Anda di halaman 1dari 5

MATTHEW HENRY

Roh Perpecahan Ditegur


(1 Korintus 1:10-13)
Di sini Rasul Paulus memulai pokok pembahasannya
I. Paulus mendesak mereka untuk bersatu dan saling mengasihi dengan kasih
persaudaraan, serta menegur perpecahan mereka. Ia telah menerima laporan dari
beberapa orang yang bermaksud baik, bahwa ada perbedaan pendapat yang tidak
menyenangkan di antara mereka. Tidak ada maksud jahat dari orang-orang itu
terhadap jemaat, juga tidak kepada para pelayan jemaat yang mendorong mereka
untuk melaporkan perpecahan yang terjadi. Yang mendorong adalah keprihatinan
mereka yang baik dan bijaksana untuk meredakan perselisihan ini melalui
perantaraan Paulus. Ia menulis kepada mereka dengan cara yang sangat memohon
kesediaan mereka: “Aku menasihatkan kamu saudara-saudara, demi nama Tuhan
kita Yesus Kristus, jika kamu menaruh rasa hormat kepada Nama yang terkasih
dan layak itu yang oleh-Nya kamu dipanggil, supaya kamu sepakat. Supaya
semua seia sekata, hindari pemisahan dan perpecahan” (sesuai dengan teks asli),
“yaitu, semua kerenggangan kasih dari satu sama lain. Sedapat mungkin,
hendaknya kamu erat bersatu dan sehati sepikir. Di dalam perkara-perkara agama
yang bersifat utama, hendaknya kamu semua sependapat, tetapi, kalau tidak ada
kesatuan perasaan, hendaknya ada kesatuan kasih sayang. Pertimbangan untuk
sehati-sepikir di dalam perkara-perkara yang besar seharusnya memadamkan
semua perseteruan dan pemisahan mengenai perkara-perkara kecil.”
II. Rasul Paulus menunjukkan sumber perbantahan ini. Pada dasarnya yang menjadi
penyebab adalah kesombongan mereka, dan hal inilah yang membuat mereka
terpecah belah. Keangkuhan hanya menimbulkan pertengkaran (Ams. 13:10).
Mereka berbantah-bantah mengenai pelayan-pelayan rohani mereka. Baik Paulus
maupun Apolos, keduanya adalah para pelayan Yesus Kristus yang setia, dan
menjadi penolong iman dan sukacita mereka. Tetapi mereka yang cenderung
berbantah-bantah, pecah menjadi kelompok-kelompok, dan menempatkan para
pelayan rohani mereka menjadi kepala beberapa kelompok. Beberapa orang
mengunggulkan Paulus, mungkin sebagai seorang guru yang paling luhur dan
rohaniah. Yang lain menganggungkan Apolos, mungkin sebagai pembicara yang
fasih. Beberapa menganggungkan Kefas atau Petrus, mungkin karena wibawa dari
usianya yang lebih tua, atau karena ia adalah rasul bagi orang-orang yang
bersunat. Beberapa orang tidak berpihak kepada kelompok mana pun, tetapi hanya
menyebut diri mereka sebagai golongan Kristus. Begitu besar kemungkinan hal-
hal yang terbaik di dalam dunia ini menjadi rusak, sampai-sampai Injil dan semua
ketetapannya, yang ada dalam keselarasan sempurna dengan diri mereka dan satu
sama lain, justru berubah menjadi penggerak perbedaan, perbantahan, dan
pertikaian. Hal seperti ini tidak menjadi celaan bagi agama kita, tetapi menjadi
bukti yang sangat menyedihkan akan kerusakan dan kebobrokan sifat manusia.
Perhatikanlah, betapa jauhnya kesombongan membuat orang-orang Kristen
menjadi saling bermusuhan! Bahkan begitu jauh sampai menyebabkan Kristus dan
rasul-rasul-Nya sendiri bertengkar, dan menjadikan mereka sebagai lawan dan
pesaing.
