DOSEN:
Pdt. Rivai Palempung, M.Th
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 10
Jessica Wuisan
Anna Tulungen
Juwintan Tumelap
Kristiana Testia Unita Sumarauw
FAKULTAS TEOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA TOMOHON
YAYASAN GMIM Ds. A. Z. R. WENAS
TRANSEKSUAL
Pandangan Alkitab Tentang Seksualitas
Tubuh
Baik
Alkitab memberi penjelasan bahwa tubuh yang diciptakan Allah itu baik. Allah menciptakan tubuh
Adam dari tanah, kemudian dari tulang rusuk Adam diciptakanyalah Hawa, (Kejadian 2: 7). Allah
peduli atas tubuh manusia dengan menciptaan alam semesta yang baik dan lingkungan yang cukup
bagi manusia. Yesus Kristus memiliki tubuh fisik,(Kolose 2:9). Jelas dari penjelasan ayat tersebut
mengatakan bahwa tubuh yang baik adalah tubuh yang diciptakan Allah untuk kemuliaan-Nya.
Dikutuk
Salah satu akibat kejatuhan manusia pertama dalam dosa adalah tubuh dikutuk. (Kejadian3:16-19).
Pemberontakan manusia menyebabkan turun murka Allah, (Rom. 1:18-19). Bekerja, melahirkan, dan
kegiatan lain dibuat menjadi sulit karena kutukan-Nya. Tubuh benar-benar mengalami proses
ketidaksempurnaan, dan pada akhirnya, mereka mati. “Pada mulanya manusia sempurna, namun
sekarang manusia secara genetik menderita serta gen manusia mengalami perubahan. Segala macam
penyakit seperti Diabetes dan penyakit lainnya adalah hasil dari pemberontakan manusia. Ini adalah
akibat dari kutukan Tuhan karena ketidaktaatan manusia. George C. Scipione menjelaskan
“Kegagalan genetik tubuh mengakibatkan masalah yang mempengaruhi seksualitas. Pembalikan
kutukan hanya bisa datang dalam langit baru dan bumi baru, (Roma 8: 18-25).
Seks
Baik
Manusia dalam pandangan Allah itu sungguh amat baik, manusia dianggap ciptaan mulia agung dan
suci. “Tuhan mempunyai rencana ketika ia menciptakan organ tubuh tersebut. Dengan demikian
Tuhan mempunyai tujuan ketika Tuhan menjadikan seks itu bagi manusia.” Seks yang diciptakan
Allah itu suci dan mulia, itu tertulis dalam tulisan Paulus (1Timotius 4:4 3). Selain itu seks juga
adalah bagian tubuh yang diciptakan Allah dan dikuduskan. Seks bukanlah sesuatu yang kotor dan
jahat, seks itu baik karena Allah menciptakan seks, tidak ada yang tidak baik yang diciptukan Allah
termasuk seks. Seperti yang dijelaskan dalam kitab Kejadian, “Beranak cuculah dan bertambah
banyak agar memenuhi bumi dan berkuasa atasnya” (Kejadian 1:28) hal ini berati bahwa seks dalam
pernikahan merupakan anjuran Allah kepada manusia untuk memenuhi maksud dan rencana Allah
bagi dunia ini.
Dikutuk
Seks hanya dapat dibenarkan dalam hubungan suami istri atau dalam ikatan pernikahan, firman
Tuhan mengatakan “ranjang pengantin harus dihormati” (Ibrani 13: 4). Pernyataan ini membenarkan
bahwa seks hanya dapat dibenarkan kalau dalam ikatan pernikahan. Seks kalau dilakukan diluar
pernikahan itu merupakan perzinahan. Zinah merupakan perilaku yang sesat sama dengan
penyembahan berhala (1 Kor 6:9b-10). Paulus menentang dan melarang dengan keras praktek-pratek
zinah, perilaku ini merupakan suatu tindakan yang berdosa yang tidak sesuai dengan ketetapan
Allah.
Dosa sudah membawa dampak yang sangat besar dalam dunia ini, termasuk seks. Mulanya
seks diciptakan untuk maksud dan tujuan yang mulia sesuai dengan maksud dan tujuan Allah, namun
sekarang seks sudah disalahgunakan hanya sebagai pemuas nafsu belaka. Sekarang banyak
menggunakan seks sebagai alat untuk mendapatkan uang. Disamping itu banyak penyimpangan seks
yang berkembang, sekarang ini seperti hombseksual, biseksual dan yang banyak dibicarakan
sekarang adalah transeksual yang berujung pada operasi transeksual. Fenomena ini dapat
digambarkan bentuk dari akibat kejatuhan manusia kedalam dosa.
Jenis Kelamin
Baik
Manusia adalah unik dalam penciptaan, dia berdiri sendiri sebagai gambar Allah, (Kejadian 1:26-27).
