Anda di halaman 1dari 11

Menang Dalam Menghadapi Pergumulan.

Rom 12:12

Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa.

Beberapa bulan terakhir sering kita mendengar isu-isu bahwa banyak perusahaan yang tidak
mampu untuk bertahan sehingga berdampak kepada PHK masal. Banyak karyawan yang
menjadi resah dan takut menghadapi kenyataan yang akan menipa dirinya yaitu
pemberhentian kerja, mereka tidak memiliki pengharapan. Hal ini sebenarnya dapat menimpa
siapa saja termasuk anak-anak Tuhan, pergumulan hidup seringkali membuat kita merasa tidak
mampu untuk menjalaninya. Bagaimana kita sebagai anak-anak Tuhan dalam menghadapi
pergumulan ? kita akan belajar tiga kunci kemenangan dalam menghadapi pergumulan dari
Rom 12:12.

Bersukacitalah dalam pengharapan, sabardalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa.

Kunci pertama untuk jadi pemenang dalam menghadapi pergumulan ayat 12a. Bersukacitalah
dalam pengharapan.

Tuhan mengajarkan kepada kita untuk bersukacita yang artinya, kita harus berjuang, bertekad
dalam menghadapi pergumulan dan menetapkan diri kita untuk tetap bersukacita dalam
pengharapan yang walaupun tidak ada dasar untuk berharap. Ingat Ibr 11:1 Iman adalah dasar
dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatau yang tidak kita
lihat.Bersukacita bukan karena situasi dan kondisi yang sedang membawa kita untuk
bersukacita, tetapi kita menyadari bahwa harapan kita kepada Allah yang hidup. Karena inti dari
pemberitaan Injil Kristus adalah kabar sukacita. Jadi bagaimana cara untuk memperoleh
sukacita ? kita harus menetapkan diri untuk menerima Injil itu. Karena hanyaorang-orang yang
percaya kepada Kristus saja yang memperoleh sukacita walaupun situasi tidak memungkinkan.

Dalam Gal 5:22, kata “ sukacita” adalah salah satu dari sembilan buah Roh. Jadi jika engkau
membutuhkan sukacita yang dari Tuhan memenuhi hidupmu, engkau harus membuka hati
mengundang Roh Kudus untuk diam didalam hidupmu, maka sukacita itu melimpah dalam
hidupmu.

Bagaiman dengan pengharapan yang dimaksud Tuhan, pegharapan yang sesungguhnya adalah
Allah yang kita sembah adalah Allah yang hidup, yang berkuasa dan yang turut campur tangan
dalam hidup kita. Dia sangat peduli dengan hidup kita, harapan seperti ini bukanlah harapan
yang bergantung pada apa yang dapat diperbuat bagi diri kita sendiri, keahlian kita, juga tidak
pada apa yang dapat dibuat oleh orang lain bagi diri kita atau mengandalkan orang lain.
Rom 4:8. Sebab sekalipun tidak ada dasar untuk berharap, namun Abraham berharap juga dan
percaya, bahwa ia akan menjadi bapa banyak bangsa, menurut yang telah difirmankan:
“Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.”

Tidak ada dasar dalam situasi dan keadaan Abraham yang bisa membenarkan harapannya,
bahwa Sara istrinya akan melahirkan seorang anak, karena mengingat usianya yang sudah
lanjut. Tetapi karena ia percaya kepada Allah, ia dapat tetap berharap dan harapan seperti ini
adalah harapan yang sepenuhnya dalam iman terhadap Allah yang hidup.

Rom 5:5. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam
hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.

Kita berharap hanya kepada Kristus dan harapan kita tidak akan dikecewakan. Jadi mari kita
bersukacita krena kita memilki Allah yang hidup yang memberikan pengharapan bagi umat-Nya.
Dan yang perlu di ingat bahwa sukacita adalah ciri oarng percaya kepad Kristus.

Kunci kedua untuk menjadi pemenang dalam menghadapi pergumulan ayat 12 b, sabarlah
dalam kesesakan.

Pepatah orang dunia mengatakan orang yang sabar disayang Tuhan. Sabar dalam bahasa
aslinya Yunani, upomenw ( hupomeno) yang artinya menanti dengan sabar. Mengajarkan
kepada kita untuk memilki kesabaran yang walaupun mengalami penderitaan, mengalami
penganiayaan hinaan bertubi-tubi kita tetap sabar.

