Anda di halaman 1dari 5

1 Korintus 11:18-19

Perpecahan Dengan Jemaat

Dalam perikop di atas, Rasul Paulus menegur mereka dengan keras atas kekacauan
yang jauh lebih besar daripada sebelumnya, dalam mengikuti perjamuan Tuhan. Pada
tahun-tahun pertama, sebagaimana yang dikatakan tokoh-tokoh zaman dulu,
perjamuan Tuhan biasa dilakukan dengan menambahkan pesta kasih. Hal ini memberi
peluang bagi terjadinya kekacauan yang memalukan yang dikecam oleh Rasul Paulus
di sini.

Cara ia memulai kecamannya: “Dalam peraturan-peraturan yang berikut aku tidak


dapat memuji kamu (ay. 17). Aku tidak bisa memuji, tetapi harus menyalahkan dan
mengutuk kamu.” Dari awal pasal ini sudah jelas bahwa ia mau dan senang memberi
pujian sejauh ia bisa. Tetapi kekacauan yang begitu memalukan, dosa yang mereka
lakukan dalam upacara ibadah yang begitu suci, perlu diberi kecaman pedas. Mereka
menjungkirbalikkan makna upacara itu. Upacara yang dimaksudkan untuk menjadikan
mereka lebih baik, untuk memajukan kepentingan-kepentingan rohani mereka, malah
menjadikan mereka lebih buruk. Pertemuan-pertemuan mereka tidak mendatangkan
kebaikan, tetapi mendatangkan keburukan. Perhatikanlah, jika ketetapan-ketetapan
Kristus tidak menjadikan kita lebih baik, biasanya itu cenderung menjadikan kita lebih
buruk. Jika ketetapan-ketetapan itu tidak membuat jiwa kita baik, maka itu akan
mencelakakan kita. Jika ketetapan-ketetapan itu tidak meluluhkan dan memperbaiki
hati, maka itu akan mengeraskan hati. Kerusakan-kerusakan akan berurat akar dalam
diri kita, jika sarana yang tepat tidak berhasil menyembuhkannya.

Paulus memulai kecamannya terhadap mereka dengan menyebutkan lebih dari satu
contoh :

1. Ia berkata kepada mereka bahwa, apabila sedang berkumpul bersama-sama,


mereka jatuh ke dalam perpecahan, skisma – schismata. Bukannya sehati sepikiran
merayakan upacara ibadah itu, mereka justru bertengkar satu dengan yang lain.
Perhatikanlah, bisa jadi ada skisma sekalipun jemaat tidak terpisah-pisah. Orang bisa
saja datang ke gereja yang sama, dan duduk di meja Tuhan yang sama, namun mereka
jatuh ke dalam skisma. Tidak mengenal belas kasihan, tidak mau mengasihi orang lain,
terutama jika itu berkembang menjadi perselisihan, pertikaian, dan pertengkaran, itulah
yang merupakan skisma. Orang-orang Kristen bisa saja memisahkan diri dari
persekutuan dengan yang lain, namun mereka menunjukkan kasih satu terhadap yang
lain. Sebaliknya, ada juga yang terus berada dalam persekutuan yang sama, tetapi
mereka tidak menunjukkan kasih di antara mereka sendiri. Contoh yang terakhir inilah
yang lebih merupakan skisma, dan bukan contoh pertama. Rasul Paulus sudah
mendengar laporan tentang perpecahan di antara jemaat di Korintus, dan ia berkata
kepada mereka bahwa sudah ada terlalu banyak alasan baginya untuk mempercayai
itu. Sebab, tambahnya, bidah-bidah memang harus ada. Bukan hanya pertengkaran,
melainkan juga perpecahan, dan mungkin pemikiran-pemikiran yang sesat yang
menghantam fondasi Kekristenan dan apa saja yang merupakan agama yang benar.
Perhatikanlah, tidak heran jika ada keretakan dalam kasih kristiani di dalam jemaat,
sebab pasti akan datang penyesatan yang bahkan menggoncangkan iman dan hati
nurani yang baik. Penyesatan-penyesatan seperti itu memang pasti datang. Bukan
berarti bahwa orang memang ditentukan untuk bersalah atas penyesatan itu, tetapi
bahwa peristiwa itu pasti akan terjadi, dan Allah mengizinkannya.

