Anda di halaman 1dari 5

Umat Tuhan Milik Kristus – 1 Korintus 3:10-23

Kokoh tidaknya sebuah bangunan, bukanlah tergantung pada megah,


indah atau tingginya sebuah bangunan, tetapi kekuatannya adalah
sangat bergantung pada fondasinya. Tanpa fondasi yang kuat
memewah apapun yang dibangun pasti dijamin tidak akan bertahan.
Demikian pula halnya dengan persekutuan umat Tuhan. Bahwa kokoh
tidaknya persekutuan umat sangat ditentukan oleh pada dasar yang
diletakkan, yang tidak lain dan tidak bukan adalah Yesus Kristus
sendiri sebagai Kepala Gereja dan Tuhan dunia, dan yang Empunya
pekerjaan pelayanan didunia ini.
Dalam bacaan sebelumnya di pasal 3:1-9, diceritakan bahwa Paulus
mendapat berita ttg jemaat Korintus, dari Keluarga Cloe (1:12) sedang
terjadi perselisihan yang jika tidak diselesaikan akan membawa
persekutuan jemaat pada perpecahan. Hal ini terjadi disebabkan
diantara jemaat ada orang-orang yang mengagung-agungkan
kemampuan pribadi bahkan menilai orang dan diri sendiri berdasarkan
prestasi dan pencapaian yang didapat. Mereka mengagungkan orang
yang mempunyai hikmat dan pikiran-pikiran cemerlang dalam ukuran
mereka. Karna itu jangan heran sebagian jemaat ada yang
mengagung-agungkan Paulus, Apolos dan juga Kefas, yang dianggap
memiliki kemampuan lebih dari yang lain. Jemaat terjebak dalam
pelayanan yang berfokus pada manusia. Dan ini tentu sangat keliru.
Karena itu Paulus merasa bertanggung-jawab untuk menuntun jemaat
pada kebenaran yang sesungguhnya. Melalui pembacaan saat ini
Paulus menggunakan bahasa metafora bangunan, untuk menjelaskan
kepada jemaat tentang posisi dan peran mereka dalam jemaat.
Diayat 9, Paulus katakan bahwa ia dan rekan-rekan sepelayanannya
Apolos dan Kefas bahkan orang lain yang bekerja membangun
bangunan Allah yaitu persekutuan umat Tuhan hanyalah sebagai
pekerja. Bahwa ia adalah Rasul Yesus Kristus yang oleh anugerah
kasih karuniaNya telah meletakkan dasar bangunan yaitu Yesus
Kristus sendiri, sedangkan pelayan yang lain sebagai orang yang
membangun terus diatas dasar yang telah ada. Tidak ada posisi atau
peran yang satu lebih dari yang lain, karena semua sama yaitu sebagai
rekan sekerjanya Allah (ay.9). Mereka sebagai pekerja Allah tidaklah
penting, tetapi dasarlah yang penting. Bahwa Kristuslah yang
seharusnya menjadi fokus jemaat dalam pemberitaan firman dan
bukan yang lain.
Ayat 11 katakan: “karena tidak ada seorang pun yang dapat
meletakkan dasar lain daripada dasar yang telah diletakkan yaitu
Yesus Kristus.” Ayat ini hendak menjelaskan bahwa hanya satu
fondasi yang diperlukan dalam proses membangun. Setelah pondasi
itu diletakkan maka tidak perlu lagi ada fondasi yang lain. Kristus
adalah satu-satunya dasar yang benar. Disini kita melihat bahwa
Paulus adalah orang yang sangat tahu dan sangat mengerti apa yang
sedang dibangunnya, makanya dalam pembacaan ini ia menyebut diri
sebagai seorang ahli bangunan yang cakap. Ia tidak silau dengan
pujian orang yang mengagung-agungkan dirinya, tetapi pun ia tidak
kuatir apalagi sedih dengan orang lain yang mengagungkan pekerja
yang lain seperti Apolos & Kefas.
Paulus menyadari bahwa fokus pekerjaan pelayanannya adalah
Kristus sebagai satu-satunya fondasi yang kokoh dan kuat dari
bangunan Allah yaitu persekutuan umat Tuhan. Ia tidak membiarkan
dirinya menjadi fokus dalam pelayanan, sebaliknya malah ia memberi
diri sepenuhnya untuk mengabarkan tentang siapa Yesus, seperti yang
ia sampaikan dalam Filipi 1:21 & 22 : ” karena bagiku hidup adalah
Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di
dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah.” Melalui
perenungan firman ini tentu mengajak kita semua sebagai pekerja-
pekerja Allah dimasa kini untuk mengevaluasi kerja dan pelayanan
yang dipercayakan Allah kepada masing-masing kita. Sebab
pelayanan yang sedang kita kerjakan sangatlah bergantung pada
fondasi yang kita letakkan dihati kita. Apakah fokus kita ada pada
Kristus ataukah ada pada diri kita sendiri. Saat ini banyak orang yang
