliest Times to the
battle of Salamis (London : Methuen and Co Ltd, 1913), 176
Di antara dewa-dewa lain yang paling penting adalah Isytar,
dewa bangsa Semit, pada awalnya mungkin dewa jantan
(bandingkan dengan bahasa Arab ‘Athtar). Kemudian, karena
diberikan kepadanya kekuasaan Innana juga dengan cara
sinkritis, Isytar menjadi dewi yang utama dari cinta dan
pahlawan perang dan dianggap putri dari Sin. Sin, dewa bulan
dari Babel (Sumer Su’en) disembah bersama istrinya, Ningal,
dalam kuil-kuil di Ur dan Haran. Dikatakan, bahwa ia adalah
putra Anu atau dari Enlil. Shamasy, yang istrinya Aya juga
dianggap bentuk dari Isytar, adalah matahari dalam
kekuatannya (Sumer : Utu), putra Sin, dewa kekuatan,
keadilan dan perang. Kuil-kuilnya yang utama (Ebabbar,
‘Rumah Matahari’) ada di Sippar dan Larsa, seperti dewa-
dewa utama yang lain, penyembahan kepada dia juga
dilakukan di kuil-kuil kecil di tempat lain.
Hall, The Ancient History,180.
Dengan berkembangnya bangsa Amori maka penyembahan kepada Marduk
(Sumer Amar. ut, ‘sapi muda dari matahari), putra sulung dari Enki, menjadi
sangat penting di Babilonia. ‘Sajak Penciptaan’ (Enuma Elis) adalah sajak
tentang penciptaan semesta alam dan tentang tata tertib yang
dikembalikan oleh Marduk yang diberi lima puluh gelar. Nabu, dewa dari
ilmu pengetahuan dan sastra, mempunyai kuilnya (E-zida) di banyak kota
(Nebo; Niniwe; Kalah). Dummuzi adalah dewa dari pertumbuhan.
Kematiannya, merupakan bahan dari mitos Isytar. Ninurta adalah dewa dari
Babel dan Asyur mengenai perang dan perburuan.
Dalam upacara penyembahan pada Sin, imam agungnya (Entu) biasanya
putra raja. Kepala imamnya (Mahhu) mempunyai banyak imam (Sangu),
pria-pria berbadan sehat dan biasanya sudah kawin, yang membantu dia.
Pemimpin upacara (Urigallu) dibantu oleh banyak pejabat lebih rendah yang
dapat masuk di kuil (Ereb Hiti). Dalam upacara kidung-kidung, yang
berperan banyak adalah para pemazmur, para penyanyi ratapan dan para
pemain musik.
S.H. Hooke, Middle Eastern Mythology, (England : Penguin books Ltd,
1963), 87.
James Pritchard, Archeology of Old Testament Sabda 4.11.02 an electronic
edg. (e-book).
Dalam legenda orang Babel, Setelah Kusy mati, Kejadian 10 : 8-12.
Nimrod mengawini Semiramis yang adalah ibunya sendiri. Inilah
perkawinan Inses pertama (Oedipus Complex ) Semiramis
melahirkan anak dari Nimrod yaitu Thamus. Inilah awal dari
pemujaan terhadap figur ibu dan anak. Thamus ini dikisahkan
dibawa oleh setan-setan ke dunia bawah. Pemujaan figur Ibu dan
Anak menjadi budaya di banyak negara seperti Isis dan Horus dari
Mesir, Cina (Sing- Moo disebut sebagai Bunda Suci China) India, dan
di Asia kecil dia dikenal dengan Diana. Kisah yang mirip juga ada di
Indonesia dalam legenda Tangkuban Perahu antara Dayang Sumbi
dan anaknya. Dalam legenda Babel juga menceritakan tentang
Asytoret/Astarte yang adalah dewi yang keluar dari telur raksasa,
yang jatuh ditepi sungai Efrat . Di kemudian hari peristiwa ini
diperingati dalam perayaan hari Ishtar atau Astarte atau Easter.
S.H. Hooke, Middle Eastern Mythology, (England : Penguin books Ltd,
1963), 22.
Alexander Hislop, The Two Babylons Vol. 1, (London : Loizeaux Bross,
1848), 436
Akkadia merupakan bagian dari rumpun Babilonia, bahkan
sering disamakan dengan Babilonia. Kisah kepercayaan Akkadia
hampir mirip-mirip dengan kisah di daerah sekitarnya. Kisah
tentang Utnapishtim (terjemahan dari "Ziusudra" dalam bahasa
Akkadia), sebuah episode dalam Epos Gilgames di kalangan
bangsa Babilonia, dikenal dari salinan-salinan milenium pertama
dan barangkali berasal dari cerita Atrahasis. Ellil, (setara dengan
Enlil), penghulu para dewata, bermaksud menghancurkan
seluruh umat manusia dengan air bah. Utnapishtim, raja
Shurrupak, diperingatkan oleh dewa Ea (setara dengan Enki)
untuk menghancurkan rumah yang dibangunnya dari buluh dan
menggunakan bahan-bahannya untuk membangun sebuah
bahtera serta memuatinya dengan emas, perak, dan benih dari
segala makhluk hidup dan semua tukangnya. Kisah ini mirip
dengan kisah Air bah dalam Alkitab.
E. A. Speiser, Mesopotamian Origins: the Basic Population of the
Near East, (Philadelphia: University of Pennsylvania Press,
1930), 160-161.
Kanaan
Nama Kanaan menjadi sebutan bangsa dan tanahnya, dan diwariskan dari nama nenek
moyang mereka Kanaan ‫כְ ַַ֗נעַן‬menurut Kej 10:15-18. Wilayah Kanaan meliputi Siria-
Palestina, yang terdapat dalam Kej 10:15-19 juga mencakup orang Het, orang Yebusi, orang
Amori, orang Hewi dan orang Girgasi, dalam penjelasan bahwa keluarga-keluarga orang-
orang Kanaan tersebar luas (Kej 10:18); daerah yang lebih luas ini terhampar sepanjang
pantai dari Sidon ke Gaza, ke pedalaman sampai kota-kota Laut Mati, Sodom dan Gomora.
Kej 12:5; 13:12; Bil 13:17-21; 34:1-2, dengan pembatasan berikutnya dari batas-batas
Palestina Barat; Hakim-hakim 4:2,23,24 menyebut Yabin (II) yang memerintah Hazor, ‘raja
Kanaan’.

