Anda di halaman 1dari 21

ETIKA KRISTEN III : ETIKA SEKSUAL DAN MEDIS

MASALAH MEDIS DALAM TRASFIRMAN ALLAH


(BAYI TABUNG/EUTANASIA)

DOSEN:
Pdt. Rivai Palempung, M.Th

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 10
Jessica Wuisan
Anna Tulungen
Juwintan Tumelap
Kristiana Testia Unita Sumarauw

FAKULTAS TEOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA TOMOHON
YAYASAN GMIM Ds. A. Z. R. WENAS
TRANSEKSUAL
Pandangan Alkitab Tentang Seksualitas
 Tubuh
 Baik
Alkitab memberi penjelasan bahwa tubuh yang diciptakan Allah itu baik. Allah menciptakan tubuh
Adam dari tanah, kemudian dari tulang rusuk Adam diciptakanyalah Hawa, (Kejadian 2: 7). Allah
peduli atas tubuh manusia dengan menciptaan alam semesta yang baik dan lingkungan yang cukup
bagi manusia. Yesus Kristus memiliki tubuh fisik,(Kolose 2:9). Jelas dari penjelasan ayat tersebut
mengatakan bahwa tubuh yang baik adalah tubuh yang diciptakan Allah untuk kemuliaan-Nya.

 Dikutuk
Salah satu akibat kejatuhan manusia pertama dalam dosa adalah tubuh dikutuk. (Kejadian3:16-19).
Pemberontakan manusia menyebabkan turun murka Allah, (Rom. 1:18-19). Bekerja, melahirkan, dan
kegiatan lain dibuat menjadi sulit karena kutukan-Nya. Tubuh benar-benar mengalami proses
ketidaksempurnaan, dan pada akhirnya, mereka mati. “Pada mulanya manusia sempurna, namun
sekarang manusia secara genetik menderita serta gen manusia mengalami perubahan. Segala macam
penyakit seperti Diabetes dan penyakit lainnya adalah hasil dari pemberontakan manusia. Ini adalah
akibat dari kutukan Tuhan karena ketidaktaatan manusia. George C. Scipione menjelaskan
“Kegagalan genetik tubuh mengakibatkan masalah yang mempengaruhi seksualitas. Pembalikan
kutukan hanya bisa datang dalam langit baru dan bumi baru, (Roma 8: 18-25).

 Seks
 Baik
Manusia dalam pandangan Allah itu sungguh amat baik, manusia dianggap ciptaan mulia agung dan
suci. “Tuhan mempunyai rencana ketika ia menciptakan organ tubuh tersebut. Dengan demikian
Tuhan mempunyai tujuan ketika Tuhan menjadikan seks itu bagi manusia.” Seks yang diciptakan
Allah itu suci dan mulia, itu tertulis dalam tulisan Paulus (1Timotius 4:4 3). Selain itu seks juga
adalah bagian tubuh yang diciptakan Allah dan dikuduskan. Seks bukanlah sesuatu yang kotor dan
jahat, seks itu baik karena Allah menciptakan seks, tidak ada yang tidak baik yang diciptukan Allah
termasuk seks. Seperti yang dijelaskan dalam kitab Kejadian, “Beranak cuculah dan bertambah
banyak agar memenuhi bumi dan berkuasa atasnya” (Kejadian 1:28) hal ini berati bahwa seks dalam
pernikahan merupakan anjuran Allah kepada manusia untuk memenuhi maksud dan rencana Allah
bagi dunia ini.

 Dikutuk
Seks hanya dapat dibenarkan dalam hubungan suami istri atau dalam ikatan pernikahan, firman
Tuhan mengatakan “ranjang pengantin harus dihormati” (Ibrani 13: 4). Pernyataan ini membenarkan
bahwa seks hanya dapat dibenarkan kalau dalam ikatan pernikahan. Seks kalau dilakukan diluar
pernikahan itu merupakan perzinahan. Zinah merupakan perilaku yang sesat sama dengan
penyembahan berhala (1 Kor 6:9b-10). Paulus menentang dan melarang dengan keras praktek-pratek
zinah, perilaku ini merupakan suatu tindakan yang berdosa yang tidak sesuai dengan ketetapan
Allah.
Dosa sudah membawa dampak yang sangat besar dalam dunia ini, termasuk seks. Mulanya
seks diciptakan untuk maksud dan tujuan yang mulia sesuai dengan maksud dan tujuan Allah, namun
sekarang seks sudah disalahgunakan hanya sebagai pemuas nafsu belaka. Sekarang banyak
menggunakan seks sebagai alat untuk mendapatkan uang. Disamping itu banyak penyimpangan seks
yang berkembang, sekarang ini seperti hombseksual, biseksual dan yang banyak dibicarakan
sekarang adalah transeksual yang berujung pada operasi transeksual. Fenomena ini dapat
digambarkan bentuk dari akibat kejatuhan manusia kedalam dosa.

 Jenis Kelamin
 Baik
Manusia adalah unik dalam penciptaan, dia berdiri sendiri sebagai gambar Allah, (Kejadian 1:26-27).
Tuhan menciptakan manusia menurut gambaran-Nya. Gambar adalah riasan, inilah yang membuat
manusia berbeda dengan binatang dalam hubungan dengan Sang Pencipta.
Manusia bukanlah bentuk yang lebih tinggi dari kehidupan binatang. Manusia adalah
berbeda. Hal ini berlaku sejak saat ia diciptakan (Kejadian 2:7). Tuhan menciptakan manusia laki-
laki dan perempuan. Sementara beberapa aspek fisiologis jenis kelamin manusia mirip dengan hewan
atau identik dengan seksualitas. Jenis kelamin manusia dan seksualitas tidak sama, Adam tidak bisa
menemukan seorang penolong dan pasangan yang cocok untuk dia, kemudian Tuhan membuat Hawa
(Kejadian 2:18-20). Kedua fakta menunjukkan bahwa manusia berkaitan dengan jenis kelamin untuk
saling melengkapi dan bereproduksi. Verkuyl menjelaskan “Allah menjadikan manusia dalam jenis
kelamin yang berbeda supaya dapat saling menolong dan saling melengkapi.
Persahabatan di dalam tugas yang diberikan manusia untuk memelihara ciptaan Allah adalah
fokus dari jenis kelamin seksual manusia Dengan demikian, ini adalah bagian dari identitas dasar
manusia. Menjadi seorang pria atau wanita adalah hal yang baik, pada kenyataannya, sangat baik.
( Kejadian 1:31)

 Dikutuk
Dosa membuka perasaan bersalah dan rasa malu di hadapan Allah (Kejadian 3.8-10,21). Sebelum
Allah mengutuki manusia dan alam semesta, Allah berkata bahwa akan ada pelecehan dan konflik
dalam laki-laki dan perempuan, hubungan suami-istri, (Kejadian 3:16). Kebingungan,
ketidaknyamanan, dan ketidaksesuaian ada di mana harmoni memerintah. “Kebingungan tentang
gender dan peran gender menjadi norma.” Kebingungan jenis kelamin adalah bagian dari hukuman
Tuhan, (Roma. 1:18-32). Maka dapat dikatakan jenis kelamin juga dikutuk.

 Kepuasan Seksual
 Baik
“Perintah ini diberikan sebelum dosa masuk ke dalam dunia, oleh sebab itu persetubuhan dan
prokreasi telah ditetapkan Allah dan dinikmati oleh manusia ketika ia masih dalam mula-mula yakni
sebelum manusia jatuh." Perkawinan bukan sekedar ikatan antara dua insan yang memilih untuk
hidup bersama dalam suka dan duka, tapi lebih dari itu yang meliputi serikat pekerja dan kepuasan
seksual. Kepuasan seksual dapat meningkatkan hubungan antara suami dan istri. Alkitab
menjelaskan bahwa kepuasan seksual dibenarkan jika kepuasan seksual direalisasikan antara satu
laki-laki dan satu perempuan dalam ikatan pernikahan. (Ibrani 13:4).

 Dikutuk
Allah melarang homoseksualitas dan kebinatangan. Ini membuktikan kepuasan seksual telah
menyimpang. Kenyataan bahwa banyak orang menyalurkan hasrat seksual mereka secara langsung
terhadap orang atau benda lain selain pasangan mereka, dan tidak mengontrol keinginan-keinginan
ini adalah bukti kebejatan manusia. “Kebejatan ini merupakan bagian dari proses Allah memberikan
mereka atas keinginan jahat mereka, (Roma. 1:18 32.). Karena ini adalah bagian dari penghakiman
Allah terhadap memberontakan dan penyembahan berhala.
Dunia menganggap Seks sebagai pemuas nafsu semata, sehingya menghaltlkan segala cara
untuk mencari kepuasan seks termasuk hal-hal yang sangat dilarang oleh Tuhan. “para pencari
kenikmatan memperlakukan seks sebagai alat untuk memuaskan napsunya”.

 Dampak Dosa
Dampak kejatuhan manusia ke dalam dosa membawa akibat buruk bukan saja bagi manusia itu sendiri
tetapi juga berakibat terhadap alam. Alkitab sangat jelas menggambarkan akibat kejatuhan manusia
kedalam dosa. Disini penulis hanya akan membahas yang menyangkut tentang transeksual.
(Roma pasal 1, 2 dan Korintus 6) jelas membuktikan bahwa pola-pola kepuasan seksual harus
dipelajari, contohnya Homoseksualitas dan transeksual “(Roma 1) berbicara tentang meninggalkan
fungsi alami kepada tidak alami. Alkitab menjelaskan mereka bisa dipisahkan, dan dibenarkan oleh
darah Yesus dan kuasa Roh Kudus, Yesus mengampuni orang, cabul dan pezinah dimasukkan dalam
daftar orang-orang berdosa yang bertobat."
Dapat disimpulkan bahwa kelainan seksual, adalah belajar pola berpikir, menginginkan, dan
bertindak Setiap orang berdosa mengembangkannya. Dampak dosa ini adalah pemberontakan terhadap
Allah, pemberontakan terhadap apa yang sudah ditetapkan oleh Allah, dan godaan untuk menjadi seperti
Allah “Manusia ingin mengendalikan nasibnya daripada terus didalam kesetiaan terhadap hukum Allah.
Oleh karena itu manusia menginginkan definisi mutlak dan arah kendali atas tubuhnya, jenis kelamin
seksual, dan kepuasan seksual.”