Tuhan menciptakan manusia menurut gambaran-Nya. Gambar adalah riasan, inilah yang membuat
manusia berbeda dengan binatang dalam hubungan dengan Sang Pencipta.
Manusia bukanlah bentuk yang lebih tinggi dari kehidupan binatang. Manusia adalah
berbeda. Hal ini berlaku sejak saat ia diciptakan (Kejadian 2:7). Tuhan menciptakan manusia laki-
laki dan perempuan. Sementara beberapa aspek fisiologis jenis kelamin manusia mirip dengan hewan
atau identik dengan seksualitas. Jenis kelamin manusia dan seksualitas tidak sama, Adam tidak bisa
menemukan seorang penolong dan pasangan yang cocok untuk dia, kemudian Tuhan membuat Hawa
(Kejadian 2:18-20). Kedua fakta menunjukkan bahwa manusia berkaitan dengan jenis kelamin untuk
saling melengkapi dan bereproduksi. Verkuyl menjelaskan “Allah menjadikan manusia dalam jenis
kelamin yang berbeda supaya dapat saling menolong dan saling melengkapi.
Persahabatan di dalam tugas yang diberikan manusia untuk memelihara ciptaan Allah adalah
fokus dari jenis kelamin seksual manusia Dengan demikian, ini adalah bagian dari identitas dasar
manusia. Menjadi seorang pria atau wanita adalah hal yang baik, pada kenyataannya, sangat baik.
( Kejadian 1:31)
Dikutuk
Dosa membuka perasaan bersalah dan rasa malu di hadapan Allah (Kejadian 3.8-10,21). Sebelum
Allah mengutuki manusia dan alam semesta, Allah berkata bahwa akan ada pelecehan dan konflik
dalam laki-laki dan perempuan, hubungan suami-istri, (Kejadian 3:16). Kebingungan,
ketidaknyamanan, dan ketidaksesuaian ada di mana harmoni memerintah. “Kebingungan tentang
gender dan peran gender menjadi norma.” Kebingungan jenis kelamin adalah bagian dari hukuman
Tuhan, (Roma. 1:18-32). Maka dapat dikatakan jenis kelamin juga dikutuk.
Kepuasan Seksual
Baik
“Perintah ini diberikan sebelum dosa masuk ke dalam dunia, oleh sebab itu persetubuhan dan
prokreasi telah ditetapkan Allah dan dinikmati oleh manusia ketika ia masih dalam mula-mula yakni
sebelum manusia jatuh." Perkawinan bukan sekedar ikatan antara dua insan yang memilih untuk
hidup bersama dalam suka dan duka, tapi lebih dari itu yang meliputi serikat pekerja dan kepuasan
seksual. Kepuasan seksual dapat meningkatkan hubungan antara suami dan istri. Alkitab
menjelaskan bahwa kepuasan seksual dibenarkan jika kepuasan seksual direalisasikan antara satu
laki-laki dan satu perempuan dalam ikatan pernikahan. (Ibrani 13:4).
Dikutuk
Allah melarang homoseksualitas dan kebinatangan. Ini membuktikan kepuasan seksual telah
menyimpang. Kenyataan bahwa banyak orang menyalurkan hasrat seksual mereka secara langsung
terhadap orang atau benda lain selain pasangan mereka, dan tidak mengontrol keinginan-keinginan
ini adalah bukti kebejatan manusia. “Kebejatan ini merupakan bagian dari proses Allah memberikan
mereka atas keinginan jahat mereka, (Roma. 1:18 32.). Karena ini adalah bagian dari penghakiman
Allah terhadap memberontakan dan penyembahan berhala.
Dunia menganggap Seks sebagai pemuas nafsu semata, sehingya menghaltlkan segala cara
untuk mencari kepuasan seks termasuk hal-hal yang sangat dilarang oleh Tuhan. “para pencari
kenikmatan memperlakukan seks sebagai alat untuk memuaskan napsunya”.
Dampak Dosa
Dampak kejatuhan manusia ke dalam dosa membawa akibat buruk bukan saja bagi manusia itu sendiri
tetapi juga berakibat terhadap alam. Alkitab sangat jelas menggambarkan akibat kejatuhan manusia
kedalam dosa. Disini penulis hanya akan membahas yang menyangkut tentang transeksual.
(Roma pasal 1, 2 dan Korintus 6) jelas membuktikan bahwa pola-pola kepuasan seksual harus
dipelajari, contohnya Homoseksualitas dan transeksual “(Roma 1) berbicara tentang meninggalkan
fungsi alami kepada tidak alami. Alkitab menjelaskan mereka bisa dipisahkan, dan dibenarkan oleh
darah Yesus dan kuasa Roh Kudus, Yesus mengampuni orang, cabul dan pezinah dimasukkan dalam
daftar orang-orang berdosa yang bertobat."
