Anda di halaman 1dari 9

Minggu 09 September 2020 : 2 Timotius 2 : 1-5

Invocatio  :“Pada tahun ke delapan dari pemerintahannya, ketika ia masih muda belia,

ia mulai mencari Allah Daud, bapa leluhurnya” (2 Tawarikh 34: 3a)

Bacaan         : Mazmur 119: 9-16

Khotbah       : 2 Timotius 2: 1-5

Tema            : JADILAH LASKAR KRISTUS YANG SETIA

Pengantar

Kita mengenal peribahasa berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Bersakit-sakit


dahulu, bersenang-senang kemudian.Ini mengajarkan kita jangan menginginkan hasil yang
instan tanpa berusaha dan bertahan di masa sulit. Tapi nampaknya rumusan hidup generasi muda
saat ini sudah kehilangan nilai-nilai perjuangan. Hidup serba cepat dan serba mudah agaknya
mempengaruhi minat berjuang generasi muda. Mudah sekali meninggalkan sesuatu di saat tidak
lagi merasa nyaman. Merasa tidak nyaman di sekolah, minta pindah sekolah. Tidak nyaman di
pekerjaan, terburu-bururesign. Tidak nyaman di rumah, pergi. Tidak nyaman di gereja, pindah ke
gereja lain. Kecenderungannya, saat generasi muda dihadapkan dengan situasi sulit, mereka
bukannya berusaha memperbaiki itu, tapi malah menghindari atau meninggalkannya. Kita lihat
berapa banyak PERMATA GBKP yang meninggalkan gereja karena alasan kurang modern,
tidak bertumbuh, dan sebagainya. Padahal sejarahnya, pada 12 September 1948 PERMATA
dibentuk sebagai suatu wadah perjuangan, terlihat dari kepanjangannya yang
pertama PERSATUAN MEMAJUKAN DAN MEMPERTAHANKAN AGAMA sebelum
diubah menjadi PERSADAN MAN ANAK GEREJANTA.

ISI

Surat 2 Tim adalah surat Rasul Paulus kepada Timotius, orang muda yang dipercayakan
melayani di jemaat. Pada masa itu situasi jemaat Kristen perdana belum stabil. Para pemimpin
jemaat terancam dihukum dan dipenjara oleh pemerintah Romawi. Jemaat juga dibingungkan
oleh pengajaran-pengajaran yang berbeda dengan Injil Yesus Kristus yang disampaikan Paulus
dan rekan-rekannya. Berada di posisi Timotius saat itu tidak mudah. Paulus berpesan agar
Timotius kuat, menjadi seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus, dan berani menanggung
penderitaan demi Kristus.

Ayat 1: JADILAH KUAT. Kalimat lengkapnya, jadilah kuat oleh kasih karunia dalam Kristus
Yesus. Artinya bukan karena kehebatan manusia, tetapi penguatan dari Tuhan yang membuat
Timotius kuat. Ini mengingatkan kita agar meminta kekuatan dari Tuhan karena sejatinya
manusia tanpa Tuhan pasti lemah. “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang
memberi kekuatan kepadaku.” (Filipi 4:13)

Ayat 2: TERUSKAN PENGAJARAN BAIK. Walaupun banyak pengajaran yang tidak sesuai,
Timotius harus tetap setia memberitakan pengajaran yang benar yang telah ia terima dari Paulus.
Juga ia diminta untuk bijak memilah karena tidak semua orang bisa menerima yang benar.
Timotius harus bisa menyampaikannya pada orang yang dapat dipercayai dan bisa diandalkan
untuk mengajarkannya pada orang lain. Agar pengajaran yang benar tidak berhenti pada 1-2
orang saja.