Orang-orang Kanaan memiliki suatu panteon yang luas, yang dikepalai oleh El. Dalam praktik
yang lebih penting ialah Baal (’ tuhan’) ini adalah penguasa badai hujan, kesuburan dan
hidup alamiah, Baal ini berpengaruh di wilayah barat dan peranannya hampir sama dengan
Hadad. Hadad adalah dewa angin taufan (Baal), dengan kuil-kuil di Ugarit dan di tempat
lain. Mot adalah seteru Baal yang menjadi illah kemarau dan kematian. Selain itu ada juga
Dewi-dewi cantik Asyera, Astarte (Asytoret) dan Anat seperti Baal mempunyai kepribadian
yang banyak macamnya di satu sisi mereka juga dewi kesuburan dan sisi lainnya adalah
watak-watak yang garang. Mereka merupakan dewi-dewi seks dan perang (Asyera; Asytoret).
Kotar dan Hasis ialah dewa kecerdasan, dan dewa-dewa lain yang lebih rendah ada banyak
jenisnya.
Dagon merupakan ilah terpenting di Fenisia, Mesopotamia dan Mari. Di Ugarit perannya
terbatas, Dagon hanya berperan sebagai ayah dari Baal.dan termasuk illah cuaca.
Kemungkinan nama Dagon berhubungan dengan kata Ibrani ‫ ָּדגָּ ָ֖ן‬Dagan yang berarti
gandum, kemungkinan ini adalah ilah tetumbuhan atau ilah beras(semacam Dewi Sri di
daerah Indonesia). Sosok Dagon ini juga disembah oleh orang Filistin dan hal ini tercatat
dalam Hakim-hakim 16:23 di masa Simson Sang Hakim yang terkenal itu. Juga dalam 1
Samuel 5, menyebutkan suatu daerah Filistin yang bernama Asdod.
Gelar imam besar dipakai dalam agama orang Kanaan di Ugarit. Sangatlah mungkin bahwa
para imam yang disebut dalam naskah-naskah Ugarit itu adalah pelacur-pelacur kuil; itu
menjadi suatu bagian yang utuh dari agama orang-orang Kanaan, yang dilarang keras di
Israel, Ulangan 23:17,18. Korban manusia di dalam agama Kanaan pada milenium kedua
sM secara arkeologis belum dapat dipastikan. Kultur agama Kanaan memiliki sifat
kebinatangan yang dimanifestasikan dalam tabiat manusia, itu jelas dibuktikan oleh naskah-
naskah Ugarit dan naskah-naskah Mesir yang berasal dari bangsa Semit atau dijiwai
olehnya. Hal ini mirip dengan istilah Shio dalam tradisi Tionghoa.
Albright W. F, Archaeology and Religion of Israel. (London : Athlone Press : 1953), 74, 220.
Albright, Archaeology, 75-77, 158, 159, 197.
Daerah Moab juga termasuk yang disebutkan dalam Alkitab sebagai penyembah illah. Di
daerah ini dikenal illah yang dikenal dengan nama Peor. Bet-Peor (Kuil Peor’) Ulangan 3:29.
Merupakan sebuah tempat di daerah perbukitan tanah Moab (Yosua 13:20) atau orang
Amori (Ulangan 4:46), di timur dari Yordan. Bet-Peor kemungkinan sama dengan Peor,
Bileam mendirikan 7 mezbah Bilangan 23:28, 25:1-5 hal ini menceritakan penyembahan
kepada dewa Baal Peor (Tuan dari Peor) oleh orang-orang Moab. Israel pernah turut
beribadah kepadanya, karena itu mendapat hukuman berat (Bilangan 25:1-8). Hukuman itu
berkesan sangat berat dan membekas sehingga sering disinggung sebagai peringatan,
Bilangan 31:16, Ulangan 4:3; Yosua 22:17
Moab juga memiliki dewa yang di kenal di kemudian hari dengan nama Kamos, bahkan
bangsa ini sering diidentikkan dengan Kamos, hal ini terlihat dalam Bilangan 21:29, Hakim-
hakim 11:24, 1 Raja-raja 11:7, 33, 2 Raja-raja 23:11 dan Yeremia 48:7, 13 dan 46. Salah
satu ciri dari peribadatan kepada dewa Kamos adalah dengan mengorbankan anak-anak
sebagai korban bakaran menjadi sebagian dari pemujaan kepadanya (2 Raja 3:27). Di
kemudian hari, Salomo mengikuti pola penyembahan dewa Kamos dengan mendirikan bukit
pengorbanan bagi Kamos di Yerusalem ( 1Raja-raja 11:7) tapi Yosia menghancurkannya (2
Raja-raja 23:13).
Bagian dari daerah Kanaan yang memiliki dewa yang juga di sebutkan dalam Alkitab adalah
Amon, Amon sering dikaitkan dengan Moab. Amon memiliki dewa yang bernama Milkom.
Kemungkinan dewa ini ada hubungan dengan gelar dewa yang ada di daerah Ugarit. Ada
beberapa kali Alkitab menyebutkan tentang dewa milik orang Moab ini seperti di 1 Raja-raja
11:5, 33, 2 Raja-raja 23:13, Yeremia 48:1&3, Zefanya 1:5 Dalam beberapa ayat Perjanjian
Lama, istilah Molekh mungkin mengacu pada suatu korban, seperti dalam beberapa