Jikau engakau hari ini sedang mengalami kesusahan, penderitaan, penganiayaan ingat Firman
Tuhan dalam Rom 12:12. Sabar yang berarti menetapkan diri harus tetap bersabar
menanggung, bertahan, tekun, menghadapi penderitaan. Karena seorang pemenang adalah
orang yang tetap berdiri didalam mengahiri pertempuaran. Kesabaran adalah kunci untuk
memperoleh kemenangan.

Kunci ketiga untuk menjadi pemenang dalam menghadapi pergumulan ayat 12 c. Bertekunlah
dalam doa !.

Sekalipun kita belum melihat hasil dari apa yang kita gumuli, kita doakan bukan berarti kita
menyerah dengan keadaan. Tetapi tetap harus tekun menanti, tekun juga berbicara soal sikap
hati yang terus-menerus membangun hubungan dengan Allah dan tetap mempertahankan diri
dalam berhubungan dan memusatkan pikiran kepada Kristus.

Orang yang tekun terlihat dari perbuatannya yaitu tidak ngomel, mengerutu, marah-marah,
yang walaupun keadaan tidak seperti yang diharapkan.
Tuhan berkata dalam Ams 4:23, Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan karena dari
situlah terpancar kehidupan.

Jaga hati dan bertekun dalam doa, doa yang bagaimana ? doa yang dinaikan dengan sungguh-
sungguh kepada Allah yang hidup yaitu Yesus Kristus. Doa yang sungguh-sungguh adalah doa
yang melibatkan segenap tubuh jiwa dan roh untuk membengun komunikasi dengan Allah, dan
ini menjadi gaya hidup orang percaya. Jika engkau hari ini belum melihat pertolongan Allah,
jangan kecewa tetapi engkau harus tetap tekun dalam doa menanti waktunya Tuhan. Jika kita
melihat para tokoh dalam Perjanjian Lama, kita menemui Sadrak, Mesak dan Abetnego mereka
menerima pertolongan Allah karena ketekunan mereka dalam doa.

"Tetapi jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan
tekun." Roma 8:25

Banyak orang tidak dapat menerima keadaan yang tidak menyenangkan dalam
hidupnya. Mereka mulai mengomel, memberontak dan menyalahkan Tuhan atas apa yang
dialami. Hal ini berlanjut pada tindakan dan tekad keluar dari permasalahan yang ada, apa pun
caranya, tidak peduli apakah jalan yang ditempuhnya nanti berujung pada kesia-siaan, seperti
tertulis: "Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut." (Amsal
14:12). Mereka mengira bahwa jalan yang ditempuhnya itu sudah benar dan pasti akan
memberikan jalan keluar. Alkitab menegaskan, "Terkutuklah orang yang mengandalkan
manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada
Tuhan!" (Yeremia 17:5). Sekuat dan sehebat apa pun manusia, kemampuan dan kekuatannya
ada batasnya. Tapi jika kita mau menyikapi setiap permasalahan yang ada dengan tetap
berharap pada kuasa Tuhan, tidak ada yang perlu diragukan lagi seperti pengakuan
Daud, "Pertolonganku ialah dari Tuhan, yang menjadikan langit dan bumi." (Mazmur 121:2).

Penderitaan dan hal-hal yang tidak mengenakkan diibaratkan orang yang sedang sakit
bersalin dan menantikan bayinya segera lahir; harus ada perjuangan dan ketekunan dalam
menanti sesuatu yang kita harapkan itu, sebab jika kita tekun iman kita akan kuat dan tidak
mudah diombang-ambingkan oleh keadaan apa pun, sehingga pengharapan kita di dalam
Tuhan tidak mengecewakan. Seringkali ketika pergumulan terasa berat dan sepertinya tidak
ada jalan keluar kita mulai membuat perhitungan dengan Tuhan. Kita berkata, "Aku sudah
mengikut Tuhan selama bertahun-tahun; aku sudah terlibat dalam pelayanan dan banyak
berkorban harta untuk membantu pekerjaan Tuhan, tapi mengapa Tuhan seakan tidak adil
padaku?"

Setiap kita pasti selalu berharap bahwa perjalanan hidup kita baik-baik saja tanpa hambatan
yang merintangi. Demikian pun Tuhan selalu ingin kita menjadi kuat seperti rajawali, yang
meskipun harus melewati badai tetap mampu terbang tinggi.