III. Rasul Paulus berbantah dengan mereka mengenai perselisihan dan pertengkaran
mereka: “Adakah Kristus terbagi-bagi?” Tidak, hanya ada satu Kristus, dan itulah
sebabnya orang-orang Kristen harus sehati. Adakah Paulus disalibkan karena
kamus? Adakah Ia menjadi persembahan korban dan pendamaianmu? Pernahkah
aku mengaku-ngaku menjadi juruselamatmu? Atau, adakah kamu dibaptis dalam
nama Paulus? Adakah kamu membaktikan diri kepada pelayanku, atau bekerja
menjadi murid-muridku, melalui upacara agama yang kudus itu? adakah aku
menuntut hak itu di dalam kamu, atau kepercayaan dari kamu, yang menjadi hak
yang layak bagi Allah dan Penebusmu?” tidak, seberapa pun bergunanya para
pelayan bagi kita, mereka tidak menggantikan Kristus. Mereka tidak boleh
merampas kekuasaan Kristus, juga tidak boleh memaksa orang lain seakan
berkuasa atas mereka karena mendapat kuasa dari Kristus. Dialah saja yang
menjadi Penyelamat kita dan korban persembahan, Dialah Tuhan dan
Pembimbing kita. Dan, berbahagialah jemaat-jemaat jika tidak ada perbedaan soal
nama di antara mereka, sama seperti Kristus yang tidak terbagi-bagi.
(1 Korintus 1:14-16)
Di sini Rasul Paulus memberi penjelasan mengenai pelayanan di antara mereka. Ia
mengucap syukur kepada Allah bahwa ia hanya membaptis sedikit orang di antara mereka. Di
antaranya adalah Krispus, yang pernah menjadi pemimpin rumah ibadat orang Yahudi di
Korintus (Kis. 18:8), Gayus, dan juga keluarga Stefanus. Ia berkata bahwa kecuali mereka, ia
tidak ingat lagi entahlah ada lagi orang yang pernah dibaptisnya. Tetapi bagaimana hal seperti
ini pantas untuk diucapkan syukur? Bukankah sudah menjadi bagian dari tugas kerasulan
untuk membaptis segala bangsa? Jadi bagaimana bisa Paulus mengucap syukur kepada Allah
atas pengabaian tugasnya sendiri? hal ini tidak boleh dipahami seolah-olah ia mengucap
syukur sebab ia tidak membaptis sama sekali, tetapi ia mengucap syukur karena tidak
melakukannya di dalam keadaan seperti ini agar tidak terjadi salah pengertian yang sangat
buruk atas hal ini, yaitu bahwa ia telah membaptis orang dalam namanya sendiri, membina
murid-murid bagi dirinya sendiri, atau mengangkat dirinya sendiri sebagai pemimpin
kelompok agama ini. Ia menyerahkan tugas pembaptisan ini kepada pelayan-pelayan Tuhan
lainnya, sementara ia sendiri menetapkan diri bagi pekerjaan yang lebih berguna serta
menggunakan waktunya dengan memberitakan Injil. Ia berpendapat bahwa pekerjaan ini
lebih merupakan pekerjaannya, sebab pekerjaan ini adalah pekerjaan yang lebih penting dari
pekerjaan itu. ia memiliki sejumlah pembantu yang dapat membaptis, ketika tidak ada orang
yang dapat membaptis, ketika tidak ada orang yang dapat melaksanakan bagian lain dari
jabatannya sebaik dirinya sendiri. dalam hal ini ia berkata, Sebab Kristus mengutus aku
bukan untuk membaptis, tetapi untuk memberitakan Injil, yakni, tidak terlalu banyak untuk
membaptis dibandingkan untuk memberitakan firman.
Perhatikanlah, para pelayan Tuhan harus berpikir bahwa mereka diutus dan
dipisahkan terutama untuk melakukan pelayanan pemberitaan Injil itu, yang akan paling
mempermuliakan Kristus serta mengutamakan keselamatan jiwa-jiwa. Pekerjaan itulah yang
paling cocok bagi mereka, walaupun bagian-bagian lain dari tugas mereka tidak boleh
diabaikan. Pekerjaan utama yang dilakukan oleh Rasul Paulus di antara mereka adalah
memberitakan Injil (1:17), salib (1:18), dan Kristus yang disalibkan (1:23). Para pelayan
Tuhan merupakan prajurit-prajurit Kristus yang bertugas untuk menegakkan dan
mengibarkan panji-panji salib. Ia tidak memberitakan khayalan kesukaannya sendiri, tetapi
Injil, yaitu kabar baik tentang damai sejahtera dan pendamaian dengan Allah, melalui
perantaraan Sang Penebus yang disalibkan. Inilah ringkasan dan intisari dari Injil. Kristus
yang disalibkan merupakan dasar dari semua sukacita kita. Oleh kematian-Nya kita hidup.