Dapat disimpulkan bahwa kelainan seksual, adalah belajar pola berpikir, menginginkan, dan
bertindak Setiap orang berdosa mengembangkannya. Dampak dosa ini adalah pemberontakan terhadap
Allah, pemberontakan terhadap apa yang sudah ditetapkan oleh Allah, dan godaan untuk menjadi seperti
Allah “Manusia ingin mengendalikan nasibnya daripada terus didalam kesetiaan terhadap hukum Allah.
Oleh karena itu manusia menginginkan definisi mutlak dan arah kendali atas tubuhnya, jenis kelamin
seksual, dan kepuasan seksual.”
Penebusan Yesus
Kedatangan Yesus dalam dunia dan pengorbanan-Nya di kayu salib membawa harapan bagi manusia
yang sudah jatuh kedalam dosa. Pengorbananya di kayu salib memberi pemulihan bagi manusia yang
berdosa, bukan saja dosa yang diampuni, tetapi juga seluruh aspek kehidupan manusia termasuk
dalam hal seksual, yang didalamnya juga terdapat transeksual.
Tubuh Ditebus
Jika inkarnasi dari Yesus membuktikan bahwa tubuh yang baik dan tidak jahat, maka kebangkitan-Nya
menunjukkan bahwa tubuh adalah ditebus. Kebangkitan adalah bagian keseluruhan dari keselamatan
Nya dari dosa.
o Mendapatkan Keturunan
Alkitab perjanjian lama tepatnya kitab Kejadian menyatakan bahwa manusia
diperintahkan Allah untuk bereproduksi, beranak cucu untuk memenuhi bumi,
(Kejadian 1:26 28). Manusia untuk mendapatkan keturunan secara normal, harus
melalui hubungan seksual atau hubungan intim antara laki-laki dengan perempuan.
Hubungan seksual yang dikehendaki Allah adalah hubungan dalam ikatan perkawinan.
Seorang yang sudah melakukan operasi transeksual tidak mungkin mendapatkan
keturunan secara normal, meskipun alat kelamin luar yang merupakan bagian alat
reproduksi pada manusia bisa diubah. Misalnya seorang laki-laki mengubah jenis
kelaminnya menjadi perempuan, melalui bedah transeksual, masih ada bagian alat
repropduksi lain yang terdapat Pada manusia yang sampai saat ini belum bisa diubah
atau di tambahkan, seperti indung telur sebagai penghasil sel telur, rahim sebagai
tempat pertumbuhan janin, dan testis sebagai penghasil sperma. Maka dari itu,
seseorang yang sudah melakukan operasi transeksual tidak mungkin lagi bisa punya
anak. Dengan demikian bertentangan dengan maksud dari seksualitas yaitu punya anak.
o Hubungan Heteroseksual
Hubungan seksual atau hubungan intim pada mulanya dan umumnya. Allah hanya
menciptakan hubungan yang heteroseksual, yaitu hubungan antara laki laki dengan
perempuan. Sebab itu seorang laki Jaki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan
bersatu dengan istrinya sehingga keduanya menjadi satu daging (Kejadian 2:24) ayat ini
menjelaskan bukan hubungan homoseksual tapi heteroseksual. Mirip seperti yang
disebutkan di (Ffesus 5:22-33) yang hanya membahas konteks hubungan heteroseks
dimana kasih Kristus adalah dasar hidup suami istri, tetapi tidak menjelaskan sesuatu
diluar konteks seperti hubungan sesama jenis.
Seorang transeksual mempunyai hubungan antara sesama jenis yang disebut
dengan homoseksual, meskipun mereka mengubah jenis kelamin luarnya. Karena sejak
dilahirkan seseorang sudah dikodratkan dengan jenis kelamin yang sudah ada sejak
lahir tampa perubahan. Mereka melakukan hubungan sesama jenis karena mereka
berangapan bahwa mereka adalah lawan jenis dari dirinya sehingga pada umumnya
mereka tidak mau dikatakan sebagai homoseksual.
Allah menginginkan dalam hubungan intim manusia_ hanya dibenarkan
berhubungan intim antara laki-laki dengan perempuan. Hubungan seksual seorang yang
sudah menjalani operasi transeksual sudah bertentangan dengan maksud dari
seksualitas. Hubungan intim yang sesui dengan Firman Allah adalah hubungan
heteroseksual antara laki-laki dengan perempuan dalam satu ikatan pernikahan.
Retreat
Retreat sangat membantu jemaat dalam pemulihan rohani nya. Kadang jemaat merasa kering dalam
hal rohani atau merasa hampa maka dari itu dengan diadakanya retreat kerohanian jemaat dapat
terbakar kembali untuk mengikuti Tuhan dan melayani Tuhan. Ada beberapa macam retreat yang
bisa dilakukan: Pertama retreat kaum bapak, kedua retreat kaum ibu, ketiga retreat pemuda, keempat
retreat sekolah minggu, dan kelima retreat seluruh keluarga.