Ayat 3-4: IKUTLAH MENDERITA SEBAGAI PRAJURIT YANG BAIK. Seorang prajurit
yang baik patuh, disiplin, dan siap siaga menghadapi segala situasi. Bahkan seorang prajurit siap
menderita dan siap mati dalam peperangan. Tidak memusingkan diri dengan soal-soal
penghidupannya, tetapi fokus untuk menjadi berkenan di hadapan komandan, tanpa bantahan dan
alasan. Timotius (dan semua orang percaya) tidak dipersiapkan menjadi prajurit untuk
peperangan fisik melainkan peperangan rohani (bdk Efesus 6: 12). Militansi dalam hal rohanilah
yang saat ini perlu dibangun dalam diri orang percaya.

Ayat 5: TAAT. Seperti seorang olahragawan, menjadi juara apabilaikut peraturan olahraga yang
ada. Usaha keras dan berlatih tekun harus diikuti dengan ketaatan. Karena sehebat apapun atlit
kalau melanggar aturan bisa kena diskualifikasi. Karena itu ketaatan pada aturan juga poin yang
penting dalam hidup.

Aplikasi

Keterpanggilan untuk ikut menderita bukan hal yang mudah untuk saat ini. Siapa yang
mau join dalam sebuah komunitas untuk bersama-sama menderita? Kalau janjinya seperti ini
jangankan orang muda, orang tua pun tidak tertarik untuk bergabung di dalamnya. Karena saat
ini yang orang cari adalah kenyamanan, kesuksesan, kalau bisa tanpa kerja keras bisa
memperoleh banyak uang. Dan banyak sekali orang yang termakan janji-janji palsu ini, sehingga
korban penipuan online semakin banyak. Persoalannya, fenomena ini juga terjadi di gereja.
Banyak orang Kristen lebih suka mendengar khotbah-khotbah berkat daripada khotbah yang
mengingatkannya bahwa mengikut Kristus berarti siap pikul salib. Yang ingin mereka dengarkan
bukanlah kebenaran Firman Tuhan yang bisa mengubahkan hidup, melainkan perkataan-
perkataan yang enak didengar dan membenarkan perbuatan mereka, terlebih lagi janji-janji
berkat yang melimpah. Maka Firman Tuhan di minggu ini mengingatkan kita:

1.     Panggilan untuk ikut menderita kita pahami sebagai sebuah militansi beriman kepada Yesus
Kristus. Mengikut Dia dan menjadi saksi-Nya bukan hanya dimasa-masa yang mudah, tetapi
juga di masa sulit. Saat gereja kita, GBKP, dianggap kurang bersahabat dengan generasi
muda, mari kita bangun bersama-sama. Benahi yang kurang di gereja kita, jangan tinggalkan
GBKP. Termasuk di masa pandemi, apakah saat gereja membatasi pertemuan kita tetap
berusaha mencari cara agar bisa bersekutu (secara virtual), atau kita jadi tidak beribadah
dengan dalih kurang mendapat makna dari ibadah online?PERMATA diharapkan untuk
terus bertumbuh di dalam GBKP. Laskar Kristus yang setia tentu tidak hanya berhenti pada
dirinya sendiri, namun mengajak orang lain untuk setia dalam peribadatan, apapun
bentuknya (virtual maupun tatap muka).