inskripsi Fenisia dari Afrika Utara. Jadi ayat-ayat di atas dapat dipahami sebagai tindakan
orang membuat anak melewati api sebagai suatu korban Molekh. Hal ini mirip dengan ritual
Debus dari daerah Banten, Indonesia(ritual berjalan diatas bara api). Namun demikian,
dalam ayat-ayat lain ada acuan pada suatu allah.
Albright, Archaeology, 162-164.
Ugarit
Daerah Ugarit adalah daerah yang kaya akan pemahaman panteonnya. Telah lama
diasumsikan bahwa Kuil Zaman Perunggu Akhir awalnya dibangun pada awal set kedua
milenium, untuk Baal dan Dagan di Ugarit. Ini diperhitungkan kesejajarannya dengan kuil
Alalakh tapi ini masih bersifat spekulatif. Dewi yang terkenal dalam mitologi Ugarit adalah
Dewi Matahari yang bernama Syafas dan Dewi Bulan yang dikenal dengan nama Verah.
Dewa lain yang penting di sini adalah dewa Resyef yang memiliki kuil besar di Biblos. Dia
cukup ditakuti dengan peran sebagai dewa alam maut dan penyebar wabah.
Naskah-naskah El-Amarna menuliskan nama-nama yang memuat nama dewa Milk. Jabatan
Milk ini di berikan pada beberapa illah yaitu : El, Baal, dan Astar. Di daerah Tirus illah penting
di beri nama Mel-Kart, yaitu Milk atau melek kota, memiliki fungsi yang serupa dengan Baal.
Dalam naskah-naskah Ugarit terdapat juga illah lautan yaitu Yam (Yam ini disejajarkan
dengan tokoh Tiamat dan Mot dari epik yang sejenis). Sosok ini dikisahkan sebagai salah
satu musuh dewa Baal. Sehingga ia dianggap juga sebagai illah yang berbahaya bagi hidup
umat manusia.
Beth Alpert Nakhai, Archaeology And The Religions Of Canaan And Israel (Tucson, Arizona :
The American Schools of Oriental Research Press, 2001), 92.
Frank Moore Cross, Canaanite Myth and Hebrew Epic Essays in the History of the Religion of
Israel, (Cambridge, Massachusetts and London, England : Harvard University Press, 1971),
58.
Ada beberapa illah yang kurang dikenal namun disembah di daerah Kanaan namanya adalah Horon
penyembahannya di daerah Bet-Horon. Nama ini juga disebutkan dalam beberapa naskah yang
ditemukan di Mesir. Bersama dengan Horon ini disebutkan nama dewa Syakhar dan dewa Shalem.
Kedua ini digambarkan sebagai dewa yang elok sebagai lambang dari fajar dan senja. Salah satu dari
kedua dewa ini dihubungkan dengan nama kota Yerusalem. Di Yerusalem kuno El di beri nama El Elyon
dia dianggap sebagai kepala Panteon dan Pencipta (Kejadian 14:18)
Di wilayah Ugarit, ditemukan bahwa ada suatu “mandor” atau “Pengawas illahi” yang di beri nama
Khosyar yang selalu ditambahkan gelar “wa-Hasis” yang berarti Sang Bijaksana. Selain itu ada
beberapa arkeolog yang merasa menemukan nama Yehuwah (dalam bentuk tulisan Yh di Ugarit).
Tetapi sebagian arkeolog membaca huruf itu sebagai Ym.
Sebuah teori menyebutkan bahwa Yehuwah berasal dari Kaum Keni, satu suku yang erat kaitannya
dengan Musa. ‘Hipotesa orang Keni’ memberikan tempat penting kepada suku bangsa Midian dalam
agama Israel. Itulah isi jawaban atas pertanyaan, Di mana Musa belajar mengenai Nama Yehuwah?
Dengan menolak kemungkinan adanya pengetahuan tentang Nama itu dalam masyarakat Israel
sebelum Musa, beberapa orang mengatakan bahwa Musa belajar Nama itu dari Yitro, seorang Midian-
Keni. Persembahan Yitro mertua Musa yang adalah seorang Imam Kel 18:12 menunjukkan
pemahaman yang sama dengan Musa. Hipotesa ini didukung antara lain oleh L Koehler.
Namun di pihak lain, Frank M.C juga mensinyalir bahwa pada nama orang-orang Amori juga
menggunakan nama Yehuwah ini.
Th. C Vriezen, Agama Israel Kuno, (Jakarta : BPK 2009), 46.
Vriezen, Agama, 126.
Geofrey H Parke Taylor, Yehuwah, The Divine Name In The Bible, (Water Loo, Ontario : Wilfrid Laurier
University Press, 1975), 21.
L Koehler, Old Testament Theology, (Luoisville : Westmister press, 1957), 45.
Frank Moore Cross, Canaanite Myth and Hebrew Epic Essays in the History of the Religion of Israel,
(Cambridge, Massachusetts and London, England : Harvard University Press, 1971),62.
Mesir