 Penebusan Yesus
Kedatangan Yesus dalam dunia dan pengorbanan-Nya di kayu salib membawa harapan bagi manusia
yang sudah jatuh kedalam dosa. Pengorbananya di kayu salib memberi pemulihan bagi manusia yang
berdosa, bukan saja dosa yang diampuni, tetapi juga seluruh aspek kehidupan manusia termasuk
dalam hal seksual, yang didalamnya juga terdapat transeksual.

 Tubuh Ditebus
Jika inkarnasi dari Yesus membuktikan bahwa tubuh yang baik dan tidak jahat, maka kebangkitan-Nya
menunjukkan bahwa tubuh adalah ditebus. Kebangkitan adalah bagian keseluruhan dari keselamatan
Nya dari dosa.

 Jenis Kelamin Ditebus


“Yesus dalam pengorbanan-Nya menebus dalam segala aspek kehidupan manusia termasuk jenis
kelamin Paulus mengajarkan tentang tradisi gereja dalam (1 Korintus 1:2 16:12). Dia berpendapat bahwa
penebusan Kristus memiliki implikasi bagi hubungan perempuan dan laki laki". Didalam Tuhan, laki
laki dan perempuan tidak merdeka tetapi saling tergantung. Oleh karena itu, karya Kristus menebus dan
melindungi perkawinan dan perbedaan perannya dari pelecehan. Kuasa Nya dan syataat-Nya menjamin
bahwa setiap kutukan dan Kebingungan tentang gender dan peran seksual dapat diatasi di dalam Dia.

 Tinjauan Etika Kristen Tentang Operasi Transeksual


Etika Kristen yang digunakan dalam analisis akhir pembuatan karya tulis ini adalah etika Kristen yang
bersifat deontologis, yaitu etika yang berpusat kepada kewajiban atau etika yang berdasarkan aturan
yang ditetapkan. “Etika Kristen bersifat deontologis karena etika Kristen didasarkan pada perintah-
perintah Allah, dan wahyu Allah di dalam Alkitab." Etika Kristen berpedoman pada Firman Allah dalam
setiap pengambilan keputusan etis.
Firman Allah menjadi pedoman dalam pembahasan masalah transeksual ditijau dari etika Kristen.
Disini penulis akan membahas beberapa hal yang menyangkut tentang operasi transeksual antara lain
sebagai berikut:
 Mutilasi atau Modifikasi Tubuh
Tinjauan Alkitab tentang kerusakan pada tubuh dan yang lebih buruk mutilasi disengaja sebagai
sebuah. penghinaan yang sangat besar. Paulus mengajarkan bahwa tubuh adalah bait Roh Kudus
dan harus dilindungi, (1 Korintus. 6:12-20). “Manipulasi hormonal yang ekstrim dan bedah
mutilasi yang terlibat dalam operasi transeksual tidak dibenarkan kecuali kasus tersebut
menyangkut kesehatan sedang dipertaruhkan." Seharusnya seorang tidak boleh merubah gender
yang sudah ditentukan oleh Allah.
Operasi transeksual secara bebas dilakukan karena masalah psikologis seseorang. Dengan
demikian akan memberi peluang bagi tindakan yang lain yang melanggar kaidah yang sudah
ditetapkan untuk tidak dilakukan seperti, aborsi dengan alasan menjaga bentuk tubuh ibu. Oleh
karena itu tidak dibenarkan menentukan jenis kelamin seseorang melalui operasi transeksual,
meskipun pikiran mereka tidak dapat menerima tubuhnya.
Seorang pria sejak lahir secara anatomi adalah seorang laki laki, karena merasa terjebak
dalam tubuh perempuan, dia mau beralih fungsi menjadi perempuan, dengan cara berusaha
merubah tubuhnya semirip mungkin dengan lawan jenisnya yaitu perempuan. Dengan berbagai
cara baik melalui operasi perubahan anatomi tubuh maupun deng an pemakaian hormon
perempuan, berharap menjadi semirip mungkin ‘dengan lawan jenisnya. Tindakan ini disebut
dengan pembalikan gender seksul. Maka dapat dikatakan tindakan ini menyalahgunakan
pemberian Tuhan yang baik.
Operasi lahiriah seorang transeksual untuk menjadikan tubuh lebih dekat dengan apa
yang ada dalam pikiran itu merupakan sebuah kekejian bagi Allah. “Seorang wanita tidak boleh
mengenakan pakaian laki-laki, dan seorang laki-laki tidak boleh mengenakan pakaian wanita,
bagi siapa saja yang melakukan hal-hal ini adalah kekejian bagi TUHAN, Allahmu” (Ulangan
22:5). Dalam hal berpakaian pun jika tidak menjadi berkat malahan menjadi batu sandungan itu
merupakan kekejian bagi Allah. Jika banci sangat menjijikan bagi Allah maka bedah radikal
transeksual untuk mengubah jenis kelamin luar adalah jauh lebih buruk. Menghalalkan operasi
transeksual untuk memulihkan penderita psikologis ini seharusnya tidak pernah terjadi. Jika dosa
kecil seperti banci adalah kekejian bagi Allah, maka operasi transeksual harus super kekejian.
Sebagai orang percaya yang hidup di dalam kasih Kristus dan taat akan Firman Allah seharusnya
tidak mendukung operasi transeksual maupun perusahaan-perusahaan yang melakukanya.

 Operasi Transeksual Bertentangan dengan Maksud dari Seksualitas


Pembalikan gender seksual dan memprakarsai apa yang sudah Tuhan berikan melalui bedah
operasi alat kelamin dan modifikasi tubuh untuk mengubah alat kelamin luar menjadi semirip
mungkin dengan lawan jenisnya, sangat bertentangan dengan maksud dari seksualitas
tersebut. Alkitab mengatakan Allah menciptakan seseorang sebagai laki-laki dan sebagai
perempuan mempunyai maksud dan tujuan seksualitas, adapun maksud dan tujuan dari
seksualitas antara lain:

o Mendapatkan Keturunan
Alkitab perjanjian lama tepatnya kitab Kejadian menyatakan bahwa manusia
diperintahkan Allah untuk bereproduksi, beranak cucu untuk memenuhi bumi,
(Kejadian 1:26 28). Manusia untuk mendapatkan keturunan secara normal, harus
melalui hubungan seksual atau hubungan intim antara laki-laki dengan perempuan.
Hubungan seksual yang dikehendaki Allah adalah hubungan dalam ikatan perkawinan.
Seorang yang sudah melakukan operasi transeksual tidak mungkin mendapatkan
keturunan secara normal, meskipun alat kelamin luar yang merupakan bagian alat
reproduksi pada manusia bisa diubah. Misalnya seorang laki-laki mengubah jenis
kelaminnya menjadi perempuan, melalui bedah transeksual, masih ada bagian alat
repropduksi lain yang terdapat Pada manusia yang sampai saat ini belum bisa diubah
atau di tambahkan, seperti indung telur sebagai penghasil sel telur, rahim sebagai
tempat pertumbuhan janin, dan testis sebagai penghasil sperma. Maka dari itu,
seseorang yang sudah melakukan operasi transeksual tidak mungkin lagi bisa punya
anak. Dengan demikian bertentangan dengan maksud dari seksualitas yaitu punya anak.

o Hubungan Heteroseksual
Hubungan seksual atau hubungan intim pada mulanya dan umumnya. Allah hanya
menciptakan hubungan yang heteroseksual, yaitu hubungan antara laki laki dengan
perempuan. Sebab itu seorang laki Jaki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan
bersatu dengan istrinya sehingga keduanya menjadi satu daging (Kejadian 2:24) ayat ini
menjelaskan bukan hubungan homoseksual tapi heteroseksual. Mirip seperti yang
disebutkan di (Ffesus 5:22-33) yang hanya membahas konteks hubungan heteroseks
dimana kasih Kristus adalah dasar hidup suami istri, tetapi tidak menjelaskan sesuatu
diluar konteks seperti hubungan sesama jenis.
Seorang transeksual mempunyai hubungan antara sesama jenis yang disebut
dengan homoseksual, meskipun mereka mengubah jenis kelamin luarnya. Karena sejak
dilahirkan seseorang sudah dikodratkan dengan jenis kelamin yang sudah ada sejak
lahir tampa perubahan. Mereka melakukan hubungan sesama jenis karena mereka
berangapan bahwa mereka adalah lawan jenis dari dirinya sehingga pada umumnya
mereka tidak mau dikatakan sebagai homoseksual.
Allah menginginkan dalam hubungan intim manusia_ hanya dibenarkan
berhubungan intim antara laki-laki dengan perempuan. Hubungan seksual seorang yang
sudah menjalani operasi transeksual sudah bertentangan dengan maksud dari
seksualitas. Hubungan intim yang sesui dengan Firman Allah adalah hubungan
heteroseksual antara laki-laki dengan perempuan dalam satu ikatan pernikahan.

