Anda di halaman 1dari 7

BAB I

Kemajemukan Dalam Gereja


Kadangkala kemajemukan dan perbedaan dianggap sebagai sebuah pembatas
dan penghalang di dalam sebuah sosialisasi. Kebanyakan orang lebih senang dan suka
untuk bersosialisi bersama seseorang yang serupa dengan pribadinya. Sikap-sikap
seperti ini merupakan sikap yang inklusif dan tidak terbuka dengan adanya perbedaan
yang ada. Bahkan akan cenderung kepada sikap yang diskriminatif dalam pergaulan
sosial. Diskriminasi ras juga sudah menjadi sebuah cerita tersendiri dalam sebuah
sejarah, di mana tepatnya di Amerika pada era sebelum tahun 1990an terjadi banyak
sikap diskriminasi ras. Orang kulit putih dan orang kulit hitam menjadi ciri khas
pembeda yang membedakan dalam bersikap dan bertindak pada masa itu. Hal ini
sebenarnya adalah sikap yang salah dalam pandangan kekristenan dan Alkitab. Sebab
Alkitab menjelaskan dan memberikan catatan tentang bagaimana Allah menghargai
dan menciptakan perbedaan yang ada untuk mempersatukan setiap manusia. Tetapi
kadang kala jika tidak dimengerti dengan benar dan seharusnya dengan lebih baik
tentang keragaman suku bahasa dan budaya, akan membuat kondisi sosial tidak
berjalan secara normal. Lebih dari itu jika berkaitan erat dengan gereja, maka akan
menghasilkan sensitivitas yang tinggi dan mendekati kepada perpecahan. Oleh sebab
itu perlu adanya pengertian yang mendalam tentang keberagaman di dalam gererja.

BAB II
Kemajemukan Anggota Jemaat Dalam Gereja
Kemajemukan berarti bermacam-macam, terdiri dari beberapa bagian yang
merupakan satu kesatuan.1 Di dalam gereja kemajemukan atau perbedaan antara
anggota jemaat itu tidak dapat terelakan serta tidak dapat tersembunyikan oleh mata
jasmani. Gereja bukan sekedar bangunan fisik yang menghimpunkan berbagai orang
percaya, tetapi orang percaya itu sendiri adalah gereja Tuhan. Dan Tuhan telah
menciptakan perbedaan kepada setiap manusia dengan berbagai macam tujuan yang
sempurna. Salah satu kejadian yang dapat dijadikan contoh adalah kisah di Menara
Babel. Khususnya perbedaan di dalam bahasa manusia untuk memisahkan mereka.
Kejadian 11:1, Adapun seluruh bumi, satu bahasanya dan satu logatnya. Pada ayat
ini menjelaskan satu kesatuan masyarakat yang tidak berbeda sama sekali, yang
berusaha untuk membangun kekuatan untuk menyamai Allah. Tetapi pada Kejadian
11:7-8, Baiklah Kita turun dan mengacaubalaukan di sana bahasa mereka, sehingga
mereka tidak mengerti lagi bahasa mereka masing-masing. Demikianlah mereka
diserakkan TUHAN dari situ ke seluruh bumi, dan mereka berhenti mendirikan kota
itu. Pada bagian ini menjelaskan bagaimana ada perpecahan dan perbedaan bahasa
yang dibuat Allah dengan tujuan yang baik untuk manusia pada saat itu. Perbedaan
bukanlah sesuatu yang buruk, tetapi perbedaan itu menunjukkan tentang bagaimana
Allah mengasihi manusia dengan berbagai macam keadaan mereka.
Gereja seperti yang dibahas sebelumnya merupakan suatu tempat di mana
setiap orang yang berbeda-beda menyembah Allah yang sama. Tetapi dengan
perbedaan yang ada baik bahasa, budaya, warna kulit, dan tubuh semua orang dapat
memuji dan memuliakan Tuhan. Mazmur 117:1-2, Pujilah Tuhan hai segala bangsa,
megahkanlah Dia hai segala suku bangsa! Sebab kasih-Nya hebat atas kita, dan
kesetiaan TUHAN untuk selama-lamanya. Haleluya! Ini adalah sebuah perintah
Tuhan kepada setiap orang percaya bahwa seluruh suku dan bangsa yang berbedabeda patut memuji dan memuliakan Tuhan. Bagian ini menjelaskan bahwa Tuhan
mengakui adanya perbedaan-perbedaan suku dan bangsa yang begitu banyak di bumi
ini. Tuhan juga mengenal dengan baik dan benar setiap perbedaan dan kemajemukan
yang begitu luas dari seluruh daerah, wilayah dan benua di bumi ini. Anggota gereja
1Tim Prima, Kamus Besar Bahasa Indonesia (t.k.: Gita Media Press, t.t.), 507.
2

