Anda di halaman 1dari 3

Alkitab Mobile SABDA

Renungan Harian

<< Sabtu, 29 September 2018 >>

Bacaan: Keluaran 31:1-11

Bacaan Setahun: Zakharia 8-14


Nas: "Dan telah Kupenuhi dia dengan Roh Allah, dengan keahlian dan pengertian dan
pengetahuan, dalam segala macam pekerjaan." (Keluaran 31:3)

Bezaleel yang Multitasking

Saya selalu takjub ketika melihat orang-orang yang dapat melakukan satu dua aktivitas dalam
waktu bersamaan. Misalkan, sembari mengaduk teh dengan tangan kanan, tangan kirinya sibuk
menutup termos dan menaruhnya pada tempatnya. Saya percaya bahwa di dalam diri setiap
orang ada kemampuan untuk melakukan setidaknya dua hal sekaligus, dengan sama baiknya,
selama orang tersebut tidak malas. Kemampuan inilah yang Allah berikan dalam diri Bezaleel
bin Uri bin Hur.

Nama Bezaleel memang tak seterkenal Harun, Yosua, atau Miryam. Namun, peran Bezaleel tak
dapat dianggap remeh dalam proses pembuatan Kemah Pertemuan dan semua
perlengkapannya. Allah telah mengaruniakan keahlian, pengertian, dan pengetahuan untuk
melakukan segala macam pekerjaan, bersama Aholiab bin Ahisamakh dan beberapa orang ahli
lainnya (ay. 6). Tanpa mereka, sepertinya Musa akan sangat kesulitan melakukan perintah
Allah terkait pembuatan Kemah Pertemuan.

Dalam hidup ini, orang yang diberi kemampuan untuk mengerjakan lebih dari satu hal sejatinya
memiliki bekal yang sangat berharga. Orang tersebut akan berguna dalam mengerjakan banyak
hal, dengan kualitas yang sama baiknya. Tentu saja, modal berharga tersebut harus ditopang
pula dengan ketekunan dan kerajinan, supaya hasilnya dapat lebih maksimal. Apakah kita
merasa "diberi titipan Allah" kemampuan dan keahlian mengerjakan lebih dari satu hal? Jangan
simpan atau pendam potensi itu, tetapi kembangkanlah dan muliakanlah Allah! --
GHJ/www.renunganharian.net

***
PEKERJAAN YANG DILAKUKAN DENGAN PENYERTAAN ALLAH,
UJUNGNYA AKAN MEMULIAKAN DIA.
“ Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya
pada waktunya.” 1 Petrus 5:6
Banyak orang berpikir bahwa merendahkan diri mereka di hadapan orang lain merupakan salah satu
tanda kerendahatian seseorang. Benarkah demikian? Mari kita belajar dari Rasul Paulus yang
merupakan contoh terbaik bagi setiap umat Tuhan mengenai bagaimana caranya untuk mendekatkan diri
kepada Tuhan dengan cara yang benar.
*courtesy of PelitaHidup.com
Dengan semua masa lalu dan latar belakangnya yang gelap, Paulus tidak pernah mengerdilkan arti
dirinya di hadapan Tuhan dan mengatakan kepada Tuhan bahwa ia adalah orang yang sangat berdosa
dan hina. Sebaliknya, Paulus terus menerus mengatakan dengan sikap rendah hati tentang kasih karunia
yang sudah Tuhan limpahkan dalam hidupnya.
“Aku bersyukur kepada Dia, yang menguatkan aku, yaitu Kristus Yesus, Tuhan kita, karena Ia
menganggap aku setia dan mempercayakan pelayanan ini kepadaku, aku yang tadinya seorang
penghujat dan seorang penganiaya dan seorang ganas, tetapi aku telah dikasihani-Nya, karena
semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman.” (1 Timotius 1:12-13)
Berikut apa yang dapat kita lakukan untuk membangun sikap hidup yang rendah hati seperti Paulus:
1. Mematikan Keakuan
Hal pertama yang harus kita lakukan agar dapat memiliki sikap rendah hati adalah mematikan keakuan
kita. Kita harus menolak untuk menempatkan diri kita dan kepentingan kita sebagai prioritas utama,
sebaliknya kita harus selalu mendahulukan kehendak Tuhan dalam setiap apapun yang terjadi dalam
hidup kita.

2. Mengejar Kerendahatian
Penting bagi masing-masing kita untuk “mati terhadap keinginan diri sendiri”. Kita harus menolak untuk
mengandalkan diri sendiri dan mencari apa yang menjadi kehendak Tuhan dalam setiap keadaan dan
masalah yang kita hadapi. Allah ingin agar kita mengutamakan orang lain karena Ia menciptakan kita
sebagai saluran kebenaranNya, yaitu kebenaran yang sangat dibutuhkan oleh orang-orang di sekitar kita
saat ini. Ketika Allah memberkati orang lain, maka kita para pengikut Kristus ikut bersukacita atas apa
yang mereka terima.

“Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan menangislah dengan orang yang menangis!”
Roma 12:15
Lalu, bagaimana dengan diri kita? Kita harus sepenuhnya mengandalkan kepada Tuhan. Jika kita ingin
hidup dengan sikap rendah hati yang benar-benar murni, kita harus mengandalkan Tuhan dalam
setiap keadaan di setiap waktu. Tuhan senantiasa menyediakan yang terbaik bagi anak-anakNya dari
perbendaharaanNya yang tak terbatas.
*courtesy of PelitaHidup.com
Ketika kita mengarahkan hati dan pikiran kita kepada anugrah dan kebaikanNya secara terus menerus,
maka rasa percaya diri kita dalam Tuhan akan bertumbuh dan bertumbuh. Sangat penting juga bagi kita
untuk menjaga jarak terhadap segala hal yang dapat membuat kita menjadi sombong seperti kekayaan,
prestasi, pangkat dan jabatan, pujian, pekerjaan, hubungan dengan pribadi tertentu, dan lain sebagainya.
Perlu kita waspadai bahwa hal-hal yang dapat membuat kita menjadi sombong berbeda-beda, kita sendiri
yang tahu daerah-daerah rawan mana yang patut kita waspadai dan mulai menjaga jarak untuk menjaga
sikap rendah hati kita.
Terima ayat Alkitab melalui Facebook. Ayo gabung dengan lebih dari 54.000 member di Facebook Page Pelita
Hidup. Klik like berikut ini:

Pada akhirnya, kita harus bersikeras untuk taat kepada Tuhan apapun konsekuensi secara duniawi
yang harus terima. Mungkin kita akan kehilangan teman bahkan saudara, kerabat maupun keluarga
karena mereka menjauh dari kita; atau mungkin kita bahkan kehilangan pekerjaan kita dan lain
sebagainya. Ketika kita merendahkan diri di hadapan Tuhan, itulah saat terbaik dalam hidup kita,
karena Ia sendiri yang akan membela kita dalam apapun yang kita hadapi dan alami.
*courtesy of PelitaHidup.com

“Rendahkanlah dirimu di hadapan Tuhan, dan Ia akan meninggikan kamu.” Yakobus 4:10

Anda mungkin juga menyukai