Tuhan tidak pernah membiarkan kita bergumul seorang diri, Dia sangat peduli dan sanggup
memberikan pengharapan yang pasti dan tidak pernah mengecewakan!

Pergumulan adalah suatu halangan dalam perjalanan mengikuti Tuhan. Tetapi pergumulan juga
merupakan sarana untuk menyadari keberadaan hidup kita didalam Tuhan. Kalau kita sadar
siapa diri kita dan apa yang kita miliki sebagai orang percaya, maka kita akan mampu
menghadapi pergumulan yang ada dengan kemenangan yang datang dari Tuhan. Sebab kita
memiliki pengharapan dalam pergumulan itu yang memampukan kita menghadapi segala
rintangan yang ada.

Apakah yang akan kita miliki kala diperhadapkan kepada pergumulan hidup ?

Pengharapan didalam Kristus

Setiap orang yang sudah dilahirkan kembali oleh Roh Kudus (ayat 3) akan memiliki bagian yang
tidak dapat binasa yaitu keselamatan didalam Kristus. (ayat 4) Kenyataan ini tentu akan
menguatkan kita sementara harus bergumul di tengah-tengah dunia ini. Kita akan melangkah
terus karena kita tahu bahwa kita memiliki pengharapan yang pasti didalam Kristus yaitu bahwa
suatu saat kelak kita akan memperoleh sesuatu yang tidak dapat binasa yang kekal dan
tersimpan di surga. Hal itu tidak akan sebanding dengan penderitaan kita hari ini, seberat
apapun itu.

Pengharapan yang lain yang akan kita peroleh didalam Kristus adalah pemeliharaan-Nya (ayat
5)sehingga kita tidak harus kalah dengan pergumulan yang ada karena kita tahu bahwa
perlindungan-Nya yang kekal akan menaungi kita. Dengan demikian penderitaan yang ada tidak
punya hak untuk menghentikan langkah kita, karena pengharapan yang ada akan memberikan
kekuatan bagi kita untuk terus melangkah walaupun jalannya tidaklah mudah.

Dalam menghadapi pergumulan yang ada Allah juga akan mengaruniakan sukacita dalam hidup
kita (ayat 6)sehingga kita tidak harus larut dengan pergumulan yang ada tetapi tetap memiliki
pengharapan. Sukacita yang Tuhan anugerahkan dalam masa pergumulan itu memiliki maksud
supaya kita tidak menjadi lemah sehingga kita menyelesaikan tugas dan tanggung jawab kita di
dunia ini. Kegembiraan dari orang yang sudah ditebus oleh Allah adalah sukacita yang tidak
ditentukan oleh sekitarnya tetapi oleh Allah yang adalah sumber sukacita. (MS/I/2015)

Kita akan melangkah terus karena kita tahu bahwa kita memiliki pengharapan yang pasti
didalam Kristus
Pengharapan Tidak Mengecewakan

Pembacaan Firman : Roma 5: 2-5

“Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini. Di dalam kasih karunia
ini kita berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah. Dan bukan
hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa
kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji
menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah
dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.”

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia perharapan berarti (1) sesuatu yang (dapat) diharapkan,
(2) keinginan supaya menjadi kenyataan, (3) orang yang diharapkan atau dipercaya. Setiap kita
pastilah selalu mengharapkan yang terbaik dalam hidup kita, bahagia, diberkati, panjang umur dan
banyak harapan lain yang kita inginkan. Namun kenyataannya tidaklah selalu demikian, karena
seringkali apa yang terjadi tidak seperti yang kita kehendaki, tidak seperti yang kita harapkan.
Bagaimana pengharapan yang tidak mengecewakan itu dapat kita miliki ?

1. Pengharapan Sebagai Proses


Pada ayat 3-4, disebutkan bahwa pengharapan adalah hasil akhir dari sebuah proses. Urutannya
adalah Kesengsaraan – ketekunan – tahan uji – pengharapan. Pengharapan bukanlah sesuatu yang
diletakan di depan, bukan terjadi seketika namun melalui sebuah proses. Untuk dapat memiliki
perngharapan yang tidak mengecewakan seseorang sebelumnya telah melalui kesengsaraan,
kemampuan bertahan dari berbagai pergumulan hidup menimbulkan ketekunan, ketekunan
tersebut masih akan diuji sehingga berbuah pengharapan.