2. Paulus mengecam mereka bukan hanya atas perselisihan dan perpecahan,


melainkan juga atas kekacauan yang memalukan: Sebab pada perjamuan itu tiap-
tiap orang memakan dahulu makanannya sendiri, sehingga yang seorang lapar
dan yang lain mabuk (ay. 21). Orang kafir biasa minum banyak-banyak pada pesta-
pesta korban mereka. Banyak dari orang-orang kaya dalam jemaat Korintus tampaknya
bisa berbuat bebas seperti itu di meja Tuhan, atau setidak-tidaknya pada pesta-kasih,
yang ditambahkan ke dalam perjamuan kudus. Mereka tidak mau memperhatikan satu
sama lain. Yang kaya menghina yang miskin, dan memakan serta meminum habis
persediaan yang mereka bawa sendiri sebelum orang-orang miskin bisa ikut ambil
bagian di dalamnya. Dengan demikian sebagian orang kekurangan, sementara
sebagian yang lain makan lebih dari cukup. Ini berarti mencemarkan upacara suci dan
merusakkan ketentuan ilahi sejadi-jadinya. Apa yang ditetapkan untuk memberi makan
jiwa, dipakai untuk memberi makan hawa nafsu. Apa yang seharusnya menjadi ikatan
persahabatan dan kasih sayang bagi satu sama lain, dijadikan alat perselisihan dan
perpecahan. Yang miskin tidak mendapat makanan yang sudah dipersiapkan untuk
mereka, sedangkan yang kaya mengubah pesta amal menjadi pesta pora. Ini sungguh
kekacauan yang memalukan.

Rasul Paulus mempersalahkan perilaku ini sepenuhnya pada mereka, Dengan memberi
tahu mereka bahwa perilaku mereka itu betul-betul merusakkan maksud dan kegunaan
upacara ibadah itu: Kamu bukanlah berkumpul untuk makan perjamuan
Tuhan (ay. 20). Itu sama saja datang ke meja Tuhan, tanpa benar-benar datang. Lebih
baik kalau mereka tetap menjauh. Maka, ketika memakan makanan jasmani, mereka
tidak memakan tubuh Kristus. Perhatikanlah, ada orang yang makan dari perjamuan
Tuhan secara sembarangan dan tidak menuruti aturan. Ini sama saja tidak makan sama
sekali. Itu tidak akan bermanfaat, tetapi justru menambah kesalahan. Seperti itulah
jemaat di Korintus makan. Perbuatan mereka itu langsung bertentangan dengan
maksud dan tujuan dari upacara suci ini.

Yang mereka perbuat itu sama saja dengan menghina rumah Allah, atau Jemaat
(ay. 22). Kalau mereka berniat ingin berpesta, mereka bisa saja melakukannya di
rumah sendiri. Tetapi datang ke meja Tuhan, kemudian membentuk kelompok sendiri
dan bertengkar, dan menjauhkan orang miskin sehingga tidak kebagian makanan yang
sudah disediakan baik untuk mereka maupun untuk orang kaya, itu berarti
menyalahgunakan ketetapan ilahi sedemikian rupa, dan terlebih lagi menghina
anggota-anggota jemaat yang miskin, sehingga itu layak mendapat teguran yang
sangat keras. Perilaku seperti itu cenderung mempermalukan dan mengecilkan hati
orang-orang miskin, yang jiwanya sama-sama berharga bagi Kristus, dan yang sudah
dibayar-Nya dengan harga yang sama-sama mahal, seperti halnya jiwa orang-orang
kaya itu.
Perpecahan Dengan Gereja