Seminar
Gereja perlu mendorong jemaatnya untuk mengikuti seminar rohani yang berkaitan dengan masalah
seksualitas dan dan peranan gender. Seminar yang bisa dilakukan antara lain seminar laki-laki sejati
untuk kaum pria dan seminar wanita bijak untuk kaum wanita, bisa juga mengikuti seminar yang
lain. Jika memungkinkan gereja juga bisa juga mengadakan seminar sendiri baik untuk kaum bapak
maupun untuk kaum wanita dengan mengundang pembicara yang berkaitan.
BAYI TABUNG
A. Sejarah Bayi Tabung
Penemuan bayi tabung dipelopori sejumlah dokter Inggris. Bayi tabung pertama lahir ke dunia ialah
Louise Brown. Ia lahir di Manchester, Inggris, 25 Juli 1978 atas pertolongan Dr. Robert G. Edwardsdan
Patrick C. Steptoe. Sejak itu, klinik untuk bayi tabung berkembang pesat. Teknik bayi tabung ini telah
menjadi metode yang membantu pasangan subur yang tidak mempunyai anak akibat kelainan pada
organreproduksi anak pada wanita.
Sejak kelahiran Louise Brown, teknik bayi tabung atau In Vitro Fertilization (IVF) semakin
populer saja di dunia. Di Indonesia, teknik bayi tabung (IVF) ini pertama kali diterapkan di Rumah Sakit
Anak-Ibu (RSAB) Harapan Kita, Jakarta, pada 1987. Teknik bayi tabung yang kini disebut IVF
konvensional itu berhasil melahirkan bayi tabung pertama, Nugroho Karyanto, pada 2 Mei 1988.
Setelah itu lahir sekitar 300 "adik" Nugroho, di antaranya dua kelahiran kembar empat.
Kesuksesan perdana program bayi tabung yang dilakukan secara konvensional/In Vitro
Fertilization (IVF) dengan lahirnya Louise Brown membuat program ini semakin diminati oleh negara-
negara di dunia. Di Indonesia, sejarah bayi tabung yang pertama dilakukan di RSAB Harapan Kita,
Jakarta, pada tahun 1987. Program bayi tabung tersebut akhirnya melahirkan bayi tabung pertama di
Indonesia, yakni Nugroho Karyanto pada tahun 1988. Baru setelah itu mulai banyak bermunculan
kelahiran bayi tabung di Indonesia. Bahkan jumlahnya sudah mencapai 300 anak. Kesuksesan program
bayi tabung tidak begitu saja memuaskan dunia kedokteran. Upaya untuk mengukir tinta emas sejarah
bayi tabung terus berlanjut.
2. Dampak Negatif
Pada program bayi tabung proses pembuahan terjadi secara tidak alami. Artinya, proses pembuahan
dilakukan secara buatan. Metode pembuahan buatan ini tidak menutup kemungkinan menimbulkan
risiko. Adanya dugaan cacat bawaan sebagai dampak bayi tabung maupun pembuahan buatan lain
dengan metode intra-cytoplasma telah mendorong Prof. Bertelsmann menghimbau komisi kedokteran di
Jerman untuk melakukan penelitian terpadu maupun penelitian data secara sistimatis.
Alkitab dengan jelas berkata bahwa kita tidak berdaulat atas hidup kita sendiri. “Tuhan yang
memberi, Tuhan juga yang mengambil” (Ayub 1:21). Selain itu juga, Allah berkata kepada Musa,
“Akulah yang mematikan dan Akulah yang menghidupkan” (Ulangan 32:39). Allah yang
menciptakan kehidupan (Kejadian 1: 21,27) dan dia sendirilah yang menopangnya (Kis 17:28).
Karena itu kita tidak mempunyai hak untuk mengambil hidup yang tidak bersalah (Kej 9:6, Kel
20:13). Segala sesuatu dalam hidup ini adalah atas kuasa Tuhan. Dengan demikian jelas bahwa
bukan manusia yang berkuasa untuk menciptakan kehidupan. Bayi tabung merupakan kegiatan yang
melanggar ketetapan Allah karena manusia berusaha menciptakan kehidupan.
Secara medis, teknik bayi tabung (In Vitro Fertilization/IVF) tidak dipermasalahkan. Tetapi
menurut iman Kristen sebaiknya tidak dilakukan walaupun jika dalam proses IVF sel telur dan
sperma yang digunakan memang dari pasangan suami-istri yang sah. Karena jika tidak, apa bedanya
dengan perzinahan.