Kenapa kenyataannya banyak orang yang nyatanya kecewa akan pengharapannya ? karena dia
meletakan pengharapannya di depan proses yang lain. Ketika seseorang meletakan perngharapan
terlebih dahulu, pengharapan tersebut dapat mengecewakan, ketika kesengsaraan datang dan
belum tahan uji, pengharapan membuahkan kekecewaan. Pengharapan sejati yang tidak
mengecewakan adalah pengharapan yang tahan uji bahkan terhadap kesengsaraan. Sehingga
apapun yang terjadi, pengharapan kita tidak pernah mengecewakan.

2. Meletakan Pengharapan Kita Kepada Tuhan


Mazmur 147:11 “Tuhan senang kepada orang-orang yang takut akan Dia, kepada orang-orang yang
berharap akan kasih setiaNya.” Ketika kita berharap pada manusia, kekayaan, kekuatan, jabatan,
dan sebagainya pengharapan kita dapat mengecewakan. Bahkan terkadang orang yang begitu kita
percayai sekalipun dapat mengecewakan kita. Satu-satunya pengharapan yang tidak pernah
mengecewakan adalah pengharapan kepada Tuhan. Sebab apapun yang terjadi, rancangan Tuhan
bagi kita adalah rancangan damai sejahtera. Berharaplah kepada Tuhan, tekun dan tahan uji maka
pengharapan kita tidak akan mengecewakan.
Berpengharapan dalam Pergumulan

Tulisan ini saya baca di sebuah renungan harian, ini ditulis oleh seorang Pendeta bernama Andi
Christianto. Tulisan ini sangat membantu saya untuk lebih tegar (azek) dalam menjalani
kegelapan tujuan dan arah hidup saya (huhuhu). Saya sengaja menampilkannya di blog supaya
sekiranya saya mengalami masa –masa seperti ini lagi, saya dapat mengingat dan tetap
menikmati kasih Tuhan serta selalu memiliki harapan walaupun keadaan tidak membuat saya
ingin berharap. FIGHTING!

Begini tulisan beliau…

Saya pernah merasa takut ketika berada dalam sebuah gua yang gelap, sendirian tanpa
penerangan. Di tengah perjalanan rasanya ingin menoleh ke belakang, lalu berbalik , dan
berjalan keluar. Konsekuensinya, saya akan dinyatakan tidak lulus dalam pelatihan itu. Tiba-
tiba saya mendengar suara yang berbicara kepada saya yang menyuruh saya agar terus
berjalan maju. Untunglah saya mengenali suara itu, yaitu suara fasilitator pelatihan itu.
Seketika beban ketakutan lenyap dan berganti dengan kekuatan baru. Hal itu memantapkan
langkah saya hingga tiba di ujung lorong gua itu. Saya berhasil lulus dalam pelatihan itu.

Kita kerap mengalami situasi yang nyata dalam hidup ini ketika harus melewati “lorong
pergumulan” yang sangat gelap. Seolah tidak ada titik terang, seolah tidak ada jalan keluar,
seolah tidak ada harapan dalam pergumulan itu. Kondisi itu menekan kita dan bisa memaksa
kita untuk berpaling dari jalan Tuhan. Kita akan tergoda untuk mencari jalan yang mudah walau
hal itu harus menggadaikan iman kita. Karena itu, kita perlu tetap berpengharapan dalam
pergumulan.

Memasuki tahun yang baru ini, mungkin juga akan ada lorong pergumulan yang harus kita
hadapi. Berikut ini lima tips untuk dapat melalui situasi itu dengan baik.

1. Akuilah di hadapan Tuhan bahwa kita takut.

Yesus saja tidak malu mengakui ketakutan-Nya di Taman Getsemani. Beberapa kali ia sujud
untuk berdoa. Seandainya saja bisa, Ia ingin terbebas dari pergumulan itu. Nah, pribadi seperti
Yesus saja jujur dengan perasaan-Nya, maka kita yang lemah ini pun harusnya demikan.