Kata dalam bahasa Ibrani biasa (juga dalam rumpun Semit) untuk Mesir ialah Mitsrayim.
Kata itu mula-mula terdapat dalam sumber-sumber di luar sastra Ibrani abad 14 sM, sebagai
mtsrm dalam naskah-naskah Ugarit (Kanaan Utara) dan sebagai mitsri dalam Surat-surat
Amarna. Dalam milenium pertama sM, naskah-naskah Asyur-Babel membicarakan Mutsur
atau Mutsri;
Mesir termasuk bangsa yang sangat kaya akan pemahaman panteonnya. Kepercayaan di
Mesir tidak pernah berupa sebuah kesatuan yang tunggal seutuhnya. Selalu ada dewa-dewa
setempat di seluruh negeri ini. Beberapa di antaranya ialah dewa pencipta di Memfis
bernama P(e)tah, ada dewa Tot, dewa pengetahuan dan bulan di Hermopolis; dewa Amun
yang tersembunyi, dewa di Tebes, dewa perang Mentu, dan menjadi dewa negara Mesir pada
milenium 2. Hator, dewi sukacita di Dendera.
Dewa paling utama bagi bangsa Mesir adalah yaitu Ra’ atau Atum, dewa matahari dan
putrinya Ma’et yang melambangkan Kebenaran, Keadilan, dan tata kosmis; dewa angkasa
bernama Nut, dan Syu, Geb kemudian Nu, dewa-dewa udara, bumi dan air purba secara
berurutan. Adolf Erman, menuliskan sebanyak 130 gambaran tentang kisah dewa-dewi di
Mesir.
Jaroslav. Cerny, Ancient Egyptian Religion , (London : Hutchinsons University Library, 1952),
32-33.
Adolf Erman, A Handbook Of Egyptian Religion translated by A. S. Gaiffith (London
:Archibald Constable & Co. Ltd, I907) Conclusion of whole book (kesimpulan dari seluruh
buku tersebut ).
Segi lain dari Osiris, sebagai dewa pertumbuhan, berkaitan dengan luapan air Sungai Nil tiap
tahun yang mengakibatkan kelahiran hidup baru, dia sangat kuat dikaitkan dengan segi
penguburan dalam cita-cita orang Mesir.
Upacara ritual kepada dewa-dewa Agung hanya memakai satu bentuk ritual umum, yaitu sang
dewa diperlakukan tepat seperti raja dunia. Setiap pagi sang dewa dibangunkan dari tidurnya
dengan nyanyian, dicuci dan dikenakan pakaian (yaitu patungnya), dipersembahkan sarapan
pagi (korban pagi), melakukan kegiatan pagi, dan mendapat makan siang dan malam ( dalam
bentuk korban-korban) sebelum istirahat sepanjang malam.
Hal ini sangat berbeda jauh dengan Allah Israel yang tetap terjaga dan tidak pernah tertidur
(Mazmur 121:4), Dia tidak membutuhkan apa-apa, dalam hal makanan ataupun pakaian.
Kalau pun ada korban yang dipersembahkan padaNya, ini hanya mendidik ketaatan dan
kesetiaan umatNya semata. Allah Israel adalah pemilik segala yang ada, baik emas maupun
perak, dan juga lembu serta domba di padang.
Jaroslav. Cerny, Ancient Egyptian Religion , (London : Hutchinsons University Library, 1952), 35
Dinasti Mesir diperintah oleh seorang Firaun. Firaun adalah gelar
umum dalam Kitab Suci untuk raja-raja Mesir, berasal dari kata Mesir
pr-, artinya ‘rumah besar’. Istilah ini pada awalnya hanyalah nama
untuk istana kerajaan dan pelayan-pelayan raja Mesir, dan istilah
dalam pengertian ini dipakai di masa Kerajaan Kuno dan Kerajaan
Zaman Pertengahan (Mesir, Sejarah) pada milenium 3 dan pada
pertengahan pertama milenium 2 sM. Tapi pada parohan
pemerintahan Wangsa 18 (kr 1450 sM) istilah ini dikenakan kepada
diri raja sendiri sebagai padanan dari ‘Sri Baginda’. Dalam
pemahaman Mesir, Fi’Ra’Un atau Pha’ Ra’ oh ini bukan manusia
biasa melainkan titisan/perwujudan atau Pelayan dari dewa Ra,
(Dewa Matahari). Ada kemungkinan nama dewa Ra disematkan
dalam gelar pemimpin Mesir ini, sebagai sebuah tanda hubungannya
dengan pemimpin Mesir.
Dunia Perjanjian Lama
PENDEKATAN KEPADA PERJANJIAN LAMA
Jika kita berkeinginan untuk memperoleh
pengajaran yang absah dari teks Perjanjian Lama,
maka kita harus belajar memahami apa yang
diajarkan teks itu dan bukannya berupaya
menambah ide-ide kita sendiri pada teks-teks itu.
Apabila kita mengijinkan teks itu berbicara kepada
kita maka dengan sendirinya kita mengakui bahwa :
-Teks Perjanjian Lama adalah Pernyataan Diri Allah
-Teks Perjanjian Lama adalah Perjanjian Allah
-Teks Perjanjian Lama memiliki otoritas atas hidup
kita
BAGAIMANA MENELAAH/MENAFSIRKAN PERJANJIAN LAMA?