o Homoseksual Bagi Transeksual


Allah didalam wahyu Nya (Alkitab) baik perjanjian lama maupun dalam perjanjian
baru, sangat jelus tidak suka atau bahkan menentang perilaku homoesksual. Dalam teks
teks perjanjian lama homoseksual dipandang secara negatif (Imamiat 18:22; Kejadian
19). Demikian pula dalam teks teks perjanjian baru memandang homoseksual sebagai
suatu perilaku seksual yang menyimpang (Roma 1:26 27; 1 Korintus 6:9 I; 1 Timotius
10 dan Yudas 1:7). Perilaku homoseksual adalah tindakan yang sangat berdosa karena
tindakan tersebut menentang apa yang sudah ditetapkan oleh Allah bahwa seksual
seharusnya heteroseksuual antara Liki dan perempuan, bukan hubungan sesama jenis.
Dalam perilaku homoseksual hanya mencari kenikmatan semata, karena periluku
homoseksual menghalalkan behubungan dengan sesama jenis untuk mendapatkan
kemkmatan semata Perilaku homosekual memiliki hubungan seks yang tidak wajar dan
menyimpang dari seharusnya, seperti yang dikataken oleh Robert dalam bukunya
"bahwahubungan seksualitas dengan cara homoseksualitas dipandang bagian dan
penyimpangan hubungan perkawinan.
“Terlepas dari anggapan bahwa seorang transeksual yang secara biologis normal,
tetapi secara psikologis merasa terperangkap dalam tubuh yang berlawanan.” Perilaku
seksualnya sudah tentu memiliki perilaku homoseksual meskipun sudah merubah
gender secara anatomi. Seseorang transeksual pada umumnya tidak menyukai lawan
jenisnya karena dia merasa di dalam dirinya adalah lawan jenis dari apa yang terlihat.
Memang seorang transeksual tidak mau dianggap sebagai homoseksual meskipun
mereka menyukai sesama jenis karena ia sendiri merasa memiliki gender atau jenis
kelamin yang lain dari dirinya, tetapi secara umum bisa dilihat bahwa perilaku seksual
yang dimiliki seorang transeksual adalah perilaku homoseksual, karena mereka
menyukai sesama jenis kelamin, meskipun secara anatomi tubuhnya sudah diubah
menjadi lawan jenisnya. Orang yang sudah menjalani operasi transeksual selalu
berakhir menjadi homoseksual terlepas dari semua perubahan anatomi seksualitas
seseorang.

 Transeksual dan Operasi Transeksual


“Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia;
laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. (Kejadian 1:27).
“Ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada
orang yang dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena
kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga. Siapa yang dapat mengerti hendaklah ia mengerti.”
(Matius 19:12).
Bagaimanakah Orang Kristen memahami seorang transeksual? Menurut Kitab Kejadian,
TUHAN hanya membuat dua jenis manusia yaitu laki-laki dan perempuan. Tidak ada separuh laki-laki
atau separuh perempuan. Kristus Yesus menyebut ada orang yang tidak dapat kawin (menikah) karena
sudah dari rahim ibunya. Artinya, Kristus Yesus telah memiliki pandangan yang jauh, bahwa ada orang
yang mengalami distorsi seks sehingga tidak dapat melakukan pernikahan yang sebenarnya antara laki
laki dan perempuan. Perlu memahaminya, di dalam golongan ini, terdapat kelompok transeksual
tersebut.
“Faktor faktor biologis seperti cacat kromoson, dan kelainan gen, dan juga faktor psikoseksual
yang dialami bisa menyebabkan seseorang menjadi transeksual atau waria, sehingga menyulitkan
penderita hidup sesuai dengan jenis kelamin yang ada.” Alkitab tetap tidak memperkenankan prilaku
homoseksual terlebih lagi tindakan operasi transeksual, karena tubuh adalah bait Roh Kudus dan juga
tubuh untuk Kemuliaan Tuhan, bukan untuk nafsu belaka (1Korintus 6:12-20). Sebagai Orang percaya
kita tidak punya hak untuk mempermainkan tubuh. Paulus dalam tulisanya menekankan bahwa dalam
kehidupan kita, apapun yang diperbuat harus perbuatan yang membangun, dan juga perlu mementingkan
orang lain (1Korintus 10:23-24).
Transeksual bisa dikatakan sebagai gejala alamiah yang bisa terjadi dari proses kejadian
(kelahiran) manusia, dan Kristus Yesus memaklumi hal itu. (Matius 19:12) memberi pemahaman bahwa
seorang transeksual tidak bisa menikah, Alkitab tetap tidak membenarkan pada perilaku penyimpangan
seksual yang dilakukan (seks antara transeksual dan laki-laki, tentunya), dan juga tindakan operasi
transeksual tidak diperkenankan untuk dilakukan. Sebagai orang yang sudah terlahir dengan perilaku
abnormal seperti kasus transeksual, tetap harus hidup sesuai dengan Firman Tuhan disamping berusaha
untuk merubah keadaanya, seandainya tidak bisa merubah keadaanya, itu juga bukan dosa, asalkan tidak
melanggar hukum-hukum Allah. Seorang transeksual harus juga berusaha mengerti dan memahami
kehendak Allah sebab siapa yang mau terlahir dengan keadaan abnormal demikian.

 Sikap Orang Kristiani Terhadap Kaum Transeksual


 Menerima Seorang Transeksual Sebagai Bagian Tubuh Kristus
Selama ini kaum transeksual masih dipandang sebagai kaum yang menyimpang dan perlu dijauhi.
Masyarakat secara keseluruhan belum bisa menerima dan hidup bersama kaum transeksual ini.
Orang kristen sudah selayaknya tidak melakukan penilaian negatif terhadap kaum transeksual
atau waria. Yesus sudah menjadi teladan yang baik, dengan mengasihi orang berdosa dan tetap
membenci dosanya. Orang percaya mengasihi orang yang demikian bukan menjauhinya meskipun
demikian kita tetap tegas terhadap dosanya. . Kita sebagai orang percaya mungkin dapat mendukung
agar mereka merasa yakin akan potensi dirinya, dan kalau bisa memberi dukungan agar hidup kudus
di tengah kesadaran dirinya yang merasa bimbang akan jenis kelaminnya.
Sebenarnya dengan “kekurangannya” itu mereka punya potensi lebih besar untuk terhindar
dari skandal seksual seperti percabulan. Mereka akan punya lebih banyak waktu untuk beribadah dan
melayani Tuhan, Gereja juga bisa memberikan pelayanan kepaca mereka seperti melayani kaum
transeksual atau menjadi penginjil transeksual.

 Menolong Seorang Transeksual untuk Pemulihan


Orang yang? percaya juga harus menolong jangan sampai mereka terjerumus pada dosa apalagi
sampai melakukan operasi transeksual. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menolnog
mereka untuk proses pemulihan.
Pertama, bergaul dengan mereka. Kita bisa mengetahui latar belakng kehidupanya, sehingga
kita bisa-menolong mereka sesuai dengan latar belakang masalahnya.Bergaul dengan mereka
membuat mereka percaya kepada kita sehingga kita bisa mengarahkan dia kearah yang lebih positif
seperti ke gereja, seminar pemulihan, dan mendorong untuk ikut konseling pribadi sehingga ia bisa
pulih dari keadaanya.
Kedua, terbuka terhadap mereka. Keterbukaan kita terhadap mereka adalah kunci dimana
mereka mau terbuka terhadap kita. Keterbukaan kita terhadap mereka bisa membuat mereka diterima
dan mau terbuka, dam mencurahkan isi hatinya dan bebannya kepada kita sehingga mereka merasa
bebas dari bebanya.
Ketiga, mendengarkan. Mendengarkan adalah cara terbaik supaya mereka merasa diterima
dan merasa diperhatikan. Kalau mereka sudah merasa diterima mereka akan lebih terbuka sehingga
pemulihanya bisa lebih cepat.
Segala segala tindakan mungkin harus dilakukan untuk membantu orang berasumsi sebagai
gender yang berbeda.

 Bagi yang Sudah Menjalani Operasi Transeksual


Bagi orang yang sudah melakukan operasi transeksual dan bertobat akan ada bekas luka harfiah yang
sulit dihilangkan. Total restorasi atau total pemulihan adalah mustahil, maka diperlukan beberapa
penanganan:
Pertama, Konseling tentang identitas di dalam kristus dan peran gender. Konseling adalah
“hubungan timbal balik antara dua induvidu, yailu konselor yang berusaha menolong atau
membihing dan konsele yang membutuhkan bimbingan untuk mengatasi persoalan yang dihadapi
konseling ini akan menolong mereka menerima dirinya dan menghilangkan rasa bersalah. Konseling
ini akan sangat diperlukan untuk membantu orang yanz demikian dalam proses pemulihannya.
Kedua, Gereja harus merangkul orang semacam itu sehingga setan tidak dapat membinasakan
dia dengan keputusasaan, (1 Korintus 2 : 5-11).

 Pendidikan Rohani dalam Keluarga


Orang tua adalah pihak yang paling bertanggung dalam memenuhi kebutuhan rohani anak. Memenuhi
kebutuhan rohani seorang anak berati sudah membentengi si anak dari berbagai pengaruh dunia ini.
Orang tua harus dapat memberi nilai-nilai yang kekal kepada anak-anaknya yaitu dengan
memperkenalkan Kristus sebagai jalan keselamatan satu satunya, berkumpul bersama untuk berdoa,
henghafal ayat firman Tuhan dan beribadah singkat.

 Pembinaan oleh Gereja


Gereja mempunyai tanggung jawab dalam pemenuhan kerohanian jemaat, hubungan yang itim dengan
Tuhan dapat mengakibatkan perilaku yang takut akan Tuhan dan mentaati perintah-Nya. Gereja
seharusnya tidak lepas tanggung jawab jika jemaatnya mengalami masalah sebaliknya merangkul
mereka dan mendorong mereka untuk bertobat dan lebih dekat kepada Tuhan. Ada beberapa hal yang
bisa dilakukan oleh gereja:

 Retreat
Retreat sangat membantu jemaat dalam pemulihan rohani nya. Kadang jemaat merasa kering dalam
hal rohani atau merasa hampa maka dari itu dengan diadakanya retreat kerohanian jemaat dapat
terbakar kembali untuk mengikuti Tuhan dan melayani Tuhan. Ada beberapa macam retreat yang
bisa dilakukan: Pertama retreat kaum bapak, kedua retreat kaum ibu, ketiga retreat pemuda, keempat
retreat sekolah minggu, dan kelima retreat seluruh keluarga.

