Anda di halaman 1dari 3

RENUNGAN HUT KELAHIRAN

Oleh: Sr.M. Gratia Danul FSE



Hari jadi atau yang lebih dikenal dengan istilah ulang tahun bagi kita yang hidup
pada zaman ini adalah sesuatu yang sangat penting dan sebisa mungkin akan
dirayakan bila hari itu tiba.
istilah ulang tahun bisa diartikan sebagai sesuatu yang dulu pernah terjadi lalu
diulangi/diperingati kembali dalam masa tertentu, yaitu sekali setahun.
Setiap kali mendapatkan ucapan Hari Ulang Tahun, terbersit dalam diri kita sebuah
makna usia. Hari demi hari waktu kita berlari tanpa henti, bahkan tanpa kompromi
meninggalkan kita. Penyair Roma berkata, tempus fugit yang artinya waktu
berlari dengan cepatnya. Penulis Mazmur pun dengan tidak ragu-ragu menulis,
masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kuat, delapan puluh tahun, dan
kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru dan
kami melayang lenyap ( Mzm 90: 10).
Adrian Pristio, O.Carm dalam Jalan Spiritual Sehari-hari, menulis, Waktu
perjalanan kembali ke Allah itu hanya sekitar 25.000 sampai 30.000 hari atau 70
sampai 80 tahun dan selebihnya merupakan bonus. Merenungkan tulisan-tulisan itu,
betapa singkatnya hidup manusia itu. Dan kita harus menyadari bahwa setiap kali
kita memperingati HUT, kita harus sadar bahwa umur kita berkurang satu tahun.
Perayaan HUT kadang dirayakan dengan ingar-bingar.
Dan anehnya ada beberapa orang khususnya para wanita tidak suka jika orang
mengetahui berapa umurnya. Dan betapa senangnya seseorang jika pada hari HUT-
nya mendapat pujian bahwa dirinya awet muda. Pujian tersebut akan membuat
hatinya berbunga-bunga. Tidak salahlah apa yang dikatakan oleh Jonathan Swift
(1667 1745) penulis dari Irlandia, Everyone wants to live long, but nobody to be
old yang artinya semua orang ingin panjang umur, tetapi tidak seorang pun mau
menjadi tua.




Bukan persoalan lama
Ralph Waldo Emerson (1803 1882) penulis Amerika menulis, It is not the length
of life, but the depth of life yang berarti hidup ini bukan persoalan berapa lama,
tetapi berapa dalam. Kata-kata itu memang sungguh memiliki arti yang mendalam.
Kedalaman hidup itu terwujud ketika ketika hidup kita memberi kontribusi bagi
dunia.
Dalam hidup ini pertama-tama kita tumbuh. Dalam bertumbuh tersebut kita perlu
disiram, dipupuk dan dipelihara. Setelah bertumbuh dengan baik, maka berbunga
dan berkembang. Di sanalah orang menjadi indah, harum dan banyak sahabat.
Perkembangan ini tentu saja merupakan rahmat dari Tuhan, tetapi sekaligus
sebagai tugas untuk semakin mewujudkan cita-cita. Tahap terakhir adalah berbuah
(Mat 13: 1 9).
Buah-buah ini yang dirasakan oleh banyak orang. Bagi orang-orang yang mengasihi,
usia tua adalah musim panen. Benih-benih cinta kasih yang ditanam dengan sangat
saksama pada waktu lalu telah menjadi matang bersama waktu. Orang yang
mengasihi dikelilingi dalam masa senjanya oleh kehadiran orang-orang lain yang
penuh perhatian. Apa yang telah diberikan secara cuma-cuma dan penuh suka
gembira mendapat balasan penuh minat dan perhatian pada masa tuanya.
Renungan ini, akan saya akhiri dengan sebuah arti umur. Lao Tze ( sekitar abad 4
SM ) penulis buku Tao Te Ching dan pendiri agama Tao di China pernah berkata
demikian,
Orang pada umur 20 tahun belajar bijaksana,
orang umur 30 tahun tumbuh bijaksana,
orang umur 40 tahun merasa bijaksana,
orang umur 50 tahun mencoba bijaksana
orang yang berumur 60 tahun mulai bijaksana
Dan orang berumur 70 tahun baru bijaksana.
Hidup ini adalah pemberian Allah maka hidup ini harus kita isi dengan hal-hal yang
baik sebagai wujud tanggung jawab kita kepada Tuhan.


Akhirnya kami ucapkan Vivat ad multos annos, ad summam senectutem artinya
Semoga hidup panjang umur mencapai usia tertua. Amin
Sr.M. Gratia Danul FSE

Anda mungkin juga menyukai