2.     Seperti prajurit yang baik fokus bagaimana agar ia berkenan kepada komandannya, orang
percaya harus fokus agar ia berkenan kepada Tuhan. Lebih banyak meluangkan energi untuk
mencari dan melakukan yang Tuhan kehendaki daripada meminta agar Tuhan mengikuti
kehendak kita.Mengejar hidup yang berkenan kepada Tuhan menjadi tujuan utama kita,
melebihi perkara-perkara yang lain. Bacaan Mazmur 119: 9-16 adalah bentuk kecintaan
pemazmur akan firman Tuhan. Untuk mempertahankan kelakuan bersih, harus dijaga sesuai
firman Tuhan. Orang yang fokus hidupnya adalah hidup berkenan pada Tuhan,
kesenangannya ialah: mencari Tuhan, menyimpan janji Tuhan dalam hati, menceritakan
hukum-hukum Tuhan, bergembira atas peringatan Tuhan, merenungkan titah Tuhan,
mengamati jalan-jalanNya, bergemar dalam ketetapanNya dan tidak akan melupakan
firmanNya.
3.     Menjaga identitas sebagai prajurit Kristus atau laskar Kristus. Banggalah terlahir dalam
keluarga yang mengikut Kristus, tetapi lebih bangga saat hidup sebagai pengikut-pengikut
Kristus yang sejati. Identitas sebagai laskar Kristus bukan bergantung dari yang tertulis
dalam biodata kita, tetapi kehidupan yang sungguh-sungguh mencerminkan persekutuan
dengan Kristus. Kebaktian, PA, PJJ, Saat Teduh, bukan rutinitas tetapi menjadi cara
membangun hubungan dengan Tuhan. Jangan menomorduakan semua ini tetapi jadikan top
priority kita. Suka akan firman Tuhan membuat kita tidak suka perbuatan dosa. PERMATA
GBKP laskar Kristus, jauh dari Narkoba, miras, free sex, judi, dan penyakit masyarakat
lainnya. Justru PERMATA diharapkan menjadi laskar Kristus, yang siap memerangi semua
ini.
PJJ 13-19 SEPTEMBER 2020
DEWASA RAS SERTA IBAS KRISTUS
EFESUS 4:13-15
(SDM PENGURUS)

Ayat 13: KESATUAN IMAN. (IMAN DAN PENGETAHUAN)

Pertama, kesatuan iman (ayat 13a). Banyak orang cenderung langsung mengaitkan iman
dengan keyakinan dalam hati. Iman berarti tingkat kepercayaan. Ternyata, bukan itu maksud
Paulus di sini. Iman di sini lebih mengarah pada “apa yang diyakini”, bukan kualitas atau
tingkat keyakinannya. Hal ini terlihat dari cara Paulus mengaitkan iman dan pengetahuan
(“mencapai kesatuan iman dan pengetahuan”). Keduanya diletakkan ke dalam satu frasa dan
dipayungi dengan kata “kesatuan” (lit. “menuju kesatuan iman dan pengetahuan tentang Anak
Allah, eis tēn henotēta tēs pisteōs kai tēs epignōseōs).

Di samping itu, dalam teks Yunani, di depan kata “iman” ada artikel (tēs pisteōs). Artinya,
Paulus sedang membicarakan tentang iman yang tertentu. Sesuai konteksnya, kata iman di ayat
13 merujuk balik pada “iman” yang sudah disinggung sebelumnya, yaitu di ayat 5. Di sana
“iman” lebih berhubungan dengan doktrin-doktrin dasar yang berhubungan dengan
Allah, baptisan dan pengharapan. Dengan kata lain, iman ini lebih berkaitan dengan doktrin-
doktrin dasar atau yang berhubungan dengan Injil yang benar.     

Jika tafsiran di atas benar, kita menemukan sesuatu yang menarik di sini. Di satu sisi, kesatuan
iman adalah sesuatu yang sudah ada. Semua orang percaya adalah satu tubuh, satu Roh, satu 
pengharapan, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, satu Allah dan Bapa (ayat 4-6). Di sisi lain,
kesatuan iman ini masih perlu diupayakan (ayat 13 “sampai kita semua mencapai kesatuan
iman”).

Tidak cukup bagi kita hanya memiliki iman sebagai instrumen untuk mendapatkan keselamatan
(2:8) maupun persekutuan dengan Allah (3:12) dan Kristus (3:17). Iman tersebut harus
ditumbuhkan. Pemahaman tentang Injil Yesus Kristus harus terus-menerus diperdalam.
Keselamatan secara anugerah yang diberitakan dalam Injil harus terus-menerus diperdengarkan.
Hanya dengan menempatkan Injil pada porosnya gereja akan mampu bergerak dan maju dengan
stabil. Tidak ada pertumbuhan tanpa Injil yang benar.