 Seminar
Gereja perlu mendorong jemaatnya untuk mengikuti seminar rohani yang berkaitan dengan masalah
seksualitas dan dan peranan gender. Seminar yang bisa dilakukan antara lain seminar laki-laki sejati
untuk kaum pria dan seminar wanita bijak untuk kaum wanita, bisa juga mengikuti seminar yang
lain. Jika memungkinkan gereja juga bisa juga mengadakan seminar sendiri baik untuk kaum bapak
maupun untuk kaum wanita dengan mengundang pembicara yang berkaitan.

 Peranan Keluarga dalam Pencegahan Gangguan Identitas Gender


 Pembinaan dalam Keluarga
Faktor utama terjadinya ganguan identitas gender adalah faktor keluarga dan lingkungan. Peran
keluarga dalam perkembangan mental seseorang sangat penting, Pengaruh pendidikan yang
didapatkan oleh seorung anak pada waktu kecil akan sangat berpengaruh terhadap ingatan dan
kepribadian si anak, oleh karena itu apa yang dilakukan oleh keluarga sebenarnya menjadi sarana
pencegahan sejak dini dimana anak anak dapat memahami peran mereka sebagai gender yang sudah
ditetapkan. Alex Sobur dalam bukunva mengatakan “Mendidik anak adalah tugas yang paling mulia
yang pernah diamanathan Tuhan kepada orang tua”. Tentu dalam hal ini keluarga mempunyai
tanggung jawab yang besar dalam pertumbuhan sang anak, bukan saja secara fisik bertumbuh tetapi
juga secara mental juga bertumbuh dengan baik.

 Pendidikan Seks dan Peran Gender Sejak Dini


Orang tua dituntut memiliki kepekaan, keterampilan, dan - pemahaman agar mampu memberi informasi
dalam porsi tertentu, yang justru tidak membuat anak semakin bingung atau penasaran. Orang tua adalah
pihak yang paling bertanggung jawab terhadap anak dalam masalah pendidikan, termasuk pendidikan
seks. Pendidikan seks sejak dini membuat anak mengetahui dan memahami apa arti seks yang
sebenarnya.
Pendidikan seks dan peran gender merupakan bagian penting dari pendidikan dasar, akhlak, dan
ibadah. Terlepasnya pendidikan seks dan peran gender dengan ketiga unsur itu akan menyebabkan
ketidakjelasan arah dari pendidikan seks itu sendiri. Seperti yang dikatakan oleh Staton dalam bukunya
“pembentukan akhir dari identitas anak sebagai anak lakilaki atau perempuan pada umumnya terjadi
sebelum usia lima tahun. Antara usia tiga dan lima tahun, anak-anak mengalami rasa ingin tahu yang
sangat besar dan melakukan identifikasi yang mendalam sehubungan dengan masalah jenis kelamin."
Oleh karena itu, dibutuhkan usaha untuk memuaskan rasa ingin tahu anak tentang seks dengan bersikap
terbuka dan menjalin komunikasi yang efektif dengan mereka yang tentunya sesuai dengan kapasitas
usia dan intelektualnya. Tetapi kebanyakan orang tua tidak memahami pentinya pendidikan seks dan
peran gender pada anak. Tidak jarang orang tua masih menanamkan persepsi yang negatif, yaitu seks
(termasuk pengenalan fungsi kelamin) itu jorok, porno, dan tabu untuk dibicarakan. Ada kalanya orang
tua memberikan pendidikan seks yang salah kepada anaknya seperti mengenakan pakaian perempuan
kepada anak laki-lakinya, ini akan sangat berpengaruh dalam kehidupanya ketika dia dewasa yang
menyebabkan ada konflik antara anatomi seks dan identitas gender.
Orang tua sayangnya tidak menunghu sampai anak mencapai usia belasan tahun untuk berbicara
tentang masalah seksual, anak-anak harus sudah mengetahui perubahan dan perkembangan yang akan
terjadi di masa remaja seterunya terkait seksualitasnaya pada masa sebelumnya secara wajar.

 Pola Asuh yang Benar


Pola asuh orang tua terhadap anak juga berperan dalam perkembangan mental anak, maka dari itu dalam
mendidik anak orang tua harus menggunakan pola asuh yang benar seperti: Pertama menjadi teladan.
Seorang anak akan mengukiti apa yang dilakukan orang tuanya daripada apa yang diucapkanya. Jika
orang tua menginginkan anaknya mengikuti apa yang baik, jadilah teladan yang baik dengan
melakukanlah yang baik dalam keluarga. Kedua, memberi dukungan pada anak. Seorang anak laki-laki
harus mendapatkan dukungan dari ayahnya supaya dia dapat menghargai pria. Soekahar mengatakan
dalam bukunya “Jikalau anak laki-laki tidak pernah mendapat dukungan moral dari ayah dalam
perjalanan hidup anaknya untuk menjadi laki-laki, maka akan membuat anak laki-laki tersebut
kehilangan penghargaan terhadap ayahnya, atau jenis kelaminya itu sendiri Tidak adanya figur seorang
ayah pada kasus anak laki-laki menyebabkan ia tidak mendapatkan model seorang pria. Ini akan
berdampak kepada kebencian pria berujung pada transeksual. Demikian juga sebalikanya jika seorang
anak perempuan tidak mendapat dukungan dari ibunya. Orang tua dalam keluarga harus mencerminkan
sikap sebagai orang tua yang baik. Ketiga, menjalin hubungan yang harmonis dengan anak. Hubungan
yang harmonis dengan anak akan menolong anak menjadi . dewasa secara iman dan mental. Hubungan
yang harmonis yang dimaksud adalah seperti yang dikatakan oleh Supraktiknya “tidak menelantarkan
secara fisik, menujukan rasa cinta dan kasih sayang, memberikan penghargaan dan perhatian terhadap
prestasi anak, menghukum secara wajar, Uidak overproteksi, memberikan kepada anak untuk mengambil
keputuhan sendiri, dan yang terakhir komonikasi yang efektif Dengan demikian anak akan menjadi anak
yang baik kelak ketika ia dewasa dan hidup dalam kepastian tentang dirinya.

BAYI TABUNG
A. Sejarah Bayi Tabung
Penemuan bayi tabung dipelopori sejumlah dokter Inggris.  Bayi tabung pertama lahir ke dunia ialah
Louise Brown. Ia lahir di Manchester, Inggris, 25 Juli 1978 atas pertolongan Dr. Robert G. Edwardsdan
Patrick C. Steptoe.  Sejak itu, klinik untuk bayi tabung berkembang pesat.  Teknik bayi tabung ini telah
menjadi metode yang membantu pasangan subur yang tidak mempunyai anak akibat kelainan pada
organreproduksi anak pada wanita.
Sejak kelahiran Louise Brown, teknik bayi tabung atau In Vitro Fertilization (IVF) semakin
populer saja di dunia. Di Indonesia, teknik bayi tabung (IVF) ini pertama kali diterapkan di Rumah Sakit
Anak-Ibu (RSAB) Harapan Kita, Jakarta, pada 1987.  Teknik bayi tabung yang kini disebut IVF
konvensional itu berhasil melahirkan bayi tabung pertama, Nugroho Karyanto, pada 2 Mei 1988.
Setelah itu lahir sekitar 300 "adik" Nugroho, di antaranya dua kelahiran kembar empat.
Kesuksesan perdana program bayi tabung yang dilakukan secara konvensional/In Vitro
Fertilization (IVF) dengan lahirnya Louise Brown membuat program ini semakin diminati oleh negara-
negara di dunia.  Di Indonesia, sejarah bayi tabung yang pertama dilakukan di RSAB Harapan Kita,
Jakarta, pada tahun 1987.   Program bayi tabung tersebut akhirnya melahirkan bayi tabung pertama di
Indonesia, yakni Nugroho Karyanto pada tahun 1988.  Baru setelah itu mulai banyak bermunculan
kelahiran bayi tabung di Indonesia.  Bahkan jumlahnya sudah mencapai 300 anak.  Kesuksesan program
bayi tabung tidak begitu saja memuaskan dunia kedokteran.  Upaya untuk mengukir tinta emas sejarah
bayi tabung terus berlanjut.

B. Pengertian bayi tabung


Bayi tabung adalah individu atau bayi yang pembuahannya terjadi diluar tubuh wanita, dengan cara
mempertemukan sel gemete (ga-met) betina (ovum) dengan sel jantan (spermatozoon) dalam sebuah
bejana (petri disk) yang didalam bejana telah disediakan medium yang cocok (suhunya dan lembabnya)
dengan didalam rahim sehingga ayigote (hasil pembuahan) yang terjadi dari dua sel tadi menjadi morulla
(moerbei) dan kemudian menjadi blastuta (pelembungan).  Pada stadium blastuta calon bayi dimasukkan
(diinflantasikan) dalam selaput lendir wanita yang siap untuk dibuahi dalam masa subur (sekresi).
Teknik ini biasa dikenal dengan Fertilisasi in Vitro (FIV).
Jadi bayi tabung adalah metode untuk membantu pasangan subur yang mengalami kesulitan di
bidang pembuahan  sel telur wanita oleh sel sperma pria.  Secara teknis, dokter mengambil sel telur dari
indung telur wanita dengan alat yang disebut  laparoscop ( temuan dr. Patrick C. Steptoe dari Inggris ).
Sel telur itukemudian diletakkan dalam suatu mangkuk kecil dari kaca dandipertemukan dengan sperma
dari suami wanita tadi. Setelah terjadi pembuahan di dalam mangkuk kaca itu tersebut, kemudian hasil
pembuahan itu dimasukkan lagi ke dalam rahim sang ibu untuk kemudian mengalami masa kehamilan
dan melahirkan anak seperti biasa.

C. Tujuan Penemuan Bayi Tabung


Pada mulanya program pelayanan ini bertujuan untuk menolong pasangan suami istri yang tidakmungkin
memiliki keturunan secara alamiah disebabkan tuba falopii istrinya mengalami kerusakan yang
permanen.  Namun kemudian mulai ada perkembangan dimana kemudian program ini diterapkan pula
pada pasutri yang memiliki penyakit atau kelainan lainnya yang menyebabkan tidak dimungkinkan
untuk memperoleh keturunan.

D. DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF KEHADIRAN BAYI TABUNG


1. Dampak Positif
Anak adalah dambaan setiap pasangan suami istri (pasutri).  Tapi faktanya, tak semua pasutri dapat
dengan mudah memperoleh keturunan.  Data menunjukkan, 11-15 persen pasutri usia subur mengalami
kesulitan untuk memperoleh keturunan, baik karena kurang subur (subfertil) atau tidak subur (infertil). 
Dalam buku Martin L. Sinaga mengatakan:
Pada prisipnya,  saya dapat menerima pemanfaatan teknologi bayi tabung, selama itu memakai
sperma suami sendiri dan bersifat menyejahterakan kehidupan manusia dalam arti seluas-luasnya,
khususnya memungkinkan suami istri yang secara konvensional tidak mungkin memperoleh keturunan
untuk memperolehnya.

Membantu Pasangan Suami-Istri Berketurunan


Kemajuan teknologi dan biologi kedokteran telah berhasil membantu pasangan yang mengalami
masalah kesuburan untuk memperoleh buah cinta mereka, bahkan bisa memilih jenis kelamin serta
diagnosis gangguan genetik bakal janin.  Di Tanah Air, teknologi yang bisa dinikmati baru sampai
pada pembuatan bayi tabung.  Di Makmal Terpadu FKUI harga ditawarkan cukup terjangkau dengan
satu siklus sekitar 30- 40 juta rupiah. Namun yang menjadi masalah keberhasilan bayi tabung di
Indonesia masih kecil, sekitar 10%.

2. Dampak Negatif
Pada program bayi tabung proses pembuahan terjadi secara tidak alami. Artinya, proses pembuahan
dilakukan secara buatan. Metode pembuahan buatan ini tidak menutup kemungkinan menimbulkan
risiko.  Adanya dugaan cacat bawaan sebagai dampak bayi tabung  maupun pembuahan buatan lain
dengan metode intra-cytoplasma telah mendorong Prof. Bertelsmann menghimbau komisi kedokteran di
Jerman untuk melakukan penelitian terpadu maupun penelitian data secara sistimatis.

a) Merupakan Tindakan Pembunuhan


Dalam buku yang berjudul biologi yang ditulis oleh R. Gunawan Susilowarno, R. Sapto Hartono,
Mulyadi. Th. Enik Mutiarsih, Murtiningsih.  Umiyati mengatakan:
Secara etika dan moral sebagian masyarakat menolak karena proses pembuahan pada bayi
tabung dilakukan dengan menggunakan dengan cawan petri sehingga embrio yang diperlukan yang
dimasukkan kembali kerahim, sedangkan sisanya “dibuang”.  Hak hidup embrio yang dibuang inilah
yang dipermasalahkan, sebab banyak yang memandang hal ini sebagai tindakan pembunuhan.

b) Masalah dalam Pendonoran Sperma


Pandangan kedua dari buku yang berjudul biologi ini mengatakan bahwa pendonoran sperma dari
suami tidak sah akan mengalami masalah:
Hubungan fundamental antara manusia terutama antara laki-laki dan perempuan sebagai
pasangan suami istri yang sah, kemudian dipertanyakan eksitensinya bila melakukan fertilisasi in
vitro.  Hal ini menjadi lebih buruk lagi bila sel telur dibuahi oleh sperma donor yang bukan dari
suami yang sah, misalnya dari bank sperma atau sel telur berasal [1]dari pendonor telur.  Hal lainnya
ialah bila menggunakan rahim kontrak karena istri tidak dapat memelihara embrio di dalam
rahimnya.

c) Masalah dalam penyewaan Rahim


Benih istri (ovum) disewakan dengan benih suami (sperma), kemudian dimasukkan kedalam rahim
wanita lain.  Kaedah ini digunakan dalam keadaan istri memiliki benih yang baik, tetapi rahimnya
dibuang karena pembedahan, kecacatan yang terus, akibat penyakit yang kronik atau sebab-sebab
yang lain.
Ovum istri disewakan dengan sperma lelaki lain (bukan suaminya) dan dimasukkan ke dalam
rahim wanita lain.  Keadaan ini apabila suami mandul dan istri ada halangan atau kecacatan pada
rahimnya tetapi benih istri dalam keadaan baik.
Sperma suami disewakan dengan ovum wanita lain, kemudian dimasukkan ke dalam rahim
wanita lain.  Keadaan ini apabila keadaan istri ditimpa penyakit pada ovary dan rahimnya.
Sperma dan ovum istri disewakan., kemudian dimasukkan ke dalam rahim istri yang lain dari
suami yang sama.  Dalam keadaan ini istri yang lain sanggup mengandungkan anak suaminya dari
istri yang tidak boleh hamil.

E.  PANDANGAN KRISTEN TENTANG PENERAPAN BAYI TABUNG


a) Melanggar Hukum ke-6 (Jangan Membunuh)
Masalah utama di dalam bayi tabung dari perspektif  Kristen adalah berhubungan dengan embrio-
embrio “yang terbuang” Sebagian besar metode-metode dalam teknologi reproduksi memaksa untuk
mengorbankan banyak embrio guna mendapatkan satu embrio yang lebih unggul dan dapat bertahan
hidup.
Sengaja menyebabkan kematian banyak manusia.  Menurut Moreland dan Rae (2000, hal
270), zigot, embrio, janin, bayi yang baru lahir, anak-anak, dan orang dewasa semua adalah pribadi.
Di dalam Evangelium Vitae, Paus John Paul II memaparkan bahwa kehidupan dimulai sejak sel telur
dibuahi (Peters, 1996, hal 51).  Pilihan untuk mengikuti proses bayi tabung secara etika dan moral
maupun iman kristen adalah pilihan salah. Geisler (2007, hal 220), dalam bukunya yang
berjudul Etika Kristen, mengemukakan bagaimana pandangan Kristen
terhadap biomedis. Pandangan tersebut antara lain:
1. Ada pencipta
2. Manusia secara khusus diciptakan
3. Allah berdaulat atas ciptaan
4. Prinsip kekudusan hidup
5. Tujuan tidak membenarkan alat

Alkitab dengan jelas berkata bahwa kita tidak berdaulat atas hidup kita sendiri. “Tuhan yang
memberi, Tuhan juga yang mengambil” (Ayub 1:21). Selain itu juga, Allah berkata kepada Musa,
“Akulah yang mematikan dan Akulah yang menghidupkan” (Ulangan 32:39). Allah yang
menciptakan kehidupan (Kejadian 1: 21,27) dan dia sendirilah yang menopangnya (Kis 17:28).
Karena itu kita tidak mempunyai hak untuk mengambil hidup yang tidak bersalah (Kej 9:6, Kel
20:13). Segala sesuatu dalam hidup ini adalah atas kuasa Tuhan. Dengan demikian jelas bahwa
bukan manusia yang berkuasa untuk menciptakan kehidupan. Bayi tabung merupakan kegiatan yang
melanggar ketetapan Allah karena manusia berusaha menciptakan kehidupan.
Secara medis, teknik bayi tabung (In Vitro Fertilization/IVF) tidak dipermasalahkan.  Tetapi
menurut iman Kristen sebaiknya tidak dilakukan walaupun jika dalam proses IVF sel telur dan
sperma yang digunakan memang dari pasangan suami-istri yang sah.  Karena jika tidak, apa bedanya
dengan perzinahan.
Namun demikian, IVF juga menyisakan masalah yang jika dilihat dari iman Kristen tidaklah
diperbolehkan. Masalahnya adalah dalam proses IVF, IVF akan mengambil beberapa sel telur dan
sperma dari pasangan suami-istri tersebut sehingga nanti akan tercipta beberapa “batch” hasil
pembuahan. Batch yang menunjukkan hasil pembuahan terbaiklah yang kemudian akan
dikembangkan selanjutnya dalam rahim si ibu. Sementara hasil pembuahan lain yang juga berhasil
terjadi tetapi dianggap “kualitasnya kurang prima” dibuang/dimusnahkan.  Pemusnahan bayi-bayi
yang lain ini yang termasuk dalam pembunuhan, yang berarti melanggar hukum ke-6.  Teknik bayi
tabung yang dikembangkan kemudian ternyata juga tidak menjawab masalah-masalah yang
ditimbulkan, bahkan memperrumit dan menambahnya dengan masalah pelik yang baru.

b) Masturbasi Adalah Perbuatan Dosa


Kata “onani” berasal dari kata ONAN yang dikisahkan dalam kitab Perjanjian Lama (Kejadian 38:8),
dimana Yudah menyurh anaknya, Onan untuk pergi mengawini dan melakukan hubungan seksual
dengan istri kakaknya yang baru janda.  Onan sebenarnya menolak membuahi istri kakak iparnya. 
Demikian asal kata Onani.  Masturbasi adalah rangsangan alat-alat kelamin yang disengaja dengan
tujuan membangkitkan kenikmatan seksual. “Kenyataan ialah bahwa, baik Wewenang Mengajar
Gereja dalam tradisinya yang panjang dan tetap sama maupun perasaan susila umat beriman tidak
pernah meragukan, untuk mencap masturbasi sebagai satu tindakan yang sangat bertentangan dengan
ketertiban”, karena penggunaan kekuatan seksual dengan sengaja, dengan motif apa pun itu
dilakukan, di luar hubungan suami isteri yang normal, bertentangan dengan hakikat tujuannya.
Persatuan sel telur dan sperma dilakukan di luar hubungan suami istri yang normal. IVF/ bayi
tabung jelas meniadakan aspek ‘persatuan/ union’ antara suami dengan istri.  Aspek pro-creation
juga disalah gunakan, karena dilakukan secara tidak normal.   Jadi kedua aspek hubungan suami istri
yang disebutkan dalam Humanae Vitae 12, tidak dipenuhi dengan normal. Praktek IVF atau bayi
tabung menghilangkan hak sang anak untuk dikandung dengan normal, melalui hubungan
perkawinan suami istri.  Jika melibatkan ‘ibu angkat’, ini juga berarti menghilangkan haknya untuk
dikandung oleh ibunya yang asli.
EUTHANASIA

Euthanasia mungkin merupakan persoalan yang tidak begitu terdengar, namun dibalik itu Euthanasia
merupakan persoalan yang sangat kompleks dikarenakan didalamnya terdapat permasalahan yang saling
bertolak belakang antara Iman Kristen dengan Hak Asasi Manusia. Hal ini dikarenakan jelas dalam Kristen
bunih diri itu dilaran alasannya adalah bahwa Tuhanlah yang memberikan kepada manusia nafas kehidupan
(Kej 2:7), maka Tuhan jugalah yang berhak mengambilnya kembali.