ASPEK-ASPEK PENAFSIRAN ALKITAB


ALKITAB HARUS DIIJINKAN BERBICARA BAGI DIRINYA
SENDIRI. TUJUAN DARI HAL INI ADALAH MENJAGA AGAR
PARA PENAFSIR TIDAK MEMANIPULASI UNTUK
DISESUAIKAN DENGAN PANDANGAN SENDIRI.

PROSEDUR PENAFSIRAN
1. MENENTUKAN BENTUK SASTRA, dalam sastra kontemporer, biografi akan
dibaca secara berbeda dengan kisah mistery. Dan drama dibaca secara berbeda
dengan pantun jenaka.ragam sastra mempengaruhi bagaimana karya tulis itu
akan didekati dan ditafsirkan. Hal ini berlaku dalam mendekati PL. nubuat
adalah gaya yang berbeda dengan amsal-amsal.
2. PENTING, untuk mengetahui sebanyak-banyaknya tentang pendengar yang
untuknya surat itu dituliskan, serta keadaan sekitar penulisan karya itu.
3. Melalui penelitian yang cermat terhadap konteks, kita harus berusaha mengenali
maksud dan tujuan penulis atau penyunting. Maksud tujuan ini bisa ditunjukkan
dengan jelas atau barangkali perlu disimpulkan dari pengamatan-pengamatan
mengenai seleksi dan pengaturan materi oleh penulis.

PENDEKATAN KEPADA ALKITAB, TIAP KITAB DALAM PL DIURAIKAN DENGAN POLA DASAR
:
1. PENULISAN KITAB
2. LATAR BELAKANG
3. GARIS BESAR BUKU
4. TUJUAN DAN BERITANYA
5. STRUKTUR DAN PENYUSUNAN
6. TEMA-TEMA UTAMA
KEJADIAN, KITAB

I. Garis besar isi

a. Prasejarah: catatan mengenai Penciptaan (#/TB Kej 1:1; 2:3*)

b. Cerita mengenai manusia (#/TB Kej 2:4; 11:26*)

Penciptaan dan kejatuhan (#/TB Kej 2:4; 3:24*); pertambahan manusia (#/TB Kej 4:1;
6:8*); penghukuman melalui air bah (#/TB Kej 6:9; 9:29*); terbitnya bangsa-bangsa (#/TB
Kej 10:1; 11:26*).

c. Cerita tentang Abraham (#/TB Kej 11:27; 23:20*)

Masuknya ke tanah perjanjian (#/TB Kej 11:27; 14:24*); perjanjian dan janji-janji Allah (#/TB
Kej 15:1; 18:15*); Sodom dan Gomora (#/TB Kej 18:16; 19:38*); Sara, Ishak, dan Ismael
(#/TB Kej 20:1; 23:20*).

d. Cerita tentang Ishak (#/TB Kej 24:1; 26:35*)

Perkawinannya dengan Ribka (#/TB Kej 24:1-67*); kematian ayahnya dan kelahiran anak-
anaknya (#/TB Kej 25:1-34*); pembaharuan perjanjian di Gerar (#/TB Kej 26:1-35*).
e. Cerita tentang Yakub (#/TB Kej 27:1; 36:43*)

Memperoleh berkat dengan jalan menipu (#/TB Kej 27:1-46*); pelariannya ke tanah Haran,
dan pembaharuan perjanjian di Betel (#/TB Kej 28:1-22*); hidupnya dan perkawinannya di
Haran (#/TB Kej 29:1; 31:16*); kembalinya ke tanah perjanjian, dan pembaharuan
perjanjian di Betel (#/TB Kej 31:17; 35:29*); garis keturunan Esau (#/TB Kej 36:1-43*).

f. Cerita tentang Yehuda dan cerita tentang Yusuf (#/TB Kej 37:1; 50:26*)

Yusuf dijual ke Mesir (#/TB Kej 37:1-36*); Yehuda dan menantunya perempuan (#/TB Kej
38:1-30*); Yusuf di Mesir(#/TB Kej 39:1; 45:28*): ayah dan saudara-saudara Yusuf di Mesir
(#/TB Kej 46:1; 47:31*); berkat Yakub memberikan hak pertama kepada Efraim dan kepada
Yehuda (#/TB Kej 48:1; 49:28*); kematian Yakub dan Yusuf (#/TB Kej 49:29; 50:26*).

Pada penutup Kitab Kej bangsa Israel sudah di Mesir. Merekalah keluarga yg terpilih dari
umat manusia: kepada mereka Allah akan menunjukkan perbuatan-perbuatan perkasa
untuk mencapai penebusan, yg diceritakan dalam Kel. Dari Israel, suku Yehuda menjadi yg
terutama (#/TB Kej 49:9-12*).