Namun demikian, IVF juga menyisakan masalah yang jika dilihat dari iman Kristen tidaklah
diperbolehkan. Masalahnya adalah dalam proses IVF, IVF akan mengambil beberapa sel telur dan
sperma dari pasangan suami-istri tersebut sehingga nanti akan tercipta beberapa “batch” hasil
pembuahan. Batch yang menunjukkan hasil pembuahan terbaiklah yang kemudian akan
dikembangkan selanjutnya dalam rahim si ibu. Sementara hasil pembuahan lain yang juga berhasil
terjadi tetapi dianggap “kualitasnya kurang prima” dibuang/dimusnahkan. Pemusnahan bayi-bayi
yang lain ini yang termasuk dalam pembunuhan, yang berarti melanggar hukum ke-6. Teknik bayi
tabung yang dikembangkan kemudian ternyata juga tidak menjawab masalah-masalah yang
ditimbulkan, bahkan memperrumit dan menambahnya dengan masalah pelik yang baru.
Euthanasia mungkin merupakan persoalan yang tidak begitu terdengar, namun dibalik itu Euthanasia
merupakan persoalan yang sangat kompleks dikarenakan didalamnya terdapat permasalahan yang saling
bertolak belakang antara Iman Kristen dengan Hak Asasi Manusia. Hal ini dikarenakan jelas dalam Kristen
bunih diri itu dilaran alasannya adalah bahwa Tuhanlah yang memberikan kepada manusia nafas kehidupan
(Kej 2:7), maka Tuhan jugalah yang berhak mengambilnya kembali.
Definisi Euthanasia
Istilah euthanasia berasal dari bahasa Yunani: eu (= baik) dan thanatos (= kematian). Jadi euthanasia
artinya “kematian yang baik” atau “mati dengan baik”
Sejarah Euthanasia
Sekitar tahun 400 sebelum Masehi, sebuah sumpah yang terkenal dengan sebutan “The Hippocratic
Oath” yang dinyatakan oleh seorang Fisikawan Hipokratis Yunani, dengan jelas mengatakan:
“Saya tidak akan memberikan obat mematikan pada siapapun, atau menyarankan hal tersebut pada
siapapun.”- The Hippocratic Oath
Sekitar abad ke-14 sampai abad ke-20, Hukum Adat Inggris yang dipetik oleh Mahkamah Agung
Amerika tahun 1997 dalam pidatonya:
“Lebih jelasnya, selama lebih dari 700 tahun, orang Hukum Adat Amerika Utara telah menghukum atau
tidak menyetujui aksi bunuh diri individual ataupun dibantu.” – Chief Justice Rehnquist
Tahun 1920, terbitnya buku berjudul “Permitting the Destruction of Life not Worthy of Life”. Dalam
buku ini, Alfred Hoche, M.D., Dosen Psikologi dari Universtas Freiburg, dan Karl Binding, Dosen
Hukum dari Universitas Leipzig, memperdebatkan bahwa seorang pasien yang meminta untuk diakhiri
hidupnya harus, dibawah pengawasan ketat, dapat memperolehnya dari seorang pekerja medis. Buku ini
men-support euthanasia non-sukarela yang dilakukan oleh Nazi Jerman
Tahun 1935, The Euthanasia Society of England, atau Kelompok Euthanasia Inggris, dibentuk sebagai
langkah menyetujui euthanasia.
Tahun 1939, Nazi Jerman memberlakukan euthanasia secara non-sukarela. Hal ini akan dibahas pada
bab selanjutnya.
Tahun 1955, Belanda sebagai negara pertama yang mengeluarkan Undang-Undang yang menyetujui
euthanasia, dan diikuti oleh Australia yang melegalkannya di tahun yang sama.
Setelah dua negara itu mengeluarkan undang-undang yang sah tentang euthanasia, beberapa negara
masih menganggapnya sebagai konflik.
Gereja Methodis (United Methodist church) dalam buku ajarannya menyatakan bahwa : ”
penggunaan teknologi kedokteran untuk memperpanjang kehidupan pasien terminal membutuhkan
suatu keputusan yang dapat dipertanggung jawabkan tentang hingga kapankah peralatan penyokong
kehidupan tersebut benar-benar dapat mendukung kesempatan hidup pasien, dan kapankah batas
akhir kesempatan hidup tersebut”.
Gereja Lutheran di Amerika menggolongkan nutrisi buatan dan hidrasi sebagai suatu perawatan
medis yang bukan merupakan suatu perawatan fundamental. Dalam kasus dimana perawatan medis
tersebut menjadi sia-sia dan memberatkan, maka secara tanggung jawab moral dapat dihentikan atau
dibatalkan dan membiarkan kematian terjadi.
Seorang kristiani percaya bahwa mereka berada dalam suatu posisi yang unik untuk
melepaskan pemberian kehidupan dari Tuhan karena mereka percaya bahwa kematian tubuh adalah
merupakan suatu awal perjalanan menuju ke kehidupan yang lebih baik.
Lebih jauh lagi, pemimpin gereja Katolik dan Protestan mengakui bahwa apabila tindakan
mengakhiri kehidupan ini dilegalisasi maka berarti suatu pemaaf untuk perbuatan dosa, juga dimasa
depan merupakan suatu racun bagi dunia perawatan kesehatan, memusnahkan harapan mereka atas
pengobatan.