 Definisi Euthanasia
Istilah euthanasia berasal dari bahasa Yunani: eu (= baik) dan thanatos (= kematian). Jadi euthanasia
artinya “kematian yang baik” atau “mati dengan baik”

 Sejarah Euthanasia
Sekitar tahun 400 sebelum Masehi, sebuah sumpah yang terkenal dengan sebutan “The Hippocratic
Oath” yang dinyatakan oleh seorang Fisikawan Hipokratis Yunani, dengan jelas mengatakan:

“Saya tidak akan memberikan obat mematikan pada siapapun, atau menyarankan hal tersebut pada
siapapun.”- The Hippocratic Oath

Sekitar abad ke-14 sampai abad ke-20, Hukum Adat Inggris yang dipetik oleh Mahkamah Agung
Amerika tahun 1997 dalam pidatonya:

“Lebih jelasnya, selama lebih dari 700 tahun, orang Hukum Adat Amerika Utara telah menghukum atau
tidak menyetujui aksi bunuh diri individual ataupun dibantu.” – Chief Justice Rehnquist

Tahun 1920, terbitnya buku berjudul “Permitting the Destruction of Life not Worthy of Life”. Dalam
buku ini, Alfred Hoche, M.D., Dosen Psikologi dari Universtas Freiburg, dan Karl Binding, Dosen
Hukum dari Universitas Leipzig, memperdebatkan bahwa seorang pasien yang meminta untuk diakhiri
hidupnya harus, dibawah pengawasan ketat, dapat memperolehnya dari seorang pekerja medis. Buku ini
men-support euthanasia non-sukarela yang dilakukan oleh Nazi Jerman

Tahun 1935, The Euthanasia Society of England, atau Kelompok Euthanasia Inggris, dibentuk sebagai
langkah menyetujui euthanasia.

Tahun 1939, Nazi Jerman memberlakukan euthanasia secara non-sukarela. Hal ini akan dibahas pada
bab selanjutnya.

Tahun 1955, Belanda sebagai negara pertama yang mengeluarkan Undang-Undang yang menyetujui
euthanasia, dan diikuti oleh Australia yang melegalkannya di tahun yang sama.

Setelah dua negara itu mengeluarkan undang-undang yang sah tentang euthanasia, beberapa negara
masih menganggapnya sebagai konflik.

 Euthanasia Menurut Agama Kristen Protestan


Iman Kristen, secara tegas menolak euthanasia aktif (entah suntik mati atau bunuh diri berbantuan).
Alasannya adalah bahwa Tuhanlah yang memberikan kepada manusia nafas kehidupan (Kej 2:7), maka
Tuhan jugalah yang berhak memanggilnya kembali. Hidup dan mati adalah hak prerogatif Tuhan sebagai
Sang Khalik. Alasan-alasan seperti rasa kasihan melihat penderitaan pasien, alasan ekonomi, atau
kerepotan mengurus pasien, adalah tidak bisa mengesampingkan hak prerogatif Allah tersebut.
Euthanasia aktif pada hakikatnya sama dengan membunuh (menghilangkan nyawa) pasien, sekalipun
dengan dalih yang argumentatif. Dan manusia sebenarnya adalah mahluk yang unik. Beda dengan
binatang; tidak ada keberatan untuk mengakhiri “penderitaan” yang terjadi pada binatang. Tapi manusia
tidak pantas diperlakukan dengan cara demikian. Manusia diberi anugerah oleh Tuhan untuk
melangsungkan kehidupannya, akan tetapi juga untuk menemui kematiannya. Kita harus merawatnya
baik-baik sampat saat terakhir. Tentang kematian kita serah kan kepada Tuhan. Kedua, dalam
penderitaan yang sangat itulah kerap manusia menemukan sesuatu yang paling hakiki dalam hidupnya.
Bandingkan dengan pengalaman Ayub selepas ia melewati penderitaannya. Ayub 42:5, “Hanya dari kata
orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau.” Di sini
Ayub seolah hendak mengatakan. Dulu ketika ia masih sukses, makmur, hidup bergelimang kemewahan
ia hanya tahu tentang Tuhan dari ajaran-ajaran dan nasihat-nasihat orang lain. Tetapi sekarang setelah ia
melewati berbagai penderitaan itu, ia mengalami sendiri Allah.
Gereja Protestan terdiri dari berbagai denominasi yang mana memiliki pendekatan yang berbeda-
beda dalam pandangannya terhadap eutanasia dan orang yang membantu pelaksanaan eutanasia.
Beberapa pandangan dari berbagai denominasi tersebut misalnya :

 Gereja Methodis (United Methodist church) dalam buku ajarannya menyatakan bahwa : ”
penggunaan teknologi kedokteran untuk memperpanjang kehidupan pasien terminal membutuhkan
suatu keputusan yang dapat dipertanggung jawabkan tentang hingga kapankah peralatan penyokong
kehidupan tersebut benar-benar dapat mendukung kesempatan hidup pasien, dan kapankah batas
akhir kesempatan hidup tersebut”.
 Gereja Lutheran di Amerika menggolongkan nutrisi buatan dan hidrasi sebagai suatu perawatan
medis yang bukan merupakan suatu perawatan fundamental. Dalam kasus dimana perawatan medis
tersebut menjadi sia-sia dan memberatkan, maka secara tanggung jawab moral dapat dihentikan atau
dibatalkan dan membiarkan kematian terjadi.
Seorang kristiani percaya bahwa mereka berada dalam suatu posisi yang unik untuk
melepaskan pemberian kehidupan dari Tuhan karena mereka percaya bahwa kematian tubuh adalah
merupakan suatu awal perjalanan menuju ke kehidupan yang lebih baik.
Lebih jauh lagi, pemimpin gereja Katolik dan Protestan mengakui bahwa apabila tindakan
mengakhiri kehidupan ini dilegalisasi maka berarti suatu pemaaf untuk perbuatan dosa, juga dimasa
depan merupakan suatu racun bagi dunia perawatan kesehatan, memusnahkan harapan mereka atas
pengobatan.
Sejak awalnya, cara pandang yang dilakukan kaum kristiani dalam menanggapi masalah
“bunuh diri” dan “pembunuhan berdasarkan belas kasihan (mercy killing) adalah dari sudut
“kekudusan kehidupan” sebagai suatu pemberian Tuhan. Mengakhiri hidup dengan alasan apapun
juga adalah bertentangan dengan maksud dan tujuan pemberian tersebut.

 Jenis – jenis Euthanasia


Euthanasia sendiri dapat dibagi menjadi 6 jenis yaitu:

a) Euthanasia sukarela
Apabila si pasien itu sendiri yang meminta untuk diakhiri hidupnya.

b) Euthanasia non-sukarela
Apabila pasien tersebut tidak mengajukan permintaan atau menyetujui untuk diakhiri hidupnhnya.
c) Involuntary Euthanasia
Pada prinsipnya sama seperti euthanasia non-sukarela, tapi pada kasus ini, si pasien menunjukkan
permintaan euthanasia lewat ekspresi.

d) Assisted suicide
Atau bisa dikatakan proses bunuh diri dengan bantuan suatu pihak. Seseorang memberi informasi
atau petunjuk pada seseorang untuk mengakhiri hidupnya sendiri. Atau bisa juga dokter hanya
membantu pasien, misalnya dengan memberi resep obat yang mematikan dalam dosis besar.
Euthanasia ini biasanya disebut “bunuh diri berbantuan” atau “bunuh diri yang dibantu dokter” atau
“physician assisted suicide”

e) Euthanasia dengan aksi


Terjadi apabila dokter atau tenaga kesehatan lainnya secara sengaja melakukan suatu tindakan untuk
mengakhiri hidup pasien misalnya dengan suntik mati.

 Euthanasia dengan penghilangan atau biasa disebut Euthanasia Pasif


Apabila dokter atau tenaga medis lainnya secara sengaja tidak lagi memberikan pengobatan demi
memperpanjang kehidupan pasien, misalnya: dengan mencabut alat-alat yang digunakan untuk
mempertahankan hidup, keluarga tidak lagi merawat pasien di RS. Hal ini terjadi untuk pasien yang
benar-benar sudah terminal, dalam arti tidak bisa disembuhkan lagi, dan segala upaya pengobatan sudah
tidak berguna pula. Belakangan tidak lagi dianggap sebagai euthanasia. Umumnya kalangan dokter dan
agamawan setuju. Karena toh pasien meninggal karena penyakit nya, bukan karena usaha-usaha yang
dilakukan manusia.
Dalam Alkitab sebetulnya ada juga kasus euthanasia. Tapi tentu tidak dalam bentuk yang
sekarang. Dalam Ayub 2:9 dikisahkan ketika istri Ayub yang mungkin tidak tahan melihat penderitaan
suaminya, lalu menyuruh Ayub supaya mengutuk Tuhan sehingga bisa mati sekalian.