Penulis sesuai tradisi Israel adalah Musa


GARIS BESAR ISI KITAB KEJADIAN
a.Penciptaan (*CIPTA,
PENCIPTAAN) PASAL 1-11
b.Pemilihan Bapa Leluhur pasal 12-
50
KELUARAN, KITAB
I. Garis besar isi
Kitab Kel ialah kitab kedua dalam Pentateukh. Menyajikan sejarah Israel yg menyusuli
masa keberuntungan, yaitu waktu Yusuf memegang tampuk pemerintahan Mesir. Kitab Kel
mencatat kedua puncak masa jaya dalam sejarah Israel, yaitu: pembebasan dari Mesir dan
pemberian Taurat. Sesudah itu peristiwa-peristiwa yg dicatat dalam Kel menduduki tempat
sentral dalam penyataan diri Allah kepada umat-Nya, tidak hanya di bawah perjanjian lama
tapi juga di bawah perjanjian baru: karena domba Paskah menjadi lambang dari korban
Tuhan Yesus, dan pesta Hari Raya Paskah menjadi dasar dari Perjamuan Kudus, peringatan
penebusan umat kristiani.

Tema utama Kel adalah peristiwa-peristiwa yg mendahului dan menyusuli


keberangkatan Israel dari Mesir. Kerangka kronologisnya hanya diberikan secara umum,
selaras dengan cara Ibrani melihat sejarah, yaitu sebagai deretan peristiwa, jadi bukan
sebagai deretan tanggal.

Kitab Kel mulai dengan catatan ringkas tentang keturunan Israel, sebagai jembatan
peralihan dari Kej, lalu mencatat keresahan yg timbul pada pihak Mesir melihat laju
pertambahan jumlah orang Israel yg begitu besar. Ini mereka anggap ancaman. Untuk
menghadapinya dikeluarkan dua bahkan mungkin tiga ketetapan. Pertama, membebankan
kepada orang Israel kerja paksa, diawasi oleh mandur-mandur orang Mesir. Barangkali
tujuannya untuk memperoleh sejumlah besar tenaga kerja yg dibutuhkan pada saat itu,
sambil mengawasi mereka dengan ketat. Kedua, kelihatannya
IMAMAT, KITAB

Kitab ketiga dari kitab Taurat yg disebut oleh orang Yahudi


sebagai wayyiqra’ (’ dan ia memanggil’), ini menjadi perkataan
pertama dari kitab itu dalam PL berbahasa Ibrani. Dalam Misynah,
kitab itu disebut dengan berbagai nama, yaitu hukum imam-imam
(torat kohanim), buku imam-imam (sefer kohamim), hukum
persembahan (torat haqqorbanim); nama-nama ini menunjuk
kepada isi kitab itu. Dalam LXX Im dinamai Leueitikon atau
Leuitikon (sc. biblion), yaitu (kitab) keimaman. Dalam Alkitab bh
Latin, yaitu Vulgata, Im diberi judul Leviticus (sc. liber), yg sama
artinya dengan ‘(kitab) keimaman’. Dalam beberapa naskah Latin
bertulisan tangan nama yg dipakai adalah Leviticum, dan dalam
Pesyito disebut ‘Kitab para imam’. Dalam bh Indonesia nama
Imamat yg dipakai.
I. Garis besar isi

Kitab Im terutama berisi hukum. Kerangka sejarah untuk hukum-hukum ini


mengacu pada kehidupan Israel ketika bangsa itu menetap di Sinai. Kitab ini
dapat dibagi sebagai berikut:

a. Hukum-hukum persembahan (#/TB Im 1:1; 7:38*).

b. Pelayanan di Kemah Pertemuan dimulai (#/TB Im 8:1; 10:20*)

c. Hukum-hukum tentang kesucian dan kenajisan (#/TB Im 11:1; 15:33*).

d. Hari Raya Pendamaian (#/TB Im 16:1-34*).

e. Berbagai hukum lainnya (#/TB Im 17:1; 25:55*).

f. Janji-janji dan peringatan-peringatan (#/TB Im 26:1-46*).

g. Tambahan: penilaian dan penebusan (#/TB Im 27:1-34*).


Makna

Dilihat dari berbagai sudut pandang, Kitab Im besar maknanya.

Pertama, Im memperlengkapi kita dengan latar belakang terhadap semua kitab lainnya
dalam Alkitab. Untuk memahami keterangan tentang persembahan korban, upacara
penyucian atau kebiasaan seperti Tahun Sabat atau Tahun Yobel, dari kitab inilah dapat
diperoleh bahannya.

Kedua, Im menarik perhatian dari sudut pandang agamawi secara umum. Dengan temuan
penggalian-penggalian arkeologis, kita dapat membandingkan tatanan dalam Im dengan
tatanan lainnya yg terdapat dalam bangsa lain seperti Fenisia, Kanaan, Mesir, Asyur,
Babilonia dan Hitti.