Sejak awalnya, cara pandang yang dilakukan kaum kristiani dalam menanggapi masalah
“bunuh diri” dan “pembunuhan berdasarkan belas kasihan (mercy killing) adalah dari sudut
“kekudusan kehidupan” sebagai suatu pemberian Tuhan. Mengakhiri hidup dengan alasan apapun
juga adalah bertentangan dengan maksud dan tujuan pemberian tersebut.
a) Euthanasia sukarela
Apabila si pasien itu sendiri yang meminta untuk diakhiri hidupnya.
b) Euthanasia non-sukarela
Apabila pasien tersebut tidak mengajukan permintaan atau menyetujui untuk diakhiri hidupnhnya.
c) Involuntary Euthanasia
Pada prinsipnya sama seperti euthanasia non-sukarela, tapi pada kasus ini, si pasien menunjukkan
permintaan euthanasia lewat ekspresi.
d) Assisted suicide
Atau bisa dikatakan proses bunuh diri dengan bantuan suatu pihak. Seseorang memberi informasi
atau petunjuk pada seseorang untuk mengakhiri hidupnya sendiri. Atau bisa juga dokter hanya
membantu pasien, misalnya dengan memberi resep obat yang mematikan dalam dosis besar.
Euthanasia ini biasanya disebut “bunuh diri berbantuan” atau “bunuh diri yang dibantu dokter” atau
“physician assisted suicide”
1. Pasal 338 KUHP: Barang siapa dengan sengaja menghilangkan jiwa orang lain dihukum karena
makar mati,dengan penjara selama-lamanya lima belas tahun.
2. Pasal 340 KUHP: Barang siapa dengan sengaja dan direncanakan lebih dahulu menghilangkan jiwa
orang lain ,dihukum ,karena pembunuhan direncanakan (moord) dengan hukuman mati atau penjara
selama-lamanya seumur hidup atau penjara sementara selama-lamanya dua puluh tahun.
3. Pasal 341 KUHP: Seorang ibu dengan sengaja menghilangkan jiwa anaknya pada ketika dilahirkan
ataupun tidak berapa lama sesudah dilahirkan ,karena takut ketahuan bila ia sudah melahirkan
anak ,dihukum karena makar mati terhadap anak (kinderdogodslag) dengan hukuman penjara
selama-lamanya tujuh tahun.
4. Pasal 343 KUHP: bagi orang lain yang turut campur dalam kejahatan yang diterangkan dalam pasal
341 dan 342 dianggap kejahatan itu sebagai makar mati atau pembunuhan.
5. Pasal 344 KUHP: Barang siapa menghilangkan jiwa orang lain atas permintaan orang itu sedniri
,yang disebutnya dengan nyata dan dengan sungguh-sungguh,dihukum penjara selama-lamanya dua
belas tahun.
6. Pasal 345 KUHP: Barang siapa dengan sengaja menghasut orang lain untuk membunuh
diri,menolongnya dalam perbuatan itu,atau memberikan daya upaya itu jadi bunuh diri,dihukum
penjara selama-lamanya empat tahun.
7. Pasal 359 KUHP: Barang siapa karena salahnya menyebabkan matinya orang,dihukum penjara
selama-lamanya lima tahun atau kurungan selama-lamanya satu tahun.
Tetapi dalam KUHP ada alasan pengecualian dari hukuman dan deskriminalisasi yang dasar
pemberiannya diperoleh baik dalam KUHP itu sendiri.
1. Pasal 48 KUHP:Tidaklah dapat dihukum barang siapa yang melakukan suatu perbuatan dibawah
pengaruh suatu keadaan yang memaksa.
2. Pasal 50 KUHP: Tidaklah dapat dihukum barang siapa yang melakukan suatu perbuatan untuk
melaksanakan suat peraturan perundang-undangan
Apa yang dimaksudkan dalam pasal 50 KUHP ini dapat dilihat dari petugas pelaksana hukuman
mati.Dia membunuh karena diperintahkan oleh hokum sehingga ia membunuh tapi ia tidak dapat
dihukum.
Sementara untuk euthanasia pasif dan tidak langsung,dokter harus bisa membuktikan bahwa tindakan
medik terhadap pasien sudah tidak ada gunanya lagi (euthanasia pasif) atau membuktikan bahwa
tindakan medik yang dilakukannya itu bertujuan untuk meringankan penderitaan pasien (euthanasia
tidak langsung).
3. Nazi Euthanasia
Pada bulan Oktober tahun 1939, ditengah-tengah kekacauan Perang Dunia ke-II, Hitler
memerintahkan ke seluruh wilayah jajahannya untuk membunuh orang-orang yang menderita sakit
atau cacat.