 Alasan Dilakukan Euthanasia


Euthanasia merupakan suatu pengakhiran hidup, tentu untuk mengakhiri hidup sesorang memiliki alasan
yang kuat. Dari beberapa survey negara dan penyaringan sumber, berikut adalah tiga alasan utama
mengapa euthanasia itu bisa dilakukan:

a) Rasa Sakit yang Tidak Tertahankan


Mungkin argumen terbesar dalam konflik euthanasia adalah jika si pasien tersebut mengalami rasa
sakit yang amat besar. Namun pada zaman ini, penemuan semakin gencar untuk mengatasi rasa sakit
tersebut, yang secara langsung menyebabkan presentase terjadinya “assisted suicide” berkurang.
Euthanasia memang sekilas merupakan jawaban dari stress yang disebabkan oleh rasa sakit
yang semakin menjadi. Namun ada juga yang dinamakan “drugged state” atau suatu saat dimana kita
tak merasakan rasa sakit apapun karena pengaruh obat.
Karena itulah kita bisa menyimpulkan bahwa sebenarnya tidak ada rasa sakit yang tidak
terkendali, namun beberapa pendapat menyatakan bahwa hal tersebut memang bisa dilakukan
dengan mengirim seseorang ke keadaan tanpa rasa sakit, tapi mereka tetap harus di-euthanasia-kan
karena cara tersebut tidak terpuji.
Hampir semua rasa sakit bisa dihilangkan, adapun yang sudah sebegitu parah bisa dikurang
jika perawatan yang dibutuhkan tersedia dengan baik. Tapi euthanasia bukalah jawaban dari skandal
tersebut. Solusi terbaik untuk masalah ini adalah dengan meningkatkan mutu para profesional medis
dan dengan menginformasikan pada setiap pasien, apa saja hak-hak mereka sebagai seorang pasien.
Meskipun begitu, beberapa dokter tidak dibekali dengan “pain management” atau cara medis
menghilangkan rasa sakit, sehingga mereka tidak tahu bagaimana harus bertindak apabila seorang
pasien mengalami rasa sakit yang luar biasa. Jika hal ini terjadi, hendaklah pasien tersebut mencari
doketr lain. Dengan catatan dokter tersebut haruslah seseorang yang akan mengontrol rasa sakit itu,
bukan yang akan membunuh sang pasien. Ada banyak spesialis yang sudah dibekali dengan keahlian
tersebut yang tidak hanya dapat mengontrol rasa sakit fisik seseorang, namun juga dapat mengatasi
depresi dan penderitaan mental yang biasanya mengiringi rasa sakit luar biasa tersebut.

b) Hak untuk Melakukan Bunuh Diri


Mungkin hal kedua bagi para pro-euthanasia adalah jika kita mengangkat hal paling dasar dari
semuanya, yaitu “hak”. Tapi jika kita teliti lebih dalam, yang kita bicarakan di sini bukanlah
memberi hak untuk seseorang yang dibunuh, tetapi memberikan hak pada orang yang melakukan
pembunuhan tersebut. Dengan kata lain, euthanasia bukanlah hak seseorang untuk mati, tetapi hak
untuk membunuh.
Euthanasia bukanlah memberikan seseorang hak untuk mengakhiri hidupnya, tapi sebaliknya,
ini adalah persoalan mengubah hukum agar dokter, kerabat, atau orang lain dapat dengan sengaja
mengakhiri hidup seseorang.
Manusia memang punya hak untuk bunuh diri, hal seperti itu tidak melanggar hukum. Bunuh
diri adalah suatu tragedi, aksi sendiri. Euthanasia bukanlah aksi pribadi, melainkan membiarkan
seseorang memfasilitasi kematian orang lain. Ini bisa mengarah ke suatu tindakan penyiksaan pada
akhirnya.

c) Haruskah Seseorang Dipaksa untuk Hidup?


Jawabannya adalah tidak. Bahkan tidak ada hukum atau etika medis yang menyatakan bahwa apapun
akan dilakukan untuk mempertahankan pasien tetap hidup. Desakan, melawan permintaan pasien,
menunda kematian dengan alasan hukum dan sebagainya juga bisa dinilai kejam dan tidak
berperikemanusiaan. Saat itulah perawatan lebih lanjut menjadi tindakan yang tanpa rasa kasihan,
tidak bijak, atau tidak terdengar sebagai perilaku medis.
Hal yang harus dilakukan adalah dengan menyediakan perawatan di rumah, bantuan
dukungan emosional dan spiritual bagi pasien dan membiarkan sang pasien merasa nyaman dengan
sisa waktunya.

 Pandangan Hukum di Indonesia


Secara hukum di Indonesia praktek euthanasia (aktif) dilarang. KUHP Bab IX tentang “Kejahatan
terhadap Nyawa”

1. Pasal 338 KUHP: Barang siapa dengan sengaja menghilangkan jiwa orang lain dihukum karena
makar mati,dengan penjara selama-lamanya lima belas tahun.
2. Pasal 340 KUHP: Barang siapa dengan sengaja dan direncanakan lebih dahulu menghilangkan jiwa
orang lain ,dihukum ,karena pembunuhan direncanakan (moord) dengan hukuman mati atau penjara
selama-lamanya seumur hidup atau penjara sementara selama-lamanya dua puluh tahun.
3. Pasal 341 KUHP: Seorang ibu dengan sengaja menghilangkan jiwa anaknya pada ketika dilahirkan
ataupun tidak berapa lama sesudah dilahirkan ,karena takut ketahuan bila ia sudah melahirkan
anak ,dihukum karena makar mati terhadap anak (kinderdogodslag) dengan hukuman penjara
selama-lamanya tujuh tahun.
4. Pasal 343 KUHP: bagi orang lain yang turut campur dalam kejahatan yang diterangkan dalam pasal
341 dan 342 dianggap kejahatan itu sebagai makar mati atau pembunuhan.
5. Pasal 344 KUHP: Barang siapa menghilangkan jiwa orang lain atas permintaan orang itu sedniri
,yang disebutnya dengan nyata dan dengan sungguh-sungguh,dihukum penjara selama-lamanya dua
belas tahun.
6. Pasal 345 KUHP: Barang siapa dengan sengaja menghasut orang lain untuk membunuh
diri,menolongnya dalam perbuatan itu,atau memberikan daya upaya itu jadi bunuh diri,dihukum
penjara selama-lamanya empat tahun.
7. Pasal 359 KUHP: Barang siapa karena salahnya menyebabkan matinya orang,dihukum penjara
selama-lamanya lima tahun atau kurungan selama-lamanya satu tahun.

Tetapi dalam KUHP ada alasan pengecualian dari hukuman dan deskriminalisasi yang dasar
pemberiannya diperoleh baik dalam KUHP itu sendiri.

1. Pasal 48 KUHP:Tidaklah dapat dihukum barang siapa yang melakukan suatu perbuatan dibawah
pengaruh suatu keadaan yang memaksa.
2. Pasal 50 KUHP: Tidaklah dapat dihukum barang siapa yang melakukan suatu perbuatan untuk
melaksanakan suat peraturan perundang-undangan

Apa yang dimaksudkan dalam pasal 50 KUHP ini dapat dilihat dari petugas pelaksana hukuman
mati.Dia membunuh karena diperintahkan oleh hokum sehingga ia membunuh tapi ia tidak dapat
dihukum.

Sementara untuk euthanasia pasif dan tidak langsung,dokter harus bisa membuktikan bahwa tindakan
medik terhadap pasien sudah tidak ada gunanya lagi (euthanasia pasif) atau membuktikan bahwa
tindakan medik yang dilakukannya itu bertujuan untuk meringankan penderitaan pasien (euthanasia
tidak langsung).

 Beberpa Contoh Kasus Euthanasia


1. Kasus dr. Kevorkian
Kasus dr. Kerkovin bertemoat di Amerika dimulai ketika seorang dokter bernama Jack Kevorkian
mengaku bahwa sejak tahun 1990 ia telah membantu lebih dari 130 pasien dengan berbagai penyakit
kronis untuk mengakhiri hidupnya (melakukan euthanasia). Kevorkian kemudian dijuluki sebagai dr.
Death. Kontroversi terjadi. Ada yang mengutuk, tapi ada juga yang membelanya. Para pembela itu
menyebut Kevorkian sebagai dokter yang menunjukkan belas kasihan mendalam dengan penderitaan
para pasien. Terlepas dari kontroversi mana yang benar dan mana salah, yang pasti pada tanggal 14
April 1999 dr. Kevorkian dijatuhi hukuman 25 tahun penjara.

2. Kasus dr. Cox


Kasus dr. Cox terjadi di Inggris tahun 1992 ketika dr. Nigel Cox mengakhiri hidup Lilian Boyes
seorang pasien sekaligus teman baiknya selama 14 tahun. Caranya dengan mem berikan suntikan
potassium chlorice. Dr. Cox mau melakukan itu karena ia sungguh-sungguh merasa iba dengan
penderitaan sahabatnya itu. “Ia mengalami kesakitan luar biasa. Lima hari sebelum kematiannya ia
memohon-mohon kepada saya untuk mengakhiri penderitaannya dengan mengakhiri hidupnya,”
demikian pembelaan dr. Cox. Kedua anak Lilian Boyes justru menyetujui tindakan dr. Cox. Mereka
malahan memberikan pembelaan dan berpendapat bahwa dr. Cox telah merawat ibu mereka dengan
sungguh-sungguh dan penuh kasih.
Tetapi apa pun bentuk pembelaan, yang pasti kemudian dr. Cox diadili dan dijatuhi hukuman
12 bulan, hanya saja ijin prakteknya tidak dicabut. Ia tetap bisa menjalankan profesinya sebagai
dokter.
Kedua contoh kasus di atas memperlihatkan kepada kita, betapa problematisnya soal
euthanasia ini. Pada satu pihak kita bisa saja berada pada barisan orang-orang yang pro. Alasan yang
biasa dikemukakan adalah: tidak ada kesempatan hidup, biaya mahal bisa digunakan untuk yang
hidup, penderitaan si pasien. Tetapi pada pihak lain kita juga bisa berada pada barisan orang yang
kontra. Alasannya adalah apa pun yang namanya pembunuhan adalah pembunuhan dan itu dilarang
oleh Tuhan sendiri.

