Anda di halaman 1dari 5

Walaupun banyak terdapat jenis hubungan yang ada di sekitar kita, pada dasarnya hanya terdapat dua

tipe individu dalam hubungan tersebut yakni tipe Tuan / Master / Dominant / Dominan atau sang
pemegang kendali dan tipe Budak / Slave / Submissive / Pengikut. Baik hubungan yang bersifat luas
(organisasi besar) maupun hubungan yang bersifat sempit (organisasi kecil) pasti akan terdapat individu-
individu dengan tipe tersebut. Jika kita simpulkan, maka akan terdapat 4 model hubungan berdasarkan
tipe individu di dalamnya yakni:

1. Tipe Dominan featuring Tipe Dominan (Co-dominance), yaitu dimana sepasang manusia dewasa
yang masing-masing memiliki karakter dan kekuatan dalam mengontrol dan mengendalikan hidupnya
saling bertemu dan menemukan kesamaan visi

2. Mayoritas Tipe Dominan featuring Minortitas Tipe Submissive, adalah dua manusia dewasa dalam
satu hubungan dimana sang pria memiliki sifat dominan alias berkarakter dan bervisi kuat dan sang
wanita memiliki sifat minoritas alias tidak memiliki karakter yang kuat (pengikut)

3. Minoritas Tipe Dominan featuring Mayoritas Tipe Submissive, pun hampir serupa namun di sini
dibalik yaitu wanita yang memiliki sifat dominan, berkarakter kuat dan bervisi berpasangan dengan pria
yang bersifat minoritas alias pengikut alias tidak berkarakter.

4. Tipe Submissive featuring Tipe Submissive (Co-submissive), ini adalah pasangan yang keduanya
memiliki sifat sama-sama minoritas, artinya keduanyanya sama-sama tidak memiliki karakter dengan
lain kata keduanya sama-sama bersifat pengikut.

Model ke-2 dan ke-3 merupakan kondisi abu-abu yang artinya bisa berarti baik dan juga bisa berarti
buruk tergantung pada kondisi apa kita ingin menilai hubungan model ini. Titik berat yang akan saya
bahas adalah model hubungan ke-1 dan ke-4 pada jenis hubungan sebaya yang terkait antar 2 individu
yang berumur sebaya (perbedaan umurnya + 3 tahun) dan berbeda gender (yakni antara wanita dan
pria) yang memiliki kedekatan emosional (contohnya: pasangan teman dekat, pasangan pacar/kekasih
atau mungkin pasangan suami istri). Hubungan model 1 (Co-dominance) dan model 4 (Co-submissive)
adalah hubungan yang tipe individu di dalam nya memiliki kesamaan. Pada model 1 sama-sama
bersifat dominance, pada model 4 sama-sama bersifat submissive.

Disadari atau tidak, hubungan yang memiliki tingkat ideal yang paling tinggi adalah hubungan model 1
yakni sama-sama bersifat dominance, pria dan wanita dalam hubungan tersebut memiliki sifat yang
sama dominance. Jika kita melihat dalam kacamata umum, mungkin sebagian besar orang (terutama
kaum AWAM) akan memandang bahwa kondisi ini menyalahi aturan UMUM yang (dianggap) berlaku
yakni bahwa Pria harus lebih dominan daripada Wanita. Well, saya tidak setuju dengan pandangan
tersebut. Bagi saya pribadi, baik pria maupun wanita harus sama-sama bersifat dominance sesuai
dengan tugas dan fungsi yang mengikat berdasarkan gender masing-masing.