yang ada tentunya berasal dari suku bangsa yang berbeda-beda, dan menunjukkan
kemuliaan yang luar biasa bagi Allah ketika berada di dalam gereja untuk memuji dan
menyembah Tuhan.
Bagian lain yang membahas tentang kemajemukan orang percaya di dalam
gereja adalah pembentukan persekutuan orang percaya yaitu pada kisah jemaat mulamula di dalam kitab Kisah Para Rasul. Kisah Para Rasul 2:8, Bagaimana mungkin
kita masing-masing mendengar mereka berkata-kata di dalam bahasa kita sendiri,
yaitu bahasa yang kita pakai di negeri asal kita: kita orang Partia, Media, Elam,
penduduk Mesopotamia, Yudea, dan Kapadokia, Pontus dan Asia, Frigia dan Pamfilia,
Mesir dan daerah-daerah Libia yang berdekatan dengan Kirene, pendatang-pendatang
dari Roma, baik orang Yahudi maupun penganut agama Yahudi, orang Kreta dan
orang Arab, kita mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri tentang
perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah. Bagian ini menunjukan bahwa
pada saat rasul-rasul itu berbicara, mereka berbicara di dalam pimpinan kuasa Roh
Kudus dan di dengar oleh setiap orang dari berbagai suku bangsa dan mereka
mengerti apa yang dikatakan rasul-rasul tersebut. Oleh sebab mereka mendengar rasul
itu berbicara di dalam bahasa suku bangsa mereka sendiri. Dan mereka adalah
termasuk orang yang akhirnya bertobat dan menjadi anggota jemaat mula-mula. Kisah
Para Rasul 2:41, Orang-orang yang menerima perkataan itu memberi diri dibaptis
dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa. Setelah Petrus
memenangkan banyak orang, tindakan lanjut para rasul itu adalah bersekutu (Kis
2:42). Secara langsung, para rasul itu mengorganisasi suatu kelompok yang pada
akhirnya disebut Kristen yang dinilai berbeda dengan Yudaisme.2
Kisah yang dijelaskan tersebut merupakan suatu gambaran nyata di mana
Tuhan membentuk sebuah jemaat gereja berasal dari berbagai macam suku bangsa,
bahasa, daerah dan wilayah yang berbeda-beda. Dengan demikian geraja ada
bukanlah merupakan tempat hanya bagi satu suku bangsa saja, tetapi merupakan
kemajemukan berbagai bangsa di dunia ini. Dan keselamatan yang Allah berikan
bukan hanya untuk satu bangsa saja, tetapi berisi berbagai macam suku bangsa lain
yang juga mendapat bagian dalam anugerah itu. Hal ini juga yang ditekankan oleh
Yesus Kristus di dalam amat agung Matius 28:19, Karena itu pergilah, jadikanlah
semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh
2Yusak B. Hermawan, My New Testament (Yogyakarta: ANDI, 2010), 63.

Kudus. Oleh sebab itu gereja merupakan berbagai macam suku bangsa yang
berbeda-beda dan menyembah TUHAN Yang Maha Kuasa. Menurut C. Peter Wagner,
mereka mengetahui bahwa Kristus telah menyuruh mereka menjadikan murid, dan
mereka juga mengetahui bahwa murid-murid itu dijadikan dari orang-orang yang ada
di dunia ini. Mereka tidak menantikan orang-orang itu datang mendengarkan Injil;
mereka dengan rajin pergi memberitakan Injil kepada orang-orang itu.3
Gereja Sebagai Pemersatu Kemajemukan
Perbedaan yang diperjelas dan dipaparkan pada poin sebelumnya merupakan suatu
gambaran yang nyata dari sudut pandang Alkitab, bahwa perbedaan itu TUHAN
ciptakan dan sesuai dengan rancangannya sendiri. Dengan demikian keberadaan
gereja bukanlah sebagai pembeda atau pemecah dari keberagaman yang ada, tetapi
gereja merupakan pemersatu dari perbedaan-perbedaan yang dimiliki dan menjadi ciri
khas setiap suku bangsa yang ada di dalamnya. Gereja bukan menyatukan di dalam
satu ruangan gereja yang begitu luas, tetapi melalui pelayanan gereja yang
mendasarkan kebenaran Alkitab maka hal itu juga dapat menjadi faktor penting lain
dalam mendorong pemersatuan keberbedaan yang ada.
Secara real gereja dapat melibatkan banyak anggota jemaat di dalam suatu
pelayanan bersama yang melibatkan berbagai macam anggota jemaat. Dengan tujuan
untuk mempersatukan dan menghilangkan diskriminasi tindakan antar suku bangsa.
Melalui pelayanan setiap anggota jemaat dapat diberdayakan untuk mencapai tingkat
maksimal di dalam pribadi mereka dalam melaksanakan pelayanan.
Paulus menggunakan metafora tubuh untuk menggambarkan dinamika
hubungan antara kesatuan dan keragaman. Paulus mengetengahkan tiga aspek dari
sifat kharismata: sumbernya hanya satu, tujuan pemberian kharismata, dan perlunya
keberagaman kharismata. Paulus memulai argumentasinya tentang perlunya
keragaman dalam kesatuan dengan satu pernyataan yang mengetengahkan baik aspek
kesatuan dan juga aspek keragaman daru tubuh manusia. Tubuh meskipun
mempunyai banyak anggota dan berbagai macam anggota tubuh, meskipun banyak
jumlahnya merupakan satu tubuh (1 Korintus 12:12;14,20).4
3C. Peter Wagner, Pertumbuhan Gereja dan Peranan Roh Kudus (Malang: Gandum Mas,
2005), 42.

