Anda di halaman 1dari 19

MORBUS HANSEN DAN JOURDY KEINTJEM

ASPEK RADIOLOGISNYA 406172034


Lepra (Morbus Hansen, kusta) adalah suatu penyakit
infeksi kronik yang disebabkan oleh M. leprae yang
bersifat intraseluler obligat. Saraf perifer sebagai afinitas
pertama, lalu kulit dan mukosa traktus respiratorius
bagian atas, kemudian dapat ke organ lain kecuali
ETIOLOGI susunan saraf pusat. Lepra merupakan infeksi bakteri
granulomatosa kronis, terutama mempengaruhi kulit dan
saraf perifer yang disebabkan oleh M. leprae.
Onset lepra dapat mempengaruhi saraf, kulit dan mata,
mukosa (mulut, hidung dan faring), testis, ginjal, otot-otot
halus, sistem retikuloendotel dan endotelium pembuluh
darah.

Basil masuk kedalam tubuh biasanya melalui sistem


pernafasan, memiliki patogenisitas rendah dan hanya
sebagian kecil orang yang terinfeksi menimbulkan tanda-
tanda penyakit.
PATOGENESIS Masa inkubasi M. leprae biasanya 3-5 tahun. Setelah
memasuki tubuh basil bermigrasi kearah jaringan saraf dan
masuk ke sel Schwann

Setelah memasuki sel Schwann atau makrofag, progesivitas


penyakit tergantung pada perlawanan dari individu yang
terinfeksi.
Klasifikasi
Menurut WHO pada 1981, lepra dibagi menjadi dua tipe yaitu tipe Multibasilar
(MB) dan tipe Pausibasilar (PB)
1. Lepra tipe PB ditemukan pada seseorang dengan SIS baik. Pada tipe ini berarti
mengandung sedikit kuman yaitu tipe TT, tipe BT dan tipe I. Pada klasifikasi
Ridley-Jopling dengan Indeks Bakteri (IB) kurang dari 2+.
2. Lepra tipe MB ditemukan pada seseorang dengan SIS yang rendah. Pada tipe ini
berarti bahwa mengandung banyak kuman yaitu tipe LL, tipe BL dan tipe BB.
Pada klasifikasi RidleyJopling dengan Indeks Bakteri (IB) lebih dari 2+.
MANIFESTASI KLINIS
• Makula eritematosa dengan
anastersi tapi tidak gatal

• (Kehilangan sensasi adalah


ciri kusta tuberkuloid, tidak
seperti kusta lepromatosa, di
mana sensasi terjaga.)
• Anastesia

• Atrofi otot

• Foot drop atau clawed hands


REAKSI KUSTA

Reaksi kusta sebagai berikut:


1. Tipe 1 (Reversal)
Reaksi tipe 1 disebut juga reaksi reversal. Reaksi tipe 1 ini disebabkan peningkatan aktivitas sistem
kekebalan tubuh dalam melawan basil lepra atau bahkan sisa basil yang mati. Peningkatan aktivitas ini
menyebabkan terjadi peradangan setiap terdapat basil lepra pada tubuh, terutama kulit dan saraf.
Penderita lepra dengan tipe MB maupun PB dapat mengalami reaksi tipe 1.
2. Tipe 2 Erythema Nodusum Leprosum (ENL)
Reaksi tipe 2 ini terjadi apabila basil leprae dalam jumlah besar terbunuh dan secara
bertahap dipecah. Protein dari basil yang mati mencetuskan reaksi alergi. Reaksi tipe 2
akan mengenai seluruh tubuh dan menyebabkan gejala sistemikkarena protein ini
terdapat dialiran pembuluh darah
Lesi kulit konsisten dengan
kusta dan dengan hilangnya
sensorik yang pasti, dengan
atau tanpa saraf menebal
DIAGNOSIS
Apusan kulit positif :
pemeriksaan BTA
ASPEK
RADIOLOGIS
A
X
I
A
L

M
R
I
X
R
A
Y
X
R
A
Y
X
R
A
Y
M
R
I
X
R
A
Y
TATALAKSANA
• 1) MDT untuk lepra tipe MB Pada dewasa diberikan selama 12 bulan yaitu
rifampisin 600 mg setiap bulan, klofamizin 300 mg setiap bulan dan 50 mg
setiap hari, dan dapsone 100 mg setiap hari. Sedangkan pada anak-anak,
diberikan selama 12 bulan dengan kombinasi rifampisin 450 mg setiap
bulan, klofamizin 150 mg setiap bulan dan 50 mg setiap hari, serta dapsone
50 mg setiap hari.
• 2) MDT untuk lepra tipe PB Pada dewasa diberikan selama 6 bulan dengan
kombinasi rifampisin 600 mg setiap bulan dan dapsone 100 mg setiap
bulan. Pada anak-anak diberikan selama 6 bulan dengan kombinasi
rifampisin 450 mg setiap bulan dan dapsone 50 mg setiap bulan.19
Sedangkan pada anak-anak dengan usia dibawah 10 tahun, diberikan
kombinasi rifampisin 10 mg/kg berat badan setiap bulan, klofamizin 1
mg/kg berat badan diberikan pada pergantian hari, tergantung dosis, dan
dapsone 2 mg/kg berat badan setiap hari.

Anda mungkin juga menyukai