Ketiga, sampai dengan hari ini orang Yahudi ortodoks menemukan kumpulan peraturan
mereka — misalnya tentang makanan — dari kitab ini. Hoffmann, seorang penafsir Kitab
Im dari kalangan Yahudi, menunjukkan bahwa kepercayaan-kepercayaan lain yg
menggunakan PL, terutama memilih Kitab Kej sebagai pokok studi mereka, sementara
orang Yahudi secara khusus mengarahkan perhatiannya kepada Kitab Im.
Keempat, Kitab Im memberitahu orang Kristen cara Allah Israel
memerangi dosa di kalangan Israel. Ia memeranginya melalui
tatanan-tatanan-Nya tentang persembahan dan penyucian — dosa
masyarakat melalui Tahun Sabat dan Tahun Yobel, dosa-dosa
seksual dengan hukum-hukum pentahiran — dan juga melalui janji-
janji dan peringatan-peringatan-Nya. Tentang peperangan melawan
dosa ini, Kitab Im menunjukkan kepada kita, Kristus sebagai jalan
pengampunan, jalan penyucian, Imam Besar, Nabi dan Guru, Raja
yg memerintah kita dengan segala peraturan-Nya. Itulah makna yg
tetap ada pada Kitab Im. Kitab itu adalah kitab penyucian,
pengudusan kehidupan (korban bakaran ditempatkan pada bg
depan dari kitab itu), kitab tentang pencegahan dan pengampunan
dosa, perlawanan dan penyingkiran dosa dari kalangan umat Tuhan.
Hari *Pendamaian mendapat tempat yg sentral dalam kitab ini
(#/TB Im 16*); upacara dengan memakai dua ekor kambing yg
menentukan pada hari itu mengingatkan kita bahwa ‘Sejauh timur
dari barat, demikian dijauhkan-Nya daripada kita pelanggaran kita’
(#/TB Mazm 103:12*).*TAURAT.
BILANGAN, KITAB

Orang Yahudi menamai Kitab ini berdasarkan kata


pertamanya (wayedabher, ‘dan Dia berkata’; atau
bemidbar, ‘di padang gurun’). Para penterjemah Yunani
menyebutnya arithmoi, ‘bilangan’. Bagi empat Kitab
Pentateukh lainnya nama-nama Yunanilah yg biasanya
dipakai; bagi Bil, di beberapa negeri kata bh Yunani itu
diterjemahkan ke dalam bh pribumi, antara lain: Bilangan,
dst; di negara-negara lain, terjemahan Latin dari bh Yunani
yg dipakai adalah Numeri. Judul ini diberikan karena
beberapa ps pertama buku itu (juga ps 26) mengandung
banyak bilangan, teristimewa bilangan-bilangan sensus.
I. Garis besar isi

a. Penghitungan orang-orang Israel. Penyusunan suku-suku (#/TB Bil 1:1; 4:49*).

b. Hukum mengenai kecemburuan; hukum mengenai kenaziran (#/TB Bil 5:1;


6:27*).

c. Persembahan pada waktu penahbisan Kemah Suci (#/TB Bil 7:1-89*).

d. Kandil. Penahbisan orang-orang Lewi; masa kerja mereka untuk melayani (#/TB
Bil 8:1-26*).

e. Perayaan Paskah kedua; awan; kedua nafiri perak (#/TB Bil 9:1; 10:10*).

f Keberangkatan dari G Sinai (#/TB Bil 10:11-36*).g. Tabera. Burung-burung puyuh.


Ketujuh puluh tua-tua (#/TB Bil 11:1-35*).

h. Pemberontakan Miryam dan Harun terhadap Musa (#/TB Bil 12:1-16*).


i. Keduabelas pengintai (#/TB Bil 13:1; 14:45*).

j. Beberapa macam hukum mengenai korban-korban persembahan daging dan


minuman, korban persembahan apabila seseorang berbuat dosa tanpa sengaja,
dan hukum-hukum mengenai pelanggaran atas peraturan Sabat (#/TB Bil 15:1-
41*).

k. Korah, Datan dan Abiram. Tongkat Harun berbunga (#/TB Bil 16:1; 17:13*).

l. Kedudukan imamat dan orang Lewi (#/TB Bil 18:1-32*).

m. Air pentahiran atas dosa-dosa (#/TB Bil 19:1-22*).

n. Miryam mati. Meriba (#/TB Bil 20:1-13*).

o. Edom menolak permintaan orang Israel melalui negerinya. Harun mati (#/TB Bil
20:14-29*).
p. Peperangan dekat Horma. Ulan tembaga. Perjalanan ke daerah Moab. Peperangan
melawan Sihon dan Og (#/TB Bil 21:1-35*).

q. Bileam (#/TB Bil 22:1; 24:25*).

r. Baal-Peor (#/TB Bil 25:1-18*).

s. Penghitungan kedua orang-orang Israel (#/TB Bil 26:1-65*).

t. Hak waris bagi anak-anak perempuan. Pengganti Musa (#/TB Bil 27:1-23*).

u. Aturan-aturan mengenai korban. Nazar kaum perempuan (#/TB Bil 28:1-30:16*).

v. Pembalasan atas orang Midian (#/TB Bil 31:1-54*).

w. Pembagian daerah sebelah timur S Yordan (#/TB Bil 32:1-42*).

x. Tempat-tempat persinggahan orang Israel di padang gurun (#/TB Bil 33:1-49*).