Dengan kode “Aktion T 4″, program Nazi Euthanasia adalah untuk menghilangkan
keberadaan “orang-orang yang tidak pantas untuk hidup lagi”. Pada awalnya hanya difokuskan pada
bayi yang baru lahir dan anak-anak yang masih sangat kecil. Para dokter dan ibu rumah tangga
diperintahkan untuk mendaftarkan anak-anak dibawah tiga tahun kepada pemerintah Jerman.
Kemudian, keputusan untuk membiarkan anak tersebut hidup atau tidak diambil oleh tiga ahlis medis
tanpa pemeriksaan maupun memperhatikan hasil kesehatan anak tersebut.
Tiap ahli medis menambah tanda (+) dengan pensil merah atau tanda (-) dengan pensil biru di
setiap lembar kasus para anak-anak tersebut. Tanda (+) merah berarti keputusan untuk membunuh
anak tersebut, dan tanda (-) biru berarti keputusan untuk membiarkannya hidup. Jika tiga tanda (+)
merah telah dikeluarkan, maka anak tersebut akan dikirim ke Departemen Khusus Anak di mana
mereka akan menerima kematian dengan suntik mati atau dengan cara dibiarkan mati kelaparan.
Program Nazi Euthanasia akhirnya berkembang dengan menyertakan anak-anak yang lebih
tua yang memiliki cacat juga para orang dewasa. Putusan Hitler pada bulan Oktober 1939,
menyatakan “pemberian hak untuk para ahli medis tertentu untuk memberikan euthanasia pada
orang-orang yang tidak dapat disembuhkan lagi.” Putusan tersebut disebarkan ke seluruh rumah sakit
dan tempat medis lainnya.
Sejumlah enam tempat pembunuhan telah ditentukan, termasuk sebuah gedung klinik
psikiatri yang terkenal di Hadamar. Di Bradenburg, tempat yang dulunya adalah sebuah penjara,
dirubah menjadi tempat pembunuhan di mana Nazi melakukan eksperimen pertamanya dengan gas
beracun. Di dalamnya terdapat kamar gas yang terhubung dengan pipa karbon monoksida beracun
yang akan menewaskan orang di dalamnya.
Pasien-pasien yang akan menerima euthanasia dibius terlebih dahulu sebelum ditelanjangi
dan dimasukkan ke dalam kamar gas. Setiap tempat pembunuhan tersebut dilengkapi dengan
krematorium di mana mayat-mayat dari kamar gas akan dibuang. Pihak keluarga akhirnya datang
dan mengambil sendiri tubuh anggota keluarganya yang sudah tak bernyawa.
Sebagai hasilnya, pada tanggal 23 Agustus, Hitler menghentikan “Aktion T 4″, yang telah
mengambil nyawa ratusan ribu orang. Namun bagaimanapun juga, program Nazi euthanasia secara
diam-diam terus berlanjut, tapi bukan dengan menggunakan gas beracun, melainkan dengan
menggunakan obat-obat dan dibiarkan kelaparan.
Tempat-tempat pembunuhan tersebut akhirnya dijadikan sebagai tempat eksperimen bagi
para ahli medis. Mereka menggunakan keahlian dan pengetahuan mereka untuk membangun tempat
pembunuhan baru di Auschwitz, Treblinka dan tempat-tempat pusat jajahan dengan tujuan untuk
menghabisi seluruh orang Yahudi yang ada di Eropa. Sebagai contoh, di negara Polandia, salah satu
negara yang paling merasakan penderitaan saat kedatangan Nazi Jerman. Negara tersebut pada
awalnya memiliki sekitar 700.000 penduduknya yang merupakan orang Yahudi. Namun setelah Nazi
datang, dan melakukan pendudukan besar-besaran, jumlah orang Yahudi di sana yang bertahan
hanya sekitar 10.000 orang.
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang telah dikemukakan tadi dalam makalah kelompok ini maka Kelompok
menyimpulkan. Pertama tubuh, seks, jenis kelamin, dan kepuasan seksual, pada dasarnya diciptakan
Allah sangat baik, mulia dan suci dan dengan tujuan yang baik, dan ini juga merupakan gambar Allah.
Akibat kejatuhan manusia pertama kedalam dosa maka gambar Allah menjadi rusak, sehingga Tubuh,
seks, jenis kelamin, kepuasan seksual kehilangan peranannya. Banyak penyimpangan seksual yang
berkembangan saat ini, dan sudah sangat meresahkan di dalam masyarakat. Kedua, transeksual adalah
salah satu bentuk kelainan seksualitas yang abnormal dimana seorang penderita mengalami ganguan
identitas gender, yaitu seseorang merasa terjebak dalam tubuh yang berbeda. Ketiga, secara etika Kristen
menjadi seorang transeksual atau waria tidak menjadi masalah. Karena secara Alkitabiah ada orang yang
terlahir dengan keadaan abnormal. Perilaku homoseksual bagi seorang transeksual secara Alkitabiah
dilarang karena melanggar prinsip Alkitab. Keempat, segala bentuk tindakan operasi transeksual yang
mementingkan keegoisan dan kenikmatan belaka dari segi etika Kristen adalah salah dan melanggar
kaidah Tuhan yang sudah ditetapkan. Seorang yang melakukan operasi transeksual sudah menghina dan
tidak menghargai dan juga tidak mengucap syukur atas apa yang sudah diberikan Tuhan yaitu kodrat
sejak lahir sebagai laki-laki maupun perempuan. Seorang yang melakukan operasi transeksual akan
mempunyai prilaku homoseksual. Kelima, orang kristiani harus dapat menampung dan menerima
mereka sebagai bagian dari tubuh Kristus, mungkin Tuhan punya rencana bagi kaum transeksual yang
rohani untuk menjadi penginjil kaum transeksual.