Pria dan wanita yang memiliki sifat dominace dan sadar akan tugas dan fungsi mereka berdasarkan
gender akan membentuk suatu hubungan yang ideal. Ciri umum dari jenis hubungan ini adalah mereka
mengakui diri mereka sendiri setara dalam kekuatan (bukan kemampuan) dan dapat hidup dan bekerja
bersama-sama dengan tetap menghargai satu sama lain. Mereka dapat berbicara dengan santun, tidak
agresif dan tetap hormat akan pribadi masing-masing. Mereka berbicara satu sama lain dan
mendengarkan lalu memberikan tanggapan terhadap apa yang sedang dibincangkan dengan penuh
makna, meskipun pembicaraan yang dilakukan bukan di bidang yang mereka ketahui dengan kuat.
Hubungan model ini saling menguatkan eksistensi pribai masing-masing dan terus mendorong pada
arah kemajuan. Sebagai tamabahan dari saya, hubungan jenis ini biasanya memiliki visi yang secara
prinsip sama meskipun berangkat dari misi yang berbeda. Pada kondisi tertentu bila salah satu individu
berada di bawah (kondisi lemah) makan pihak yang lain akan membantu untuk memberikan semangat
(support) dan memberikan dorongan lebih untuk bisa tetap bangkit. Bila mereka sama-sama pada
kondisi di bawah, umumnya mereka akan bertengkar NAMUN pertengkaran ini tidak akan berlangsung
lama dan setelah itu mereka akan sama-sama sadar dan mendukung kembali agar bangkit dari kondisi
lemah ini.

Orang yang mengekspresikan perasaannya secara langsung atau kadang kelihatan blak-blakan• dapat
dikatakan sebagai orang dengan karakter agresif. Sedangkan orang yang kurang berani, lebih mengalah,
dan tunduk, biasanya disebut dengan karakter yang submisif.

Karakter agresif banyak kita temui ketika di jalan raya. Misalnya ketika mobil-mobil hendak mengantri,
tiba-tiba ada satu mobil yang memotong jalan. Apa reaksi si pengendara? Ada yang hanya sekedar
mengklakson atau hanya mendongkol di dalam hati, namun juga tidak sedikit yang membuka jendela
mobilnya lalu mengeluarkan kata-kata cacian kepada pengendara mobil lain. Atau peristiwa di tempat
kerja, dimana ada orang yang secara gagah berani melontarkan kata-katanya tanpa menyaringnya
terlebih dahulu dan tanpa memperhatikan perasaan orang lain. Menurut mereka Hati saya sih baik,
hanya kata-katanya aja yang pedas. Saat itu aja kok saya marah, sudahnya baik lagi

Kebalikan dengan karakter agresif yang sering kita jumpai di dalam kehidupan sehari-hari, tidak sedikit
juga kita melihat karakter submisif. Misalnya di lingkungan kantor, ada seseorang yang cenderung
dominan, kritis, dan agak galak• bertemu dengan rekan kerjanya yang kurang percaya diri, penghindar
konflik, dan kurang pandai bicara. Biasanya yang di cap galak• tersebut lebih banyak mendominasi si
pengalah•. Akibatnya si pengalah menjadi lebih submisif terhadap perilaku rekan kerjanya yang
dominan tersebut.

KEPRIBADIAN DOMINAN DAN SUBMISIF

Kepribadian dominan itu memimpin, kepribadian submisif tidak. Akan tetapi kepribadian submisif
mungkin saja menciptakan pengaruhnya dalam bentuk-bentuk tidak langsung. Banyak dari kepribadian
paling berpengaruh di dunia ini, secara alas an dan kebiasaannya bersifat submitif. Guru sekolah sebagai
contoh, sering kali dikatagorikan sebagai submitif di dalam tes-tes yang dirancang untuk mengukur dua
factor tersebut (alami dan kebiasaan) di dalam kepribadian, padahal para guru sangat berpengaruh
dalam membentuk kehidupan anak-anak didiknya.

Individu-individu yang dominan secara agak alaminya lebih condong kepada posisi kepemimpinan.
Ketika sebuah rapat terbuka diadakan dengan tujuan mengorganisasikan satu kelompok untuk bekerja
bagi peningkatan masyarakat atau apa yang tidak, maka individu-individu yang dominanlah yang
bertindak sebagai ketua, pengelola, pimpinan panitia dan lain-lain. Orang dominan melakukan tindakan,
orang yang submisif mengiyakan saja atau sekedar berucap “ya” dengan mengacungkan tangan.