y. Petunjuk-petunjuk mengenai penaklukan Kanaan. Batas-batas tanah Kanaan. Peraturan-


peraturan mengenai pembagian tanah. Kota-kota orang Lewi. Kota-kota perlindungan (#/TB
Bil 33:50; 35:34*).z. Syarat perkawinan anak-anak perempuan yg mempunyai hak waris
(#/TB Bil 36:1-13*).
Amanatnya

Dalam Bil, seperti juga dalam seluruh Alkitab, Allah perjanjian yg


mahakuasa dan setia menyatakan diriNya; penyataan inilah yg
menghubungkan bagian-bagian Bil yg berbeda menjadi satu
kesatuan yg utuh. Dalam peraturan-peraturan dan hukum-hukum yg
ditentukan-Nya, Allah menunjukkan pemeliharaan-Nya atas umat-
Nya. Israel sering memberontak terhadap Dia. Sebagai akibatnya
murka Tuhan bangkit: Dia tidak membiarkan dosa tanpa hukuman
(#/TB Bil 11:1-3,33* dab; #/TB Bil 12:10* dst; 14 dst). Musa dan
Harun tidak diperbolehkan memasuki Kanaan (#/TB Bil 20:12* dab).
Tapi Tuhan tidak menolak umat-Nya; Dia setia terhadap perjanjian-
Nya. Dia membimbing Israel melalui padang gurun, sehingga mereka
dapat sampai di tanah perjanjian yg Ia janjikan kepada Bapak leluhur
mereka. Hal ini tidak tergagalkan baik oleh ketidaksetiaan Israel,
maupun oleh kekuatan bangsa-bangsa yg bangkit melawan Israel.
1. Allah benar-benar tidak berubah dalam kesetiaan-Nya (bnd #/TB Bil 23:19*), tapi ini
tidaklah berarti bahwa pribadi-Nya tanpa keharuan (lih khususnya cerita yg mengharukan
dim #/TB Bil 14:11* dab). Dalam rangka ini baik sekali memperhatikan antropomorfisme yg
kuat (lih mis #/TB Bil 10:35* dab; #/TB Bil 15:3*, ‘bau yg menyenangkan bagi Tuhan’; #/TB
Bil 28:2*, ‘sebagai santapan-Ku’ dst); ungkapan-ungkapan yg — janganlah kita
mengartikannya secara harfiah — memperlihatkan betapa dalamnya ataupun prihatinnya
Allah dalam perbuatan-perbuatan Israel.

2. Kekudusan Allah khusus digarisbawahi. Cerita-cerita menyatakannya (lih mis #/TB Bil
20:12* dab), dan demikian juga dengan cara lain hukum-hukum dan peraturan-peraturan:
apabila seseorang mendekati Allah dia harus bersih dari segala kenajisan (bnd juga #/TB Bil
1:50* dst, dll).

3. Ketentuan-ketentuan yg sangat terinci diberikan dalam Bit: Allah menjalankan kekuasaan-


Nya atas segalanya, juga atas hal-hal yg terkecil sekalipun.

4. Segera sesudah orang Israel sampai di perbatasan tanah perjanjian, mereka menyerah
pada pencobaan untuk menyembah dewa-dewa dari negeri yg baru itu. Tapi Tuhan bukanlah
Tuhan hanya di padang gurun: Dia memanfaatkan seorang ahli nujum kafir (22-24), dan
menghukum Israel karena menyembah berhala (25), bersama mereka yg menggoda bangsa-
Nya (31).
ULANGAN, KITAB
Berasal dari LXX deuteronomion (Vulg deuteronomium), ‘pengulangan hukum Taurat’,
berdasarkan pengertian yg salah tentang kata-kata ‘salinan hukum ini’ dalam #/TB Ul
17:18*.
Kitab ini terbagi tiga bagian:

a. #/TB Ul 1:1-11:32*. Amanat Musa yg bersifat pendahuluan, disertai unsur-unsur cerita


mini. Dalam #/TB Ul 1:6-3:29* Musa mengulangi tahap-tahap perjalanan Israel, mulai dari
meninggalkan Horeb sampai ke lembah, di mana mereka mendirikan kemah-kemahnya.
Dalam #/TB Ul 4:1-40* Musa mengucapkan nasihat-nasihat dan peringatan-peringatan
untuk generasi baru. Ditentukannya juga tiga kota perlindungan, dan penulis menerangkan
terperinci tentang tempat di mana diucapkan kata-kata berikut (#/TB Ul 4:41-49*). Ps 5-11
merupakan amanat Musa, yg dimulai dengan mengulangi Kesepuluh Hukum, dan yg
berakhir dengan hukum berikutnya.
b. #/TB Ul 12:1-26:19*. Pemberian Hukum yg dilakukan Musa di hadapan umat Israel (lih di
bawah).
c. #/TB Ul 27:1-34:12*. Tambahan yg terdiri dari cerita dan amanat, yg berakhir dengan
kematian Musa. Ps 27 memuat perintah supaya menuliskan semua hukum itu pada batu,
dan supaya mengadakan perjanjian yg khidmat sesudah menyeberangi S Yordan. Ps 28
menyusul dengan berkat bagi orang-orang yg taat dan kutuk bagi yg ingkar atau durhaka.
Dalam ps 29 dan 30 umat Israel diikat oleh Musa dalam suatu perjanjian, supaya beribadah
kepada Yahweh, Allah mereka, dan hanya kepada-Nya saja (#/TB Ul 29:1,10*).

Anda mungkin juga menyukai