Inilah yang diberitakan oleh para pelayan Tuhan, dan itulah yang menjadi dasar bagi
kehidupan semua orang kudus.
KEBERHASILAN INJIL; CIRI-CIRI INJIL
(1 Korintus 1:17-31)
Cara Rasul Pulus memberitakan Injil dan Salib Kristus: Bukan dengan hikmat
perkataan (1:17), dan kata-kata hikmat yang meyakinkan (2:4), bukan dengan kefasihan
berbicara yang berbunga-bunga atau dengan kecermatan bahwa filsafat, yang dengan itu
orang-orang Yunani membanggakan diri mereka, dan yang tampaknya menjadi kebanggaan
khas dari beberapa pemimpin kelompok di dalam jemaat yang sangat memusuhi rasul itu.
tidak memberitakan Injil dengan cara ini, supaya salib Kristus jangan sampai menjadi sia-
sia, supaya jangan sampai keberhasilan Injil dianggap berasal dari kehebatan seni berbicara
dan tidak datang dari kebenaran, tidak dari pengajaran yang jelas mengenai Yesus yang
disalibkan, tetapi dari kefasihan berbicara yang hebat dari orang-orang yang
menyebarkannya, sehingga dengan demikian kehormatan salib menjadi berkurang atau pudar.
Paulus telah mendidik dirinya sendiri di bawah pimpinan Gamaliel dalam pengajaran bangsa
Yahudi, namun di dalam pemberitaan salib Kristus ia mengesampingkan semua
pengajarannya itu. Ia memberitakan Yesus yang disalibkan dengan bahasa yang jelas,
memberitahukan kepada banyak orang bahwa Yesus yang disalibkan di Yerusalem adalah
anak Allah dan Juruselamat manusia, dan bahwa semua orang yang ingin diselamatkan harus
bertobat dari dosa-dosa mereka, dan percaya kepada-Nya, serta tunduk kepada pemerintahan
dan hukum-hukum-Nya. Kebenaran ini tidak membutuhkan hiasan buatan, ia terbit dengan
keagungan terbesarnya dalam terangnya sendiri dan menang di dalam dunia ini oleh
kekuasaan ilahinya dan pekerjaan Roh, tanpa bantuan manusia apa pun. Pemberitaan yang
jelas mengenai Yesus yang disalibkan lebih kuat dari pada semua kefasihan berbicara dan
filsafat dunia kafir ini.

WYCLIFFE
1 Korintus 1:10.
- Tetapi (bentuk adversatif) mengawali diagnosa Paulus. Kata-kata pembukaannya
merupakan himbauan untuk bersatu.
- Erat Bersatu. Sebuah istilah Yunani yang luwes. Dipakai dalam arti penyetelan
bagian-bagian dari suatu alat, penataan kembali tulang-tulang manusia yang dilakukan
seorang dokter, atau pembetulan jaring (Mrk. 1:19), dan juga pembekalan sebuah
kapal untuk dipakai dalam suatu perjalanan. Hal yang dihimbau oleh Paulus ialah agar
jemaat menyesuaikan diri dengan tujuan untuk bersatu.
1 Korintus 1:11
- Sebab. Menunjukkan alasan diberikannya himbauan tersebut
- Perselisihan. Pekerjaan daging (bdg. Gal. 5:20). Menunjukkan adanya perpecahan.
1 Korintus 1:12
- Yang aku maksudkan.
· Kelompok Apolos menunjuk kepada kelompok yang lebih menyenangi gaya
dan retorika yang lebih halus dari orang Aleksandria yang berbakat itu.
terdapat banyak anggota modern dari kelompok ini, seperti perempuan yang
mengaku, “saya hampir menangis setiap kali mendengar pendeta saya
mengucapkan kata ‘Mesopotamia!’ yang mulia itu.”
· Kelompok Kefas tampaknya meragukan mandat Paulus, mereka lebih
memilih hubungan dengan Yerusalem melalui Petrus.
· Orang-orang yang termasuk golongan Kristus menganggap rendah semua
hubungan dengan golongan-golongan lain itu sehingga mereka menjadi
golongan tersendiri. Kata-kata selanjutnya dengan jelas menunjukkan
ketidaksenangan Paulus terhadap kelompok ini (bdg. II Kor. 10:7).
