Saat menyusun Khotbah Minggu ini, satu jam yang lalu saya
membaca sebuah status di media sosial yang menuliskan “Percuma
kamu sudah lulus Akbid tidak bisa bantu orang yang
membutuhkan”. Mungkin yang menulis status tersebut sangat
membutuhkan dan sekaligus kecewa terhadap yang bersangkutan
karena ilmu yang telah didapatkannya tidak dapat dibagikan dalam
sebuah kenyataan hidup.
Iklan
Jika kita mampu berbuat yang terbaik di dalam keluarga, di luar
keluarga pun (tempat kita bekerja) terlebih lagih, kita dapat
mempratekkannya.
1. Kerendahan hati.
“Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia ini dalam segala
hal, jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan
mereka, melainkan dengan tulus hati karena takut akan Tuhan”.
Demikian Firman Tuhan mengajarkan.
“Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu
seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.”
Ada banyak orang bekerja dengan otot dan otak. Hal itu penting.
Tetapi ada yang jauh lebih lebih penting lagi yaitu bekerja dengan
hati.
Orang yang bekrja dengan hati, ia setia dan menghargai setiap hal
kecil yang dipercayakan kepadanya. Baginya lebih mengutamakan
kualitas daripada kuantitas.
Jika kita bekerja dengan hati, seperti untuk Tuhan, maka pekerjaan
terasa ringan, menyenangkan, ada damai, menjadi berkat bagi orang
lain
Tidak ada pekerjaan apa pun, betapapun kecil dan hinanya yang tidak
akan bersinar-sinar dan dinilai berharga di mata Tuhan … dan Tuhan
menempatkan kita pada suatu tanggung jawab tertentu. Artinya, kita
harus setia, berakar dan bertumbuh dalam pekerjaan itu.
MANUSIA JAM,
Orang yang mempunyai visi/ motivasi. Ia melangkah dengan pasti. Ia
tahu mengapa ia melangkah, dan ke mana ia melangkah. Ia sungguh
tahu apa tujuan hidupnya. Ia memberi arti/ makna/ nilai dalam
hidupnya dan sesamanya.
Tuhan Memberkati.