Dengan cara yang sama, tidak ada kesatuan tanpa doktrin-doktrin dasar yang benar. Dasar
kesatuan gereja adalah doktrin-doktrin dasar yang menegakkan gereja. Semua yang berdiri di
atasnya berarti menghargai kesatuan. Semua yang berdiri di tempat lain berarti sengaja
memisahkan diri.   

Kedua, kesatuan pengetahuan tentang Anak Allah (ayat 13b). Kata “pengetahuan”
(epignōsis) sudah muncul sebelumnya di 1:17. Di sana epignōsis dihubungkan dengan
pengenalan tentang Allah melalui karya Roh Kudus (lit. “supaya Ia memberikan kepadamu Roh
hikmat dan wahyu dalam pengenalan [epignōsis] tentang Dia”). Jadi, pengetahuan ini bukan
sekadar informasi atau penjelasan rasional, melainkan pencerahan spiritual dari Roh Allah.
Bukan hanya membutuhkan kepandaian manusia tetapi juga hikmat dan penyataan Allah.
Pendeknya, pengetahuan di sini bersifat personal dan spiritual, bukan hanya intelektual.

Apakah yang dimaksud dengan “pengetahuan tentang Anak Allah” di sini? Teks di atas tidak
menjelaskannya. Namun, berdasarkan pemunculan kata “pengetahuan/mengetahui” dan
“pengertian/mengerti” di surat ini, pengetahuan tentang Kristus lebih banyak berhubungan
dengan misteri ilahi di dalam Kristus (1:9-10; 3:3, 5-6, 9-10; 6:19; LAI:TB “rahasia”). Kata
“misteri/rahasia” (mysterion) berarti sesuatu yang dahulu tersembunyi sekarang dibukakan. Apa
yang sudah ditetapkan oleh Allah sejak kekekalan telah diungkapkan melalui Kristus Yesus.
Dengan kata lain, pengetahuan ini merujuk pada penggenapan begitu banyak rencana Allah yang
diungkapkan melalui nubuat dan tipologi di Perjanjian Lama dalam diri Yesus Kristus. Yesus
adalah penggenapan dari semua itu. Semakin mengenal Kristus berarti semakin
memahami dan merayakan rencana keselamatan Allah yang besar.

Ketiga, kedewasaan penuh (ayat 13c). Kata “laki-laki dewasa” (anēr) di sini dikontraskan
dengan anak-anak di ayat 14. Penambahan kata “penuh” (teleios) menyiratkan sebuah
penekanan: bukan hanya dewasa, tetapi juga matang; bukan hanya dewasa secara jasmaniah,
tetapi juga batiniah.
Kata “penuh” (teleios) bisa berarti sempurna atau matang. Ide dasar di dalamnya adalah “sudah
mencapai tujuan atau kapasitas sesuai yang direncanakan”. Jika dikenakan pada manusia,
kata teleios seringkali bersentuhan dengan ide tentang keutuhan dan keseluruhan (Kol. 1:28;
Yak. 1:4).

Ide di atas selaras dengan konteks Efesus 4. Berbagai karunia rohani yang berbeda diberikan
kepada jemaat supaya semua jemaat dapat bertumbuh dalam segala aspek. Bukan hanya
beberapa jemaat, tetapi seluruhnya (3:16 “seluruh tubuh…tia-tiap anggota…”). Bukan hanya
hebat di aspek-aspek tertentu, tetapi juga di seluruh aspek yang ada (3:15 “dalam segala hal ke
arah Dia”). Ada keutuhan dan keseluruhan.

Secara lebih khusus, frasa “kedewasaan penuh” mungkin merujuk pada tujuan ultimat
kerohanian, yaitu keserupaan dengan Kristus. Pertumbuhan ini dilekatkan dengan pengetahuan
tentang Anak Allah. Pertumbuhan ini mengarah kepada dan hanya dimungkinkan oleh Kristus
sebagai Kepala (3:15-16).