Pilihan seseorang terhadap dunia kerjanya sebaiknya diputuskan berdasarkan kadar sifat dominan-
submisifnya. Seorang submisif kemungkinan besar tidak akan bahagia di dalam pekerjaan yang
menuntut dominan tingkat tinggi dan begitupun sebaliknya.

Perilaku Submisif

Submisif adalah tipe perilaku yang berkecenderungan menerima dan bahkan menyerah pada semua hal
yang terjadi, sekalipun yang dihadapi itu buruk adanya. Yang menonjol dari perilaku ini adalah tidak
mampu mengatakan “Tidak” pada kondisi dimana ia harus menyatakan “Tidak”. Jelas perilaku seperti
ini menimbulkan berbagai masalah baik bagi dirinya sendiri maupun orang-orang lain yaitu: tidak dapat
dijadikan partner kerja yang baik dan sulit untuk berkembang. Individu dengan perilaku seperti ini akan
selalu menghadapi berbagai hambatan dan selalu melakukan kesalahan-kesalahan yang dapat
menjatuhkan aktivitasnya. Orang yang berperilaku submisif cenderung tidak memfokuskan diri pada
perkembangan dirinya berdasarkan kemampuan yang dimiliki; mereka akan mengikuti apa saja yang
menjadi keinginan pimpinan, keinginan keluarga, atau keinginan masyarakat.

Ciri:

 Menghindari konflik,

 mengalahkan kebutuhan diri,

 terhambat dl mengungkapkan diri,

 dikuasai rasa takut, bersalah, tertekan,

 cenderung bereaksi dibelakang

Submisif perilaku yang:

 Menyerah pada permintaan orang lain

 Menomor duakan kebutuhan , perasaan diri pribadi

 Menganggap diri lebih rendah dari orang lain


Isi pikiran:

 Menghindari menyakiti atau membuat marah orang lain

 Berusaha memperoleh persetujuan orang lain

Tanda non verbal:

 Ragu ragu, suara pelan

 Kontak mata sedikit

 Gerakan ‘nervous’

 Tangan mencari pegangan

 Bahu turun, lengan melintang untuk melindungi diri

Contoh seseorang dengan perilaku submisif dalam mengeluarkan pendapat Contoh:

 ‘Ini hanya pendapat saya, tapi…’

 ‘Maaf mengganggu waktu anda, tapi…’

Perilaku Agresif

Sikap ini bertolak belakang dengan submisif. Perilaku agresif cenderung bersikap otoriter yang bermain
perintah. Individu yang bertipe agresif selalu tidak mempertimbangkan kepentingan orang lain, yang ada
hanya kepentingan pribadinya. Apa pun yang menjadi keinginannya itulah yang harus dilaksanakan.
Pada akhirnya nanti orang yang berperilaku agresif, akan menemui berbagai kesulitan pada waktu
bekerja bersama tim. Sikap seperti ini kalaupun dipaksakan dalam kerja Tim, maka akan membuahkan
banyak kesalahan yang ujung-ujungnya nanti akan menghambat kariernya sendiri.

Ciri:

 Jujur, terbuka namun cara mengungkapkan perasaan tidak tepat,

 cenderung memaksakan kehendak,

 diliputi rasa marah, menyalahkan,

 ingin menjatuhkan orang lain,

 menimbulkan ketegangan, rasa sakit, cemas, salah.


Agresif perilaku yang:

 Mengutamakan kebutuhan, perasaan diri sendiri

 Mengabaikan hak dan perasaan orang lain

 Menggunakan segala cara, verbal dan non verbal, misal: sinisme, kekerasan

Isi pikiran yang:

 Hanya perduli dengan tercapainya tujuan diri

 Disertai tanda verbal seperti: suara keras, nada kasar, mata melotot, jari tegang

Contoh seseorang dengan perilaku agresif dalam mengeluarkan pendapat:

 Kerjakan saja sendiri!

 Bodoh!

 Pasti kamu tidak percaya!

Anda mungkin juga menyukai