Sangat wajar dan manusiawi jika kita merasa gentar menghadapi pergumulan hidup yang
menekan berat. Hanya kemudian yang membedakan kita dari orang lain yang tidak mengenal
Tuhan adalah respons kita atas pergumulan itu. Tentu saja respons kita yang tepat adalah
datang kepada Tuhan dan menyerahkan segala pergumulan kita ke hadapan-Nya.
2. Berdoalah kepada Tuhan

Langkah berikutnya adalah berdoa kepada Tuhan. Pada saat berbicara kepada Tuhan dalam
doa, kita meyakini bahwa kita tidak sendirian. Jika kehadiran seorang teman bisa menguatkan
kita, terlebih lagi kehadiran atau penyertaan Yesus yang berjalan bersama kita. Bagi kita sebagai
orang percaya, Dialah Imnuel selama-lamanya, Allah yang menyertai kita.

Doa merupakan “napas hidup” orang percaya. Dalam penghayatan itu, jika kita berhenti
berdoa berarti kita melakukan aksi “bunuh diri”. Itu sama saja kita menjadi orang yang mudah
putus asa. Keputusasaan hanya akan menghasilkan kegelisahan dan kekhawatiran. Sedangkan
keyakinan kita akan kuasa doa akan membuahkan pengharapan yang sejati.

3. Akrablah dengan firman-Nya

Wujud dari kehadiran Tuhan yang menyertai kita adalah firman-Nya. Sapaan firman Tuhan
adalah suara merdu yang bisa memberi ketenngan jiwa kita. Dengan rajin membaca Kitab Suci
dan melakukan saat teduh setiap hari, kita diajak untuk makin akrab dengan firman Tuhan.
Ketika kita sudah akrab, pasti kita akan lebih mudah mendengar suara-Nya, termasuk ketika kita
berada dalam pegumulan. Firman Tuhan yang berbicara kepada kita itulaah yang akan
menuntun langkah kita. Firmannya akan menggandeng dan membuat kita lebih yakin dengan
jalan yang harus kita tempuh. Pasti kita akan dibimbing untuk menemukan setitik cahaya yang
memberikan harapan.

Marilah kita terus memelihara keakraban dengan Tuhan melalui perenungan firman-Nya.
Merenungkan firman-Nya bisa kita lakukan dengan mendengarkan khotbah mingguan,
menyimak program agama Kristen yang disiarkan di TV dan radio, mengikuti pendalaman
Alkitab, mengikuti kelompok tumbuh bersama, dan juga dengan bersaat teduh setiap hari yang
dipandu dengan buku renungan.

4. Yakinilah bahwa ada rencana Allah yang indah dalam setiap pergumulan

Rencana Tuhan akan selalu membawa kita makin baik. Ibarat menempuh ujian yang diberikan
guru kepada murid-muridnya, para murid akan makin dimampukan dan naik kelas. Melalui
pergumulan, kerohanian kita akan terus diasah sehingga makin lebih baik dan terus “naik kelas”
dalam hidup beriman kita.

Tuhan sendirilah yang akan terus memperlengkapi kita agar kita mampu melewati suatu
pergumulan dengan baik. Tuhan tidak akan meninggalkan kita terjebak dalam labirin
pergumulan kita. Ia sendiri yang akan menjamin bahwa setiap rencana-Nya akan berhasil.
Hanya masalahnya, apakah kita bisa bersabar di dalam didikan Tuhan? Kebanyakan para murid
menjadi gagal bukan kerena mereka tdak mampu, melainkan karena mereka tidak bersabar di
dalam prosesnya. Kita pun juga sering seperti itu karena kita ingin terburur-buru langsung
melihat hassilnya darpada bersabar dalam proses yang sedang Tuhan jalankan.

5. Maknailah sebagai pengalaman iman yang berharga

Berhubung orang Israel diperbudak di Mesir selama puluhan tahun, tentu akan sangat mudah
bagi mereka untuk berpikir bahwa Tuhan pasti telah meninggalkan mereka. Namun ternyata
tidak demikian sebab mereka tetap memelihara keyakinan iman mereka bahwa Tuhan pasti
akan mengirimkan pembebas bagi mereka. Pengharapan selama puluhan tahun itu kemudian
terbayar ketika Tuhan mengutus Musa untuk membawa mereka pulang ke Kanaan. Oleh Musa,
karya pembebasan Allah ini diajarkannya sebagai rencana Tuhan yang sangat indah. Orang
Israel harus terus mengingat peristiwa itu dan menceritakannya berulang-ulang kepada anak-
anak mereka. Dasar inilah yang harus menjadi acuan bagi orang Israel, yaitu bahwa Allah yang
telah menolong mereka keluar dari Mesir adalah Allah yang akan terus menyertai mereka.
Itulah juga yang mereka tetap yakini pada saat mereka harus mengalami pergumulan berat
kembali, yaitu pembuangan ke Babilonia.