Penafsiran di atas juga senada dengan ajaran Paulus di tempat lain. Di Roma 8:29 Paulus
menjelaskan bahwa panggilan kekal Allah atas kita sesuai dengan penentuan-Nya untuk kita,
yaitu “untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya”. Di Kolose 3:10 keserupaan dengan
gambar Pencipta dikaitkan dengan pengetahuan tentang Dia.

Dari semua data di atas kita dapat menarik kesimpulan bahwa frasa “kedewasaan penuh”
di Efesus 4:13 merujuk pada proses untuk menjadi serupa dengan Kristus. Keserupaan ini
bersifat menyeluruh dan utuh. Pertumbuhan semacam ini hanya dimungkinkan apabila
seseorang mengenal Kristus dengan benar. Tanpa pengenalan yang benar tentang Dia,
bagaimana kita bisa menjadi serupa dengan Dia? Pengenalan secara intelektual dan personal
tentang Dia merupakan jalan menuju keserupaan dengan Dia.

Ayat 14: BUKAN LAGI ANAK-ANAK (PERTUMBUHAN ROHANI)

Pertumbuhan rohani yang sehat akan melindungi gereja dari ajaran sesat. Hanya melalui
pertumbuhan, gereja dihindarkan dari kejatuhan. Stagnasi bukan stabilitas. Stagnasi seharusnya
dipandang sebagai alarm sebelum bahaya datang. Jadi, pertumbuhan bukanlah pilihan,
melainkan keharusan.

Persoalannya, ajaran sesat datang dan pergi. Selalu berganti-ganti. Gereja tidak akan memiliki
waktu untuk menguraikan setiap kesesatan yang ada. Yang perlu dilakukan adalah menyediakan
sarana pertumbuhan rohani yang sejati. Dengan petumbuhan yang utuh dan menyeluruh, gereja
akan mampu mendeteksi kesesatan dan kelicikan.

Paulus mendefinisikan orang yang "dewasa" rohaninya sebagai mereka yang memiliki
kepenuhan Kristus.

Menjadi dewasa rohani berarti bukan menjadi anak-anak yang mudah goyah, mudah tertipu oleh
ajaran palsu dari orang lain dan mudah terpengaruh oleh pameran keahlian yang licik. Orang
tetap menjadi anak-anak apabila pengertian dan pengabdian mereka kepada kebenaran alkitabiah
tidak memadai (ayat Ef 4:14-15).

Menjadi dewasa secara rohani meliputi, berpegang kepada kebenaran di dalam kasih. Kebenaran
Injil sebagaimana terdapat dalam PB harus dipegang di dalam kasih, diberitakan dengan kasih
dan dipertahankan dalam roh kasih. Kasih itu pertama-tama ditujukan kepada "Kristus" (ayat Ef
4:15), kemudian kepada gereja (ayat Ef 4:16) dan kepada satu sama lain (ayat Ef 4:32; bd. 1Kor
16:14).

Ayat 15: KEBENARAN DI DALAM KASIH

Mempertahankan kesatuan iman, harus dilandaskan pada kasih aktif yang berusaha
untuk menyelesaikan berbagai persoalan dan membereskan perbedaan pendapat
melalui kesetiaan dan ketaatan kepada Kristus dan Firman-Nya. Ini berarti bahwa
mempertahankan dan membicarakan kebenaran PB dalam kasih harus mendahului
kesetiaan kepada berbagai lembaga, tradisi, dan tokoh Kristen atau gereja yang
tampak. Setiap usaha untuk mempertahankan persatuan atau kesatuan tidak boleh
meniadakan Firman Allah atau dilandaskan pada pengurangan tuntutan kebenaran
alkitabiah (ayat Ef 4:14). Kesetiaan kepada Alkitab mungkin berarti pemisahan
dari sebagian gereja yang tampak tidak setia lagi kepada Kristus dan doktrin rasuli
Kemudian Roh Kudus akan memulai pembentukan sebuah gereja baru yang setia
kepada Kristus dan kebenaran PB yang asli.

Anda mungkin juga menyukai