Dalam pandangan Kristen terhadap kehadiran bayi tabung adalah hal yang sangat fatal bagi iman
kekristenan, karena dalam hal ini seolah-olah menyaingi Allah. Juga Alkitab sangat menentang ketika
Onan sedang berhubungan intim dengan ‘onan, ‘giat’). Putra kedua Yehuda (Kej 38:4; 46:12; Bil 26:19;
1 Taw 2:3). Oleh kematian abangnya Er, Onan disuruh oleh Yehuda mengawini (ganti tikar, levirat)
Tamar, janda Er. Onan, yg tidak mau mengikuti tradisi ini, menghindari tahapan penuh dari
persetubuhan, sehingga dia dianggap jahat di mata Tuhan dan dibunuh (Kej 38:8-10). Dan hal ini suatu
tindakan pembunuhan dengan alas an karena membuang sperma. Sebenarnya jika meninjau kembali apa
yang terjadi dalam proses IVF, alasan mengapa metode itu ditolak oleh Gereja juga karena penghargaan
terhadap kehidupan. Dengan alasan apapun, kehidupan tidak boleh dibuang. Proses IVF ini, selain
mengingkari prinsip union (persatuan) alamiah suami isteri dengan pemberian diri satu sama lain melalui
hubungan suami isteri dalam kasih yang penuh dan utuh, juga berpotensi besar membuang kehidupan.
Sel telur dan sperma yang sudah dipilih kualitas yang terbaik, kemudian dipertemukan di cawan petri.
Setelah berkembang menjadi morula, yaitu suatu tahap awal dari perkembangan embrio manusia (yang
artinya sudah mempunyai kehidupan, karena kedua sel sudah bertemu menjadi sel manusia awal dan
sudah membelah tanda perkembangannya) kemudian diamati dan dilakukan proses seleksi. Morula yang
tidak prima menurut standar (grade) yang sudah ditetapkan, tidak dapat dilanjutkan untuk ditanam dalam
rahim, tetapi dibuang. Yang lulus seleksi tetapi terlalu banyak jumlahnya untuk ditanamkan bersama-
sama di dalam rahim, disimpan dalam pendingin untuk ditanam lagi kapankapan bila suami isteri itu
menghendaki. Atau kalau sudah berhasil terjadi kelahiran normal dan embrio-embrio itu sudah tidak
diperlukan lagi, maka terserah pihak rumah sakit akan dipakai sebagai percobaan atau dibuang dan
sebagainya. Tak terbayang berapa jumlah kehidupan manusia yang harus dikorbankan dengan metode
ini untuk memuaskan kebutuhan manusia, sebelum kehidupan itu diberikan kesempatan yang layak dan
cukup untuk berkembang sepenuhnya.
Euthanasia bisa dikatakan sama saja dengan pengguguran maupun pembunuhan. Di dalam Iman Kristen
kita jelas menolak hal itu karena seperti yang diperkatakan Tuhan melalui Hukum Taurat yang
diturunkan Allah kepada Musa yaitu Hukum ke 6 yang berbunyi “Jangan Membunuh” ( Keluaran 20 :13
). Tentu saja hal jangan membunuh ini termasuk di dalamnya membunuh diri sendiri karena Tuhanlah
yang memberi kita nafas kehidupan ( Kejadian 2 : 7) maka dari itu hanya Tuhanlah yang berhak
mengambilnya kembali. Meski Euthanasia itu bertujuan baik namun tetap saja sama dengan
pembunuhan. Maka Euthanasia itu bukanlah suatu pilihan untuk mengakhiri hidup karena penderitaan.
Kita sebagai Umat Kristen meringankan penderitaan dapat dengan cara berdoa keapada Tuhan, saling
menguatkan satu sama lain dan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
137867-tinjauan-etika-kristen-terhadap-operasi-85de2f36[1].pdf
https://sabdalogoss.blogspot.com/2012/05/pandangan-bayi-tabung-menurut-kristen.html?m=1
https://pdfcoffee.com/euthanasia-menurut-agama-kristen-protestan-pdf-free.html
https://id.scribd.com/doc/97264940/Euthanasia-Dan-Perspektif-Iman-Kristen