WYCLIFFE
1 Korintus 1:10.
- Tetapi (bentuk adversatif) mengawali diagnosa Paulus. Kata-kata pembukaannya
merupakan himbauan untuk bersatu.
- Erat Bersatu. Sebuah istilah Yunani yang luwes. Dipakai dalam arti penyetelan
bagian-bagian dari suatu alat, penataan kembali tulang-tulang manusia yang dilakukan
seorang dokter, atau pembetulan jaring (Mrk. 1:19), dan juga pembekalan sebuah
kapal untuk dipakai dalam suatu perjalanan. Hal yang dihimbau oleh Paulus ialah agar
jemaat menyesuaikan diri dengan tujuan untuk bersatu.
1 Korintus 1:11
- Sebab. Menunjukkan alasan diberikannya himbauan tersebut
- Perselisihan. Pekerjaan daging (bdg. Gal. 5:20). Menunjukkan adanya perpecahan.
1 Korintus 1:12
- Yang aku maksudkan.
· Kelompok Apolos menunjuk kepada kelompok yang lebih menyenangi gaya
dan retorika yang lebih halus dari orang Aleksandria yang berbakat itu.
terdapat banyak anggota modern dari kelompok ini, seperti perempuan yang
mengaku, “saya hampir menangis setiap kali mendengar pendeta saya
mengucapkan kata ‘Mesopotamia!’ yang mulia itu.”
· Kelompok Kefas tampaknya meragukan mandat Paulus, mereka lebih
memilih hubungan dengan Yerusalem melalui Petrus.
· Orang-orang yang termasuk golongan Kristus menganggap rendah semua
hubungan dengan golongan-golongan lain itu sehingga mereka menjadi
golongan tersendiri. Kata-kata selanjutnya dengan jelas menunjukkan
ketidaksenangan Paulus terhadap kelompok ini (bdg. II Kor. 10:7).
1 Korintus 1:13
- Pertanyaan-pertanyaan itu mengajak agar ada kesatuan tubuh Kristus dan agar orang-
orang percaya menjadi serupa dengan Dia. Barclay menafsirkan ungkapan dalam
nama (harafiah, ke dalam nama) sebagai berikut, “memberikan uang kepada nama
seseorang berarti memasukkannya ke dalam rekening orang itu, menjadi milik
pribadinya. Menjual sorang hamba kepada nama seseorang berarti memberikan
hamba itu secara mutlak dan sepenuhnya dimiliki oleh orang tersebut. Seorang
prajurit bersumpah setia kepada nama Kaisar; dia sepenuhnya menjadi milik penguasa
itu.”
1 Korintus 1:14-16
- Paulus mengucap syukur kepada Allah yang menuntunnya membaptiskan jumlah
yang demikian sedikit di Korintus. Jelas bahwa, di sini dia tidak merendahkan nilai
baptisan; dia hanya menempatkan upacara tersebut dalam kedudukannya yang benar,
yakni suatu tindakan simbolis yang menunjuk fakta nyata tentang penyataan diri
dengan Kristus melalui iman. Jelas pula bahwa Paulus membaptis.
1 Korintus 1:17
- Sebab. Alasan dia tidak menekankan baptisan. Tugas utamanya ialah memberitakan
kabar baik. Mungkinkah Paulus mengutarakan kata-kata ini seandainya baptisan
diperlukan untuk memperoleh keselamatan? (bdg. 4:15; 9:1, 22; 15:1, 2). Nyaris
tidak. Tugasnya juga tidak termasuk menghiasi kebenaran dengan kata-kata indah
para ahli pidato profesional, sehingga membuat Injil tidak berarti
- Menjadi sia-sia adalah terjemahan yang kurang tepat. Kata kerja kenoo berarti
“mengosongkan,” yaitu kehilangan hakikatnya. Yang dituju Injil bukan akal manusia,
tetapi rasa bersalahnya karena dosa. Salih yang diselimuti dengan hikmat perkataan
merusak kenyataan ini. Injil tidak pernah boleh disajikan sebagai suatu sistem filsafat
manusia: Injil harus diberitakan sebagai keselamatan.
- Hikmat perkataan menandai perpindahan pokok bahasan kepada analisis Paulus
tentang penyebab terjadinya perpecahan di Korintus, yaitu kasih kepada hikmat yang
palsu ini.
PERMASALAHAN GEREJA – PEMBAGIAN PEMIMPIN
BERDASARKAN KEBIJAKSANAAN (1 Kor. 10-17)
Berdasarkan struktur surat dan argumen surat Paulus saat ini, ada tiga tujuan yang memenuhi
bagian ini. Yang pertama adalah, memperkenalkan isi surat. Kedua, menyatakan secara
spesifik sifat dari masalah yang sebelumnya disampaikan. Yang ketiga adalah ayat 13-17
memberikan inisial apologetik secara khusus, yang berfungsi untuk mengalihkan fokus dari
masalah “perpecahan dalam jemaat” kepada suatu masalah teologis.
1 KORINTUS 1:10
Dengan kata ini Paulus membuat suatu peralihan dari ucapan syukur kepada isi
sebenarnya dari surat ini. “permintaan” khusus ini umumnya terjadi di zaman kuno, baik di
dalam surat pribadi maupun dokumen yang resmi. Permintaan ini sebelumnya sudah dipakai
di 1 Tesalonika (4:1; 10; 5:14); dan muncul kembali di 1 Korintus 4:16 dan 16:15.
Penggunaan kara vokatif (“saudara”) dan frasa otorisasi preposisi yang mengikutinya (“demi
nama Tuhan kita Yesus Kristus”) menunjukkan bahwa bagi Paulus permintaan tersebut dapat
dikategorikan sebagai permintaan “resmi” dan bukan permintaan yang sederhana. Di sini
Paulus memohon kepada mereka dengan otoritas penuh kerasulannya.
Meskipun demikian, hal ini masih merupakan sebuah “seruan,” atau desakan, dan
bukan sebuah permintaan. Sebaliknya, dari sudut pandang yang konsisten dari seluruh surat,
Paulus mendesak mereka sebagai “saudara (dan saudari)” untuk menyesuaikan perilaku
mereka dengan Injil, bukan sebagai suatu hukum, tetapi sebagai tanggapan atas kasih karunia
yang ada di dalam Kristus. Oleh karena itu seruan “demi nama Tuhan kita Yesus Kristus”
menekankan Kristologi dari ucapan syukur.