1 Korintus 1:13
- Pertanyaan-pertanyaan itu mengajak agar ada kesatuan tubuh Kristus dan agar orang-
orang percaya menjadi serupa dengan Dia. Barclay menafsirkan ungkapan dalam
nama (harafiah, ke dalam nama) sebagai berikut, “memberikan uang kepada nama
seseorang berarti memasukkannya ke dalam rekening orang itu, menjadi milik
pribadinya. Menjual sorang hamba kepada nama seseorang berarti memberikan
hamba itu secara mutlak dan sepenuhnya dimiliki oleh orang tersebut. Seorang
prajurit bersumpah setia kepada nama Kaisar; dia sepenuhnya menjadi milik penguasa
itu.”
1 Korintus 1:14-16
- Paulus mengucap syukur kepada Allah yang menuntunnya membaptiskan jumlah
yang demikian sedikit di Korintus. Jelas bahwa, di sini dia tidak merendahkan nilai
baptisan; dia hanya menempatkan upacara tersebut dalam kedudukannya yang benar,
yakni suatu tindakan simbolis yang menunjuk fakta nyata tentang penyataan diri
dengan Kristus melalui iman. Jelas pula bahwa Paulus membaptis.
1 Korintus 1:17
- Sebab. Alasan dia tidak menekankan baptisan. Tugas utamanya ialah memberitakan
kabar baik. Mungkinkah Paulus mengutarakan kata-kata ini seandainya baptisan
diperlukan untuk memperoleh keselamatan? (bdg. 4:15; 9:1, 22; 15:1, 2). Nyaris
tidak. Tugasnya juga tidak termasuk menghiasi kebenaran dengan kata-kata indah
para ahli pidato profesional, sehingga membuat Injil tidak berarti
- Menjadi sia-sia adalah terjemahan yang kurang tepat. Kata kerja kenoo berarti
“mengosongkan,” yaitu kehilangan hakikatnya. Yang dituju Injil bukan akal manusia,
tetapi rasa bersalahnya karena dosa. Salih yang diselimuti dengan hikmat perkataan
merusak kenyataan ini. Injil tidak pernah boleh disajikan sebagai suatu sistem filsafat
manusia: Injil harus diberitakan sebagai keselamatan.
- Hikmat perkataan menandai perpindahan pokok bahasan kepada analisis Paulus
tentang penyebab terjadinya perpecahan di Korintus, yaitu kasih kepada hikmat yang
palsu ini.
PERMASALAHAN GEREJA – PEMBAGIAN PEMIMPIN
BERDASARKAN KEBIJAKSANAAN (1 Kor. 10-17)
Berdasarkan struktur surat dan argumen surat Paulus saat ini, ada tiga tujuan yang memenuhi
bagian ini. Yang pertama adalah, memperkenalkan isi surat. Kedua, menyatakan secara
spesifik sifat dari masalah yang sebelumnya disampaikan. Yang ketiga adalah ayat 13-17
memberikan inisial apologetik secara khusus, yang berfungsi untuk mengalihkan fokus dari
masalah “perpecahan dalam jemaat” kepada suatu masalah teologis.
1 KORINTUS 1:10
Dengan kata ini Paulus membuat suatu peralihan dari ucapan syukur kepada isi
sebenarnya dari surat ini. “permintaan” khusus ini umumnya terjadi di zaman kuno, baik di
dalam surat pribadi maupun dokumen yang resmi. Permintaan ini sebelumnya sudah dipakai
di 1 Tesalonika (4:1; 10; 5:14); dan muncul kembali di 1 Korintus 4:16 dan 16:15.
Penggunaan kara vokatif (“saudara”) dan frasa otorisasi preposisi yang mengikutinya (“demi
nama Tuhan kita Yesus Kristus”) menunjukkan bahwa bagi Paulus permintaan tersebut dapat
dikategorikan sebagai permintaan “resmi” dan bukan permintaan yang sederhana. Di sini
Paulus memohon kepada mereka dengan otoritas penuh kerasulannya.
Meskipun demikian, hal ini masih merupakan sebuah “seruan,” atau desakan, dan
bukan sebuah permintaan. Sebaliknya, dari sudut pandang yang konsisten dari seluruh surat,
Paulus mendesak mereka sebagai “saudara (dan saudari)” untuk menyesuaikan perilaku
mereka dengan Injil, bukan sebagai suatu hukum, tetapi sebagai tanggapan atas kasih karunia
yang ada di dalam Kristus. Oleh karena itu seruan “demi nama Tuhan kita Yesus Kristus”
menekankan Kristologi dari ucapan syukur.

Anda mungkin juga menyukai