Teks di atas memberi gambaran bahwa Paulus mendengar ada perpecahan dalam
jemaat, dan Paulus percaya terhadap berita tersebut. Lalu dilanjutkan bahwa
perpecahan harus terjadi agar nyata siapa tahan uji. Apakah untuk menentukan siapa
yang tahan uji harus ada perpecahan? Apakah jemaat Korintus telah masuk masa
pengujian sehingga harus terjadi perpecahan? Bukankah Yesus telah berkata bahwa
setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa dan setiap kota atau rumah tangga
yang terpecah-pecah tidak dapat bertahan? Bukankah perpecahan di jemaat Korintus
justru melemahkan kondisi jemaat, lalu dihubungankan dengan tahan uji?
Perpecahan dalam 1 Korintus 11:18 berbeda dengan 1 Korintus 11:19, hal itu dapat
terlihat jika kita membaca teks Yunani yang dipakai. Dalam 1 Korintus 11:18 dipakai
kata σχίσματα / schismata yang bermakna "perpecahan, pembagian, perbedaan
pendapat, keretakan" yang dipengaruhi adanya konflik faktor sosio-ekonomi yang
menunjukkan dalam jemaat Korintus terdapat kelas sosial yang berbeda didalamnya
dan pemimpin jemaat tidak dapat menangani permasalahan sosial yang terjadi.
Sedangkan 1 Korintus 11:19 kata yang dipakai adalah αἱρέσεις / haireseis yang berarti
pilihan, pendapat, sekte agama atau filosofis, perselisihan atau pertengkaran. NASB
Translation menterjemahkan faksi, ajaran sesat, sekte. Utley menyatakan hairesis
menunjuk kepada bidah atau untuk menjelaskan:
1. Seseorang yang percaya ajaran palsu (lih. Titus 3:10)
2. Ajaran sesat itu sendiri (lih. 2 Petrus 2:1).
Dari 1 Korintus 11:18-19 maka dapat disimpulkan perpecahan dapat terjadi karena
konflik yang tidak menemukan titik temu yang disebabkan persoalan dogma atau
pengajaran Teologi maupun masalah lainnya seperti konflik sosial.
Perpecahan yang sangat sulit dihadapi adalah adanya perbedaan pandangan teologi
yang muncul yang melahirkan perbedaan doktrin. Hal ini dapat dianggap bidah / sesat
dan atau dapat juga pembaharuan pengajaran sehingga melahirkan gerakan revitalisasi
( jemaat gereja terlalu adem ayem terlalu mampan lupa misi lalu ada yang mendorong
untuk kembali ke ajaran alkitab tapi malah diusir ) yang berakhir dengan pengakuan
satu iman tapi beda pandangan / denominasi. Perpecahan akibat doktrin yang berbeda
menyebabkan pergeseran dari percaya adanya kebenaran mutlak menjadi membangun
kebenaran kelompok dan pluralisme. Perlu peran Roh Kudus dalam kasus ini dan
TUHAN sendiri yang menentukan derajat kekeliruan pengajaran dogma, apakah
sampai kepada kesesatan yang menguburkan anugerah keselamatan. Jika masih
berada dalam anugerah keselamatan, maka perpecahan tidak sampai melahirkan
penyebutan bidah sesat. Dalam perkembangannya perpecahan gereja sering dikatakan
sebagai schismata dan pemakaian kata haireseis tidak dipakai sekalipun penyebab
perpecahan disebabkan pengajaran baru yang berbeda. TUHAN itu sempurna
sedangkan manusia tidak... tetapi jika sudah sempurna yakni tinggal dalam surga maka
yang tidak sempurna akan lenyap.
Perpecahan dalam jemaat di Korintus juga disebabkan terkotak-kotaknya jemaat
dengan membentuk kelompok sendiri-sendiri dengan membangun kubu-kubu dalam
jemaat. Jemaat beranggapan bahwa "Aku dari golongan Paulus atau aku dari golongan
Apolos atau aku dari golongan Kefas atau aku dari golongan Kristus. Terbaginya jemaat
Korintus menjadi bermacam-macam golongan adalah peringatan bagi gereja di zaman
Post modern mengenai bahayanya sektarianisme. Masalah-masalah personal mudah
sekali menyulut terjadinya perpecahan.
Saat berhadapan dengan perpecahan di jemaat Korintus yang terbagi-bagi menjadi
golongan-golongan tertentu maka Paulus menasihatkan supaya kamu seia sekata dan
jangan ada perpecahan di antara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu
dan sehati sepikir. 1 Korintus 1:10. Agar bersatu maka diperlukan saling
memperhatikan antar anggota-anggota yang berbeda dengan karunia yang berbeda
agar dapat saling melengkapi. (1 Korintus 12:25 supaya jangan terjadi perpecahan
dalam tubuh, tetapi supaya anggota-anggota yang berbeda itu saling memperhatikan)
Kesatuan hati dalam memperhatikan tubuh Kristus yang lemah sesuatu yang penting.
Persatuan memudahkan orang mendengar kabar baik dari Yesus Kristus sedangkan
perpecahan dapat mengaburkan kesaksian.

Anda mungkin juga menyukai