Kita pun pasti telah memiliki pengalaman iman tentang bagaimana Tuhan menolong kita. Atau
paling tidak kita pernah mendengar kesaksian orang lain. Maka, biarlah pengalaman-
pengalaman iman itu juga makin meneguhkan kita pada saat kita harus melewati lorong-lorong
pergumulan lainnya. Bersama Tuhan, kita akan menemukan jawaban dan jalan keluar dari
setiap pergumulan.
Pengharapan di tengah Kesulitan

Yesaya 54:1-6

Hidup Kristen adalah pertarungan dalam pengharapan. Pertarungan oleh karena sering sekali
kita diperhadapkan dengan realita pergumulan bukan lagi memilih untuk beriman atau tidak,
tetapi pertarungan bagaimana caranya agar iman itu efektif di tengah-tengah kesulitan. Sebuah
arena pertarungan dimana Tuhan ‘secara sengaja’ menempatkan kita sampai pada ‘batas akhir’
kemampuan kita; bahkan terkadang Ia memasukan kita dari arena satu ke area pertarungan
lainnya, yang dalam realita kerapuhan kemanusiaan kita diperhadapkan dengan kebingungan
oleh karena kita tidak mengerti apa yang sedang Tuhan kerjakan pada kita. Tidak jarang kita
melihat ada orang beriman yang berjuang bertahun-tahun dengan sakit cancer dan akhirnya ia
meninggal juga. Dalam realita yang sulit dan tak terpahami seperti ini, apa sebenarnya
pengharapan itu? Bagaimana kita membahasakan iman kepada Tuhan, ketika iman itu sendiri
kita jumpai dalam kegelisahan? Apa yang hendak Tuhan singkapkan kepada kita, disaat Ia
membawa kita dalam batasan akhir perjuangan iman? Sering sekali kita mengakhiri
perjuangan iman dengan kepasrahan bukan karena percaya tapi karena keputus
asaan. Namun, Yesaya menolong kita memahami bagaimana agar tetap berpengharapan walau
di tengah kesulitan.

Nama kitab ini sesuai dengan nama nabi yang menyampaikan


pesan ilahi di dalamnya, yaitu Yesaeyah. Walaupun nama ini sudah sangat populer sebag
ai nama kitab, namun nama Yesaya sendiri di dalam Alkitab seringkali memakai bentuk yang
lebih panjang, yaitu Yešaeyāhû. Nama Yešaeyāhû memiliki arti “keselamatan dari
Yahweh” atau “Yahweh adalah keselamatan”. Dengan demikian tema pengharapan
merupakan tema sentral dari kitab ini yang langsung dihubungkan dengan pribadi Mesias yang
akan datang dan menderita sebagai ganti umat-Nya (Yes. 53:4-6). Dua prinsip penting
berkenaan dengan aspek pengharapan dalam kitab Yesaya dapat dilihat sebagai berikut:

1. Pengharapan harus dilepaskan dari jangkauan akali.

Ayat 1-4 sering sekali diartikan dalam batasan akal. Membaca ayat 1-4 ini sering diartikan
sebagai (ay. 1, 4) realita orang yang mandul kemudian dilepaskan kemandulannya oleh Tuhan
hingga ia memiliki banyak anak, dan memang banyak bukti yang bisa kita ambil dari dalam
Akitab, misalnya: Sarah, Ribka, Elisabeth dan lain-lain; (2, 3) realita bahwa kita akan menjadi
orang-orang penting dan akan mendapatkan posisi karier yang terus menanjak, misalnya:
Yusuf, Yakub, Daud dan lain-lain. Memang tafsiran itu tidak salah, namun apabila diperhatikan
dalam keseluruhan kitab Yesaya, maka bukan itu maksud dari nabi Yesaya. Dan sesungguhnya
bukan pengharapan seperti itu yang sedang Tuhan janjikan kepada Israel dan juga kepada kita
saat ini. Pengharapan yang Tuhan janjikan adalah pengharapan yang jauh diluar batas-batas
akali, sebab hanya dengan cara itulah kita bisa mengalami pengharapan yang unik, yang ada
dalam kitab Yesaya dan bahkan yang hanya ada dalam pengalaman iman kita bersama dengan
Tuhan. Pengalaman seperti ini tidak akan dijumpai dalam diri orang yang tidak mengenal Yesus
secara pribadi.Ayat 1-4 harus dipahami dalam terang ayat 5, bahwa pengharapan yang
dimaksud Tuhan adalah pengharapan yang sifatnya spiritual. Pengharapan yang
memungkinkan kita mengalami persekutuan terus menerus dengan Tuhan. Pengharapan yang
membawa kita dalam persekutuan dan pengenalan yang dinamis dengan Tuhan. Pengharapan
yang bahkan mengikat kita menjadi milik Allah yang telah menebus kita.