3. Nazi Euthanasia
Pada bulan Oktober tahun 1939, ditengah-tengah kekacauan Perang Dunia ke-II, Hitler
memerintahkan ke seluruh wilayah jajahannya untuk membunuh orang-orang yang menderita sakit
atau cacat.
Dengan kode “Aktion T 4″, program Nazi Euthanasia adalah untuk menghilangkan
keberadaan “orang-orang yang tidak pantas untuk hidup lagi”. Pada awalnya hanya difokuskan pada
bayi yang baru lahir dan anak-anak yang masih sangat kecil. Para dokter dan ibu rumah tangga
diperintahkan untuk mendaftarkan anak-anak dibawah tiga tahun kepada pemerintah Jerman.
Kemudian, keputusan untuk membiarkan anak tersebut hidup atau tidak diambil oleh tiga ahlis medis
tanpa pemeriksaan maupun memperhatikan hasil kesehatan anak tersebut.
Tiap ahli medis menambah tanda (+) dengan pensil merah atau tanda (-) dengan pensil biru di
setiap lembar kasus para anak-anak tersebut. Tanda (+) merah berarti keputusan untuk membunuh
anak tersebut, dan tanda (-) biru berarti keputusan untuk membiarkannya hidup. Jika tiga tanda (+)
merah telah dikeluarkan, maka anak tersebut akan dikirim ke Departemen Khusus Anak di mana
mereka akan menerima kematian dengan suntik mati atau dengan cara dibiarkan mati kelaparan.
Program Nazi Euthanasia akhirnya berkembang dengan menyertakan anak-anak yang lebih
tua yang memiliki cacat juga para orang dewasa. Putusan Hitler pada bulan Oktober 1939,
menyatakan “pemberian hak untuk para ahli medis tertentu untuk memberikan euthanasia pada
orang-orang yang tidak dapat disembuhkan lagi.” Putusan tersebut disebarkan ke seluruh rumah sakit
dan tempat medis lainnya.
Sejumlah enam tempat pembunuhan telah ditentukan, termasuk sebuah gedung klinik
psikiatri yang terkenal di Hadamar. Di Bradenburg, tempat yang dulunya adalah sebuah penjara,
dirubah menjadi tempat pembunuhan di mana Nazi melakukan eksperimen pertamanya dengan gas
beracun. Di dalamnya terdapat kamar gas yang terhubung dengan pipa karbon monoksida beracun
yang akan menewaskan orang di dalamnya.
Pasien-pasien yang akan menerima euthanasia dibius terlebih dahulu sebelum ditelanjangi
dan dimasukkan ke dalam kamar gas. Setiap tempat pembunuhan tersebut dilengkapi dengan
krematorium di mana mayat-mayat dari kamar gas akan dibuang. Pihak keluarga akhirnya datang
dan mengambil sendiri tubuh anggota keluarganya yang sudah tak bernyawa.
Sebagai hasilnya, pada tanggal 23 Agustus, Hitler menghentikan “Aktion T 4″, yang telah
mengambil nyawa ratusan ribu orang. Namun bagaimanapun juga, program Nazi euthanasia secara
diam-diam terus berlanjut, tapi bukan dengan menggunakan gas beracun, melainkan dengan
menggunakan obat-obat dan dibiarkan kelaparan.
Tempat-tempat pembunuhan tersebut akhirnya dijadikan sebagai tempat eksperimen bagi
para ahli medis. Mereka menggunakan keahlian dan pengetahuan mereka untuk membangun tempat
pembunuhan baru di Auschwitz, Treblinka dan tempat-tempat pusat jajahan dengan tujuan untuk
menghabisi seluruh orang Yahudi yang ada di Eropa. Sebagai contoh, di negara Polandia, salah satu
negara yang paling merasakan penderitaan saat kedatangan Nazi Jerman. Negara tersebut pada
awalnya memiliki sekitar 700.000 penduduknya yang merupakan orang Yahudi. Namun setelah Nazi
datang, dan melakukan pendudukan besar-besaran, jumlah orang Yahudi di sana yang bertahan
hanya sekitar 10.000 orang.
 KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang telah dikemukakan tadi dalam makalah kelompok ini maka Kelompok
menyimpulkan. Pertama tubuh, seks, jenis kelamin, dan kepuasan seksual, pada dasarnya diciptakan
Allah sangat baik, mulia dan suci dan dengan tujuan yang baik, dan ini juga merupakan gambar Allah.
Akibat kejatuhan manusia pertama kedalam dosa maka gambar Allah menjadi rusak, sehingga Tubuh,
seks, jenis kelamin, kepuasan seksual kehilangan peranannya. Banyak penyimpangan seksual yang
berkembangan saat ini, dan sudah sangat meresahkan di dalam masyarakat. Kedua, transeksual adalah
salah satu bentuk kelainan seksualitas yang abnormal dimana seorang penderita mengalami ganguan
identitas gender, yaitu seseorang merasa terjebak dalam tubuh yang berbeda. Ketiga, secara etika Kristen
menjadi seorang transeksual atau waria tidak menjadi masalah. Karena secara Alkitabiah ada orang yang
terlahir dengan keadaan abnormal. Perilaku homoseksual bagi seorang transeksual secara Alkitabiah
dilarang karena melanggar prinsip Alkitab. Keempat, segala bentuk tindakan operasi transeksual yang
mementingkan keegoisan dan kenikmatan belaka dari segi etika Kristen adalah salah dan melanggar
kaidah Tuhan yang sudah ditetapkan. Seorang yang melakukan operasi transeksual sudah menghina dan
tidak menghargai dan juga tidak mengucap syukur atas apa yang sudah diberikan Tuhan yaitu kodrat
sejak lahir sebagai laki-laki maupun perempuan. Seorang yang melakukan operasi transeksual akan
mempunyai prilaku homoseksual. Kelima, orang kristiani harus dapat menampung dan menerima
mereka sebagai bagian dari tubuh Kristus, mungkin Tuhan punya rencana bagi kaum transeksual yang
rohani untuk menjadi penginjil kaum transeksual.

Dalam pandangan Kristen terhadap kehadiran bayi tabung adalah hal yang sangat fatal bagi iman
kekristenan, karena dalam hal ini seolah-olah menyaingi Allah. Juga Alkitab sangat menentang ketika
Onan sedang berhubungan intim dengan ‘onan, ‘giat’). Putra kedua Yehuda (Kej 38:4; 46:12; Bil 26:19;
1 Taw 2:3). Oleh kematian abangnya Er, Onan disuruh oleh Yehuda mengawini (ganti tikar, levirat)
Tamar, janda Er. Onan, yg tidak mau mengikuti tradisi ini, menghindari tahapan penuh dari
persetubuhan, sehingga dia dianggap jahat di mata Tuhan dan dibunuh (Kej 38:8-10). Dan hal ini suatu
tindakan pembunuhan dengan alas an karena membuang sperma. Sebenarnya jika meninjau kembali apa
yang terjadi dalam proses IVF, alasan mengapa metode itu ditolak oleh Gereja juga karena penghargaan
terhadap kehidupan. Dengan alasan apapun, kehidupan tidak boleh dibuang. Proses IVF ini, selain
mengingkari prinsip union (persatuan) alamiah suami isteri dengan pemberian diri satu sama lain melalui
hubungan suami isteri dalam kasih yang penuh dan utuh, juga berpotensi besar membuang kehidupan.
Sel telur dan sperma yang sudah dipilih kualitas yang terbaik, kemudian dipertemukan di cawan petri.
Setelah berkembang menjadi morula, yaitu suatu tahap awal dari perkembangan embrio manusia (yang
artinya sudah mempunyai kehidupan, karena kedua sel sudah bertemu menjadi sel manusia awal dan
sudah membelah tanda perkembangannya) kemudian diamati dan dilakukan proses seleksi. Morula yang
tidak prima menurut standar (grade) yang sudah ditetapkan, tidak dapat dilanjutkan untuk ditanam dalam
rahim, tetapi dibuang. Yang lulus seleksi tetapi terlalu banyak jumlahnya untuk ditanamkan bersama-
sama di dalam rahim, disimpan dalam pendingin untuk ditanam lagi kapankapan bila suami isteri itu
menghendaki. Atau kalau sudah berhasil terjadi kelahiran normal dan embrio-embrio itu sudah tidak
diperlukan lagi, maka terserah pihak rumah sakit akan dipakai sebagai percobaan atau dibuang dan
sebagainya. Tak terbayang berapa jumlah kehidupan manusia yang harus dikorbankan dengan metode
ini untuk memuaskan kebutuhan manusia, sebelum kehidupan itu diberikan kesempatan yang layak dan
cukup untuk berkembang sepenuhnya.

Euthanasia bisa dikatakan sama saja dengan pengguguran maupun pembunuhan. Di dalam Iman Kristen
kita jelas menolak hal itu karena seperti yang diperkatakan Tuhan melalui Hukum Taurat yang
diturunkan Allah kepada Musa yaitu Hukum ke 6 yang berbunyi “Jangan Membunuh” ( Keluaran 20 :13
). Tentu saja hal jangan membunuh ini termasuk di dalamnya membunuh diri sendiri karena Tuhanlah
yang memberi kita nafas kehidupan ( Kejadian 2 : 7) maka dari itu hanya Tuhanlah yang berhak
mengambilnya kembali. Meski Euthanasia itu bertujuan baik namun tetap saja sama dengan
pembunuhan. Maka Euthanasia itu bukanlah suatu pilihan untuk mengakhiri hidup karena penderitaan.
Kita sebagai Umat Kristen meringankan penderitaan dapat dengan cara berdoa keapada Tuhan, saling
menguatkan satu sama lain dan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

137867-tinjauan-etika-kristen-terhadap-operasi-85de2f36[1].pdf
https://sabdalogoss.blogspot.com/2012/05/pandangan-bayi-tabung-menurut-kristen.html?m=1
https://pdfcoffee.com/euthanasia-menurut-agama-kristen-protestan-pdf-free.html
https://id.scribd.com/doc/97264940/Euthanasia-Dan-Perspektif-Iman-Kristen

Anda mungkin juga menyukai