terjebak pada fokus yang keliru, yang mengukur keberhasilan dalam
pelayanan bukanlah pada pertumbuhan iman jemaat supaya menjadi
jemaat yang memuliakan Tuhan.
Seorang pendeta atau pelayan Tuhan lainnya akan dikatakan hebat
kalau khotbahnya berapi-api dan isinya bisa membuat jemaat tertawa
karena banyak lucunya. Jika demikian menjadi pertanyaan bagi kita,
apa bedanya ibadah dengan acara stand up komedi.yang ditayangkan
ditelevisi? Atau seperti yang dituliskan dalam renungan Pelita yang
diterbitkan oleh Sinode GMIM, bahwa pada masa sekarang ini ada
beberapa parameter yang dipakai utk mengukur keberhasilan dalam
jemaat, bahwa seorang pelayan akan dikatakan berhasil jika dapat
membangun gedung gereja yang megah, atau dikatakan berhasil jika
dapat melipatgandakan aset jemaat, dan ada juga yang mengukur
keberhasilannya dari segi pemberdayaan organisasi. Ini istilahnya
betis, beda-beda tipis dengan yang terjadi dijemaat Korintus, bahwa
fokus pelayanan bukan lagi pada pertumbuhan iman jemaat yang
memuliakan Tuhan sebagai fondasi utama dalam pembangunan
bangunan Allah yaitu persekutuan umat Tuhan, tetapi pada
manusianya.
Dan Paulus dalam bacaan firman saat ini menegaskan tidak ada org
bisa bermegah dengan dirinya sendiri, karena dihadapan Allah yang
berhikmat sekalipun dalam pandangan dunia ini, adalah merupakan
kebodohan bagi Allah (ay.18). Selanjutnya dalam suratnya ini pun
Paulus mengingatkan jemaat bahwa yang tidak kalah pentingnya juga
adalah pada soal proses pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja diatas
dasar yang telah diletakkan itu.
Kata Firman Tuhan diayat 12 “Entahkah orang membangun diatas
dasar ini dengan emas, perak, batu permata, kayu, rumput kering atau
jerami.” Disini Paulus hendak menekankan bahwa pekerjaan
membangun bangunannya Allah janganlah asal-asalan dan
sembarangan serta sembrono, karena ada standard yang telah
ditetapkan oleh Allah. Melalui penggambaran bahan-bahan material
tadi Paulus hendak menunjukkan tentang kualitas yang dimiliki
seoranh pekerja. Pekerja yang membangun dengan emas, perak dan
batu permata adalah gambaran pekerja yang sungguh- sungguh
melakan pekerjaannya. Bahwa ia sungguh-sungguh membangun umat
Tuhan bukan ke arah dirinya tetapi ke arah Kristus. Bahwa
keseluruhan hidupnya dipakai untuk membawa jemaat memuliakan
Allah.
Karena bahan-bahan material seperi emas, perak dan batu permata
adalah bahan-bahan yang tahan uji terhadap api, karena bagi orang
Korintus api adalah alat penguji yang paling ampuh dari bangunan
yang mrk miliki. Sebaliknya pekerja yang membangun dengan kayu,
rumput kering dan jerami adalah gambaran pekerja yang tidak
sungguh-sungguh, yang bekerja tidak sesuai dengan standard yang
telah ditetapkan oleh Allah, akibatnya dia akan menuai kerugian.
Allah telah mempercayakan bangunanNya yaitu umatNya. Pertanyaan
bagi kita adalah apakah kita adalah pekerja yang sungguh-sungguh
berkerja sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Allah. Bahwa yang
kita kerjakan adalah dalam rangka membawa umat memuliakan Tuhan
atau tidak. Jika iya maka kita mempersiapkan dengan sebaik mungkin
apa yang akan disampaikan dan diajarkan, menggali firman,
mengajarkan dan melakukan firman dengan sebaik mungkin.
Karena kita adalah pelaku firman Tuhan yang pertama. Karena itu
lewat firman ini mengajak kita mari berjuang terus untuk memberi
yang terbaik bagi Allah lewat pekerjaan yang telah Ia Percayakan
kepada kita. Kita ini adalah Bait Allah dan Roh Allah tinggal didalam
kita, dan ini tentu menjadi kekuatan bagi kita, bahwa sekalipun
pekerjaan pelayanan yang kita kerjakan tidak mudah, bahkan mungkin
kadangkala kita merasa tidak kuat untuk melangkah karena kelemahan
dan keterbatasan kita, tetapi Roh Allah yang ada didalam diri kita
pasti akan memberi kita kekuatan dan kemampuan untuk bisa
mempersembahkan yang terbaik bagi Tuhan. Kita harus bisa memberi
yang terbaik bagi Dia, karena kita ini adalah umat milik
kepunyaanNya. Amin

Anda mungkin juga menyukai