4Debora K. Malik, Kesatuan dalam Keragaman (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), 75.

Biasanya keragaman dan perbedaan budaya dan ciri khas merupakan pemicu utama di
dalam perpecahan-perpecahan persekutuan gereja. Tetapi sesungguhnya hal ini tidak
boleh terjadi, oleh sebab gereja merupakan perhimpunan kerohanian dari orang-orang
kudus Allah untuk bertumbuh secara dewasa. Pendewasaan tubuh rohani memerlukan
aneka sarana yang memadai. Sarana yang diperlukan untuk pendewasaan tubuh
rohani tidak sama seperti yang diperlukan dalam tubuh jasmani karena tujuan
pendewasaan tubuh rohani adalah pencapaian kesempurnaan hidup di hadirat Allah.5
Tujuan PAK adalah mewujudkan gereja Yesus Kristus di dunia dan untuk dunia.
Untuk itu warga gereja dari segala lapisan usia, profesi, fungsi, kelompok aksi, perlu
diperlengkapi, diasuh, diajar utnuk dapat mendengar Firman Tuhan dan dikuatkan
imannya (gerak mengundang masuk); dan menyaksikan nama Allah dan atas nama
Allah hadir di dunia (gerak pengutusan keluar).6
Gereja dapat meningkatkan fungsinya sebagai pemersatu dari keragaman dalam
jemaat melalui pengajaran-pengajaran Alkitab. Tetapi Gereja juga dapat
mempergunakan berbagai macam keragaman budaya di Indonesia untuk
menyampaikan pengajaran tentang PAK. Berbagai macam ciri khas yang unik dalam
setiap budaya yang ada dapat dipakai di dalam memunculkan kemuliaan Kristus
dalam keberagaman yang ada di setiap jemaat.

5A. Denny Firmantoro, Menggerakan Jemaat (Malang: Diamo, 2010), 22.

6Andar Ismail, Ajarlah Mereka Melakukan (Jakarta: Gunung Mulia, 2006), 254.
5

Kesimpulan
Gereja memang merupakan suatu bangunan fisik yang dapat dilihat langsung
oleh mata. Tetapi gereja lebih jelasnya adalah orang-orang yang berada di dalam
Kristus yang telah mengalami pembaharuan hidup dan dipanggil untuk menjadi sama
seperti Dia. Tetapi di dalam gereja ada berbagai macam kemajemukan yang
kadangkala menghasilkan gesekan-gesekan di antara jemaat. Sebab setiap jemaat
tidak hanya terdiri dari satu dan dua daerah yang sama, melainkan berasal dari daerahdaerah yang berbeda secara keseluruhan. Dengan demikian gereja merupakan ujung
tombak yang harus mampu mempersatukan jemaat dalam pelaksanaan fungsi mereka.
Setiap jemaat yang ada di dalam gereja dengan berbagai ragam suku, bahasa, budaya,
ras dan bahasa harus dipergunakan dengan sungguh-sungguh agar bisa menjadi
pemersatu dan penyemangat di dalam melayani Tuhan. Meskipun banyak perbedaan
tetapi persatuan sebagai orang yang percaya harus tetap terjalin dan kompak di dalam
gereja.

DAFTAR PUSTAKA
Tim Prima, Kamus Besar Bahasa Indonesia, t.k.: Gita Media Press, t.t.
Yusak B. Hermawan, My New Testament, Yogyakarta: ANDI, 2010.
C. Peter Wagner, Pertumbuhan Gereja dan Peranan Roh Kudus, Malang: Gandum
Mas, 2005.
Debora K. Malik, Kesatuan dalam Keragaman, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011.
A. Denny Firmantoro, Menggerakan Jemaat, Malang: Diamo, 2010.
Andar Ismail, Ajarlah Mereka Melakukan, Jakarta: Gunung Mulia, 2006.

Anda mungkin juga menyukai