Contoh sederhana dari kebenaran ini dapat kita temukan dalam kitab Rut. Saat Rut menjadi
janda dan ikut serta Naomi kembali ke Betlehem, maka ada hukum yang berlaku yaitu Rut
harus menikah (ditebus) oleh kerabat terdekat mereka agar nama, status, dan warisan keluarga
tidak jatuh pada orang lain. Boas pun menjumpai seorang kerabat yang lain dan akhirnya
menebus Rut bagi dirinya (baca Rut 4:5-17).

Sebagai orang-orang yang telah ditebus Tuhan menjadi milik bagi-Nya, maka pengharapan kita
bukan lagi pengharapan yang sifatnya bendawi, dan temporal; namun pengharapan kita
adalah pengharapan spiritual dan keintiman dengan-Nya

2. Pengharapan harus diselaraskan dengan rancangan ilahi.

Dalam bahasa kita harapan sebenarnya sering diartikan sebagai keinginan atau
kebutuhan. Ketika kita berkata misalnya: saya beriman memiliki pekerjaan tetap agar bisa
mencukupi kebutuhan keluarga, maka sebenarnya yang dimaksud adalah oleh karena
kebutuhan keluarga yang sudah tidak teratasi dengan penghasilan saat ini, maka kita ingin
agar penghasilan kita bertambah atau paling tidak tetap pada setiap bulannya. Dan rupanya
dalam bahasa nabi Yesaya, keinginan atau kebutuhan tidak bisa dibahasakan sebagai
pengharapan atau sikap beriman. Sebab dalam pemikiran nabi Yesaya, pengharapan itu
adalah saat kita membiarkan diri kita diselaraskan dengan tujuan Allah. Memang
kedengarannya pasif, namun sesungguhnya yang sedang dimaksud oleh nabi Yesaya adalah
sikap menanti dengan sabar, yang terus bergumul dan mencari kehendak dan rancangan Tuhan
dalam hidup kita. Dengan demikian, pengharapan yang dimaksud oleh Yesaya adalah beriman
dalam keaktifan menanti, taat, serta membuka indera rohani kita terus menerus untuk mencari
tau apa yang sedang Tuhan kerjakan dalam hidup kita. Pengharapan ini terus bertanya apa
tujuan yang hendak Tuhan capai melalui hidup saya. Tuhan Yesus secara jelas berkata:
“Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan
kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan
rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan
beban-Kupun ringan.”
(Mat 11:28-30), sering sekali kita membaca ayat tersebut hanya pada ayat 28 aja dan
kemudian kita berhenti seraya berkata: ‘cukup, ayat ini saja yang Tuhan ingin sampaikan pada
saya’; justru kita tidak akan mengalami realita iman yang bertumbuh, dan sangat mungkin
Tuhan akan membawa kita pada arena perjuangan iman yang berikutnya hingga akhirnya kita
dengan rela mengaminkan ayat 29-30. Dalam konteks pengharapanlah kalimat tersebut
disampaikan oleh Tuhan Yesus. Pengharapan agar kita secara aktif menanti, taat, serta
membuka indera rohani kita terus menerus untuk mencari tau apa yang ingin Tuhan kerjakan
dalam hidup kita.

Pengharapan yang sejati adalah saat kita mampu menangalkan keinginan pribadi dan
menggantikannya dengan keinginan Tuhan. Prinsip ini mudah untuk diucapkan, apalagi di
dengar, namun rupanya butuh iman yang aktif menanti, taat, serta membuka indera rohani
agar kita tau apa yang Tuhan inginkan dari hidup kita.

Anda mungkin juga menyukai